Você está na página 1de 12

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Kolelitiatis (kalkulus/kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam
kantung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu, batu
empedu memilki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. Batu
empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi
insidensnya semakin sering pada individu berusia diatas 40 tahun. Sesudah
itu, insidens kolelitiasis semakin meningkat hingga suatu tingkat yang
diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun satu dari 3 orang akan memiliki batu
empedu.
Kolelitiasis adalah batu empedu yang terletak pada saluran empedu
yang disebabkan oleh faktor metabolik antara lain terdapat garam-garam
empedu, pigmen empedu dan kolestrol, serta timbulnya peradangan pada
kandung empedu.
B. Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti, adapun
faktor

predisposisi

terpenting,

yaitu:

gangguan

metabolisme

yang

menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan


infeksi kandung empedu.
Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor
terpenting dalam pembentukan batu empedu karena hati penderita batu
empedu kolesterol mengekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol.

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu (dengan


cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu.
Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan
supersaturasi progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsurinsur tersebut. Gangguan kontraksi

kandung empedu

atau

spasme

spingteroddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor hormonal


(hormon kolesistokinin dan sekretin) dapat dikaitkan dengan keterlambatan
pengosongan kandung empedu.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam
pembentukan batu. Mukus meningkatkan viskositas empedu dan unsur sel
atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan. Infeksi
lebih timbul akibat dari terbentuknya batu, dibanding panyebab terbentuknya
batu.
C. Patofisiologi
1. Batu pigmen
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat
anion ini adalah bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen
(bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin
terkonjugasi karna adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak
terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil
tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari
bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak
larut dalam air tapi larut dalam lemak.sehingga lama kelamaan terjadi

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu


empedu tapi ini jarang terjadi.
2. Batu kolesterol
Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan
berpengaruh dalam pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak larut
dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan
lesitin (fosfolipid).
D. Manifestasi Klinik
Gejala kolelitiasis dapat terjadi akut atau kronis dan terjadinya
gangguan pada epigastrium jika makan makanan berlemak, seperti: rasa
penuh diperut, distensi abdomen, dan nyeri samar pada kuadran kanan atas.
1. Rasa nyeri hebat dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat batu, maka kandung empedu
mengalami distensi kemudian akan terjadi infeksi sehingga akan teraba
massa pada kuadran I yang menimbulkan nyeri hebat sampai menjalar ke
punggung dan bahu kanan sehingga menyebabkan rasa gelisah dan tidak
menemukan posisi yang nyaman. Nyeri akan dirasakan persisten (hilang
timbul) terutama jika habis makan makanan berlemak yang disertai rasa
mual dan ingin mual muntah pada pagi hari karena metabolisme di
kandung empedu akan meningkat.
Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran
empedu sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar
(bilirubin, garam empedu dan kolesterol) menyebabkan terjadinya proses

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

peradangan disekitar hepatobiliar yang mengeluarkan enzim-enzim SGOT


dan SGPT, menyebabkan peningkatan SGOT dan SGPT yang bersifat
iritatif di saluran cerna sehingga merangsang nervus vagal dan menekan
rangsangan sistem saraf parasimpatis sehingga terjadi penurunan peristaltik
sistem pencernaan di usus dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di
lambung dan peningkatan rasa mual yang mengaktifkan pusat muntah di
medula oblongata dan pengaktifan saraf kranialis ke wajah, kerongkongan
serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan diafragma
sehingga menyebabkan muntah.
Apabila saraf simpatis teraktifasi akan menyebabkan akumulasi gas
usus di sistem pencernaan yang menyebabkan rasa penuh dengan gas maka
terjadilah kembung.
2. Ikterik dan BAK berwarna kuning
Akibat adanya obstuksi saluran empedu menyebabkan eksresi
cairan empedu ke duodenum (saluran cerna) menurun sehingga feses tidak
diwarnai oleh pigmen empedu dan feses akan berwarna pucat kelabu dan
lengket seperti dempul yang disebut Clay Colored. Selain mengakibatkan
peningkatan alkali fosfat serum, eksresi cairan empedu ke duodenum
(saluran cerna) juga mengakibatkan peningkatan bilirubin serum yang
diserap oleh darah dan masuk ke sirkulasi sistem sehingga terjadi filtrasi
oleh ginjal yang menyebabkan bilirubin dieksresikan oleh ginjal sehingga
urin berwarna kuning bahkan kecoklatan.

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

3. Defisiensi Vitamin.
Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorpsi vitamin A, D,
E, dan K yang larut lemak.Defisiensi vitamin K dapat mengganggu
pembekuan darah yang normal.
E. Komplikasi
1. Kolisistitis akut
2. Kolisistitis kronik
3. Koledokolitiasis
4. Pankreatitis
F. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Tomografi komputer
G. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Diet rendah lemak
b. Obat-obat antikolinergik-antispasmodik
c. Analgesik
d. Antibiotik bila disertai kolesistitis
e. Asam empedu (asam kenodeoksikolat) 6,75-4,5 g/hari, diberikan
dalam waktu lama. Dikatakan dapat menghilangkan batu empedu,
terutama batu kolestrol. Asam ini mengubah empedu yang
mengandung banyak kolestrol. Asam ini mengubah empedu yang
mengandung banyak kolestrol (lithogenic bile) menjadi empedu
dengan komposisi normal. Dapat juga untuk pencegahan, namun efek
toksiknya banyak, kadang-kadang diare
2. Kolesistektomi
Dengan kolesistektomi, pasien dapat hidup normal, makan seperti biasa.
Umumnya dilakukan pada pasien dengan kolik bilier atau diabetes.

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan .
Data yang dikumpulkan meliputi :
1. Identitas
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register,
diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut
untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan
dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul
meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan
alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien
saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri
abdomen pada kuadran kanan atas.
b. Riwayat kesehatan sekarang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode


PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman
dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau
pernah di riwayat sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita
penyakit kolelitiasis
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
1) Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien
2) Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan
klien.
3)Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi
(TPRS)
b. Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya
pada penyakit ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan
karena terjadi pembengkakan pada kandung empedu.
4. Pola aktivitas
a. Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

b. Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan
aktivitas dan anjuran bedrest
c. Aspek Psikologis
Kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan
suasana hati
d. Aspek penunjang
1) Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin,amylase serum
meningkat)
2) Obat-obatan terapi sesuai dengan anjuran dokter.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi/spasme duktus,
proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.
2. Kekurangan volume cairan,

terhadap berhubungan dengan muntah,

distensi, dan hipermortilitas gaster.


3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan mual/muntah,
C. Rencana/ Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi/spasme duktus,
proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.
Intervensi :

Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri
(menetap, hilang timbul, kolik).
Rasional: Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan
informasi

tentang

kemajuan/perbaikan

penyakit,

terjadinya

komplikasi, dan keefektifan intervensi.


Dorong menggunakan teknik relaksasi, contoh bimbingan imajinasi,
visualisasi, latihan napas dalam.
Rasional : Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian,
dapat meningkatkan koping.

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang


nyaman.
Rasional:Tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan

tekanan intraabdomen.
Berikan obat sesuai indikasi; antikolinergik
Rasional: Menghilangkan reflex spasme/kontraksi otot halus dan

membantu dalam manajemen nyeri.


2. Kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap berhubungan dengan
muntah, distensi, dan hipermortilitas gaster.
Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran
kurang dari masukan, peningkatan berat jenis urine. Kaji membrane

mukosa/kulit, nadi perifer, dan pengisian kapiler.


Rasional: Memberikan informasi tentang status cairan/volume
sirkulasi dan kebutuhan penggantian.

Awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram


abdomen, kelemahan, kejang, kejang ringan, kecepatan jantung tak
teratur, parestesia, hipoaktif atau tak adanya bising usus, depresi
pernapasan.
Rasional: Muntah berkepanjangn, aspirasi gaster, dan pembatasan
pemasukan oral dapat menimbulkan defisit natrium, kalium dan

klorida.
Berikan antimetik.
Rasional: Menurunkan mual dan mencegah muntah
Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K.
Rasional: Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki

ketidakseimbangan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan mual/muntah
Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan
rangsangan berbau.
Rasional: Untuk meningkatkan napsu makan/menurunkan mual.

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Tambahkan diet sesuai toleransi, biasanya rendah lemak, tinggi


serat, batasi makanan penghasil gas dan makanan/makanan tinggi

lemak.
Rasional:Memenuhi

kebutuhan

nutrisi

dan

meminimalkan

rangsangan pada kandungan empedu.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, dkk., (2000). Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC: Jakarta
Mansjoer,A., (2000). Kapita selekta kedokteram. Edisi 3. Jilid 2. Media
Aesclulapius:Jakarta
Price, S.A. dan Wilson, L.M., (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Volume 1. EGC: Jakarta
Smeltzer,S.C. dan Bare, B.G, (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Vol.
2.EGC: Jakarta

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Penyimpangan KDM Kolelitiasis


Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu

Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil


tranferase

Presipitasi / pengendapan
Berbentuk batu empedu
Batu tersebut tidak dapat dilarutkan
Obstruksi saluran empedu
Alir balik cairan empedu ke hepar
(bilirubin, garam empedu, kolesterol)

rangsangan dithalamus
Perasaan jenuh terhadap makanan tertentu

Proses peradangan disekitar hepatobiliar


Merangsang zat bradikinin,
histamin,prostaglandin
Rangsagan diteruskan ke thalamus

Tidak ada selera makan


Asupan nutrisi kurang kedalam tubuh

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. S


Nutrisi kurang dari kebutuhan

Nyeri

Terjadi perubahan
status kesehatan
Ketidakmampuan
koping individu
Ansietas

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : KOLELITIASIS


DI RUANG PERAWATAN BEDAH DIGESTIV
RUMAH SAKIT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

FERY RAHMAN ARSYAD, S.Kep.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011

Você também pode gostar