Você está na página 1de 6

IHROM CAESAR ANANTA PUTRA

140820301010
MAGISTER AKUNTANSI

KONSEP DAN PRO KONTRA


CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
BAB 1. KONSEP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
Konsep Corporate Social Reponsibility mulai menjadi bahasan di dunia sejak tahun
1930an, dan lebih diperdalam hingga saat ini. Dalam jurnal Archie B. Carroll (1979) yang
berjudul A Three-Dimensional Conceptual Model of Corporate Performance, dibahas tentang
perkembangan konsep CSR. Carroll (1979) mengungkapkan beberapa pandangan definisi
CSR dari beberapa ahli. Wilkie di tahun 1930 membantu mengedukasi pelaku bisnis menuju
pemahaman

baru

yakni

pertanggungjawaban

sosial

selanjutnya

Bowen

1953

mempublikasikan tulisan Social Responsibility of the Businessman (acuan konsep CSR), hal
inilah yang kemudian menggugah munculnya penelitian yang dilakukan untuk lebih
memahami konsep CSR. Berbagai penelitian pun dilakukan beberapa ahli untuk mengungkap
definisi dan konsep CSR.
1.1 Model Kinerja Sosial
Implikasi dari berbagai pandangan tentang CSR adalah dengan adanya sejumlah isu.
Carroll (1979) menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek berbeda dari kinerja sosial perusahaan
yang harus diungkapkan dan saling berkaitan yakni :
1) definisi dasar tanggung jawab sosial,
Economic Responsibilities (Tanggung Jawab Ekonomi)
Legal Responsibilities (Tanggung Jawab hukum)
Ethical Responsibilities (Tanggung Jawab Etika)
Discretionary Responsibilities (Tanggung Jawab Kebijakan)
2) seberapa banyak masalah yang ada pada tanggung jawab sosial,
3) suatu spesifikasi tentang philosophy of response.

1.2 Penggunaan Model Kinerja Sosial Perusahaan

Model konseptual kinerja sosial perusahaan ini berguna bagi akademis dan manajer.
Dalam model kinerja sosial perusahaan, Carroll (1979) mengaitkan 3 aspek tanggung jawab
sosial yakni :
1. Didasarkan dari aspek definisi tanggung jawab sosial (ekonomi, hukum, etika,
kebijakan)
2. Didasarkan dari aspek isu sosial (konsumtif, lingkungan, diskriminasi, keamanan
produk, keselamatan kerja, dan pemegang saham)
Didasarkan

dari

aspek

filosofi

kepedulian

sosial

(reaction

(reaksi),

defense

(mempertahankan), accomodation (akomodasi), dan proaction (bertindak)

BAB 2. PRO DAN KONTRA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)


Corporate social responsibility atau yang biasa disebut dengan CSR merupakan suatu
konsep pertanggungjawaban sosial suatu perusahaan kepada masyarakat yang dititik beratkan
pada tiga fokus utama yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Lebih lanjut lagi, diskusi yang
dilakukan merujuk pada argumen pro dan kontra mengenai konsep CSR. Perbedaan argumen
mengenai konsep CSR juga dituangkan dalam suatu artikel yang berjudul The Case for and
Against Business Assumption of Social Responsibilities oleh Keith Davis. Artikel tersebut
memaparkan poin poin argumen baik dari sisi pro maupun kontra atas konsep CSR.
2.1 Pendapat Pro atas CSR
2.1.1 Kepentingan jangka panjang
Argumen ini beranggapan bahwa masyarakat mengharapkan adanya timbal balik dari
perusahaan atas aktivitas operasi perusahaan yang memberikan dampak kepada masyrakat.
Sehingga perusahaan yang lebih peka dan memiliki respon yang cepat atas kebutuhan
masyrakat disekitarnya maka akan tercipta lingkungan yang kondusif dan lebih lanjut lagi
akan memberikan keuntungan di masa yang akan datang.
2.1.2

Pencitraan Publik
Praktik tanggung jawab sosial atu CSR yang dilakukan perusahaan akan membentuk

suatu citra yang dapat menguntungkan perusahaan.


2.1.3

Keberlangsungan bisnis
Harapan terciptanya citra publik yang baik tidak terlepas dari harapan yang lebih

besar yaitu terkait dengan keberlangsungan atau keberlanjutan dari suatu entitas.
Keberlangsungan usaha atau going concern berhubungan dengan pelayanan dan pemenuhan
kebutuhan masyarakat oleh suatu perusahaan.
2.1.4

Menghindari peraturan pemerintah

Konsep CSR dapat menghindarkan dari pembentukan peraturan pemerintah yang


memberikan dampak kepada perusahaan. Peraturan yang tercipta ditakutkan akan
mengurangi fleksibiltas pengambilan keputusan oleh perusahaan dan membatasi ruang gerak
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
2.1.5

Norma sosial budaya


Konsep CSR dapat dijalankan akibat dari norma yang terbentuk dalam lingkungan

perusahaan tersebut berdiri. Seorang pengusaha dalam menjalankan suatu perusahaan tidak
akan lepas dari pengaruh budaya atau norma yang terbentuk.
2.1.6

Kepentingan pemegang saham


Pendapat lain yang mendukung konsep CSR berpendapat bahwa CSR atau tanggung

jawab sosial dilakukan demi kepentingan pemegang saham. Hal tersebut terkait dengan
argumen sebelumnya yaitu citra publik serta menghindari peraturan pemerintah.
2.1.7

Let Business Try


Pendapat ini mendukung konsep CSR dengan anggapan bahwa banyak lembaga lain

telah gagal dalam menangani masalah sosial, jadi mengapa tidak beralih ke bisnis. Dengan
CSR yang dilakukan oleh perusahaan maka diharapkan akan mengurangi masalah sosial yang
terjadi.
2.1.8 Bisnis memiliki sumber daya
Argumen terkait adalah bahwa bisnis memiliki sumber daya berharga yang dapat
diterapkan pada masalah sosial, sehingga masyarakat harus menggunakannya. Sumber daya
tersebut bukan dalam bentuk uang, karena beberapa berasumsi salah bahwa uang dapat
menghilangkan permasalahan sosial yang terjadi.
2.1.9

Permasalahan menjadi keuntungan

Argumen lain adalah bahwa jika kemampuan inovatif bisnis dapat beralih ke masalah sosial,
banyak masalah bisa ditangani menguntungkan sesuai dengan konsep bisnis tradisional.
2.1.10 Mencegah lebih baik daripada mengobati
Argumen ini menjelaskan bahwa mencegah lebih baik daropada mengobati yang berarti
sebelum permasalahan akan semakin rumit maka perusahaan dari awal telah melakukan
tanggungjawabnya kepada masyarakat.

2.2 Pendapat Kontra atas CSR


2.2.1 Keuntungan maksimal

Argumen ini menolak atas praktik CSR. Argumen ini beranggapan bahwa suatu
perusahaan harus berfokus hanya pada menciptakan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pengeluaran yang dilakukan untuk program CSR dianggap tidak menguntungkan bagi
perusahaan. Hal yang terjadi akibat operasi perusahaan yang terkait dengan masyarakat dan
lingkungan di sekitar perusahaan bukanlah tanggung jawab dari suatu perusahaan.
2.2.2

Biaya keterlibatan sosial


Argumen ini beranggapan bahwa dalam hal masalah sosial memang dibutuhkan

sumber daya ekonomi untuk menyelesaikannya. Hal itu dapat dipenuhi oleh suatu perusahaan
yang jelas memiliki sumber ekonomi. Akan tetapi sumber ekonomi adalah sumber daya yang
cepat berkurang jika tidak di gunakan dengan bijaksana.
2.2.3

Kurangnya keterampilan sosial


Argumen ini beranggapan bahwa seorang pengusaha tidak akan bisa melakukan hal-

hal yang berhubungan dengan sosial karena mereka tidak memiliki keterampilan dalam
bidang tersebut.
2.2.4 Dilusi tujuan utama bisnis
Jika suatu perusahaan menambah tujuan utama bisnisnya yaitu masalah sosial maka
produktivitas perusahaan untuk meningkatan sumber daya ekonominya akan mengalami
penurunan. Hal tersebut dikarenakan fokus perusahaan terbelah menjadi dua.
2.2.5

Lemahnya neraca pembayaran internasional


Argumen ini menyatakan bahwa suatu perusahaan melakukan tanggung jawab sosial

maka akan memunculkan biaya tambahan. Sehingga perusahaan menambahkan biaya


tambahan pada harga produk. Alhasil harga produk mengalami peningkatan.
2.2.6

Bisnis memiliki power yang cukup


Bisnis dianggap sudah cukup memiliki kekuatan sosial, sehingga kita tidak perlu

mengambil langkah-langkah yang akan memberikannya lebih banyak kekuatan. Pengaruh


bisnis sudah sangat dirasakan oleh masyarakat.
2.2.7

Kurangnya akuntabilitas
Argumen ini menyatakan bahwa bisnis tidak bertanggung jawab atas masalah sosial

yang terjadi di masyarakat. Oleh karenai itu tidak bijaksana jika melimpahkan tanggung
jawab permasalahan sosial kepada perusahaan.
2.2.8

Kurangnya dukungan yang luas


Satu hal terakhir adalah bahwa keterlibatan bisnis dalam permasalahan sosial,

mungkin tidak memiliki dasar dukungan yang luas di antara semua kelompok dalam

masyarakat. Jika bisnis tidak terlibat secara sosial, itu akan menciptakan begitu banyak
gesekan dan dianggap bahwa bisnis tidak dapat melakukan tugas sosial.
BAB 3. EVOLUSI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Selama beberapa dekade terakhir CSR merupakan suatu konsep dan progam yang
banyak disuarakan serta didiskusikan baik oleh akademisi maupun praktisi. Oleh karena itu,
konsep ini tak luput dari adanya evolusi. Berikut beberapa evolusi CSR yang di jelaskan oleh
Philip L. Cochran.
a

CSR: My, how youve grown (and changed!)


Selama beberapa dekade terakhir, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) telah
berkembang dari gagasan yang sempit dan sering terpinggirkan ke dalam sebuah
konsep segi kompleks dan multi, salah satu yang semakin penting bagi banyak
pengambilan keputusan perusahaan saat ini. Sejauh bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan bahkan dibahas beberapa dekade yang lalu, diskusi tersebut terbatas pada

sekelompok kecil akademisi.


From philanthropy to strategic philanthropy
CSR Philanthropy merupakan konsep tanggung jawab sosial yang hanya sebatas
memberikan uang atau barang secara langsung kepada masyarakat. CSR dengan
konsep ini jelas memberikan manfaat kepada masyarakat, akan tetapi manfaat

terssebut tidak bertahan lama dan tidak berdampak di masa yang akan datang.
From investing to socially responsible investing
Dalam proses investasi biasanya seorang calon investor hanya melihat kemampuan
perusahaan dalam mengasilkan laba. Akan tetapi, hal tersebut mulai berevolusi ke arah

investasi berdasarkan tanggung jawab sosial.


From entrepreneurship to social entrepreneurship
Suatu kegiatan wirausaha saat ini tidak hanya berfokus pada keuntungan semata, tetapi

lebih luas lagi bisa berkontribusi terhadap lingkungan dan perekonomian masyarakat.
From venture capital fund to social venture capital fund
Perusahaan dana ventura berbasis sosial di maksud kan untuk memberikan bantuan

dana kepada masyarakat dengan tujuan sosial.


From an MBA to an MBA in CSR
Saat ini dengan bergemanya akan konsep CSR maka memberikan perkembangan pula
terhadap dunia pendidikan. Dimana beberapa sekolah atau universitas bisnis

menawarkan program MBA CSR.


Corporate social responsibility and profitability
Banyak akademisi melakukan analisis atas hubungan CSR dengan profitabilitas.
Beberapa peneliti menyebutkan bahwa perusahaan yang melakukan CSR pada
akhirnya akan memperoleh keuntungan.

The bottom line


Hal terpenting dari praktik CSR adalah diharapkan program tersebut dapat menyetuh
bottom line. Bottom line yang menjadi fokus utama CSR adalah ekonomi, sosial, dan
lingkungan.

Você também pode gostar