Você está na página 1de 2

ALIRAN TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF

SETIDAKNYA ADA EMPAT ALIRAN TEORI DALAM ILMU SOSIAL YANG


LAZIM DIASOSIASIKAN DENGAN PENDEKATAN PENELITIAN
KUALITATIF
By : Saufin Mantir
1. ALIRAN TEORI FENOMENOLOGI : Pada dasarnya berpandangan bahwa apa
yang tampak dipermukaan termasuk pola perilaku manusia sehari-hari hanyalah
suatu gejala atau fenomena dari apa yang tersembunyi di kepala sang pelaku.
Seperti misalnya : Fenomenologi Sosial dimaksudkan Untuk merumuskan
situasi sosial yang mampu menafsirkan atau memahami tindakan dan pemikiran
manusia dengan cara menggambarkan struktur-struktur dasar. Realita yang tampak
nyata di mata setiap orang yang berpegang teguh pada sikap alamiah.
2. ALIRAN TEORI ETNOMETODOLOGI : Pada dasarnya relatif serupa dengan
aliran fenomenologi. Sebab kehadiran etnometodologi itu sendiri juga diilhami
oleh fenemenologi. Kedua bisa dikatakan sebagai saudara kandung. Sebagai
saudara muda yang datang lebih kemudian, etnometodologi secara lebih cerdik
berargumen bahwa : ungkapan sehari-hari, isi percakapan sehari-hari ditengah
masyarakat bisa dijadikan indikasi bagaimana kerangka berpikir mereka di dalam
memahami, menafsirkan, dan menyikapi berbagai hal yang dihadapi.
3. ALIRAN INTERAKSIONISME SIMBOLIK. Ada tiga yang melandasi teori ini :
pertama, manusia bertindak terhadap sesuatu (benda, orang, ide) atas dasar makna
yang diberikan kepada sesuatu tersebut. Kedua, makna tentang sesuatu diperoleh,
dibentuk, termasuk direvisi melalui proses interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, pemaknaan terhadap sesuatu dalam bertindak atau berinteraksi tidaklah
berlangsung mekanistik, melainkan melibatkan proses interpretasi.
4. ALIRAN TEORI TENTANG BUDAYA. Apabila disederhanakan teori budaya
dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
Pertama, aliran teori yang memandang budaya sebagai suatu sistem atau
organisasi makna. Budaya dianggap sebagai pita kesadaran tempat tersimpan
memori kolektif suatu kelompok masyarakat tentang mana yang dianggap benar,
mana yang dianggap salah, mana yang dianggap baik, mana yang dianggap buruk,
mana yang dianggap berharga, dan mana yang dianggap kurang berharga. Jadi ada
yang berupa norma-norma dan nilai-nilai; norma biasanya menunjukkan pada

mana yang dianggap benar dan mana yang dianggap salah, sedangkan nilai
lazimnya menunjuk pada mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap
buruk. Oleh karena itu budaya sebagai suatu organisasi atau sistem makna,
dikonsepsikan tersusun secara berlapis-lapis laksana kulit bawang. Jadi ada lapisan
luar berupa prodak-prodak dari suatu budaya (berupa budaya material). Lapisan
tengah berupa norma-norma dan nilai-nilai yang ada dimasyarakat. Dan dibalik
lapisan tengah terdapat lapisan inti yang pada dasarnya berupa kepercayaan dari
masyarakat itu sendiri.
Kedua, aliran teori yang memandang budaya sebagai sistem adaptasi suatu
kelompok masyarakat terhadap lingkungannya. Budaya ditempatkan sebagai
keseluruhan cara hidup suatu masyarakat yang diwariskan, dipelihara, dan
dikembangkan secara turun temurun sesuai dengan tuntutan lingkungan yang
dihadapinya.
Budaya sebagai suatu organisasi atau sistem makna, dikonsepsikan tersusun secara
berlapis-lapis laksana berlapis-lapis kulit bawang.an demi lapisan perlu dibuka
untuk dapat memahaminya sampai kelapisan inti. Oleh karena itu budaya sebagai
suatu organisasi atau sistem makna, dikonsepsikan tersusun secara berlapis-lapis
laksana kulit bawang. Jadi ada lapisan luar berupa prodak-prodak dari suatu
budaya (berupa budaya material). Lapisan tengah berupa norma-norma dan nilainilai yang ada dimasyarakat. Dan dibalik lapisan tengah terdapat lapisan inti yang
pada dasarnya berupa kepercayaan dari masyarakat itu sendiri.

Você também pode gostar