Você está na página 1de 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
berkesempatan dalam memberikan limpahan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul Shalat ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya harap kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi makalah ini bisa lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat dalam dalam hal ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Indralaya, 3 April 2015

Muhamad Alwafi Fath Firdaus

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR .i
DAFTAR
ISI. ii

BAB I. PENDAHULUAN..
1
1.1. Latar
Belakang 1
1.2. Tujuan..1
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA......... 2
2.1 Definisi
Shalat.. 2
2.2 Hukum
Shalat.. 2
2.3 Rukun-rukun
shalat.......... 3
2.4 Shalat
berjamaah.. 9
2.5 Shalat dalam kondisi
Khusus......................... 9
2.6 Shalat dalam
alquran......... 10
2.7 Sejarah shalat
pardu.. ...........10

BAB III.KESIMPULAN DAN


SARAN.......................... 12
3.1. Kesimpulan.. 12
3.2. Saran. 12
DAFTAR PUSTAKA...
. 13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Shalat merupakan amal yang di hisap paling pertama di alam kubur dan merupakan
amal yang paling penting, sanggat pentingnya shlat pada orang sakit pun harus
melakukan shlat walupun dalam keadaan apapun ataukah sedang sakit atau pun
sedang sibuk. Pada saat seorang sedang sakit seseorang harus shlat jika tidak bisa
berdiri duduk dan jika tidak bisa duduk berbaring jika masih tidak bisa berbaring
cukup dengan menedipkan mata. Betapa sangat pentingnya shalat dalam kehidupan
di dunia dan di akhera. Shalat juga sebagai tiang agama yang dimana untuk
membuat karakter akhlak kita untuk lebih baik lagi dan tidak mudah terjerumus
dalam lubang muslihat ataupun menuju jalan yang haram.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tata cara shalat yang benar
2. Menambah wawasan dalam tata cara shalat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Shalat
Salat (Bahasa Arab: ;;transliterasi: Shalat), merujuk kepada ritual ibadah
pemelukagama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan
segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad, sebagai figur pengejawantah perintah

Allah.[1] Umat muslim diperintahkan untuk mendirikan salat, karena menurut Surah
Al-Ankabut dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar:

dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-

perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). (Al-Ankabut: 45)
Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan,
menurut istilah, salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu
yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengansalam.
2.2 Hukum Shalat
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan peringatan keras
kepada orang yang suka meninggalkan salat wajib, mereka akan dihukumi menjadi
kafirdan mereka yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan
bersama dengan orang-orang, seperti Qarun,Firaun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Hukum salat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :
Fardu, Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Salat
Fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
Fardu Ain: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan
dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain,
seperti salat lima waktu, dan salat Jumat (fardhu ain untuk pria).
Fardu Kifayah: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung
berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang
yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka
kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Seperti salat
jenazah.
Salat sunah (salat Nafilah) adalah salat-salat yang dianjurkan atau disunnahkan
akan tetapi tidak diwajibkan. Salat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu
Nafil Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat
(hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan salat
sunah thawaf.

Nafil Ghairu Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang
kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil
(tergantung waktu dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika
terjadi gerhana).
2.3 Rukun-Rukun Salat
Salat mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satunya ditinggalkan, maka
batallah salat tersebut. Berikut ini penjelasannya secara terperinci tentang rukunrukun salat.
1.Berniat
Yaitu niat di hati untuk melaksanakan salat tertentu, hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah saw, Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya.
(Muttafaq alaih)
Niat itu dilakukan bersamaan dengan melaksanakan takbiratul ihram dan
mengangkat kedua tangan, namun, tidak mengapa kalau niat itu sedikit lebih dahulu
dari keduanya.
2.Niat shalat.
Berangkat dari Hadits ini niat diatas, niat shalat menjadi bahan diskusi diantara
Ulama-ulama ahli fiqih.
Al-Imam Asy-Syafii menyimpulkan bahwa semua amal, termasuk shalat, tiada sah
tanpa dengan niat. Sementara yang lain, seperti Al-Imam Malik, menyimpulkan
bahwa semua amal tidak sempurna (bukan tidak sah) tanpa dengan niat.
Bagi pengikut madzhab (pendapat) Asy-Syafii, berangkat dari pendapat bahwa niat
adalah rukun, dimana shalat tidak sah tanpanya, maka ditulislah teks panduan niat
dalam kitab-kitab madzhab tersebut, dengan menyaratkan
adanya Tayin (penentuan) komplit dalam niat shalat, yaitu menentukan shalat apa
dan berapa rakaatnya, fardhu atau sunnah, melaksanakan kewajiban pada
waktunya atau qadha. Misalnya untuk shalat zhuhur;
Aku berniat shalat zhuhur empat rakaat, menghadap qiblat, untuk melaksanakan
kewajiban yang sekarang (bukan qadha), karena Allah taala.
Kekomplitan ini tidak lain adalah merupakan kepedulian ulama fiqih terhadap
penjelasan tentang niat. Bahkan untuk itu mereka kemudian menyusun suatu

kalimat untuk dilafalkan ketika berniat, dengan maksud sebagai usaha untuk
memandu hati pada niat tersebut.
Bagi orang yang tidak mengerti maksud dan tujuannya, talaffuzh (melafalkan niat) ini
dianggap sebagai bidah yang dibuat-buat oleh madzhab Asy-Syafii.
Namun tidak sedikit pula dari pengikut madzhab Asy-Syafii yang kemudian,
ternyata, memang salah faham dengan panduan niat ini, mereka menganggap
bahwa niat itu adalah menghadirkan ungkapan sebagaimana lafal niat tersebut dan
mengejanya kalimat demi kalimat di dalam hati. Dan karena definisi niat itu dalah..


Menyengaja sesuatu bersamaan dengan melakukannya
Maka proses penghadiran ungkapan niat itu di lakukan pada awal takbiratul-ihram.
Ironisnya, mereka yang salah faham (dengan mengeja lafal niat didalam hati) itu
kemudian salah faham lagi dengan kalimat muqtarinan bi-filihi (bersamaan dengan
perbuatannya) yang ada dalam konteks definisi niat itu. Mereka menganggap bahwa
proses pengungkapan niat harus rampung pada saat takbiratul-ihram, sehingga
mereka menyelesaikan bacaan takbir dalam waktu yang cukup lama, karena
menunggu selesainya pelafalan niat didalam hati, bahkan tidak sedikit dari mereka
yang kemudian sering was-was semasa takbir, merasa niatnya tidak sah karena
belum sempurna terlafalkan didalam hatinya, dan akibatnya banyak yang sering
menggagalkan takbir dan mengulanginya kembali dengan niat ala mereka.
Sungguh ini merupakan kesalahfahaman yang ironis, karena selain hal ini dapat
menyulitkan si peshalat, maka bagi pengkeritik madzhab Asy-Syafii, hal ini akan
dibuat sebagai alasan untuk menyalahkan Ulama Asy-Syafiiyah yang telah
menyusun lafal niat.
Memang benar, niat itu harus rampung pada saat takbir, artinya kesadaran dan
kesengajaan untuk shalat itu harus sudah hadir didalam hati sebelum takbir usai.
Namun, sekali lagi, bukan melafalkan niat pada saat takbir.
3. MembacaTakbiratulIhram
Yaitu dengan lafazh (ucapan): Allaahuakbar.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, Kunci salat itu adalah bersuci, pembatas
antara perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu salat adalah takbir, dan
pembebas dari keterikatan salat adalah salam. (HR Abu Daud, At- Tirmidzi, dan

lainnya: hadits shahih)


Berdiri (bagi yang sanggup ketika melaksanakan salat wajib)
Hal ini berdasarkan firman Allah saw,
Peliharalah segala salat(mu) dan (peliharalah) salat wustha (Ashar). Berdirilah
karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyu. (QS Al-Baqarah: 238)
Sabda Rasulullah saw kepada Imran bin Hushain, Salatlah kamu dengan berdiri;
apabila tidak mampu, maka dengan duduk; dan jika tidak mampu juga, maka
salatlah dengan berbaring ke samping. (HR Al-Bukhari)
Membaca Surat Al- Fatihah Tiap Rakaat Salat Fardu dan Salat Sunah
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, Tidak sah salat seseorang yang tidak
membaca surat Al-Fatihah. (HR.Bukhari)
4. Ruku
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala,
Hai orang- orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Rabbmu dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan. (QS
Al-Hajj: 77)
Juga berdasarkan sabda Nabi saw kepada seseorang yang tidak benar shalatnya:
kemudian rukulah kamu sampai kamu tumaninah dalam keadaan ruku. (HR
Bukhari dan Muslim)
5. Bangkit dari Ruku
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw terhadap seseorang yang salah dalam
salatnya:
kemudian bangkitlah (dari ruku) sampai kamu tegak lurus berdiri. (HR Bukhari
dan Muslim)
6. Itidal (berdiri setelah bangkit dari ruku)
Hal ini berdasarkan hadits tersebut di atas tadi dan berdasarkan hadits lain yang
berbunyi:
Allah tidak akan melihat kepada salat seseorang yang tidak menegakkan tulang
punggungnya di antara ruku dan sujudnya. (HR Ahmad, dengan isnad shahih)
7. Sujud
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT yang telah disebutkan di atas tadi. Juga
berdasarkan sabda Rasulullah saw, Kemudian sujudlah kamu sampai kamu
tumaninah dalam sujud. (HR Bukhari dan Muslim)

8.Bangkit dari Sujud


Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:
Kemudian bangkitlah sehingga kamu duduk dengan tumaninah. (HR Bukhari dan
Muslim)
9.Duduk di antara Dua Sujud
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:
Allah tidak akan melihat kepada shalat seseorang yang tidak menegakkan tulang
punggungnya di antara ruku dan sujudnya. (HR Ahmad, dengan isnad shahih)
10. Tumaninah Ketika Ruku, Sujud, Berdiri, dan Duduk
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw kepada seseorang yang salah dalam
melaksanakan shalatnya:
Sampai kamu merasakan tumaninah. (HR Bukhari dan Muslim)
Tumaninah tersebut beliau tegaskan kepadanya pada saat ruku, sujud, dan duduk,
sedangkan itidal pada saat berdiri. Hakikat tumaninah itu ialah bahwa orang yang
ruku, sujud, duduk, atau berdiri itu berdiam sejenak, sekadar waktu yang cukup
untuk membaca satu kali setelah semua anggota tubuhnya berdiam. Adapun
selebihnya dari itu adalah sunah hukumnya.
11. Membaca Tasyahud Akhir Serta Duduk
Adapun tasyahhud akhir itu, maka berdasarkan perkataan Ibnu Masud ra yang
bunyinya:
Dahulu kami membaca di dalam salat sebelum diwajibkan membaca tasyahhud
adalah, Kesejahteraan atas Allah, kesejahteraan atas malaikat Jibril dan Mikail.
Maka bersabdalah Rasulullah saw, Janganlah kamu membaca itu, karena
sesungguhnya Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia itu sendiri adalah Maha
Sejahtera, tetapi hendaklah kamu membaca:
Segala penghormatan, salawat dan kalimat yang baik bagi Allah. Semoga
kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah dianugerahkan kepadamu wahai Nabi.
Semoga kesejahteraan dianugerahkan kepada kita dan hamba-hamba yang salih.
Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulNya. (HR An-Nasai, AdDaruquthni dan Al- Baihaqi, dengan sanad shahih)
Apabila salah seorang di antara kamu duduk (tasyah- hud), hendaklah dia
mengucapkan: Segala penghormatan, salawat dan kalimat- kalimat yang baik bagi
Allah. (HR Abu Daud, An- Nasai dan yang lainnya, hadits ini shahih dan

diriwayatkan pula dalam dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim)


Adapun duduk untuk tasyahud itu termasuk rukun juga karena tasyahhud akhir itu
termasuk rukun.
12. Membaca Salam
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, Pembuka salat itu adalah bersuci,
pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu salat adalah
takbir, dan pembebas dari keterikatan shalat adalah salam. (HR Abu Daud, AtTirmidzi dan lainnya, hadits shahih)
13. Melakukan Rukun- Rukun Salat Secara Berurutan
Oleh karena itu, janganlah seseorang membaca surat Al- Fatihah sebelum takbiratul
ihram dan janganlah ia sujud sebelum ruku. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah
saw, Salatlah kalian sebagaimana kalian melihatku salat. (HR Bukhari)
Maka apabila seseorang menyalahi urutan rukun salat sebagaimana yang sudah
ditetapkan oleh Rasulullah saw, seperti mendahulukan yang semestinya diakhirkan
atau sebaliknya, maka batallah salatnya.
2.4 Shalat Berjamah
Salat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama (berjamaah). Pada
salat berjamaah seseorang yang dianggap paling kompeten akan ditunjuk sebagai
Imam Salat, dan yang lain akan berlaku sebagai Makmum.

Salat yang dapat dilakukan secara berjamaah antara lain :

Salat Fardu

Salat Tarawih

Salat yang mesti dilakukan berjamaah antara lain:

Salat Jumat

Salat Hari Raya (Ied)

Salat Istisqa

2.5 Salat dalam kondisi khusus


Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan salat diberi keringanan
tertentu. Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan (safar).

Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan
melakukan salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk
maka ia diperbolehkan salat dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak
mampu melakukan gerakan tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat.
Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia diperkenankan
menggabungkan (jama) atau meringkas (qashar) salatnya. Menjamak salat berarti
menggabungkan dua salat pada satu waktu yakni zuhur dengan asar atau maghrib
dengan isya. Mengqasar salat berarti meringkas salat yang tadinya 4 rakaat (zuhur,
asar, isya) menjadi 2 rakaat.
2.6 Shalat dalam Al quran

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: Hendaklah

mereka mendirikan salat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan


kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari
(kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan (QS.Ibrahim :
31)14:31

Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji (zinah)

dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat lain) Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan (al-Ankabut : 45) 29:45

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-

nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan
menemui kesesatan (Maryam: 59)19:59

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia

ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat


kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap
mengerjakan salatnya (al-Maarij : 19-23)70:19
2.7 Sejarah Salat Fardu
Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya
adalah Salat Malam, yaitu sejak diturunkannya Surat al-Muzzammil (73) ayat 1-19.
Setelah beberapa lama kemudian, turunlah ayat berikutnya, yaitu ayat 20:

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang)


kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan
(demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah
menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali
tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan
kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran. Dia
mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orangorang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang
yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari
Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman
kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk
dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang
paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dengan turunnya ayat ini, hukum Salat Malam menjadi sunah. Ibnu Abbas, Ikrimah,
Mujahid, al-Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya berkata mengenai ayat 20 ini,
Sesungguhnya ayat ini menghapus kewajiban Salat Malam yang mula-mula Allah
wajibkan bagi umat Islam.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar:

dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-

perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). (Al-Ankabut: 45)
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan peringatan keras
kepada orang yang suka meninggalkan salat wajib, mereka akan dihukumi menjadi
kafirdan mereka yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan
bersama dengan orang-orang, seperti Qarun,Firaun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Dan rukun shalat pun sangat penting dalam melakukan ibadah shalat maka dari itu
kita harus benar dalam rukunnya tersebut.

3.2 Saran
Jangan lah meninggalkan shlat dalam keadaan apapun kecuali sedang nifas untuk
perempuan. Jika meninggalkan shalat maka hari kiamat akan disandingkan bersama
dengan orang-orang, seperti Qarun,Firaun, Haman dan Ubay bin Khalaf

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Salat(di unduh pada tanggal 16 januari 2013 jam 19.00)
Tuntunan Shalat Menurut Al- Quran dan As-Sunnah, Syaikh Abdullah bin
Abdurrahman Al- Jibrin

Você também pode gostar