Você está na página 1de 4

Analisa Trend Industri Telekomunikasi di Indonesia

o
o

Sejarah Telekomunikasi di Indonesia


Sejarah telekomunikasi Indonesia dimulai dari tahun 1884, pemerintah kolonial Belanda mendirikan
perusahaan swasta yang menyediakan jasa pos domestik dan jasa telegram internasional. Jasa telepon
tersedia pertama kalinya di Indonesia pada tahun1882. Dan sampai dengan tahun 1906, disediakan oleh
perusahaan swasta dengan lisensi pemerintah selama 25 tahun. Tahun 1906, pemerintah kolonial
Belanda membentuk departemen yang mengendalikan semua jasa pos dan telekomunikasi di Indonesia.
Tahun 1961, beberapa dari jasa ini digantikan ke perusahaan milik negara. Tahun 1965, pemerintah
memisahkan jasa pos dan telekomunikasi ke dua perusahaan negara, yaitu: PN Pos dan Giro, dan PN
Telekomunikasi. Tahun 1974, PN Telekomunikasi dipecah menjadi dua yaitu: Perusahaan Umum
Telekomunikasi dan PT Inti. Tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional berubah dari Perumtel ke
Indosat.
Tahun 1991, pemerintah merubah Perumtel dari "Perusahaan Umum" menjadi "Persero" yaitu PT
TELKOM. Tahun 1992, berdiri PT Lintasarta. Tahun 1993, berdiri PT Satelindo yang merupakan joint
venture dari beberapa perusahaan telekomunikasi yaitu: TELKOM, Indosat, PT Bimagraha Telekomindo,
dan DeTeMobil. Pada tahun ini juga berdiri PT Ratelindo yang merupakan joint ventureantara TELKOM
dan PT Bakrie Electronics.Tahun 1995 dan tahun berikutnya berdiri beberapa perusahaan
telekomunikasi lainnya, yang di dalamnya PT TELKOM mempunyai bagian saham,
yaitu:Telkomsel,Komselindo, Mobisel, Metrosel, Pasifik Satelit. Selain itu masih ada perusahaan
telekomunikasi yang masih dalam tahap proposal, yang bergerak dalam bidang multimedia.
Perusahaan-Perusahaan Telekomunikasi di Indonesia
PT TELKOM merupakan pemegang hak monopoli telekomunikasi domestik di Indonesia, untuk
sambungan lokal sampai dengan tahun 2001 dan sambungan jarak jauh sampai dengan tahun 2006.
Sedangkan untuk jasa sambungan internasional saat ini dilayani oleh dua perusahaan yaitu PT Indosat
dengan kode akses 001 dan PT Satelindo dengan kode akses 008. Sesuai dengan UU N0.3/1989, Kepres
No.8/1993, serta Kepmen N0.39/1993 yang mengatur bentuk kerjasama antara perusahaan swasta dan
BUMN (dalam hal ini PT TELKOM dan PT Indosat), bahwa perusahaan swasta dapat menyelenggarakan
jasa telekomunikasi dasar melalui kerjasama patungan (joint venture), kerjasama operasi (KSO), dan
kontrak manajemen. Sehingga atas perusahaan-perusahaan swasta telekomunikasi di Indonesia, PT
TELKOM mempunyai bagian saham di dalamnya. Gambaran menegenai bagian saham yang dimiliki PT
TELKOM dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.
Produk Telekomunikasi
Perusahaan telekomunikasi di Indonesia pada umumnya menyediakan produk berupa jasa-jasa
telekomunikasi, baik domestik maupun internasional. Jasa-jasa telekomunikasi yang ditawarkan
meliputi sambungan tetap dan bergerak, komunikasi data, dan sewa sambungan, dan berbagai jasa
bernilai tambah.
Jasa-jasa tersebut secara rinci sebagai berikut:
Jaringan telepon umum / public switched telephone network
Jasa pelanggan telepon / telephone subscriber services
Jasa interkoneksi operator telekomunikasi/ interconnection services to other
telecommunications operators
Interkoneksi jarak jauh internasional /international long distance
interconnection
Interkoneksi sambungan tetap dan bergerak /mobile and fixed cellular
interconnection
Jasa sambungan bergerak / mobille cellular services

Jasa sambungan analog / analog cellular services

Jasa sambungan GSM / GSM cellular services

Jasa sambungan PCN / PCN cellular services

Jasa satelit / satellite services

Jasa lainnya

VSAT

e-mail

kartu telepon / calling cards


Teknologi Telekomunikasi
Teknologi telekomunikasi merupakan teknologi yang cepat berkembang, seiring dengan berkembangnya
industri elektronika dan komputer. Trend teknologi telekomunikasi ini semakin ke arah
teknologi wireless (tanpa kabel).
Ada beberapa indikasi yang dapat dilihat pada proses perkembangan teknologiwireless. Indikasi
tersebut adalah: beralihnya ke teknologi digital, semakin besar kapasitas, semakin sederhana
perangkatnya, perluasan daya jangkau, keamanan dan privacy lebih baik, personalitas dan penambahan
fasilitas yang lain.
Arah perkembangan teknologi wireless, semuanya menuju ke teknologi FPLMTS (Future Public Land
Mobile Telecommunications System). Teknologi tersebut dapat didekati dari
teknologi cordless, cellular maupun satelit. Evolusi teknologi telekomunikasi saat ini mempunyai
kecenderungan untuk beralih via radio, optik atau satelit.
Teknologi wireless berbasis cordless
Ditinjau dari aplikasinya, teknologi wireless dapat dikategorikan menjadi dua yaitu :
teknologi wireless untuk pelayanan tetap, dikenal dengan istilah WLL (Wireless Local Loop) atau juga
disebut JARLOKAR (Jaringan Lokal Akses Radio) dan teknologi wireless untuk pelayanan jasa komunikasi
bergerak, yang sifatnya terbatas disebut cordless maupun yang tidak terbatas, yang disebut mobile
communication.
Perkembangan teknologi wireless, menyangkut beberapa aspek, yaitu aspek mekanisme aksesnya,
aspek codingnya , aspek keamanan dan aspek pengembangan kapasitas untuk layanan pita lebar serta
aspek standarisasi.
Analog cordless telephones CT0
Telepon cordless jenis ini masih memakai teknologi analog. Frekuensi kerja 49 Mhz dan menggunakan
metoda akses FDMA. Komunikasi yang bisa dilakukan masih bersifat satu arah.

Analog cordless telephones CT1


Telepon cordless analog ini beroperasi pada ekstensi jaringan PSTN. Pada unit pengirimnya beroperasi
pada band 1,642-1,782 MHz (20 kHz spacing) dan untuk unit portabel menggunakan band 47,456-47,543
MHz (12,5 kHz spacing). Maksimum power handset adalah 10 mW dan mempunyai daya jangkau sekitar
200 m.

Digital cordless telephones CT2


Di samping Indonesia, banyak negara yang menggunakan teknologi CT2 ini. Di Indonesia lebih dikenal
dengan sebutan telepoint. Jumlah pasar rata-rata kurang dari 20 % dibandingkan dengan pelanggan
selular dan PCN. Teknologi ini menggunakan bandwidth 4 Mhz dari 864-868 MHz dengan
kemampuan handle trafik sampai 40 carriers, dengan carrier spacing masing-masing 100 Khz.
Sistem ini sangat cocok digunakan pada daerah urban, suburban maupun daerah yang sulit dijangkau
oleh jaringan kabel. Tetapi dengan regulasi di Indonesia memungkinkan teknologi CT2 ini
hanya outgoing call saja yang akan membatasi teknologi ini sebagai alternatif.

Personal Handyphone System (PHS)


Asal negara pengguna adalah Jepang. Teknologi ini dapat digunakan sebagai fixed maupun low mobility
applications yang dapat mendukung layanan suara, data dan ISDN dengan bit rate 32 Kbps ADPCM.
Beberapa konsep yang ditawarkan oleh PHS pada aplikasi WLL yang akan mengcakup Home Cordless
telephony, Public Service, serta wirelessPABX dan juga direct mode (handy talkie), dapat dihubungkan
dengan PSTN dan pendekatan linknya dapat menggunakan radio maupun kabel. Band frekuensi yang
digunakan adalah 1895-1918,1 MHz.

Digital European Cordless Telephone (DECT)


Standar teknis mengikuti ETSI (European Technical Standards Institute). Sampai sekarang telah
beroperasi di 32 negara. Daerah cakupannya sekitar 300 m untuk pico cell. Tetapi untuk kondisi khusus

dapat dikembangkan lagi. DECT dapat diaplikasikan pada beberapa penggunaaan antara lain : rumah
tangga, publik, bisnis dan local loop aplications.

CT3
CT3 merupakan sistem proprietari digital yang dikembangkan oleh Ericson.
Teknologi wireless berbasis cellular
Teknologi selular didesain untuk aplikasi makroselular dan kerapatan lau-lintas yang terbatas. Oleh
sebab itu teknologi ini memberikan solusi yang memadai untuk pembangunan jarlokar (Jaringan Lokal
Akses Radio) di daerah suburban maupun rural. Tetapi yang perlu diingat adalah masalah keterbatasan
kualitas suara dan alokasi frekuensi.
Terdapat sejumlah teknologi radio selular yang beroperasi sementara ini di seluruh dunia. Namun
hampir tidak ada standard yang baku dalam teknologi tersebut. Hal ini ternyata membatasi
pengembangan sistem radio selular itu sendiri, khususnya yang menyangkut masalah roaming
Berbeda dengan teknologi cordless, teknologi selular mempunyai kemampuan untuk mobilitas yang
lebih tinggi dan cakupan yang lebih besar. Sebagai gambaran dari jaringan selular adalah sebagai
berikut :
Analogue Cellular Radio
Di antara sistem-sistem tersebut, terlihat bahwa sistem AMPS relatif memiliki kenggulan teknologi,
terutama bila ditinjau dari kapasitas kanal kendali berikut laju transmisinya. Hal ini berarti bahwa
dalam sistem AMPS waktu pembangunan panggilan adalah relatif lebih pendek, sesuatu yang tentunya
sangat diharapkan oleh operator STBS. Jaringan tipikal AMPS.
Di Indonesia sistem ini telah dijadikan sebagai STB Nasional sejak tahun 1989, yang memperluas
penggunaan STBS di tanah air, yang pada mulanya menerapkan sistem NMT450 (STB-C).

Digital Cellular Radio


Dalam perkembangan STBS selanjutnya, dimana peningkatan efisiensi pemanfaatan spektrum dan
kualitas serta jenis layanan merupakan hal yang sangat dibutuhkan, penerapan teknologi selular digital
telah menjadi pertimbangan yang utama.
Alasan-alasan pokok dari penerapan teknologi digital dalam STBS antara lain:
a.Sinyal digital relatif lebih kebal dibanding sinyal analog.
b.Perangkat cenderung lebih murah, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi digital
c.Peningkatan kapasitas, karena adanya teknik-teknik modulasi digital yang hemat spektrum
d.Jenis-jenis layanan baru bisa diperoleh, terutama bila terintegrasi dengan ISDN
e.Keamanan relatif lebih baik
Kelompok-kelompok besar sistem radio selular digital yang sedang beroperasi di dunia antara lain NADC
(North American Digital Cellular), GSM (Global Selular Mobile) , DAMPS, (Digital AMPS), JDC (Japan
Digital Cellular) dan IS-95 (metoda akses CDMA).
Di Indonesia sendiri sistem yang telah dirintis pengoperasiannya adalah GSM, hal ini didasarkan pada
SK. Dirjen Postel Nomor 4243/Dirjen /1993 tanggal 14 Oktober 1993, yang mengesahkan implementasi
GSM di Batam-Bintan sebagai proyek STBSD.

PCS/PCN (Personal Communication System/Personal Communication Network)


Teknologi ini berkembang dari masyarakat komunikasi wireless dengan mobilitas tinggi yang semakin
berkembang jumlahnya. PCS berkembang di Amerika Serikat sedangkan PCN di Eropa. PCS/PCN dapat
diartikan sebagai sebuah bentuk layanan baru telekomunikasi bergerak (Mobile Telecommunication)
yang bersifat lebih portable dan pocketsize. Yang tidak dipunyai oleh layanan telekomunikasi radio
yang tidak bergerak (Fixed Radio Telecommunication). Teknologi ini juga memungkinkan diintegrasikan
dengan jaringan komunikasi yang lain seperti ke PSTN. Jika dilihat dari jaringannya maka dapat dikenal
PCS/PCN terestrial dan PCS/PCN satelit.
Struktur Lingkungan Industri Telekomunikasi di Indonesia
Untuk mengetahui trend industri telekomunikasi yang ada, kita harus mengetahui terlebih dahulu
struktur lingkungan industrinya. Lingkungan Industri Lingkungan industri adalah tingkatan dari
lingkungan eksternal perusahaan yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki
implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasionalisasi perusahaan.
Perkembangan suatu industri tidak terlepas dari persaingan para pelaku didalamnya. Struktur industri
mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan permainan.

Menurut Michael Porter dalam bukunya Competitive Strategy, keadaan persaingan


dalam suatu industri tergantung lima kekuatan persaingan pokok, yaitu:
1.
Jasa Pengganti
o
macam-macam jasa subsitusi
o

perbedaan harga relatif antara jasa subsitusi dengan jasa telekomunikasi itu sendiri

kecendrungan pelanggan terhadap jasa subsitusi

Jika ancaman barang subsitusi itu rendah maka potensi keuntungan dalam industri tersebut tetap
tinggi.
2.
Daya tawar pelanggan dan kondisi pasar
o
banyaknya pelanggan
o

pembagian pasar

sensitifitas pelanggan terhadap perubahan harga dan perubahan layanan

Jika daya tawar pelanggan lemah, maka potensi keuntungan dalam industri tersebut akan naik.
3.
Daya tawar pemasok
o
asal pemasok
o

konsentrasi pemasok

keberadaan input subsitusi

jika daya tawar pemasok rendah, maka potensi keuntungan dalam industri akan naik.
4.
Kondisi persaingan antar perusahaan
o
pemain dominan
o

pemain lainnya

hubungan persaingan antar pemain

pertumbuhan industri

5.
o

Ancaman Pendatang baru


skala ekonomi

identitas merek

kebutuhan modal

kebijakan pemerintah

Jika penghalang masuk dalam industri itu kuat, maka potensi keuntungan dalam industri tersebut
tetap besar.

Você também pode gostar