Você está na página 1de 7

REFORMASI BIROKRASI

DI INDONESIA
DISUSUN OLEH : DELIA NOER ADZANNI
NRP 3611100069
MATA KULIAH HUKUM ADMINISTRASI
PEMBANGUNAN

JURUSAN PERENCANAAN
WILAYAH DAN KOTA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH


NOPEMBER
SURABAYA 2015
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Birokrasi.
Jika dilihat dari segi bahasa, birokrasi terdiri dari dua kata yaitu biro yang artinya
meja dan krasi yang artinya kekuasaan. Birokrasi memiliki dua elemen utama yang dapat
membentuk pengertian, yaitu peraturan atau norma formal dan hirarki. Jadi, dapat dikatakan
pengertian birokrasi adalah kekuasaan yang bersifat formal yang didasarkan pada peraturan
atau undang-undang dan prinsip-prinsip ideal bekerjanya suatu organisasi. Secara etimologi
birokrasi berasal dari istilah buralist yang dikembangkan oleh Reineer von Stein pada
1821, kemudian menjadi bureaucracy yang akhir-akhir ini ditandai dengan cara-cara kerja
yang rasional, impersonal dan leglistik (Thoha, 1995 dalam Hariyoso, 2002).
Menurut Ferrel Heady ada 3 (tiga) pendekatan dalam merumuskan birokrasi yaitu :
a. Pendekatan struktural. Menurut pendekatan ini birokrasi sebagai suatu susunan yang
terdiri dari hierarki otorita dan pembagian kerja yang amat terperinci (Victor Thonson);
b. Pendekatan Perilaku(Behavioral).
Menurut
pendekatan ini menekankan arti
pentingnya objektivitas, pemisahan, ketepatan dan konsistensi yang dikaitkan dengan
ukuran fungsional dari pejabat administrasi. Dengan kata lain, perilaku positif lekat dengan
pencapaian tujuan organisasi birokratik;
c. Pendekatan Pencapaian Tujuan. Menurut pendekatan ini birokrasi sebagai suatu
organisasi yang memaksimalkan efisiensi dalam administrasi atau satu metode
pelembagaan perilaku sosial yang terorganisasi dalam kerangka usaha mencapai efisiensi
administrasi.
B. Pengertian Reformasi.
Reformasi dapat berupa perubahan total yang radikal tau bisa diidentikkan dengan
revolusi ataupun dapat berupa perubahan yang secara bertahap. Hal ini tergantung dari
objek yang akan direformasi. Apabila kerusakan dan penyimpangan yang terjadi sudah
sangat kronis maka reformasi harus dilakukan secara radikal. Namun apabila
penyimpangan yang terjadi dipandang masih ringan maka tidak diperlukan reformasi yang
radikal.
C. Reformasi Birokrasi.
Sebuah negara, dalam mencapai tujuannya, pastilah memerlukan perangkat negara
yang disebut pemerintah dan pemerintahannya. Pemerintah pada hakikatnya adalah
pemberi pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya
persoalan yang dihadapi oleh negara, maka telah terjadi pula perkembangan
penyelenggaraan pemerintahan. Karena itu, diperlukan adanya rangka pemerintahan yang
kuat untuk menghadapi dinamika perkembangan masyarakat.

Reformasi birokrasi adalah salah satu cara untuk membangun kepercayaan rakyat.
Pengertian dari reformasi birokrasi itu sendiri adalah suatu usaha perubahan pokok dalam
suatu sistem yang tujuannya mengubah struktur, tingkah laku, dan keberadaan atau
kebiasaan yang sudah lama. Ruang lingkup reformasi birokrasi tidak hanya terbatas pada
proses dan prosedur, tetapi juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap
serta tingkah laku. Hal ini berhubungan dengan permasalahan yang bersinggungan dengan
wewenang dan kekuasaan.
2.
Tahap Tahap Reformasi Birokrasi yang ideal.
Mengutip definisi yang diajukan Fauziah Rasad dari Masyarakat Transparansi Indonesia
(MTI), reformasi birokrasi adalah perubahan radikal dalam bidang sistem pemerintahan.
Agar reformasi birokrasi dapat berjalan baik, perlu dilakukan langkah-langkah manajemen
perubahan.Manajemen perubahan adalah proses mendiagnosis, menginisialisasi,
mengimplementasi, dan mengintegrasi perubahan individu, kelompok, atau organisasi
dalam rangka menyesuaikan diri dan mengantisipasi perubahan lingkungannya agar tetap
tumbuh, berkembang, dan menghasilkan keuntungan. Ada tujuh langkah manajemen
perubahan yang dikutip dari Harvard Business Essentials tahun 2005 yaitu :
a. Langkah pertama, memobilisasi energi dan komitmen para anggota organisasi melalui
penentuan cita-cita, tantangan, dan solusinya oleh semua anggota organisasi. Pada tahap
ini, setiap lini dalam instansi pemerintah harus tahu apa yang dicita-citakan instansi, apa
yang mereka hadapi, dan cara menghadapi atau menyelesaikan masalah itu secara
bersama-sama. Agar mereka tergerak untuk menjalankan solusi bersama, mereka perlu
dilibatkan dalam diskusi dan pengambilan keputusan;
b. Langkah kedua, mengembangkan visi bersama, bagaimana mengatur dan
mengorganisasi diri maupun organisasi agar dapat mencapai apa yang dicita-citakan;
c. Langkah ketiga, menentukan kepemimpinan. Di dalam instansi pemerintahan,
kepemimpinan biasanya dipegang para pejabat eselon. Padahal, kepemimpinan harus ada
pada semua level agar dapat mengontrol perubahan. Pemimpin tertinggi harus memastikan
orang-orang yang kompeten dan jujurlah yang berperan sebagai pemimpin pada level-level
di bawahnya;
d. Langkah keempat, fokus pada hasil kerja. Langkah itu dilakukan dengan membuat
mekanisme asessment yang dapat mengukur hasil kerja tiap pegawai atau tiap tim yang
diberi tugas tertentu;
e. Langkah kelima, mulai mengubah unit-unit kecil di instansi kemudian dorong agar
perubahan itu menyebar ke unit-unit lain di seluruh instansi;
f. Langkah keenam, membuat peraturan formal, sistem, maupun struktur untuk
mengukuhkan perubahan, termasuk cara untuk mengukur perubahan yang terjadi;
g. Langkah ketujuh, mengawasi dan menyesuaikan strategi untuk merespons
permasalahan yang timbul selama proses perubahan berlangsung.
3.
Strategi reformasi birokrasi.
a. Pada level kebijakan, harus diciptakan berbagai kebijakan yang mendorong Birokrasi
yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak sipil warga (kepastian hukum, batas waktu,
prosedur, partisipasi, pengaduan, gugatan);
b. Pada level organisational, dilakukan melalui perbaikan proses rekrutmen berbasis
kompetensi, pendidikan dan latihan yang sensitif terhadap kepentingan masyarakat,
penciptaan Standar Kinerja Individu, Standar Kinerja Tim dan Standar Kinerja Instansi
Pemerintah;

c. Pada level operasional, dilakukan perbaikan melalui peningkatan service quality meliputi
dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty;
d. Instansi Pemerintah secara periodik melakukan pengukuran kepuasan pelanggan dan
melakukan perbaikan.

IMPLE

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI BADAN PERTANAHAN


NASIONAL
Tujuan :
Tujuan dari Reformasi Birokrasi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
yaitu menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif,
berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, mampu
melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar kode
etik apatur negara (Perpres No.81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrsai
1010-2025)
Sasaran Umum :
1. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, dengan indikator penilaian
Indeks Persepsi Korupsi dan Opini BPKWTP akan terwujud ;
2. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, dengan indikator
penilaian Indeks kemudahan Berusaha dan Indeks Integritas Pelayanan Publik;
3. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi dengan indikator penilaian
Indeks Efektifitas Pemerintahan dan Instansi Pemerintah yang Akuntabel (Perpres No.81
Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 -2025
Roadmap Reformasi Birokrasi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
(Permenpan dan RB No.8/2011)
PROGRAM
MANAJEMEN
PERUBAHAN

KEGIATAN
KELUARAN
1. Pembentukan Tim 1. Terbentuknya Tim
Manajemen
Manajemen
PerubahanBPN RI
PerubahanBPN RI
2. Penyusunan
2. Dokumen strategi
Strategi Manajemen
manajemen perubahan
Perubahan dan
dan strategi Komunikasi
Strategi Komunikasi
BPN RI
3. Sosialisasi dan
BPN RI
3. Sosialisasi dan
internalisasi
Internalisasi
manajemen perubahan
Manajemen
dalam rangka reformasi
Perubahan dalam
birokrasi
Rangka Reformasi
Birokrasi
PROGRAM PENATAAN
Penataan Berbagai
1. Identifikasi peraturan
PERATURAN
Peraturan Perundang
perundangundangan
PERUNDANG-UNDANGAN undangan yang
yang
Dikeluarkan/Dite
dikeluarkan/diterbi tkan

HASIL
Terbangunnya kesamaan
persepsi, komitmen,
keterlibatan dalam
pelaksanaan program dan
kegiatan reformasi birokrasi
pada seluruh tingkatan
pegawai pada BPN RI

Tercapainya peraturan
perundangundangan yang
harmonis dan sinkron dan
pelaksanaannya yang

PROGRAM

KEGIATAN
rbitkan oleh BPN R I

PROGRAM PENATAAN
DAN PENGUATAN
ORGANISASI

1. Re . strukturisasi/
Penataan Tugas dan
Fungsi Unit Kerja
pada BPN RI
2. Penguatan Unit
Kerja yang
Menangani Fungsi
Organisasi, Tata
Laksana, Pelayanan
Publik,
Kepegawaian, dan
Diklat

PROGRAM PENATAAN
TATA LAKSANA

1. Penyusunan SOP
Penyelenggaraan
Tugas dan Fungsi
2. Pembangunan /
Pengembangan eGovernment

PROGRAM PENATAAN
SISTEM MANAJEMEN
APATUR

1. Penataan Sistem
Rekrutmen
Pegawai
2. Analisis Jabatan
3. Evaluasi Jabatan
4. Penyusunan
Standar
Kompetensi
Jabatan
5. Asesmen Individu
Pegawai
Berdasarkan
Kompetensi
6. Penerapan Sistem
Penilaian Kinerja
Individu Pegawai
7. Pembangunan/
Pengembangan
DatabasePegawai

KELUARAN
oleh BPN RI
2. Pemetaan peraturan
perundangundangan
yang tidak harmonis
atau tidak sinkron di
lingkungan BPN RI
masing-masing serta
lainnya
3. Regulasi dan
deregulasi peraturan
perundangundangan
1. Peta tugas dan fungsi
unit kerja padaBPN
RIyang tepat fungsi
dan tepat ukuran (right
sizing)
2. Unit kerja yang
menangani fungsi
organisasi, tata
laksana, pelayanan
publik, kepegawaian,
dan diklat yang
mampu mendukung
tercapainya tujuan dan
sasaran reformasi
birokrasi

HASIL
efisien dan efektif

Terciptanya efisiensi dan


efektivitas pelaksanaan
tugas dan fungsi BPN
RIdan terhindarkannya
duplikasi tugas dan fungsi
yang dapat mendorong
percepatan reformasi
birokrasi

1. Dokumen SOP
Terwujudnya transparansi,
penyelenggaraan
akuntabilitas proses
tugas dan fungsi yang
pemerintahan
disahkan
2. Tersedianya eGovernment padaBPN
RI
1. Sistem rekrutmen yang 1. Diperolehnya para
terbuka, transparan,
pegawai baru maupun
akuntabel, dan
yang sedang berkarir
berbasis kompetensi
yang memiliki tingkat
2. Dokumen peta dan
kompetensi yang
uraian jabatan
dipersyaratkan oleh
3. Peringkat dan
jabatan
hargajabatan
2. Tercapainya
4. Dokumen kualifikasi/
pemahaman atas tugas
standar kompetensi
dan tanggung jawab
jabatan
yang diemban pegawai
5. Peta profil kompetensi
dalam pelaksanaan
individu
tugas dan fungsi
6. Indikator kinerja
3. terwujudnya profil
individu yang terukur
kompetensi untuk
7. Ketersediaan data
masing-masing jabatan
pegawai yang mutakhir
di dalam organisasi dan
dan akurat
tersedianya informasi
8. Pendidikan dan
secara komprehensif

PROGRAM

KEGIATAN
8. Pengembangan
Pendidikan dan
Pelatihan Pegawai
Berbasis
Kompetensi

KELUARAN
pelatihan pegawai
berbasis kompetensi

HASIL
dan akurat profil
kompetensi individu
4. Terwujudnya sistem
pengukuran kinerja
individu yang obyektif
dan terukur
5. Tersedianya data
pegawai yang mutakhir
dan akurat
6. Diperolehnya para
pegawai baru maupun
yang sedang berkarir
yang memiliki tingkat
kompetensi yang
dipersyaratkan oleh
jabatan

KRITIK DAN SARAN


Reformasi birokrasi pemerintahan daerah merupakan suatu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh seluruh pemerintahan daerah di Indonesia dengan berpedoman kepada
Grand Design dan Road Map Reformasi Birokrasi, yang meliputi reformasi organisasi,
sumber daya, dan reformasi kepemimpinan daerah dalam rangka tercapainya tujuan dalam
rangka mensejahterakan masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya diperlukan monitoring
yang solid dan kredibel serta mencerminkan suatu sistem pengukuran yang objektif, dan
pengguna dapat menerima dan menindaklanjuti hasil dari sistem tersebut.
Dalam melakukan reformasi birokrasi hendaknya memperhatikan globalisasi dan
perubahan lingkungan yang strategis, tuntutan dari masyarakat, perubahan politik, ekonomi
dan sosial secara signifikan dan kemajuan IPTEK. Selain itu birokrasi harus kompeten dan
efisien secara terstruktur, tanpa menghambat fungsi atau pencapaian tujuan.

Você também pode gostar