Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DISUSUN OLEH
Mahfira Ramadhania
:
2010730066
DOKTER PEMBIMBING:
dr. Satrio Prodjohoesodo, Sp.THT
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014
1
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A.
Latar Belakang..........................................................................................4
B.
Tujuan........................................................................................................4
Anatomi Telinga........................................................................................5
1.
Telinga Luar...........................................................................................5
2.
Telinga Tengah.......................................................................................9
3.
Telinga Dalam......................................................................................16
B.
Fisiologi Telinga......................................................................................18
1.
Fungsi Telinga......................................................................................18
2.
Fisiologi Pendengaran.........................................................................21
3.
Fisiologi Keseimbangan......................................................................22
C.
Anamnesis............................................................................................24
2.
Pemeriksaan Fisik................................................................................25
3.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran berperan penting
pada
partisipasi
Perkembangan
seseorang
normal,
dalam
aktivitas
pemeliharaan
kehidupan
bicara,
dan
sehari-hari.
kemampuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Telinga
terdapat pada seluruh liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya
sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun
bertulang di sebelah medial. Seringkali terdapat penyempitan liang telinga
pada
perbatasan
tulang
dan
tulang
rawan
tersebut.
sendi
dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari
kavum timpani.
Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars
flasida (membrane sharpnell) dimana lapisan luar merupakan lanjutan epitel
kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia,
dan pars tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi
ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
elastin.
Membrana ini panjang vertical rata-rata 9-10 mm dan diameter anteroposterior kira-kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Letak membrana
timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang
arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 450 dari
dataran sagital dan horizontal. Membrana timpani merupakan kerucut,
dimana bagian puncak dari kerucut menonjol kearah kavum timpani, puncak
ini dinamakan umbo. Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya
(cone of light). Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :
1) Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.
2) Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.
3) Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum
kutaneum dan mukosum.
Lamina propria yang terdiri dari dua lapisan anyaman penyabung
elastic yaitu: bagian dalam sirkuler, dan bagian luar radier.
2. Telinga Tengah
Teling tengah berbentuk kubus dengan batas-batas :
Batas luar
Batas depan
Batas bawah
Batas belakang
Batas atas
Batas dalam
:
:
:
:
:
membrane timpani
tuba eustachius
vena jugularis
aditus ad antrum
tegmen timpani
: berturut-turut dari atas kebawah, kanalis semi
Cavum timpani
Tuba eustachius
Prosesus Mastoid
a. Kavum Timpani
Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal,
bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior
atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum
timpani terdiri dari tulang-tulang pendengaran, otot, serta saraf.
Tulang-tulang pendengaran
a) Malleus (hammer/ martil).
Malleus adalah tulang yang paling besar diantara semua tulang-
10
11
berhubungan
dengan
foot
plate
yang
biasanya
Otot
Terdiri dari : otot tensor timpani ( muskulus tensor timpani) dan
otot stapedius ( muskulus stapedius).
Otot tensor timpani adalah otot kecil panjang yang berada 12 mm
diatas tuba eustachius. Otot ini melekat pada dinding semikanal tensor
timpani. Kanal ini terletak diatas liang telinga bagian tulang dan terbuka
kearah liang telinga sehingga disebut semikanal. Serabut -serabut otot
12
tersebut.
Serabut-serabutnya
bergabung
membentuk
tendon
13
b. Tuba Eustachius
Tuba eustachius, yang menghubungkan rongga telinga tengah
dengan nasofaring. Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba
faringotimpani. bentuknya seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran
yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang
dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial
dari telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.
14
15
tuba
eustachius
sebagai
ventilasi
telinga
yaitu
Ujung
atau
puncak
koklea
disebut
helikotrema,
16
17
B. Fisiologi Telinga
1. Fungsi Telinga
Telinga luar berfungsi mengumpulkan suara dan mengubahnya menjadi
energi getaran sampai ke gendang telinga. Telinga tengah menghubungkan
gendang telinga sampai ke kanalis semisirkularis yang berisi cairan. Di telinga
tengah ini, gelombang getaran yang dihasilkan tadi diteruskan melewati
tulang-tulang pendengaran sampai ke cairan di kanalis semisirkularis; adanya
ligamen antar tulang mengamplifikasi getaran yang dihasilkan dari gendang
telinga.
Telinga dalam merupakan tempat ujung-ujung saraf pendengaran yang
akan menghantarkan rangsangan suara tersebut ke pusat pendengaran di otak
manusia.
a. Konduksi Tulang
18
19
dalam waktu singkat, maka pergeseran nilai ambang ini terjadi sementara.
Fenomena ini dinamakan kelelahan auditorik.
c. Kekuatan suara
Kekuatan suara adalah suatu perasaan subjektif yang dirasakan
seseorang sehingga dia dapat mengatakan kuat atau lemahnya suara yang
didengar. Kekuatan suara sangat dipengaruhi oleh tingkat tekanan suara
yang keluar dari stimulus suara, dan juga sedikit dipengaruhi oleh
frekuensi dan bentuk gelombang suara. Pengukuran kekuatan suara secara
umum dapat dilakukan dengan cara : 1) pengukuran subyektif dengan
menanyakan suara yang didengar oleh sekelompok orang yang memiliki
pendengaran normal dan yang dijadikan patokan adalah suara dengan
frekuensi murni 1000 Hz, 2). Dengan menghitung menggunakan pita suara
2 atau 3 band, 3). Mengukur dengan alat yang dapat menggambarkan
respon telinga terhadap suara yang didengar.
d. Masking
Karakteristik lain yang cukup penting dalam menilai intensitas suara
adalah masking. Masking adalah suatu proses di mana ambang
pendengaran seseorang meningkat dengan adanya suara lain. Suatu suara
masking dapat didengar bila nilai ambang suara utama melampaui juga
nilai ambang untuk suara masking tersebut.
e. Sensitivitas pendengaran
Kemampuan telinga untuk mengolah informasi akustik sangat
tergantung pada kemampuan untuk mengenali perbedaan yang terjadi pada
stimulus akustik. Pemahaman percakapan dan identifikasi suara-suara
tertentu, atau suatu alunan musik tertentu merupakan suatu proses
harmonis di dalam otak manusia yang mengolah informasi auditorik
berdasarkan frekuensi, amplitudo, dan waktu yang didengar untuk masingmasing rangsangan auditorik tersebut. Perbedaan kecil tekanan suara akan
didengar oleh telinga sebagai kuat atau lemahnya suara. Makin tinggi
20
tekanan udara, makin kecil perbedaan yang dapat dideteksi oleh telinga
manusia. Perbedaan minimum yang dapat dibedakan pada frekuensi suara
yang sama tergantung pada frekuensi suara tersebut, nilai ambang di
atasnya dan durasi.
f. Lokalisasi Sumber Bunyi
Telinga mampu melokalisasi sumber suara/bunyi. Kemampuan ini
merupakan kerja sama kedua telinga karena didasarkan atas perbedaan
tekanan suara yang diterima oleh masing-masing telinga, serta perbedaan
saat diterimanya gelombang suara di kedua telinga. Kemampuan telinga
untuk membedakan sumber suara yang berjalan horizontal lebih baik
daripada kemampuannya untuk membedakan sumber suara yang vertikal.
Kemampuan ini penting untuk memilih suara yang ingin didengarkan
dengan mengacuhkan suara yang tidak ingin didengarkan.
2. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang
akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi
getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule
bergerak.
Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga
kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
21
3. Fisiologi Keseimbangan
22
Aparatus vestibularis terdiri dari dua set struktur yang terletak di dalam
tulang temporalis dekat koklea yaitu kanalis semisirkularis dan organ otolit
(sakulus dan utrikulus). Fungsi dari apparatus vestibularis adalah untuk
memberikan informasi yang penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk
koordinasi gerakan gerakan kepala dengan gerakan mata dan postur tubuh.
Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah
menyebabkan pergerakan endolimfe sehingga kupula ikut bergerak. Selain itu,
adanya akselerasi atau deselerasi juga akan menimbulkan endolimfe mengalami
kelembaman dan tertinggal bergerak ketika kepala mulai berotasi sehingga
endolimfe yang sebidang dengan gerakan kepala akan bergeser ke arah
berlawanan dengan arah gerakan kepala (contoh seperti efek membelok dalam
mobil). Hal ini juga menyebabkan kupula menjadi condong ke arah berlawanan
dengan arah gerakan kepala dan sel sel rambut di dalam kupula ikut bergerak
bersamaan dengan kupula. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan
kecepatan yang sama maka endolimfe yang awalnya diam tidak ikut bergerak
(lembam) akan menyusul gerakan kepala dan sel rambut-rambut akan kembali ke
posisi tegak. Ketika kepala melambat dan berhenti akan terjadi hal sebaliknya.
Sel rambut pada aparatus vestibularis terdiri dari satu kinosilium dan
streosilia. Pada saat streosilia bergerak searah dengan kinosilium akan
meregangkan tip link, yang menghubungkan streosilia dengan kinosilium. Tip link
yang teregang akan membuka saluran-saluran ion gerbang mekanis di sel sel
rambut sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan K+ masuk ke dalam sel sehingga
terjadi depolarisasi sedangkan pada saat streosilia bergerak berlawanan arah
dengan kinosilium makatip link tidak teregang dan saluran-saluran ion gerbang
mekanis di sel-sel rambut akan tertutup sehingga akan menyebabkan Ca 2+ dan K+
tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga terjadi hiperpolarisasi. Sel rambut akan
bersinaps pada ujung saraf aferen dan akan masuk ke dalam saraf vestibular. Saraf
ini akan bersatu dengan saraf koklearis menjadi saraf vestibulokoklearis dan akan
dibawa ke nukleus vestibularis di batang otak. Dari nukleus vestibularis akan ke
serebellum untuk pengolahan koordinasi, ke neuron motorik otot otot
23
otolith
yang
mengakibatkan
gerakan
akan
menjadi
lebih
24
2. Pemeriksaan Fisik
Alat yang diperlukan untuk pemeriksaaan telinga adalah lampu kepala,
corong telinga, otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset telinga dan
garputala. Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi langsung sementara
membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi
tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatik.
25
1. Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit kedepan dan kepala
lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat
liang telinga dan membran timpani.
2. Mula-mula dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun
telinga (retro-aurikuler) apakah terdapat tanda peradangan atau sikatriks
bekas operasi. Dengan menarik daun telinga keatas dan kebelakang, liang
telinga akan menjadi lebih lurus dan akan lebih mempermudah melihat
keadaan liang telinga dan membran timpani. Pakailah otoskop untuk
melihat lebih jelas bagian-bagian membran timpani. Otoskop dipegang
dengan tangan kanan untuk memeriksa telinga kanan pasien dan dengan
tangan kiri bila memeriksa telinga kiri. Supaya otoskop ini stabil maka jari
kelingking tangan yang memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien.
3. Bila terdapat serumen didalam liang telinga yang menyumbat maka
serumen ini harus dikeluarkan. Jika kondisinya cair dapat dengan kapas
yang dililitkan, bila konsistensinya padat atau liat dapat dikeluarkan
dengan pengait dan bila berbentuk lempengan
dikeluarkan dengan pinset. Jika serumen ini sangat keras dan menyumbat
seluruh liang telinga maka lebih baik dilunakan dulu dengan minyak atau
karbogliserin. Bila sudah lunak atau cair dapat dilakukan irigasi dengan air
supaya liang telinga bersih.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi
sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya deformitas,
lesi, cairan begitu pula ukuran simetris dan sudut penempelan ke kepala. Gerakan
aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus
dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah
mastoid dapat menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula
posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat
pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya
26
menunjukkan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala
dan struktur wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani,
kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa. Otoskop dipegang dengan satu
tangan sementara aurikulus dipegang dengan tangan lainnya dengan mantap dan
ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar Cara ini akan membuat lurus kanal
pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa melihat lebih jelas
membrana timpani. Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis
telinga, dan mata didekatkan ke lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan
membrana timpani. Spekulum terbesar yang dapat dimasukkan ke telinga
(biasanya 5 mm pada orang dewasa) dipandu dengan lembut ke bawah ke kanal
dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi selapis
epitel yang sensitif, maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak
menimbulkan nyeri. Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam
kanalis auditorius eksternus dicatat. Membrana, timpani sehat berwarna mutiara
keabuan pada dasar kanalis. Penanda harus dttihat mungkin pars tensa dan kerucut
cahaya.umbo, manubrium mallei, dan prosesus brevis. Gerakan memutar lambat
spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada Hpatan malleus dan daerah
perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa at! deviasi kerucut
cahaya dicatat. Adanya cairan, gelembung udara, atau masa di telinga tengah
harus dicatat. Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana
timpani yang baik hanya dapat dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang
besar. Serumen not nya terdapat di kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak
akan mengganggu pemeriksaan otoskop. Bila serumen sangat lengket maka
sedikit minyak mineral atau pelunak serumen dapat diteteskan dalam kanalis
telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.
3. Pemeriksaan Ketajaman Auditorius
a. Uji Bisik
27
Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan
28
tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala
mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid
pasien tebal. Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat
bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala
di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti
saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus.
Test Weber
Test Swabach
puncak
kepala
orang
yang
diketahui
normal
ketajaman
besar kehilangan pendengarannya), dan (2) audiometri wicara di mana kata yang
diucapkan
digunakan
untuk
menentukan
kemampuan
mendengar
dan
Gambaran
audiogram
rata-rata
sejumlah
orang
yang
Pendengaran normal
>15-25
>25-40
>40-55
>55-70
>70-90
>90
Audiometri tutur
33
34
35
BAB III
KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
37