Você está na página 1de 88

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMSACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI
INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF
SISWA

Skripsi

Disusun Oleh:
Chafidhoh
NIM. K 2306020

PROGRAM FISIKA JURUSAN P.MIPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit
to user
i

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMSACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI
INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF
SISWA

Oleh:

Chafidhoh
NIM K2306020

Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user
iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

commit to user
iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK
Chafidhoh. PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
TIPE
STUDENT
TEAMSACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI
INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF
SISWA Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Februari 2011
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
ada tidaknya : (1) perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II; (2) perbedaan
pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori rendah; (3)
interaksi antara pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa
terhadap kemampuan kognitif siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan disain faktorial 2 x 2. Populasi penelitian adalah semua siswa kelas X
Madrasah Aliyah Al-Mukmin Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010. Pengambilan
sampel diambil secara acak (cluster random sampling) sehingga didapat 2 kelas,
kelas XC terdiri dari 31 siswa dengan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe
STAD sebagai kelompok eksperimen dan kelas XD terdiri dari 33 siswa dengan
perlakuan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sebagai kelompok kontrol.
Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan teknik observasi, tes
dan angket. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan dengan isi sel tak
sama, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut anava yaitu komparasi ganda
metode Scheffe.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkian bahwa (1) ada perbedaan
pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa { (FA = 4,315) > (F0.05;1,60 = 4.00)},
dan dari hasil uji lanjut anava didapatkan bahwa perbedaan pengaruh antara
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap
kemampuan kognitif siswa tidak signifikan {( FA =3.693) < ( Ftabel = 4.00)}, (2)
commit to user
ada perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori
v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

rendah terhadap kemampuan kognitif siswa {( FB = 4,624) > (F0.05;1,60 = 4.00)},


dan dari hasil uji lanjut anava didapatkan bahwa perbedaan pengaruh antara
interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan
kognitif siswa adalah signifikan {(FB =4.233) > (Ftabel = 4.00)}, (3) tidak ada
interaksi antara pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa
{( FAB = 0,699) < (F0.05;1,60 = 4.00)}.
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah pembelajaran dengan
penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II dapat

diterapkan dalam pembelajaran Fisika. Kedua tipe pembelajaran ini hampir sama
baiknya jika digunakan dalam pembelajaran Fisika untuk materi Listrik Dinamis
di SMA. Selain itu, implikasi dari hasil penelitian ini adalah interaksi sosial siswa
yang tinggi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa.
Oleh karena itu, interaksi sosial siswa perlu ditingkatkan agar diperoleh
kemampuan kognitif yang optimal.

commit to user
vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRACT
Chafidhoh. THE INFLUENCE OF PHYSICS LEARNING WITH
COOPERATIVE LEARNING TYPE STUDENT TEAMS-ACHIVEMENT
DIVISIONS (STAD) AND JIGSAW II REVIEWED FROM STUDENTS
SOCIAL INTERACTION TOWARD STUDENTS COGNITIVE ABILITY.
Thesis. Surakarta: Education and Teacher Training Faculty. Sebelas Maret
University. February 2011
The purpose of this research is to find out whether there are : (1) the
difference of the influence between cooperative learning model Student TeamsAchievement Divisions (STAD) type and jigsaw II type; (2) the difference of the
influence of high and low category of students social interaction; (3) the
interaction between the influence of Student Teams-Achievement Divisions
(STAD) and jigsaw II, the type of cooperative learning, and students social
interaction toward students cognitive ability; on the subject of Dynamic
Electricity.
The method used in this research is experiment 2 x 2 factorial design. The
population of this research was first year students (X class) of Madrasah Aliyah
Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo at the 2009/2010 academic years. This research use
cluster random sampling technique and found two classes, XC class which
consists of 31 students with cooperative learning type STAD as experiment group
and XD class which consists of 33 students with cooperative learning type jigsaw
II as control group. The techniques of collecting data of this research were the
documentation, testing, and questionnaire. The techniques of data analysis are use
two way analysis of variation with different cell then proceed with Scheffes
double comparison method.
Based on this research, it can be concluded (1) there is difference of the
influence between cooperative learning model of Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) type and jigsaw II type toward students cognitive ability
({ (FA = 4,315) > (F0.05;1,60 = 4.00)}, and from Scheffes method was obtained that
the difference is not significant {( FA =3.693) < ( F

table

= 4.00)}, (2) there is

difference of influence between the high and low category of students social
commit to user
interaction toward students cognitive ability {( FB = 4,624) > (F0.05;1,60 = 4.00)},
vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

and from Scheffes method is obtained that the difference is significant {(FB
=4.233) > (F

table

= 4.00)}, (3) there is no interaction between influence of using

cooperative learning type Student Teams-Achievement Divisions (STAD) and


jigsaw II and students social interaction toward students cognitive ability {( FAB
= 0,699) < (F0.05;1,60 = 4.00)}.
The implication of this research is Student Teams-Achievement Divisions
(STAD) and jigsaw II, type of cooperative learning models, can be applied at
physics learning. Both type of this learning are much the same in quality, if used
in learning physics at topics Dynamic Electricity in Senior High School. The other
implication of this research is student with high social interaction has more
significant influence to students cognitive ability than student with lower social
interaction. Hence social interaction should be increased to get optimal students
cognitive ability.

commit to user
viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO
Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran
dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan
hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah).
(QS. Al Baqarah : 269)
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai
(dari suatu urusan) , kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan
hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap.
(Q.S. Al-Insyirah: 6-8 )

commit to user
ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:


Bapak

dan

Ibu

tercinta

yang

selalu

melimpahkan doa dan kasih sayang.


Kakak-kakakku

dan

adikku

yang

selalu

memberiku semangat.
Teman-temanku di Karimah yang selalu
mendoakan dan memberiku dukungan
commit
to user P. Fisika angkatan 2006
Teman-teman
x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan

kesulitan dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya , penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP
UNS.
2. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika
Jurusan P. MIPA FKIP UNS dan juga pembimbing I atas curahan pikiran,
tenaga, waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini.
3. Bapak Drs. Edy Wiyono, M.Pd. Selaku Pembimbing Akademik atas bantuan
dan bimbingannya.
4. Bapak Dwi Teguh Raharjo, S.Si, M.Si selaku pembimbing II atas curahan
pikiran, tenaga, waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
5. Ustadz Muchson, S.Ag Selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Al-Mukmin
Ngruki Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian.
6. Bapak Suryanto, S.Pd selaku guru Fisika MA Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo.
7. Siswa kelas XC dan XD MA Al-Mukmin tahun ajaran 2009-2010 atas
kerjasamanya.
8. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Namun demikian penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Februari 2011
commit to user
xi

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah

D. Perumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat Penelitian

BAB II. LANDASAN TEORI


A. Tinjauan Pustaka

1. Teori Belajar

2. Pembelajaran Fisika

3. Model Pembelajaran Kooperatif

11

4. Tipe Pembelajaran Student Team Achivement Divisions

14

(STAD)

B.

5. Tipe Pembelajaran Jigsaw II

18

6. Interaksi Sosial

21

7. Kemampuan Kognitif Siswa

25

8. Konsep Listrik Dinamis

27

Penelitian yang Relevan

36

C. Kerangka Berpikir

36

D. Perumusan Hipotesis

39

BAB III. METODELOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian

40

1. Tempat Penelitian

40

2. Waktu Penelitian
commit to user

40

xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

B. Metode Penelitian

40

C. Populasi dan Sampel

41

1. Populasi

41

2. Sampel

41

D. Variabel Penelitian

42

1. Variabel Bebas

42

2. Variabel Terikat

43

E.

Teknik Pengumpulan Data

44

F.

Instrumen Penelitian

44

1. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Siswa

45

a. Validitas

45

b. Reliabilitas

46

c. Taraf Kesukaran

47

d. Daya Pembeda

47

2. Instrumen Angket Interaksi Sosial Siswa

48

a.

Validitas

49

b.

Reliabilitas

49

G. Teknik Analisa Data

50

1. Uji Prasyarat Analisis

50

a. Uji Normalitas

50

b. Uji Homogenitas

51

2. Uji Hipotesis

52

a. Uji Anava Dua Jalan

52

b. Uji Lanjut Anava

56

BAB IV. HASIL PENELITIAN


A. Deskripsi Data

58

1. Data Angket Interkasi Sosial Siswa

58

2. Data Kemampuan Kognitif Siswa

60

B. Pengujian Prasyarat Analisis

62

1. Uji Normalitas

62

2. Uji Homogenitascommit to user

63

xiii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

C. Hasil Pengujian Hipotesis

63

1.

Hasil Analisis Variansi Dua Jalan

63

2.

Hasil Uji Lanjut Anava

65

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

66

1.

Uji Hipotesis Pertama

66

2.

Uji Hipotesis Kedua

67

3.

Uji Hipotesis Ketiga

67

E. Keterbatasan Penelitian

68

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN


A. Kesimpulan

69

B. Implikasi

69

C. Saran

70

DAFTAR PUSTAKA

71

commit to user

xiv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Nilai Perkembangan Individu

16

Tabel 3.1. Desain Faktorial Penelitian 2 x 2 (A x B)

41

Tabel 3.2. Jumlah AB

53

Tabel 3.3. Rangkuman Analisis

56

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Siswa Kelompok

58

Eksperimen
Tabel 4.2. Disribusi Frekuensi

Data Interaksi Sosial Kelompok

59

Kelompok Kontrol
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Kognitif

Siswa

60

Siswa

61

Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas Kemampuan

62

Kelompok Eksperimen
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Kognitif
Kelompok Kontrol

Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen dan KElompok


Kontrol
Tabel 4.6. Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Isi Sel Tak sama

63

Tabel 4.7. Rangkuman Analisis Komparasi Ganda

65

commit to user

xv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.

Bagan Pembelajaran Kooperatif STAD

17

Gambar 2.2.

Skema Kerja Kelompok Pada Tipe Pembelajaran Jigsaw II

19

Gambar 2.3.

Bagan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II

20

Gambar 2.4.

Arus Elektron Berlawanan dengan Arus Konvensional

27

Gambar 2.5.

Kuat Arus Listrik Merupakan Kelajuan Muatan yang

28

Melewati Suatu Luasan Tertentu


Gambar 2.6.

Rangkaian untuk menyelidiki Pengaruh Suhu Pada

29

Hambatan Kawat
Gambar 2.7.

Skema Diagram untuk Hukum 1 Kirchoff Serta Analogi

31

Mekaniknya
Gambar 2.8.

Gambar 2.9.

a. Dua Buah Lampu yang Dihubungkan Secara Seri

31

b. Rangkaian Pengganti Peralatan

31

Rangkaian Hambatan Paralel

32

Gambar 2.10. Rangkaian Seri Sumber Tegangan

33

Gambar.2.11. Rangkaian Paralel Sumber Tegangan Identik

33

Gambar 2.12. Rangkaian Jembatan Weatstone

34

Gambar 2.13. Paradigma Penelitian

39

Gambar 4.1.

59

Histogram Data Interaksi Sosial Siswa Kelompok


Eksperimen

Gambar 4.2.

Histogram Data Interaksi Sosial Siswa Kelompok Kontrol

60

Gambar 4.3.

Histogram Data Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok

61

Eksperimen
Gambar 4.4.

Histogram Data Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok


Kontrol

commit to user

xvi

62

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.

Jadwal Penelitian

74

2.

Rencana Pembelajaran I

75

3.

Lembar Diskusi Siswa (LDS) I

80

4.

Jawaban LDS I

87

5.

Soal Kuis I

90

6.

Tampilan Flash I

93

7.

Rencana Pembelajaran II

95

8.

Lembar Diskusi Siswa (LDS) II

100

9.

Jawaban LDS II

106

10.

Soal Kuis II

108

11.

Tampilan Flash II

111

12.

Rencana Pembelajaran III

113

13.

Lembar Diskusi Siswa (LDS) III

117

14.

Jawaban LDS III

122

15.

Soal Kuis III

124

16.

Tampilan Flash III

127

17.

Lembar Rangkuman Tim

128

18.

Sertifikat Penghargaan

133

19.

Kisi-Kisi Angket Interaksi Sosial Siswa (Uji Coba)

135

20.

Uji Coba Angket Interaksi Sosial Siswa

136

21.

Kisi-Kisi Angket Interaksi Sosial Siswa

140

22.

Angket Interaksi Sosial Siswa

141

23.

Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Uji Coba Angket Interaksi Sosial

144

24.

Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Kognitif (Uji Coba)

147

25.

Tabel Item Soal Tes Uji Coba Kemampuan Kognitif Siswa Pokok

148

Bahasan Listrik Dinamis


26.
27.

Soal-Soal Tes Kemampuan Kognitif (Uji Coba)


commit
to user
Jawaban Soal Tes Kemampuan
Kognitif
(Uji Coba)

xvii

151
165

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

28.

Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif

166

29.

Tabel Item Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa Pokok Bahasan

167

Listrik Dinamis
30.

Soal-Soal Tes Kognitif

170

31.

Jawaban Soal Kognitif

181

32.

Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal

182

Tes Kemampuan Kognitif (Uji Coba)


33.

Data Induk Penelitian

186

34.

Data Keadaan Awal Siswa

189

35.

Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Eksperimen

191

36.

Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Kontrol

192

37.

Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Eksperimen dan

193

Kelompok Kontrol
38.

Uji Kesamaan Keadaan Awal Antara Kelas Eksperimen dengan

195

Kelas Kontrol
39.

Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen

197

40.

Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok Kontrol

198

41.

Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Kelompok Eksperimen dan

199

Kelompok Kontrol
42.

Uji Hipotesis Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama

201

43.

Uji Lanjut Pasca Anava

204

44.

Tabel-Tabel Statistik

206

45.

Surat-Surat

212

commit to user

xviii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu upaya sadar untuk mengembangkan
kemampuan dan kepribadian manusia. Masyarakat yang baik dan berkualitas
dapat terwujud dengan adanya proses pendidikan yang baik dan berkualitas pula.
Upaya mewujudkan masyarakat yang berkualitas tersebut menjadi tanggung
jawab bersama baik pemerintah maupun masyarakat.
Mengingat pemahaman di atas maka sekolah mendapatkan prioritas
utama dalam menjalankan proses pendidikan guna mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, sekolah diharapkan mampu
melahirkan calon penerus pembangunan masa depan yang cerdas spiritual,
emosional dan intelektual.
Keberhasilan pendidikan nasional selalu terkait dengan usaha untuk
mencapai keberhasilan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, secara langsung
berhasil tidaknya proses pendidikan dipengaruhi oleh mutu proses pembelajaran
dan hasil belajar yang dicapai dalam pelaksanaan sistem pendidikan di sekolah.
Suatu proses pembelajaran akan berhasil dengan baik bila komponenkomponennya

saling

berinteraksi

dengan

baik.

Komponen-komponen

pembelajaran tersebut antara lain: guru, siswa, bahan ajar, sarana pra sarana, dll.
Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa memegang peranan yang
sangat penting. Guru merupakan seorang pendidik profesional yang mempunyai
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan
mengevaluasi peserta didik guna mengembangkan potensi dirinya. Sedangkan
siswa merupakan seorang individu yang senantiasa belajar untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya hingga diperoleh hasil belajar yang baik. Oleh karena
commit to user
1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
2

itu, interaksi yang baik antara keduanya akan memberikan hasil yang positif
terhadap tujuan pembelajaran.
Baik tidaknya hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor
tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sebagai peserta
didik, misalnya minat belajar siswa, gaya belajar siswa, motivasi berprestasi,
interaksi sosial siswa, kecerdasan, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa atau dari rangsangan pihak luar,
misalnya pendekatan / model pembelajaran.
Pendekatan dan model pembelajaran merupakan faktor eksternal yang
harus disusun dengan menyesuaikan karakteristik materi yang akan disampaikan,
sebab tidak semua model cocok untuk setiap materi pelajaran. Selain itu,
pendekatan dan model yang digunakan juga harus mampu menarik minat belajar
siswa, sehingga siswa akan merasa nyaman dalam belajar dan hasil yang
diperoleh akan memuaskan. Dengan kata lain, melalui pendekatan dan model
yang tepat, maka hasil belajar yang didapat akan maksimal.
Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli
dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran tersebut
antara lain model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran terpadu, model
pembelajaran kooperatif, model pembelajaran quantum, model pembelajaran
inkuiri dan lain-lain, yang dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan hasil
belajar yang ingin dicapai serta materi yang akan disampaikan.
Saat ini masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran yang
berpusat pada guru (Teacher Centered Learning atau TCL). Penggunaan model
pembelajaran yang berpusat pada guru ini sedikit sekali melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran, akibatnya siswa pasif, merasa bosan dan minat belajarnya
menjadi rendah. Apalagi dalam pelajaran Fisika yang memang sejak dulu
dianggap mata pelajaran yang sukar, siswa menjadi semakin tidak tertarik untuk
belajar Fisika. Padahal Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh siswa sekolah menengah.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
3

Agar pembelajaran Fisika menjadi lebih menarik, guru harus menerapkan


model pembelajaran yang sesuai dengan ciri Fisika dan melibatkan keaktifan
siswa dalam proses pembalajaran atau dengan kata lain guru harus menerapkan
model pembelajaran yang berpusat pada siswa ( Student Centered Learning atau
SCL). Selain itu juga model yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik materi
Fisika yang akan dipelajari, sebab materi pelajaran Fisika mempunyai
karakteristik yang berbeda antara materi yang satu dengan materi yang lain.
Salah satu model pembelajaran yang menerapkan SCL adalah model
pembelajaran Kooperatif. Dalam pembelajaran Kooperatif siswa belajar secara
bersama dalam suatu kelompok sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam
kelompoknya untuk memecahkan masalah belajar. Model pembelajaran
kooperatif ada beberapa tipe, diantaranya adalah tipe Student Teams-Achivement
Divisions

(STAD),

Team-Game-Turnament

(TGT),

Team-Assisted

Individualization (TAI), Jigsaw II, Group Investigation dan lain-lain.


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengambil judul
penelitian PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN

KOOPERATIF

TIPE

STUDENT

TEAMS-

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI


INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF
SISWA

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat
diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1.

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor


eksternal

2.

Pembelajaran Fisika selama ini cenderung Teacher Centered Learning


(TCL)

3.

Tidak semua model pembelajaran sesuai dengan ciri fisika

4.

Karakteristik materi Fisika variatif


commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
4

C. Pembatasan Masalah
Agar dalam pembahasan permasalahan ini lebih mendalam dan
cakupannya tidak terlalu luas maka permasalahan-permasalahan yang ada dibatasi
sebagai berikut :
1.

Faktor internal dibatasi pada interaksi sosial siswa

2.

Faktor eksternal dibatasi pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD


dan Jigsaw II.

3.

Hasil belajar siswa dibatasi pada kemampuan kognitif.

4.

Materi fisika yang disampaikan dibatasi pada pokok bahasan Listrik


Dinamis kompetensi dasar 1 untuk SMA kelas X

D Perumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah,

identifikasi

masalah

dan

pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut :
1.

Adakah perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe


Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II terhadap
kemampuan kognitif siswa ?

2.

Adakah pebedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi


dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa ?

3.

Adakah interaksi antara pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe


Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II dengan
interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara model pembelajaran


pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions
(STAD) dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
5

2.

Mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara interaksi sosial


siswa kategori tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif
siswa.

3.

Mengetahui ada tidaknya interaksi antara pengaruh model pembelajaran


kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw
II dengan interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa.

F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara
lain :
1.

Memberikan masukan tentang alternatif model pembelajaran yang


berpusat pada siswa (SCL)

2.

Dapat dijadikan sebagai informasi masukan oleh siswa tentang cara belajar
dengan model pembelajaran yang baru dengan memanfaatkan teman satu
kelompok sehingga siswa dapat saling bertukar pikiran antara sesama
anggota kelompok, saling mendengarkandan saling menghargai pendapat
orang lain.

3.

Memberikan masukan bagi guru bahwa interaksi sosial mempengaruhi


hasil belajar siswa.

4.

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan atau referensi ilmiah untuk


penelitian lebih lanjut.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
6

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Teori Belajar
a. Pengertian Belajar
Setiap orang menjadi dewasa karena belajar dan pengalaman selama
hidupnya. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pelajaran. Belajar selalu berkenaan dengan perubahanperubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih
baik ataupun yang kurang baik. Hal lain yang selalu terkait dengan belajar adalah
pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.
Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekankan dalam
rumusan atau definisi tentang belajar. Menurut Muhibbin Syah (2008:92) secara
umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif . Sedangkan menurut Oemar
Hamalik (2003:154) Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap
berkat latihan dan pengalaman.
Ngalim Purwanto (1990: 85) mendefinisikan Belajar merupakan suatu
perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti perubahanperubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap
sebagai hasil belajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses dimana terjadi suatu perubahan dalam diri individu
yang muncul karena pengalaman. Perubahan menyangkut semua aspek
kepribadian individu, dapat berkenaan dengan penguasaan dan penambahan
pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai, motivasi, kebiasaan, minat dan sebagainya.
Demikian juga dengan pengalaman, berkenaan dengan segala bentuk pengalaman
commit to user
6

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
7

atau hal-hal yang pernah dialami, seperti membaca, melihat, mendengar,


merasakan, melakukan, merencanakan, menganalisis dan memecahkan masalah.
b. Tujuan Belajar
Dalam arti luas, tujuan belajar adalah suatu pernyataan tentang
perubahan yang diharapkan. Perubahan ini diinginkan dan dinilai oleh guru dan
pelatih, diharapkan akan terjadi dalam pemikiran, perbuatan, dan perasaan siswa
sebagai hasil dari pengalaman pendidikan dan latihan.
Dimyati (2006: 10) menyebutkan bahwa setelah belajar orang akan
memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Sebenarnya tujuan belajar
sangat banyak dan bervariasi, namun secara umum menurut Robert M. Gagne
dalam Hasibuan (1989 :5) menyebutkan bahwa tujuan belajar adalah memperoleh
ketrampilan sebagai berikut :
1)

Keterampilan intelektual

2)

Strategi kognitif seperti memecahkan berbagai macam masalah

3)

Informasi verbal yang merupakan pengetahuan yang berupa informasi


dan fakta.

4)

Keterampilan

motorik

seperti

keterampilan

menulis,

mengetik,

menggunakan berbagai alat ukur dan sebagainya.


5)

Sikap dan nilai


Dari tujuan-tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar

adalah memperoleh pengetahuan, pemahaman konsep, ketrampilan, dan


pembentukan sikap yang meliputi aspek kognitif (keilmuan), psikomotorik dan
afektif (sikap).
c. Prinsip-Prinsip Belajar
Belajar seperti halnya perkembangan berlangsung seumur hidup, apa
yang dipelajari dan bagaimana belajarnya pada setiap fase perkembangan
berbeda-beda. Banyak teori yang membahas masalah belajar, tiap teori bertolak
dari asumsi dasar tertentu tentang belajar. Meskipun demikian, ada beberapa
pandangan umum yang sama atau relatif sama diantara asumsi-asumsi tersebut.
Beberapa kesamaan ini dipandang sebagai prinsip belajar. Beberapa prinsip umum
commit to user
belajar tersebut adalah:

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
8

(a) Belajar merupakan bagian dari perkembangan; (b) Belajar berlangsung


seumur hidup; (c) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor
bawaan; (d) Belajar mencakup semua aspek kehidupan; (e) Kegiatan belajar
berlangsung pada setiap tempat dan waktu; (f) Belajar berlangsung dengan
guru atau tanpa guru; (g) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut
motivasi yang tinggi; (h) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling
sederhana sampai yang sangat kompleks; (i) Dalam belajar dapat terjadi
hambatan-hambatan; (j) Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya
bantuan atau bimbingan dari orang lain. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:
165-166)
Dari prinsip-prinsip tersebut dapat diketahui bahwa belajar merupakan
bagian dari perkembangan yang terjadi seumur hidup dan mencakup semua aspek
kehidupan. Belajar dapat berlangsung dimanapun dan dapat bervariasi dari
kegiatan yang paling sederhana hingga yang kompleks. Dalam belajar ada yang
memerlukan bimbingan dari orang lain dan ada yang tidak.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor yang mempengaruhi antara lain faktor fisiologis, psikologis, lingkungan belajar
dan sistem instruksional (Slameto, 2003).

1) Faktor fisiologis seperti pendengaran dan penglihatan sangat mempengaruhi


segala kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini yang termasuk kondisi
fisiologis diantaranya yaitu kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi,
kurang tidur dan kesakitan yang diderita.
2) Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa diantaranya
adalah aspek intelegensi atau kecerdasan dan bakat, minat, motivasi,
perhatian, berpikir dan ingatan.
3) Faktor lingkungan belajar menurut Slameto (2003) dapat dibedakan menjadi
beberapa faktor, diantaranya lingkungan dalam sekolah dan lingkungan luar
sekolah yang masing-masing dapat dibedakan lagi atas lingkungan alam,
lingkungan fisik dan sosial.
Faktor lingkungan belajar di dalam sekolah mencakup keadaan suhu,
kelembaban dan pertukaran udara serta cahaya dalam ruangan yang semuanya
mencakup sistem ventilasi dan penerangan ruangan. Faktor lingkungan
commit to user
belajar di luar sekolah mencakup topografi, flora, fauna, dan jenis mata

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
9

pencaharian penduduk sekitar yang dapat dijadikan sumber bahan belajar dan
sumber inspirasi bagi warga sekolah dalam menunjang proses belajar
mengajar yang baik.
4) Faktor sistem instruksional yang dapat mempengaruhi proses belajar
mengajar adalah kurikulum, bahan belajar yang mempengaruhi strategi
belajar yang akan digunakan dan metode penyajian.
Dari faktor-faktor tersebut dapat juga digolongkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
diri siswa, misalnya bakat, minat, motivasi, sakit, letih dan lain-lain. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan
balajar, model pembelajaran, dan lain-lain.
2. Pembelajaran Fisika
a. Hakikat Fisika
Fisika merupakan ilmu yang lahir berdasarkan fakta, hasil pemikiran
maupun hasil eksperimen yang dilakukan oleh para ahli. Fisika merupakan cabang
ilmu pengetahuan alam, sehingga karakteristik yang dimiliki oleh ilmu
pengetahuan alam berlaku pada Fisika. Fisika dalam sekala besar dibagi menjadi 2
yaitu fisika eksperimen dan fisika teori. Menurut Brockhous yang dikutip Herbert
Druxes bahwa : Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam, yang
memungkinkan penelitian dengan pengukuran dan percobaan, pengujian secara
sistematis dan berdasarkan peraturan umum. (Herbert Druxes, 1986 ; 3 )
Menurut Brandi/Dahmen yang juga dikutip oleh Herbert Druxes bahwa :
Fisika adalah suatu uraian tertutup tentang semua kejadian Fisikalis yang
berdasarkan beberapa hukum dasar ( Herbert Druxes, 1986 : 3). Sejalan dengan
itu, Gerthsen yang dikutip oleh Herbert Druxes menyatakan bahwa Fisika adalah
suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana mungkin dan
berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataan. Persyaratan utama
untuk pemecahan persoalan adalah dengan mengamati gejala-gejala tersebut.
(Herbert Druxes, 1986 : 3)
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa Fisika adalah
salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang berusaha menguraikan serta
commit to user
menjelaskan hukum-hukum alam dan kejadian-kejadian di alam dengan gambaran

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
10

menurut pemikiran manusia, yang mempunyai karakteristik antara lain ; kuantitas,


observasi, eksperimen, prediksi, dan proses yang dapat dipelajari dengan teori,
pengamatan dan eksperimen.
b. Tujuan Pembelajaran Fisika
Fungsi dan tujuan mata pelajaran Fisika di SMA dan MA adalah sebagai
sarana untuk :
1)

Menyadari keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan


keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2)

Memupuk sikap ilmiah yang mencakup:


a) Jujur dan obyektif terhadap data.
b) Terbuka dan menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu.
c) Ulet dan tidak cepat putus asa.
d) Kritis terhadap pernyataan ilmiah yaitu tidak mudah percaya tanpa
ada dukungan hasil observasi empiris.
e) Dapat bekerjasama dengan orang lain.

3)

Mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif


dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.

4)

Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta mempunyai


keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan
sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi.

5)

Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan


menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta dapat menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan keluasan penerapan fisika dalam teknologi.
Dari pendapat tersebut, pembalajaran fisika tidak hanya memberikan

produk ilmiah, tetapi lebih jauh bagaimana memperoleh produk ilmiah tersebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dalam pembelajaran Fisika hendaklah
commitFisika,
to usermerangsang keingintahuan siswa,
merangsang perhatian siswa terhadap

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
11

mengajar Fisika untuk menimbulkan keinginan meneliti, mengajarkan fisika


sebagai konsep, bukan faktor-faktor yang terlepas-lepas dan menekankan pada
pemikiran serta penalaran bukan hafalan. Sehingga dalam diri siswa akan
tertanam sikap ilmiah dan memperoleh produk ilmiah secara bermakna.
Sehingga dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
fisika berorientasi pada hakikat fisika.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran
Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah pemilihan model pembelajaran oleh guru. Model
pembelajaran yang tepat akan mampu membawa peran serta siswa dan dapat
membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Menurut kamus lengkap bahasa indonesia model diartikan sebagai mode,
ragam, acuan, ukuran yang dicontoh.
Menurut Gazali dalam Slameto (2003:30) pembelajaran merupakan
proses penanaman pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan
tepat. Proses pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aktivitas dan
kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.
Dengan demikian model pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu acuan yang
digunakan oleh guru untuk menyampaikan bahan pembelajaran sekaligus
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Pada suatu proses pembelajaran tidak ada model pembelajaran yang tepat
untuk semua topik dan semua situasi. Oleh karena itu, dalam memilih model
pembelajaran guru harus senantiasa memperhatikan kondisi siswa, sarana
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
12

prasarana yang ada serta materi pembelajaran yang akan dipelajari agar tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.
b. Pembahasan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif
1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih
menekankan pada kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok
sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan
masalah belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Slavin
(2008: 4) Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan bekerja dalam kelompokkelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
materi pelajaran.
Pembelajaran kooperatif secara umum mempunyai karakeristik yang
membedakan dengan pembelajaran yang lain. Karakteristik tersebut adalah: (a)
Siswa belajar dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama; (b) Setiap
kelompok anggotanya berbeda-beda menurut tingkat kemampuan, jenis kelamin
dan asal suku; (c) Guru melakukan pemantauan dan memberikan bantuan jika
terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok; (d) Adanya saling
interaksi positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi antar anggota
kelompok; (e) Adanya penghargaan kelompok.
Keberhasilan dalam pembelajaran kooperatif akan tercapai jika
memenuhi lima prinsip utama yaitu :
a) Keheterogenan kelompok
b) Keterampilan bekerja sama
c) Sumbangan dari ketua kelompok
d) Ketergantungan pribadi yang positif
e) Otonomi kelompok
Dalam keheterogenan kelompok, siswa dikelompokkan berdasarkan
perbedaan-perbedaan menurut kemampuan, jenis kelamin dan asal suku. Adanya
keheterogenan kelompok ini akan membuat proses pembelajaran kooperatif dapat
berjalan lebih efektif.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
13

Kerja sama dalam suatu kelompok sangat dibutuhkan untuk mencapai


tujuan bersama. Dengan kerjasama yang baik didapatkan pemahaman yang lebih
baik pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Zafer Tanel dan Mustafa Erol (2008 :
132) yang menyatakan interaction of student with each other when solving
problem, deciding on a solution by discussing with each other and evaluating
different views provide them a better understanding. Dalam suatu kerja sama,
dibutuhkan adanya keterampilan-keterampilan khusus yang dimiliki oleh setiap
anggota

kelompok.

Keterampilan

tersebut

dapat

berupa

keterampilan

berkomunikasi, keterampilan berdiskusi, keterampilan dalam memecahkan


masalah dan sebagainya.
Dalam suatu kelompok perlu dipilih seorang ketua kelompok untuk
mengatur

kelompok

kemampuannya

yang

tersebut.
lebih

Ketua

dibandingkan

kelompok

dipilih

dengan

anggota

berdasarkan
lain

dalam

kelompoknya. Adanya sumbangan dari ketua kelompok yang berupa informasi,


pengetahuan, keterampilan, penjelasan dan sebagainya yang diberikan kepada
anggota kelompok yang lain dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian
hasil belajar.
Setiap anggota kelompok membutuhkan pengembangan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki yang dapat dilakukan dengan cara berinteraksi dan
bekerja sama satu sama lain. Artinya, dalam proses belajar setiap siswa saling
bergantung sama lain. Adanya ketergantungan pribadi yang positif antar siswa
dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki.
Dalam otonomi kelompok, setiap kelompok berusaha untuk menjadi
yang terbaik, sehingga setiap anggota kelompok bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap nama kelompoknya. Dalam hal ini, jika terdapat kelompok yang
mengalami kesulitan maka kelompok tersebut bertanya pada gurunya, bukan pada
kelompok lain.
2) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam prakteknya memiliki
commitBeberapa
to user hal yang dipandang menjadi
beberapa kelebihan dan kelemahan.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
14

kelebihan dari model pembelajaran kooperatif dibanding menggunakan model lain


adalah: (a) Meningkatkan kemampuan akademik siswa; (b) Memperbaiki
hubungan antar kelompok; (c) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi;
(d) Meningkatkan rasa percaya diri siswa; (e) Menumbuhkan keinginan untuk
menggunakan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh siswa; (f)
Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas; (g) Meningkatkan
kemampuan siswa dalam bersosialisasi dengan siswa lainnya.
Setiap model pembelajaran selain

mempunyai kelebihan, juga

mempunyai kelemahan. Kelemahan model pembelajaran kooperatif antara lain:


(a) Pelaksanaanya memerlukan persiapan yang rumit; (b) Apabila terjadi
persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk; (c) Apabila ada siswa yang
malas atau yang ingin berkuasa dalam kelompoknya menyebabkan kegiatan
belajar kelompok tidak berjalan dengan baik; (d) Adanya siswa yang tidak
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dalam belajar kelompok, sehingga
kegiatan belajar kelompok menjadi tidak efektif; (e) Siswa yang tidak cocok
dengan anggota kelompoknya kurang bisa bekerja sama dalam memahami materi
maupun dalam menyelesaikan tugas.
4. Tipe Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD)
a. Pengertian Tipe Pembelajaran Student Team Achievement Divisions
(STAD)
Tipe pembelajaran STAD adalah salah satu tipe pembelajaran yang
dikemukakan oleh Slavin. Tipe pembelajaran ini merupakan teori belajar
konstruktivisme yang berdasarkan pada teori belajar kognitif. Dalam hal ini guru
berperan sebagai fasilitator belajar dan bertugas menciptakan situasi belajar yang
kondusif bagi siswa, sedangkan siswa bekerja sama dalam kelompoknya dalam
memecahkan masalah-masalah belajar yang berkaitan dengan materi pelajaran
yang disampaikan oleh guru.
Tipe pembelajaran STAD terdiri atas lima komponen utama. Menurut
Slavin (2008: 143-146), komponen tersebut adalah:
(1) Presentasi materi pelajaran
(2) Kegiatan kelompok
commit to user
(3) Pelaksanaan kuis individual

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
15

(4) Nilai perkembangan individu


(5) Penghargaan kelompok
Presentasi materi pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
guru di dalam kelas. Kegiatan ini berupa penyampaian informasi, pengetahuan
atau hal-hal lain yang berkenaan dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa.
Dalam kegiatan kelompok, siswa ditempatkan dalam kelompokkelompok yang masing-masing beranggotakan empat atau lima orang yang
berbeda-beda menurut tingkat kemampuan, jenis kelamin atau ras (suku). Siswa
bekerja dengan kelompok mereka dengan dipandu oleh Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) atau tugas yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini jawaban tugas atau
lembar kegiatan siswa didiskusikan oleh siswa bersama anggota kelompoknya.
Bila ada siswa yang merasa kesulitan maka siswa yang mampu harus membantu
kesulitan teman sekelompoknya. Jika kelompok tidak dapat mengatasi, maka
perlu meminta bantuan guru. Guru harus selalu mengawasi para siswa saat
kegiatan kelompok ini berlangsung, sehingga guru dapat mengetahui dan
membantu siswa yang kesulitan dalam kelompok belajarnya.
Pelaksanaan kuis individual berlangsung kira-kira setelah satu atau dua
periode penyampaian materi oleh guru dan setelah satu atau dua periode kerja
kelompok. Selama kuis berlangsung setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan
tidak boleh bekerja sama dengan siswa lain meskipun dengan teman kelompoknya
sendiri. Berdasarkan hal tersebut, siswa bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri mengenai pemahaman materi pelajaran yang diterima. Hasil pekerjaan
kuis diberi skor dengan cara dicocokkan bersama-sama atau dikumpulkan untuk
dikoreksi oleh guru.
Komponen berikutnya adalah nilai perkembangan individu. Tujuan
utama dengan adanya nilai perkembangan individu adalah untuk memberikan
hasil akhir yang maksimal pada setiap peserta didik. Hal ini akan dapat diperoleh
kalau peserta didik bekerja lebih keras dalam melaksanakan kuis. Nilai
perkembangan individu didasarkan pada nilai awal pokok bahasan atau materi
sebelumnya. Besarnya nilai perkembangan individu dapat dihitung dengan
commit to user
ketentuan sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
16

Tabel 2.1. Nilai Perkembangan Individu


Nilai Kuis

Nilai Perkembangan

Lebih dari 10 poin dibawah nilai awal

Turun dari 1 sampai 10 poin dibawah nilai awal


Sama dengan nilai awal sampai dengan 10 poin
diatas nilai awal
Lebih dari 10 poin diatas nilai awal

10

Betul semua (nilai sempurna)

30

20
30

(Sumber: Slavin, 2008:159)


Komponen terakhir dalam model STAD adalah penghargaan kelompok.
Penghargaan kelompok ditentukan berdasarkan nilai rata-rata kelompok yang
diperoleh dengan cara menghitung nilai perkembangan dari setiap anggota
kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok tersebut. Berdasarkan nilai
perkembangan yang diperoleh kelompok, terdapat tiga tingkat penghargaan yang
diberikan untuk prestasi kelompok:
(1)

Super Team (Tim Istimewa), diberikan


memperoleh

(2)

kepada kelompok yang

skor rata-rata lebih besar atau sama dengan 25 poin;

Great Team (Tim Hebat), diberikan kepada kelompok yang


memperoleh skor rata-rata antara 20 sampai dengan 25 poin;

(3)

Good Team (Tim Baik), diberikan kepada kelompok dengan skor ratarata 15 sampai dengan 20 poin.
Proses pembelajaran dengan model STAD dapat dibuat bagan sebagai

berikut

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
17

Presentasi Materi Pelajaran

Kegiatan Kelompok

Pelaksanaan Kuis Individual

Nilai Perkembangan Individu


Penghargaan Kelompok
Gambar 2.1. Bagan Pembelajaran kooperatif STAD
Menurut Mohamad Nur (2005:23-27), dalam penggunaan model
pembelajaran STAD, guru perlu mempersiapkan hal-hal berikut :
a.

Bahan ajar
Bahan ajar dapat dibuat sendiri oleh guru berupa lembar keja atau
lembar diskusi siswa (LKS/LDS) yang dilengkapi dengan kunci
jawabannya. Selain dua hal tersebut, guru juga harus mempersiapkan
kuis untuk tiap kompetensi dasar yang direncanakan untuk diajarkan.

b.

Penempatan siswa dalam tim


Tim siswa dalam STAD harus terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang
mewakili heterogenitas siswa dalam kelas.

c.

Penentuan skor dasar awal


Skor dasar awal diperoleh dari nilai kuis atau nilai ujian sebelumnya.

b. Kelebihan dan Kelemahan Tipe Pembelajaran STAD


Setiap tipe pembelajaran tidak ada yang sempurna. Masing-masing
memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari tope pembelajaran
STAD antara lain: (1) Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami
materi pelajaran; (2) Siswa secara kooperatif dapat menyelesaikan pokok-pokok
materi yang dipelajari; (3) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan
adanya kerja sama semua unsur yang ada dalam kelas; (4) Siswa dapat
meningkatkan kemampuannya dalam
berdiskusi
commit
to userdan menyelesaikan tugas.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
18

Di samping kelebihan-kelebihan tersebut, tipe pembelajaran STAD juga


memiliki kelemahan-kelemahan. Beberapa kelemahan dari tipe pembelajaran
STAD adalah: (1) Apabila ada siswa yang tidak cocok dengan anggota
kelompoknya, maka siswa tersebut kurang bisa bekerjasama dalam memahami
materi; (2) Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam
kelompok belajar; (3) Apabila ada anggota kelompok yang malas, maka usaha
kelompok dalam memahami materi maupun untuk memperoleh penghargaan
kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Jadi, tipe pembelajaran kooperatif STAD merupakan tipe pembelajaran
yang menekankan pada kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu
kelompok untuk saling membantu satu sama lain, sehingga terjadi interaksi antar
siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan masalah belajar. Penerapan tipe
pembelajaran kooperatif STAD bertujuan agar siswa lebih termotivasi dalam
belajar dan meningkatkan interaksi sosial siswa dalam kelompok belajarnya.
5. Tipe Pembelajaran Jigsaw II
a. Pengertian Tipe pembelajaran Jigsaw II
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan modifikasi dari
model pembelajaran tipe Jigsaw yang sebelumnya dikembangkan oleh Aronson
(Chan Kam-wing, 2004). Tipe pembelajaran Jigsaw II juga merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Slavin.
Dalam Jigsaw II siswa bekerja dalam tim-tim heterogen seperti pada
STAD. Siswa ditugasi mempelajari materi pelajaran, dan diberikan lembar ahli
yang berisi topik yang berbeda untuk anggota setiap tim. Setelah selesai
mempelajari materi, siswa dari tim berbeda dengan topik yang sama bertemu
dalam sebuah kelompok ahli untuk membahas topik mereka selama kurang
lebih 30 menit. Para ahli ini kemudian kembali kepada tim asal mereka dan secara
bergantian mengajar teman satu timnya tentang topik keahlian mereka.
Akhirnya siswa diberi kuis tentang seluruh topik, dan skor kuis tersebut menjadi
skor tim seperti pada STAD.

II

Berikut skema kerja kelompok pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw


commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
19

Gambar 2.2. Skema Kerja Kelompok Pada Tipe Pembelajaran


Jigsaw II
Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw II adalah sebagai berikut :
(a)

Siswa dibagi dalam beberapa kelompok asal. Setiap kelompok


beranggotakan 3-5 siswa, tiap siswa diberi nomor.

(b)

Guru memberikan suatu permasalahan, pertanyaan, atau dalam bentuk


LKS

(c)

Masing-masing siswa dalam kelompok asal yang sama mempelajari


materi yang berbeda satu sama lain.

(d)

Siswa dari kelompok asal yang mempelajari materi yang sama,


selanjutnya berkumpul dengan anggota kelompok lain guna membentuk
kelompok gabungan ( kelompok ahli ). Dalam kelompok ahli, mereka
membahas materi yang sama.

(e)

Setelah selesai berdiskusi, setiap anggota kembali ke kelompok asalnya.


Anggota kelompok ahli dengan masing-masing materi yang dikuasai
memberikan penjelasan kepada teman kelompoknya.

(f)

Guru memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa dengan


menyebutkan nomornya

(g)

Diadakan test individual dengan penghargaan kepada kelompok yang


memperoleh nilai tinggi.
Menurut Mohamad Nur (2005 : 69) Secara rinci, kegiatan dalam metode

Jigsaw II dapat dijadwalkan sebagai berikut :


(1)

Membaca
Siswa menerima topik topik ahli dan membaca bahan yang ditugaskan
commit to user
untuk mencari informasi.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
20

(2)

Diskusi kelompok ahli


Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu mendiskusikan informasi
tersebut dalam kelompok-kelompok ahli.

(3)

Laporan tim
Para ahli kembali ke tim asal mereka untuk mengajarkan topik-topik
mereka kepada teman satu tim mereka.

(4)

Kuis
Siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup seluruh topik.

(5)

Penghargaan tim
Skor tim dihitung seperti pada STAD.
Proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat dibuat bagan sebagai

berikut
Membaca

Diskusi Kelompok Ahli

Laporan Tim

Kuis

Penghargaan Tim
Gambar 2.3. Bagan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II
b. Kelebihan dan Kelemahan Tipe Pembelajaran Jigsaw II
Kelebikan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigasaw II adalah :
(1) Keaktifan setiap siswa dapat dimonitoring, sebab setiap siswa mempunyai
tanggung jawab terhadap materi yang menjadi tanggungjawabnya; (2) Jigsaw II
juga memberikan pengalaman pada siswa untuk berani berbicara dan
menyampaikan materi ataupun pendapatnya kepada teman sekelompok dengan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
21

caranya sendiri; (3) Melatih siswa bagaimana cara berkomunikasi dengan baik
dan saling bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Selain memiliki kelebihan Jigsaw II tentu saja memiliki kekurangan,
diantaranya adalah : (1) Apabila ada siswa yang kurang tepat dalam
menyampaikan materi, maka akan mempengaruhi hasil belajar kelompokkya; (2)
Membutuhkan banyak waktu; (3) Siswa yang dominan akan mendominasi dalam
kegiatan kelompok, dan siswa yang lambat akan cenderung pasif dan minder,
sedang siswa yang pandai kadang merasa bosan dengan anggota kelompok yang
lamban; (4) Guru kemungkinan akan merasa kerepotan saat mengatur jalannya
diskusi dan saat pergantian kelompok.
6. Interaksi Sosial
a. Pengertian Interaksi Sosial
Manusia selain sebagai makhluk individu, juga merupakan makhluk
sosial. Hal ini berarti manusia akan selalu membutuhkan bantuan atau peranan
orang lain dalam kehidupannya, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Oleh karena itu, ia akan cenderung hidup bersama-sama atau berkelompok. Dalam
kebersamaan tersebut, tentunya mereka akan saling berkomunikasi. Proses
komunikasi inilah yang merupakan salah satu bentuk interaksi sosial.
Menurut Bonner dalam Abu Ahmadi (2002: 54) Interaksi sosial adalah
suatu hubungan antara dua orang atau lebih sehingga kelakuan individu yang satu
akan mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain
dan sebaliknya. Menurut psikologi tingkah laku, interaksi sosial adalah interaksi
yang berisikan saling perangsangan dan pereaksian antara kedua belah pihak
individu. Sedangkan menurut Young dalam Ary H Gunawan (2001: 31) Interaksi
sosial adalah kontak timbal balik antara dua orang atau lebih.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.
Hubungan tersebut akan saling mempengaruhi individu yang satu dengan individu
yang lain sehingga terjadi suatu komunikasi.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
22

b. Jenis-jenis Interaksi sosial


Menurut Ary Gunawan ( 2001: 32-33 ) jenis-jenis interaksi sosial dapat
ditinjau dari berbagai segi, yaitu :
1) Dari Subjeknya dibedakan menjadi:
a. Interaksi antara orang per orang
b. Interaksi antara orang dengan kelompok
c. Interaksi antar kelompok
2) Menurut caranya
a. Interaksi langsung
b. Interaksi simbolik
3) Menurut Bentuknya
a. Kerjasama
b. Persaingan
c. Pertikaian
d. Akomodasi
4) Interaksi Sosial Siswa
Menurut Sardiman A.M (2007: 111) Siswa atau anak didik adalah salah
satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar
mengajar. Dengan kata lain siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai
pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan. Siswa akan menjadi faktor penentu, sehingga menuntut dan dapat
mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Berdasarkan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial siswa
merupakan interaksi sosial yang dilakukan oleh siswa dalam belajar
Proses belajar mengajar yang berlangsung dalam dunia pendidikan
memiliki banyak unsur yang perlu diperhatikan. Salah satu unsur yang
diperhatikan pertama kali adalah siswa, karena siswa yang mempunyai tujuan,
baru setelah itu menurun ke unsur-unsur yang lain. Misalnya materi yang
diajarkan, bahan apa yang diperlukan, bagaimana cara mengajarkan, alat apa yang
cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan atau
commitsiswa
to usermerupakan subyek belajar yang
karakteristik siswa. Itulah sebabnya

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
23

nantinya akan menjalin hubungan, baik dengan guru maupun dengan sesama
siswa. Berdasarkan hal tersebut maka didapatkan pengertian bahwa interaksi
sosial siswa adalah hubungan yang saling mempengaruhi antara siswa dengan
guru atau siswa dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
e.

Interaksi Sosial dalam Proses Pembelajaran


Proses pembelajaran merupakan proses kegiatan interaksi antara dua

unsur manusia, yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak
yang mengajar, dengan demikian siswa sebagai subyek pokoknya. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Sardiman A.M (2007: 2) bahwa Interaksi
belajar mengajar mengandung arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar
di satu pihak dengan warga belajar (siswa, anak didik, peserta didik/subyek
belajar) yang sedang melaksanakan belajar di pihak lain.
Interaksi sosial dalam proses pembelajaran berkenaan dengan komunikasi
atau hubungan timbal balik atau hubungan dua arah antar siswa dan guru atau
siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Interaksi sosial
dalam proses pembelajaran dapat terlihat pada: (1) Tanya jawab atau dialog antara
guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa; (2) Bantuan guru terhadap
siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual maupun
kelompok; (3) Keberadaan guru dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitator
belajar;

(4)

Adanya

kesempatan

mendapatkan

umpan

balik

secara

berkesinambungan dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Atau dengan kata lain
adakah keterbukaan, perhatian, saling tanggap dan ketergantungan baik antara
siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lain ataukah tidak ada.
Interaksi sosial yang baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa
dalam proses pembelajaran akan menentukan pencapaian tujuan belajar maupun
tujuan pendidikan itu sendiri. Salah satu tujuan pendidikan adalah adanya
perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik, hingga mencapai
kepribadian yang utuh dan mandiri.
f. Ciri-ciri Interaksi sosial siswa dalam proses pembelajaran
Dalam proses pandidikan, interaksi yang terjadi antar komponen
commit
to user
pendidikan haruslah bersifat edukatif,
secara
sadar mempunyai tujuan mendidik,

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
24

untuk mengantarkan anak didik menuju kedewasaannya. Ciri-ciri interaksi


belajar-mengajar antara lain sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Interaksi belajar-mengajar mempunyai tujuan


Ada sesuatu prosedur yang direncanakan, didesain dan ditetapkan
Ditandai adanya aktifitas siswa
Ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus
Guru berperan sebagai pembimbing
Membutuhkan disiplin (pola tingkah laku diatur sedemikian rupa)
Adanya batas waktu. (Edi Suardi dalam Sardiman A. M. 2007: 15)
Sardiman A. M. (2001: 22) mengemukakan bahwa Proses interaksi itu

adalah 1) Proses Internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar. 2) dilakukan
secara aktif dengan segenap panca indera ikut beroperasi. Dalam hal ini
partisipasi merupakan peran aktif peserta didik dalam interaksi. Menurut Nana
Sudjana (1996: 61) keaktifan peserta didik dapat dilihat dalam hal:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2) Terlibat dalam pemecahan masalah
3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapi
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalahh yang sejenis
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
g.

Interaksi Sosial di Luar Proses Pembelajaran


Hubungan guru dengan siswa dalam proses belajar-mengajar merupakan

faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang


diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yanag dipergunakan, namun jika
hubungan guru-siswa merupakan hubungan yanag tidak harmonis, maka dapat
menciptakan suatu keluaran yang tidak diinginkan. Sardiman A. M. (2001: 145)
mengemukakan bahwa kegiatan belajar-mengajar, tidak hanya
melalui
commit to user
presentasi atau sistem di depan kelas. Dalam hal ini, salah satu cara adalah adanya

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
25

contact-hours di dalam hubungan guru-siswa. Contact-hours adalah jam-jam


bertemu antara guru-siswa di luar jam-jam presentasi atau mengajar di depan
kelas seperti biasanya.
Pada saat-saat semacam itu dapat dikembangkan komunikasi dua arah.
Guru dapat menanyai dan mengungkapkan keadaan siswa dan sebaliknya siswa
mengajukan berbagai persoalan dan hambatan yang sedang dihadapi. Terjadilah
proses interaksi dan komunikasi yang humanistik. Hal ini jelas akan sangat
membantu keberhasilan studi para siswa. Berhasil dalam arti tidak hanya sekedar
tahu atau mendapatkan nilai baik dalam ujian, tetapi akan menyentuh pada soal
sikap mental dan tingkah laku atau hal-hal yang intrinsik.
7. Kemampuan Kognitif Siswa
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang artinya mengetahui.
Dalam arti luas, cognition ( kognisi ) berarti perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan (Neiser, 1976 dalam Slameto 1995 : 12). Dalam perkembangannya
istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu ranah kemampuan manusia
yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan dan
keyakinan.
Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk
menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk memecahkan
masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu
pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para
siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggungjawab.
Untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan
masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta keyakinan
terhadap nilai-nilai moral yang menyatu dalam pengetahuannya, guru diharapkan
melatih penggunaan pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu ( procedural
knowledge) yang relevan dengan kemampuan normatif (declarative knowledge).
Hal ini berhubungan dengan penggunaan pendekatan dan metode mengajar yang
memungkinkan siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada
to user Sehubungan dengan hal ini,
pemahaman mendalam terhadapcommit
isi pelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
26

Muhibbin Syah (1995: 84) mengemukakan bahwa guru diharapkan mampu


menjauhkan siswa, strategi dan preferensi akal, yang hanya mengarah pada aspirsi
asal naik atau lulus.
Menurut WS Winkel (1996) dasar pembagian kemampuan kognitif
sering menjadi pedoman dalam menggolongkan jenis perilaku, misalnya dalam
taksonomi tujuan instruksional yang dikembangkan oleh BS Bloom da kawankawannya. BS Bloom dan kawan-kawannya menjadi kelompok pelopor dalam
menyumbangkan klasifikasi tujuan instruksional (education objective). Adapun
klasifikasi kemampuan kognitif Bloom adalah sebagai beriku :
a. Pengetahuan (knowledge)
Kemampuan kognitif ini mencakup ingatan siswa akan hal-hal yang
pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini dapat meliputi fakta,
kaidah, dan prinsip yang diketahui.
b. Pemahaman (comprehension)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menangkap
makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Hal itu meliputi pengertian
terhadap hubungan antar faktor, hubungan antar konsep, hubungan sebab
akibat, dan penarikan kesimpulan.
c. Penerapan ( application)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menerapkan
suatu kaidah atau prinsip-prinsip pada suatu kasus atau masalah yang
konkret dan baru atau penggunaan pengetahuan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk merinci
suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adapun kemampuan ini
dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponenkomponen dasar bersama-sama dengan hubungan antar bagian-bagian itu.
e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk
suatu kesatuan atau pola baru meliputi menggabungkan berbagai informasi
menjadi suatu kesimpulan atau konsep.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk
suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama
pertanggungjawaban pendapat tersebut yang berdasarkan kriteria tertentu,
kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu.
Menurut Nana Sudjana (2006 : 2), dari keenam tingkatan tersebut, kedua
user dan keempat aspek berikutnya
aspek pertama disebut kognitif commit
tingkat to
rendah

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
27

termasuk kognitif tingkat tinggi. Setiap penguasaan tiap tingkatan tersebut


berdasarkan pada jenjang perkembangan usia dan kedewasaan anak didik. Pada
jenjang SMA kemampuan kognitif yang harus dikuasai adalah satu sampai
jenjang empat, yaitu dari pengetahuan sampai analisis.
8. Konsep Listrik Dinamis
a. Kuat arus listrik
Arus listrik adalah aliran partikel-partikel bermuatan listrik. Pada abad ke19, sebelum elektron ditemukan, arus listrik ditetapkan sebagai partikel-partikel
bermuatan positif yang bergerak dari kutub positif ke kutub negatif baterai. Arah
arus ini disebut arah arus listrik konvensional. Pergerakan muatan ini terjadi pada
bahan yang disebut konduktor. Arah aliran elektron berlawanan dengan arah
aliran partikel bermuatan positif (gambar 2.4). Jadi, seharusnya arus listrik
didefinisikan berdasarkan aliran muatan negatif atau arus elektron. Oleh karena
muatan negatif yang mengalir dalam satu arah ekivalen dengan muatan positif
yang mengalir dalam arah berlawanan, maka arus listrik tetap didefinisikan
berdasarkan aliran muatan positif (arus konvensional).

Arus elektron
Arus konvensional

Gambar 2.4. Arus Elektron Berlawanan dengan Arus Konvensional


Arus listrik selalu mengalir dari tempat yang berpotensial tinggi ke tempat yang
berpotensial rendah.
Makin banyak muatan positif yang mengalir melalui suatu penampang
kawat dalam suatu selang waktu dt, makin besar arus listriknya. Besaran yang
menyatakan kualitas arus listrik disebut kuat arus listrik I. Kuat arus listrik I
didefinisikan sebagai banyak muatan positif dq yang mengalir melalui penampang
seutas kawat penghantar per satuan waktu dt, seperti terlihat pada Gambar 2.5.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
28

dq
................................................................................................ (2.1)
dt

Untuk arus searah, banyak muatan listrik yang mengalir melalui penampang
kawat adalah konstan terhadap waktu, sehingga persamaan (2.1) dapat dituliskan
I

q
.................................................................................................. (2.2)
t

= kuat arus listrik

dt

= selang waktu

dq

= banyaknya muatan yang mengalir


Permukaan

Gambar 2.5. Kuat Arus Listrik Merupakan Kelajuan Muatan


yang Melewati Suatu Luasan Tertentu.
Dengan demikian, satuan arus listrik dalam SI adalah coulomb per sekon (C/s)
yang lebih dikenal dengan ampere (A). Besaran kuat arus I dan waktu t termasuk
besaran pokok sedangkan muatan q adalah besaran turunan.
b. Hukum Ohm
Hukum ohm menyatakan tegangan V pada ujung-ujung sebuah
komponen ohmik (komponen yang memenuhi hukum ohm) adalah sebanding
dengan kuat arus I yang melalui komponen itu, asal suhu komponen dijaga tetap.
Selanjutnya pembagian antara V dan I disebut hambatan R, secara matematis
dapat di tulis sebagai V I
V
konstant
I
V
R
I

maka diperoleh V IR ....(2.4)


dimana

V = Tegangan (V)
I = Kuat arus (A)
R = Hambatan ()
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
29

c. Faktor faktor yang mempengaruhi hambatan


1) Suhu
Umumnya, hambatan jenis bahan berubah jika suhu berubah. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan percobaan seperti pada gambar (2.6) di bawah
ini.
Kumparan

Pembakar
Bunsen

Gambar 2.6. Rangkaian untuk Menyelidiki Pengaruh Suhu


Pada Hambatan Kawat
Ketika kumparan menjadi panas dan berwarna merah, maka lampu
berpijar lebih redup. Ini menandakan bahwa kuat arus yang melalui lampu
berkurang. Karena tegangan baterai tetap, maka hambatan kumparan kawat yang
bertambah. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa hambatan bertambah
jika suhunya naik.
Dalam suatu batas perubahan suhu tertentu, perubahan fraksi hambatan
jenis (/0) sebanding dengan perubahan suhu (T):

0
dengan

= T

.................................................. .(2.5)

= - 0

(2.6)

T = T T0

.(2.7)

dengan menggabungkan persamaan (2.4), (2.5) dan (1.6) akan diperoleh


persamaan sebagai berikut:
t o 1 T (2.8)

Keterangan:

= hambat jenis setelah suhu dinaikkan (m)

o = hambat jenis mula-mula (m)


= tetapan suhu (/oC)
T = perubahan suhu
(oC)to user
commit

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
30

Identik dengan persamaan (2.8) di atas nilai hambatan penghantar logam


bertambah dengan naiknya suhu. Oleh karena hambatan suatu penghantar
bergantung pada hambatan jenis yang merupakan fungsi linier dari suhu maka
hambatan penghantar juga merupakan fungsi linier dari suhu.
R t R o 1 T ..(2.9)
Keterangan Rt = hambatan setelah suhu dinaikkan ()

Ro = hambatan mula-mula ()
= tetapan suhu hambat jenis (

1
)
C

T = perubahan suhu (oC)


2) Panjang, luas penampang, dan jenis bahan suatu penghantar
Besar hambatan suatau penghantar pada suhu tertentu sebanding dengan
panjang hambatan, jenis penghantar dan berbanding terbalik dengan luas
penampangnya:
L
A
Keterangan :
R

L
..(2.10)
A

R = hambatan ()
L = panjang penghantar (m)
A = luas penampang penghantar (m2)

= hambat jenis (m).


Untuk kawat berbentuk kawat yang penampangnya berbentuk lingkaran, maka
dapat dicari luas penampangnya jika jari-jari atau diameternya diketahui,yaitu:

A r 2 atau A

D2
. (2.11)
4

Besaran adalah suatu tetapan yang disebut hambatan jenis kawat.


merupakan sifat khas bahan kawat dan tidak tergantung ukuran atau bentuk kawat.
Artinya, untuk jenis bahan kawat yang sama, nilai adalah tetap. Karena satuan R
dalam , L dalam m dan A dalam m2, maka satuan adalah m.
d. Hukum I Kirchhoff
Rangkaian listrik biasanya terdiri dari banyak hubungan sehingga akan
terdapat banyak cabang maupun titik simpul. Titik simpul adalah titik pertemuan
commit to user
tiga cabang atau lebih. Hubungan jumlah kuat arus listrik yang masuk ke titik

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
31

simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar daripadanya dikenal
sebagai hukum I Kirchhoff.
Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain dari hukum kekekalan
muatan listrik seperti tampak di dalam analogi yang ada pada Gambar 2.7 berikut.
Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai
Imasuk = Ikeluar ................................................................................ (2.12)

Aliran keluar

Aliran masuk

Gambar 2.7. Skema Diagram untuk Hukum I Kirchhoff


Serta Analogi Mekaniknya
Pembahasan di atas merupakan salah satu dasar kita dalam mempelajari
rangkaian seri dan paralel selain hukum Ohm.
e. Susunan seri dan parallel rangkaian listrik
1) Rangkaian seri hambatan
a

R 1 b R2

Baterai

c
I

V
i

R3
V

(a)

(b)

Gambar 2.8 (a) Dua buah Lampu yang Dihubungkan Secara Seri dan
(b) Rangkaian Pengganti Peralatan Tersebut.
Berdasarkan hokum I Kirchhoff, maka kuat arus yang melalui setiap komponen
rangkaian pada Gambar 2.8 besarnya sama.
I( R1 ) I( R 2 ) I .(1.13)

Tegangan total adalah jumlah dari teganagn masing-masing penghantar


Vac Vab Vbc ....(2.14)
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
32

IRs I( R1 ) R1 I( R 2 ) R 2 IR1 R 2 .......(2.15)

Hambatan penggantinya adalah

R seri R1 R 2 .....(2.16)
dan Perbandingan potensialnya adalah

Vab R 1

.........(2.17)
Vbc R 2
2) Rangkaian paralel hambatan
I1
I

I2

I3
E
Gambar 2.9. Rangkaian Hambatan Paralel
Dengan menggunakan hukum I Kirchhoff, untuk rangkaian pada Gambar 2.9
diperoleh
I = I1 + I2 ........................................................................................... (2.18)
1
V
v
1 V

V
I=
............................................... (2.19)
R1
R2
R1 R 2 R gab
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hambatan gabungan (Rgab) beberapa
hambatan yang terhubung secara paralel dapat dituliskan sebagai

1
1
1
....................................................................... (2.20)

R gab
R1
R2
Apabila ada n buah hambatan yang dihubungkan secara paralel, hambatan
penggantinya Rgab akan memenuhi

1
1
1
1
.................................................. (2.21)

...
R gab
R1
R2
Rn
Untuk dua komponen R1 dan R2 yang disusun paralel maka hambatan pengganti,
paralel dapat dihitung lebih cepat dengan persamaan khusus:
Rgab =

R1 x R 2
perkalian

................................................ (2.22)
to2 user
penjumlahan commit
R1 R

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
33

3) Rangkaian seri sumber tegangan identik


R

I
E1r1

E2r2

E3r3

Gambar 2.10. Rangkaian Seri Sumber Tegangan


Kuat arus yang mengalir pada rangkaian sumber tegangan yang disusun secara
seri seperti pada Gambar 2.10 adalah :

E
.........................(2.23)
rR

Keterangan : E = jumlah sumber tegangan.


r = jumlah hambatan dalam.
R = hambatan luar.
I = kuat arus.
4) Rangkaian paralel sumber tegangan identik
E1r1
E2r2
E3r3

I
R

Gambar 2.11. Rangkaian Parallel Sumber Tegangan Identik

Kuat arus yang mengalir pada sumber tegangan identik yang dirangkai secara
paralel seperti pada Gambar 2.11 adalah :

Keterangan

E
r
R
n

atau I

nE
................................(2.24)
r nR

n = jumlah sumber tegangan yang diparalel.


r
= hambatan penganti dari sumber.
n

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
34

f. Prinsip Jembatan Wheatstone


Rangkaian Jembatan Wheatstone ditunjukkan pada gambar 2.12 berikut:
B

R1

R2

I1

I1

I2

I2
I

R4

R3

D
Gambar 2.12. Rangkaian Jembatan Wheatstone.
Pada rangkaian Gambar 2.12 diatas jarum galvanometer peka G akan
menyimpang ke kiri atau ke kanan dari kedudukan seimbangnya ( kedudukan
setimbang ditunjukkan jarum menunjuk angka nol, angka nol berada pada tengahtengah seluruh skala).
Dengan mengatur nilai hambatan, bias membuat jembatan seimbang
(melalui galvanometer = 0). Pada keadaan ini arus yang melalui R1 dan R2 sama
besar dan arus yang melalui R3 dan R4 sama besar, sehingga
VAB VAD

.......... (2.25)

VBC VDC

........... (2.26)

Sehingga :
I 1 R1 I 2 R3

..............(2.27)

I1R 2 I2R 4

...............(2.28)

Dari persamaan (2.27) dan (2.28) didapatkan:

I1 R 3 R 4

sehingga
I 2 R1 R 2
R3 R4

atau R1 R 4 R 2 R 3 ..(2.29)
R1 R 2
dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa pada rangkaian Wheatstone yang
seimbang, hasil kali dua hambatan yang saling berhadapan sama besar.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
35

g. Energi listrik
Jika membahas tentang listrik maka tidak bisa lepas dari sumber arus.
Misalnya baterai, akumulator atau generator (PLN). Sumber arus itu sering juga
disebut sumber tegangan dan sebenarnya merupakan sumber energi. Energinya
adalah energi listrik. Energi listrik adalah energi yang mampu menggerakkan
muatanmuatan listrik pada suatu beda potensial tertentu.
Energi untuk memindahkan muatan sebesar Q dari satu titik ke titik lain
yang berbeda potensial V memenuhi hubungan berikut.
W=QV
dimana Q = I t. Dengan substitusi nilai Q ini diperoleh persamaan berikut:
W=VIt . ...........................................................................................................(2.30)
dengan : W = energi listrik yang diserap hambatan (joule)
V = beda potensial ujung-ujung hambatan (volt)
I = kuat arus yang mengalir pada hambatan (A)
t = waktu aliran (s)
dengan mensubstitusikan V = IR pada persamaan 2.30 diperoleh persamaan
berikut
W I 2 Rt
W

V 2 ........................................................................................................(2.31)
t
R

h. Daya listrik
Jika diamati data-data pada lampu, alat-alat listrik lain atau bahkan pada
meteran PLN akan didapatkan besaran yang bersatuan watt. Misalnya data lampu
100 watt/220 volt. Besaran yang bersatuan watt inilah yang dinamakan daya.
Daya listrik merupakan besarnya energi yang mengalir atau diserap alat
tiap detik. Definisi lain, daya didefinisikan sebagai laju aliran energi. Dari
definisi ini daya listrik dapat dirumuskan seperti di bawah.
P

W
............................................................................................................(2.32)
t

Jika nilai W disubstitusikan dari persamaan 2.30 pada persamaan 2.32 dapat
diperoleh hubungan berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
36

P VI
P I 2R

V2
R

..........................................................................................................(2.33)
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD sebelumnya telah

dilakukan oleh Francis A Adesoji dan Tunde L Ibraheem pada tahun 2009
mengenai materi kimia kinetik. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa
STAD cooperative learning strategy had the potensial to improve students
learning outcome. Jadi, STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada tahun 2009 Keymal Doymus dan kawan-kawan melakukan
penelitian dengan membandingkan dua tipe pembelajaran kooperatif, Group
Investigation dan Jigsaw. Hasil penelitian tersebut nyatakan bahwa group
investigation cooperative teaching was found to be no more effective in term of
academic achivement than the jigsaw our study. Jadi, pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation tidaklah lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran
tipe Jigsaw dalam kaitannya dengan prestasi akademik siswa. Pada penelitian ini
digunakan dua tipe pembelajaran kooperatif, yaitu tipe STAD dan Jigsaw II yang
merupakan pengembangan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Pada penelitian ini juga digunakan interaksi sosial siswa sebagai tinjauan.
Penelitian mengenai interaksi sosial ini pernah dilakukan oleh Ela Nisriyana
khususnya pada interaksi dalam kelompok teman sebaya yang dikaitkan dengan
motivasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut menyebutkan Ada hubungan
yang signifikan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan
motivasi belajar pada siswa (Ela N,2007 : 52).
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan landasan
teori di atas dapat dikemukakan kerangka berfikir sebagai berikut:
Pencapaian tujuan dalam proses belajar mengajar yang digunakan sebagai
tolak ukur adalah tingkat prestasi
siswa.
Banyak faktor yang mempengaruhi
commit
to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
37

proses belajar mengajar atau mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar


siswa. Diantara faktor tersebut adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat
serta interaksi sosial siswa.
Model kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II diterapkan pada dua kelas yang
berbeda yang tentu saja tiap siswanya memiliki tingkat interaksi sosial yang
berbeda dengan kemampuan awal yang homogen.
1. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan
Jigsaw II Terhadap Kemampuan Kognitif Fisika Siswa
Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan adalah model
kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II. Kedua tipe pembelajaran tersebut dirancang
dengan mengutamakan kegiatan kerjasama dalam tim. Dengan kerja sama tim,
diharapkan

dapat

membantu

siswa

memecahkan

permasalahan

dalam

pembelajaran bersama dengan timnya


Pada pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD diawali dengan
presentasi kelas oleh guru yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi dalam
kelompok. Adanya pembentukan kelompok adalah untuk memastikan bahwa
setiap anggota dapat bekerja sama dan memiliki tanggungjawab untuk belajar
serta menjadikan kelompoknya sebagai kelompok terbaik sehingga secara
individual siswa akan mengerjakan kuis dengan sebaik-baiknya. Adapun pada
pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw II tidak diawali dengan
presentasi kelas oleh guru, akan tetapi siswa membaca bahan yang akan dipelajari
kemudian mendiskusikannya dalam kelompok ahli kemudian menjelaskannya
kepada teman kelompok asal.
Dengan demikian kemampun kognitif kelompok khususnya penguasaan
kemampuan konsep Fisika menjadi tanggung jawab bersama dalam setiap anggota
kelompok. Hal ini akan memberikan kesempatan yang sama bagi semua siswa
dalam memperoleh hasil kuis yang baik. Kemampuan kognitif Fisika siswa
dengan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan akan
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kegiatan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Hal ini disebabkan dalam model
commitselain
to user
pembelajaran kooperatif tipe STAD,
siswa dapat bekerja sama dalam

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
38

kelompok, siswa juga sebelumnya telah memperoleh pengetahuan dari presentasi


guru.
2. Pengaruh Interaksi sosial Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa
Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah tingkat interaksi
sosial siswa. Tingkat interaksi sosial siswa dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat
interaksi sosial kategori tinggi dan kategori rendah. Siswa yang mempunyai
tingkat interaksi sosial tinggi akan memperoleh prestasi yang tinggi pula. Siswa
yang mempunyai tingkat interaksi sosial tinggi akan mampu menghadapi
permasalahan pembelajaran yang dihadapinya, yaitu dengan mengkomunikasikan
permasalahan tersebut pada guru atau teman sehingga didapatkan cara
pemecahannya. Sedangkan siswa yang mempunyai tingkat interaksi sosial rendah
tidak akan leluasa mengungkapkan permasalahan pembelajaran yang dihadapinya
baik pada guru maupun teman, sehingga permasalahannya lebih sukar dipecahkan
dan akhirnya prestasi belajarnya tidak akan sebaik siswa yang mempunyai tingkat
interaksi sosial tinggi.
3. Interaksi Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran dan Interaksi Sosial
Model pembelajaran dan interaksi sosial siswa merupakan faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran yang tepat
dan interaksi sosial yang baik akan mampu meningkatkan pencapaian prestasi
belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dan

didukung oleh tingkat interaksi sosial yang tinggi akan sangat membantu siswa
dalam meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa.
Untuk menjelaskan kerangka berfikir tersebut, dapat digambarkan
paradigma penelitian sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
39

Kelompok
eksperimen

Pembelajaran
kooperatif tipe
STAD(A1)

Interaksi sosial
kategori tinggi
( B1)
Interaksi sosial
kategori rendah
(B2)
Kemampuan
kognitif

Keadaan
awal sama

Kelompok
kontrol

Pembelajaran
kooperatif tipe
Jigsaw II(A2)

Interaksi sosial
kategori tinggi
( B1)
Interaksi sosial
kategori rendah
(B2)

Gambar 2.13. Paradigma Penelitian

D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II terhadap
kemampuan kognitif siswa.
2. Ada pebedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan
kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa
3. Ada interaksi antara pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II dengan
interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
40

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Al-Mukmin Sukoharjo
2. Waktu Penelitian
Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a.

Tahap persiapan meliputi : pengajuan judul skripsi, pembuatan prorosal


penelitian, permohonan pembimbing, dan permohonan perijinan kepada
lembaga terkaiat yang dilaksanakan Agustus 2009 sampai Nopember 2009

b.

Tahap pelaksanaan meliputi : uji coba instrumen penelitian, penentuan


populasi dan sampel penelitian, pelaksanaan mengajar, dan pengambilan data
yang dilaksanakan hingga Mei 2010

c.

Tahap penyelesaian meliputi : analisis data, penyusunan laporan, dan


konsultasi dengan pembimbing, yang dilaksanakan April 2010 hingga Januari
2011
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Dengan

rancangan disain faktorial 2x2 (AXB), A adalah model pembelajaran dan B


adalah interaksi sosial siswa. Sampel terpilih dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok diuji dengan uji t
untuk mengetahui keseimbangan keadaan awal. Perlakuan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD diberikan kepada kelompok eksperimen, sedang kelompok
kontrol dengan tipe jigsaw II. Untuk mengetahui tingkat interaksi sosial siswa,
diberikan angket interaksi sosial pada kedua kelompok. Desain penelitian tersebut
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

commit to user
40

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
41

Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian 2 x 2 (A x B)


A
Model Pembelajaran Kooperatif
B
STAD (A1)
Jigsaw II(A2)
Interaksi
Tinggi (B1)
A1B1
A2B1
sosial
Rendah (B2)
A1B2
A2B2
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MA AlMukmin Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010
2. Sampel
Dari populasi tersebut diambil sampel dua kelompok dengan teknik
cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel kelas secara acak. Satu
kelompok sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok yang lain sebagai
kelompok kontrol. Sampel yang terambil adalah kalas XC sebagai kelompok
aksperimen dan kelas XD sebagai kelompok kontrol.
Untuk mengetahui apakah kedua sampel, kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, mempunyai keadaan awal yang sama sebelum keduanya diberi
perlakuan maka dilakukan uji kesamaan keadaan awal dengan prosedur sebagai
berikut :
1)

Hipotesis
H0 : Tidak ada perbedaan antara keadaan awal siswa kedua kelompok
eksperimen dan kontrol
H1 : Ada perbedaan antara keadaan awal siswa kedua kelompok eksperimen
dan kontrol

2)

Statistik Uji

1 2

1
1

1 2

dimana 2 =

1 1 12 + 2 1 22
1 + 2 2

Keterangan :
1 = rata-rata skor kelompok eksperimen
2 = rata-rata skor kelompok kontrol
= simpangan baku kuadrat gabungan
commit to user
1 = jumlah subyek kelompok eksperimen

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
42

2 = jumlah subyek kelompok kontrol


3)

Daerah Kritik
> 11;
2

4)

1 + 2 2

, : taraf signifikansi = 0,05

Keputusan Uji
Ho diterima jika : -t1-1/2 < t < t1-1/2 , yang berarti tidak ada perbedaan antara
keadaan awal siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Untuk harga t lainnya H0 ditolak, yang berarti ada perbedaan antara keadaan
awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
( Sudjana, 2002 : 239 )
Sebagai data keadaan awal digunakan nilai mid semester genap tahun

ajaran 2009-2010 ( data terlampir ). Setelah dilakukan uji normalitas dan


homogenitas, data tersebut dinyatakan berdistribusi normal dan homogen
sehingga memenuhi syarat untuk diuji kesamaan keadaan awalnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 35, 36 dan 37.
Dari hasil uji kesamaan keadaan awal dengan uji t didapatkan tobs sebasar
-0.525 dan dari tabel distribusi t untuk uji t dua pihak diketahui bahwa ttabel adalah
2.00 dengan db = 62 dan taraf signifikansi 5%. Sehingga - ttabel < tobs < ttabel =
-2.00< -0.525< 2.00 dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan keadaan
awal antara siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 38.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ada dua, yaitu variabel bebas utama dan
variabel bebas moderator. Variabel bebas utamanya adalah pembelajaran Fisika
dengan menggunakan model kooperatif dan variabel bebas moderatornya adalah
interaksi sosial siswa.
a. Model Pembelajaran Kooperatif
1)

Definisi Operasional
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
commit
to userkelompok kecil yang biasanya
memanfaatkan kerja sama
dalam

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
43

beranggotakan 4 sampai 5 orang, dimana keberhasilan kelompok


ditentukan oleh keaktifan dari masing-masing anggota kelompok
tersebut.
2)

Indikator
Tercapainya proses belajar mengajar sesuai tujuan pembelajaran yang
ditentukan sebelumnya.

3)

Skala Pengukuran
Skala pengukuran variabel ini adalah nominal dengan dua kategori, yaitu:
a) Model kooperatif tipe STAD
b) Model kooperatif tipe Jigsaw II

b. Interaksi Sosial
1) Definisi Operasional
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih sehingga
kelakuan individu yang satu akan mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain dan sebaliknya.
2) Indikator
Skala sikap yang digunakan untuk mengukur tingkat interaksi sosial siswa.
3) Skala Pengukuran
Skala pengukuran variabel ini adalah nominal, dengan dua kategori :
a) Tingkat interaksi sosial kategori tinggi jika nilai interaksi sosial lebih
tinggi dari nilai rata-rata gabungan yang diperoleh.
b) Tingkat interaksi sosial kategori rendah jika nilai interaksi sosial lebih
rendah dari nilai rata-rata gabungan yang diperoleh.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif Fisika
siswa.
a. Definisi Operasional

Kemampuan

kognitif

Fisika

adalah

penguasaan

pengetahuan

atau

keterampilan kognitif yang dikembangkan pada mata pelajaran Fisika pada


pokok bahasan Listrik Dinamis
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
44

b. Indikator

Kemampuan kognitif Fisika pada pokok bahasan Listrik Dinamis ( skor total
yang diperoleh siswa dalam menjawab soal tes pokok bahasan Listrik
Dinamis)
c. Skala Pengukuran

Skala pengukuran variabel ini adalah interval 0 s.d 100

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi teknik
dokumentasi, teknik tes kemampuan kognitif, dan teknik angket interaksi sosial
siswa.
a. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengetahui keadaan awal. Teknik ini

dilakukan dengan mengumpulkan nilai siswa yaitu nilai ujian mid semester
genap tahun ajaran 2009-2010
b. Teknik tes digunakan untuk mengetahui efek perlakuan terhadap kemampuan

kognitif siswa pada pokok bahasan Listrik Dinamis yang dilakukan dengan
memberikan sejumlah soal tes obyektif kepada sampel.
c. Teknik angket interaksi sosial siswa

Angket interaksi sosial siswa digunakan untuk mengukur tingkat interaksi


sosial siswa. Tingkat interaksi sosial dibedakan menjadi dua tingkat, yaitu
kategori tinggi dan rendah. Dengan ketentuan :
Kategori tinggi jika x x
Kategori rendah jika x x
Dengan x : nilai interaksi sosial siswa
x : nilai rerata gabungan

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Instrumen pembelajaran, meliputi Rencana Pembelajaran (RP) dan Lembar
Diskusi Siswa (LDS)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
45

b. Instrumen pengambilan data, yaitu soal berbentuk pilihan ganda dengan 5


pilihan jawaban sebanyak 35 butir untuk dikerjakan dalam waktu 90 menit.
Kemudian diberi angket interaksi sosial yang terdiri dari 30 pernyataan dan 4
alternatif jawaban.
Sebelum digunakan sebagai pengambil data, soal tes dan angket
interaksi sosial harus memenuhi syarat tertentu. Syarat tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Siswa
Sebelum digunakan instrumen tes diuji coba di kelas X B MA AlMukmin pada semester genap tahun ajaran 2009/2010 untuk mengetahui kualitas
soal yang meliputi validitas item, reliabilitas tes, derajad kesukaran item, dan daya
pembeda item.
a. Validitas
Item soal dikatakan valid apabila item tersebut mempunyai kesejajaran
dalam skor soal. Untuk mengetahui validitas item digunakan teknik poin biserial,
yaitu
=

Keterangan :
= Koefisien korelasi point biserial
= Rerata skor dari subyek yang menjawab betul dari item yang dicari
validitasnya

= Rerata skor soal

= Standar deviasi dari skor total

= Proporsi siswa yang menjawab betul item


=

= Proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1- p )


( Anas Sudijono, 2008 : 185)

Kriteria item :

commit to user
rtabel = Soal dikatakan valid

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
46

< rtabel = Soal dikatakan invalid


Berdasarkan perhitungan terhadap 47 item tes uji coba

kemampuan

kognitif Fisika siswa diperoleh keputusan ada 35 item tes yang valid, yaitu item
nomor 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30,
31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 42, 43, 44 dan 46. Untuk lebih lengkapnya lihat
lampiran 32.
b. Reliabilitas
Reliabilitas tes adalah tingkat atau derajat konsisten item bersangkutan,
yaitu berkenaan dengan pertanyaan apakah suatu item atau alat ukur teliti dapat
dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Item dikatakan reliabel
jika selalu memberi hasil yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.
Uji reliabilitas soal tes pada penelitian ini menggunakan rumus KR 20, yaitu :

11 =

( Suharsimi Arikunto, 2006 :188 )


dengan :
11

= Reliabilitas tes secara keseluruhan

= banyaknya item

= Variansi total

= Jumlah hasil perkalian antara p dan q

= Proporsi subyek yang menjawab dengan benar

= Proporsi subyek yang menjawab dengan salah

Kriteria reliabilitas adalah :


0,00 11 < 0,20 = reliabilitas tes sangat rendah
0,20 11 < 0,40 = reliabilitas tes rendah
0,40 11 < 0,60 = reliabilitas tes cukup
0,60 11 < 0,80 = reliabilitas tes tinggi
0,80 11 < 1,00 = reliabilitas tes sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas terhadap instrumen tes uji
coba kemampuan kognitif siswa diperoleh r11 = 0,932. Sehingga keputusan yang
commit
to user
diambil adalah angket reliabel dengan
kategori
sangat tinggi.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
47

c. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring
banyaknya subyek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul.
Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah :
=

( Suharsimi Arikunto, 2001 : 208 )

dengan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah siswa peserta tes
Klasifikasi soal :
0,00 0,30= soal dikatakan sukar
0,30 < 0,70 = soal dikatakan sedang
0,70 < 1,00 = soal dikatakan mudah
Berdasarkan hasil analisis didapatkan soal dengan kriteria mudah pada
nomor item 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 15, 17, 19, 21, 22, 25, 27, 40, 41, 42, 43, dan
45. Item dengan taraf kesukaran sedang adalah nomor 2, 5, 16, 23, 24, 26, 28, 30,
31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 44, dan 46. Item dengan taraf kesukaran sukar
adalah nomor 1, 3, 13, 14, 18, 20, 29, 34, dan 47. Untuk lebih lengkapnya lihat
lampiran 32.
d. Daya Pembeda
Daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut dalam memisahkan
subyek yang pandai dan subyek yang kurang pandai Angka yang menunjukkan
daya beda disebut indeks diskriminasi.
Adapun rumus yang digunakan adalah :
=

( Suharsimi Arikunto, 2001 : 213 )

dengan :
D = Indeks diskriminasi commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
48

BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab butir soal benar


BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab butir soal benar
JA = Jumlah siswa kelompok atas
JB = Jumlah siswa kelompok bawah
PA = Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab butir soal benar
PB = Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab butir soal benar
Klasifikasi :
D > 0,70

: soal daya bedanya baik sekali

0,40 < D 0,70

: soal daya bedanya baik

0,20 < 0,40 : soal daya bedanya cukup


D 0,20

: soal daya bedanya jelek

Setelah dilakukan analisis, item dengan daya beda jelek adalah nomor 4,
7, 10, 11, 14, 22, 26, 41, 45, dan 47. Item dengan daya beda cukup adalah nomor
1, 3, 8, 15, 16, 17, 19, 21, 24, 25, 27, 29, 33, 34, 38, 40, 42, dan 43. Item dengan
daya beda baik adalah nomor 2, 6, 9, 12, 13, 18, 20, 23, 28, 30, 31, 35, 37, 44, dan
46. Sedangkan item dengan daya beda baik sekali adalah nomor 5, 32, 36, dan 39.
Untuk lebih lengkapnya lihat lampiran 32.
2. Instrumen Angket Interaksi Sosial Siswa
Penyusunan item angket interaksi sosial siswa dikelompokkan menjadi
item positif dan negatif. Pernyataan positif diberikan nilai sebagai berikut :
Jawaban selalu : 4
Jawaban sering : 3
Jawaban kadang-kadang : 2
Jawaban tidak pernah : 1
Untuk pernyataan negatif diberikan nilai sebagai berikut :
Jawaban selalu : 1
Jawaban sering : 2
Jawaban kadang-kadang : 3
Jawaban tidak pernah : 4
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
49

Sebelum digunakan, angket interaksi sosial siswa diujicobakan di kelas


XB MA Al-Mukmin pada semester genap tahun ajaran 2009/2010 untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas angket.
a. Validitas
Untuk menghitung validitas item digunakan teknik product moment :

rxy

N XY X
. Y

N X

N Y

dengan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N

: Jumlah subyek

: jumlah skor item tiap nomor soal yang dijawab benar

: jumlah skor item seluruh nomor soal yang dijawab

Jika rxy > rxy tabel, maka item soal dikatakan valid
( Suharsimi Arikunto, 2006 : 170 )
Berdasarkan analisis, terdapat 30 item angket uji coba interaksi sosial
siswa yang valid yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 21,
22, 24, 25, 28, 29, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, dan 41. Untuk lebih lengkapnya
lihat lampiran 23.
b. Reliabilitas
Karena skor pada pengukuran interaksi sosial merupakan rentangan, maka
digunakan rumus alpha :
11

=
1

2
1 2

Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir soal
2 : jumlah varians butir
2 : varians total
Jika r11 > r tabel instrumen dikatakan reliabel. Rumus alpha digunakan
karena instrumen tingkat interaksi sosial siswa tidak menggunakan skor 1 atau 0
commit to user
melainkan skala yang memiliki rentangan 0 sampai 4.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
50

( Suharsimi Arikunto, 2006:196 )


Berdasarkan analisis terhadap instrumen angket uji coba interaksi sosial
siswa diperoleh r

11

= 0, 908 sedangkan r

tabel

= 0,381 sehingga keputusan yang

diambil adalah angket reliabel.


G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis variansi dua jalan dengan
frekuensi sel tidak sama. Untuk melihat apakah data yang sudah ada memenuhi
prasyarat analisis diperlukan uji prasyarat analisis. Adapun penjabarannya adalah
sebagai berikut :
1. Uji Prasyarat Analisis
a.

Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
Prosedur :
1) Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2) Statistik Uji
L =
Dimana :

dan =

S(zi) proporsi z < zi terhadap seluruh cacah zi


3) Daerah kritik
Lobs < L;v dimana v = ukuran sampel = n
L ;v diperoleh dari tabel liliefors
4) Keputusan Uji
Jika Lobs L;v, maka H0 ditolak ; jika Lobs < L;v, maka H0 diterima
( Sudjana, 1992 : 466-467 )
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
51

b.

Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak homogen. Metode yang digunakan untuk
uji homogenitas adalah metode Bartlett.
1) Hipotesis
H0

: 1 = 2 , sampel berasal dari populasi yang tidak homogen

H1

: 1 2 , sampel berasal dari populasi yang homogen

2) Statistik Uji
2 =

2,303

log

log 2

Dimana :
2 2 ( 1)
k

= banyaknya populasi = banyaknya sampel

= derajad kebebasan untuk MSerror = N-k

fj

= derajad kebebasan untuk 2 = 1

= 1,2,......k

= banyaknya seluruh nilai ( ukuran )

nj

= banyaknya nilai ( ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j

xj

= nilai dari masing-masing sampel

c=1+

1
1 1

3(k 1)
f j j

MSerror =

SS
f

= 1
2 =

; =
1

( )2

3) Daerah Kritik
DK = { 2 | 2 > 2 ;k-1 }; Taraf signifikansi : = 0,05
4) Keputusan uji:
Jika 2 2 ; ; 1 maka H0 ditolak, yang berarti sampel berasal
commit to user
dari populasi yang tidak homogen.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
52

Jika 2 < 2 ; ; 1 maka H0 diterima, yang berarti sampel berasal


dari populasi yang homogen.
( Budiyono, 1998 : 62 )
2. Uji Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil
penelitian adalah dengan menggunakan Uji Analisis Variansi (anava) Dua Jalan
dengan frekuensi sel tidak sama, karena yang akan dicari adalah pengaruhnya
terhadap kemampuan kognitif siswa pada dua faktor yaitu model pembelajaran
kooperatif (A) dan interaksi sosial siswa (B).
a. Uji anava dua jalan
1) Asumsi
a) Populasi-populasi berdistribusi normal
b) Populasi-populasi homogen
c) Sampel dipilih secara acak
d) Variabel terikat berskala pengukuran interval
e) Variabel bebas berskala pengukuran nominal
2) Model

X ijk i j (ij ijk


dengan:
X ijk = Observasi pada subyek ke-k dimana faktor I kategori ke-i

dan faktor II kategori ke-j.


i

= 1, 2, 3, ..., p

= 1, 2, 3, ..., q

= 1, 2, 3, ..., n

= Grand Mean

= Efek faktor I kategori I terhadap X ijk

= Efek faktor II kategori II terhdap X ijk

ij = Kombinasi efek faktor I dan II terhadap X ijk (sering disebut


interaksi)

ijk = Kesalahan padacommit


X ijk to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
53

3) Hipotesis
a) H11 : i 0 untuk paling sedikit satu i yang tidak nol
Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif
siswa .
H01 : i = 0 untuk semua harga i = 1, 2, 3, ..., p
Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif
siswa.
b) H12 : j 0 untuk paling sedikit satu j yang tidak nol
Ada perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi
dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.
H02 : j = 0 untuk semua harga j = 1, 2, 3, ..., q
Tidak ada perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori
tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.
c) H13: ij 0 untuk paling sedikit satu harga (i,j)
Ada interaksi antara pengaruh penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa
terhadap kemampuan kognitif siswa.
H03: ij = 0 untuk semua harga (i,j)
Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa
terhadap kemampuan kognitif siswa.
4) Komputasi
a) Tabel 3.2 Jumlah AB
Interaksi Sosial Siswa

B
A
MODEL
PEMBELAJARAN

Total

Tinggi (B1)

Rendah (B2)

Eksperomen(A1)

A1B1

A1B2

A1=

Kontrol(A2)

A2B1

A2B2

A2=

B1=..

B2=

G=

Total

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
54

Keterangan :
A

: Penggunaan model pembelajaran kooperatif

: Interaksi sosial siswa

A1

: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

A2

: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

B1

: Interaksi sosial siswa kategori tinggi

B2

: Interaksi sosial siswa kategori rendah

A1B1 : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dan

Interaksi sosial siswa kategori tinggi


A1B2 : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dan Interaksi sosial siswa kategori rendah
A2B1 : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
dan Interaksi sosial siswa kategori tinggi
A2B2 : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan
interaksi sosial siswa kategori rendah
b) Komponen jumlah kuadrat
(1) G

pq

p = Banyak kategori variabel A


q = Banyak kategori variabel B

(2) SS ij
2
i

(3)

(4)

B 2j

SS ij X ijk2
k

X ijk

k
nijk

(5) A Bij2

c) Jumlah kuadrat (JK)

nh

pq
1

i , j nij

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
55

JKA

= n h {(3) - (1)}

JKB

= n h {(4) - (1)}

JKAB

= n h {(5) - (4) - (3) + (1)}

JKG
= (2)
JKT
= JKA + JKB + JKAB+ JKG
d) Derajat kebebasan (dk)

dkA
=p-1
dkB
=q-1
dkAB = (p - 1)(q - 1)
= pq - p - q + 1
dkG = pq(n 1)= pqn pq = N pq
dkT = N 1
e) Rerata kuadrat (RK)
RKA = JK A
RKB = JK B

dk A
dk B

RKAB = JK AB
RKG =
f)

dk AB

JK G

dkG
Statistik uji (F)
FA = RK A
FB = RK B

RK G
RK G

FAB = RK AB

RK G

5) Daerah kritik
DKA= FA F ; p 1, N pq
DKB = FB F ;q 1, N pq
DkAB = FAB F ; p 1q 1, N pq
6) Keputusan uji
H01 ditolak jika FA F ; p 1, N pq
H02 ditolak jika FB F ;q 1, N pq
commit to user
H03 ditolak jika FAB F ; p 1q 1, N pq

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
56

7) Rangkuman analisis
Tabel 3.3 Rangkuman Analisis
Sumber Variansi

JK

dk

RK

JKA

dkA

RKA

FA

< atau >

JKB

dkB

RKB

FB

< atau >

Interaksi(AB)

JKAB

dkAB

RKAB

FAB

< atau >

Kesalahan

JKG

dkG

RKG

Total

JKT

dkT

Efek Utama

b. Uji lanjut anava


Uji lanjut anava adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil
analisis variansi menunjukkan hipotesis Ho ditolak. Hal ini digunakan untuk
melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata setiap pasangan kolom, baris, dan
setiap pasangan sel. Dalam penelitian ini menggunakan Uji Komparasi ganda
dengan Metode Schefe.
Langkah-langkah metode Schefe :
1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
2) Menemukan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
3) Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus :
Komparasi rerata antar baris :
Fi. j .

x j.

i.

1
1
RKG
n

i. n j .

Komparasi rerata antar kolom :


F.i . j

.i

x. j

1
1
RKG
n

.i n. j

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
57

Komparasi rerata antar sel :


Fij ik

xik

ij

1
1
RKG
n

ij nik

4) Menentukan taraf signifikansi ()


5) Menentukan daerah kritik (DK) dengan menggunakan rumus :

DKio - jo : {Fio - jo > (p - 1) F ; (p - 1), N pq}

DKoi - oj : {Foi - oj > (q - 1) F ; (q - 1), N pq}

DKij - ik : {Fij - ik > (p - 1)(q - 1) F ; (p - 1)(q - 1), N pq}

6) Menyusun rangkaian analisis


7) Menentukan keputusan uji untuk setiap pasang komparasi rerata :
Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel ; berarti perbedaan efek signifikan
Ho diterima jika Fhitung Ftabel ; berarti perbedaan efek tidak signifikan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
58

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Jumlah kelompok yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah dua
kelompok, yaitu kelas XC sebagai kelompok eksperimen terdiri dari 31 siswa dan
kelas XD sebagai kelompok kontrol terdiri dari 33 siswa, sehingga secara
kesuluruhan ada 64 siswa.
Data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri-dari data skor hasil tes
kognitif siswa pada pokok bahasan Listrik Dinamis dan data tingkat interaksi
sosial siswa kelas XC sebagai kelompok eksperimen dan kelas XD sebagai
kelompok kontrol, semester Genap Tahun Ajaran 2009-2010 MA Al-Mukmin
Ngruki Sukoharjo. Adapun data secara rinci adalah sebagai berikut :
1. Data Angket Interaksi Sosial Siswa
Nilai angket interaksi sosial siswa untuk kelompok eksperimen memiliki
rentang 69 sampai 98 dengan rerata 83,10 standar deviasi 7,72 dan variansi 59,62.
Sedangkan untuk siswa kelompok kontrol memiliki rentang antara 59 sampai 111
dengan rerata 83,33 standar deviasi 10,75 dan variansi 115,48. Rata-rata gabungan
dari dua kelompok tersebut adalah 83.219. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 40.
Distribusi frekuensi data interaksi sosial siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 4.1 dan 4.1. Histogram
data interaksi sosial siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
disajikan pada Gambar 4.1 dan 4.2 berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Siswa
Kelompok Eksperimen
Titik

Frekuensi

Interval
Kelompok

Tengah

Mutlak

Relatif (%)

69-73

71

12.90

74-78

76

9.68

79-83

81

11

35.48

84-88

86 to user 6
commit

19.36

No

58

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
59

89-93

91

6.45

94-98

96

16.13

31

100.00

Jumlah
12
10

Frekuensi

8
6
4
2
0
0

71

76

81

86

91

96

Nilai Tengah

Gambar 4.1 Histogram Data Interaksi Sosial Siswa


Kelompok Eksperimen
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Kelompok Kontrol
Titik

Interval
Kelompok

Tengah

59-67

No

Frekuensi

63

Mutlak
3

Relatif (%)
9.10

68-76

72

15.15

77-85

81

11

33.33

86-94

90

11

33.33

95-103

99

6.06

104-112

108

3.03

33

100.00

Jumlah

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
60

12

Frekuensi

10
8
6
4
2
0
0

63

72

81

90

99

108

Nilai Tengah

Gambar 4.2 Histogram Data Interaksi Sosial Siswa


Kelompok Kontrol
2. Data Kemampuan Kognitif Siswa
Data

kemampuan

kognitif

siswa

kelompok

eksperimen

yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki rentang nilai


antara 34 sampai 78 dengan rerata 55,42; standar deviasi 12,33 dan variansi
152,05. Sedangkan nilai kemampuan kognitif siswa kelompok kontrol yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II memiliki rentang
antara 30 sampai 76 dengan rerata 50,24; standar deviasi 9.79 dan variansi 95,94.
Hal ini dapat dilihat pada lampiran 38.
Distribusi frekuensi data kemampuan kognitif siswa

kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. Untuk
memperjelas distribusi data tersebut dapat dilihat histogram pada Gambar 4.3 dan
Gambar 4.4.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Kognitif
Siswa Kelompok Eksperimen
Titik

Interval
Kelompok

Tengah

31-38

34.5

39-46

47-54

42.5
commit to user
50.5

No

Frekuensi
Mutlak
2

Relatif (%)
6.45

16.13

29.03

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
61

55-62

58.5

19.36

63-70

66.5

16.13

71-78

74.5

12.90

31

100

Jumlah
10
9
8
Frekuensi

7
6
5
4
3
2
1
0
0

34.5

42.5

50.5

58.5

66.5

74.5

Nilai Tengah

Gambar 4.3 Histogram Data Kemampuan Kognitif Siswa


Kelompok Eksperimen
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Kognitif
Siswa Kelompok Kontrol
Titik

Interval
Kelompok

Tengah

30-38

No

Frekuensi

34

Mutlak
2

Relatif (%)
6.06

39-47

43

13

39.39

48-56

52

13

39.39

57-65

61

9.10

66-74

70

3.03

75-83

79

3.03

33

100

Jumlah

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
62

14
12
Frekuensi

10
8
6
4
2
0
0

34

43

52

61

70

79

Nilai Tengah

Gambar 4.4 Histogram Data Kemampuan Kognitif Siswa


Kelompok Kontrol

B. Pengujian Prasyarat Analisis


Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis variansi
dua jalan (2x2). Prasyarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan anava adalah
populasi berdistribusi normal dan homogen yang dapat diketahui dengan
melakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dengan teknik uji Liliefors
dan uji homogenitas dengan uji Bartlett. Hasil uji prasyarat analisis adalah sebagai
berikut :
1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas kemampuan kognitif siswa kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dengan taraf signifikansi 5% dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas kemampuan Kognitif Siswa
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.
No

Kelompok

Lmaks

Ltabel

Kesimpulan

Eksperimen

0.094

0.159

Ho diterima

Kontrol

0.1268

0.154

Ho diterima

Dari tabel dapat diketahui bahwa untuk tiap uji diperoleh Lo<Ltabel ,
maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
63

bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 39 dan 40.
2. Uji Homogenitas
Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap data kemampuan kognitif
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji Bartlett
2
2
0,143 . Sedangkan Tabel
diperoleh harga Hitung
= 3,84 pada taraf signifikansi
2
5%. Karena 2Hitung Tabel
, maka distribusi frekuensi dari data nilai kognitif siswa

pada pokok bahasan Listrik Dinamis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
adalah homogen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 41.

C. Hasil Pengujian Hipotesis


1. Hasil Analisis Variansi Dua Jalan
Dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas dapat diketahui bahwa
prasyarat analisis telah terpenuhi, maka data yang diperoleh dapat dianalisis
dengan anava dua jalan. Hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama
terhadap kemampuan kognitif siswa ditinjau dari interaksi sosial siswa adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.6 Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Isi Sel Tak Sama
Sumber
Variansi
Efek Utama
A (Baris)
B (Kolom)
AB (Interaksi)
Galat
Total

JK

dk

RK

Fobs

Ftabel

505,132
541,387

1
1
1
60
63

125.569
162.595
18.616
156.360
-

4,315
4,624

4.00
4.00
4.00
-

< 0.05
< 0.05
> 0.05
-

81,817
7024,370
8152,706

0,699
-

Perhitungan anava dua jalan dengan isi sel tak sama selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 42.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
64

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diuraikan pengujian hipotesis sebagai berikut :


a) Uji hipotesis pertama (Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan
Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa)
H1A : Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif
siswa
H0A : Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif
siswa
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama diperoleh statistik
uji FA = 4,315, sedangkan harga kritiknya F0.05;1,60 = 4.00. Karena FA = 4,315>
F0.05;1,60 = 4.00 maka H0A ditolak dan H1A diterima sehingga dapat disimpulkan
ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa.
b) Uji hipotesis kedua (Ada pebedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa
kategori tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa)
H1B : Ada perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan
kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.
H0B : Tidak ada perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori
tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama diperoleh statistik
uji FB = 4,624, sedangkan harga kritiknya F0.05;1,60 = 4.00. Karena FB = 4,624 >
F0.05;1,60 = 4.00 maka H0B ditolak dan H1B diterima sehingga dapat disimpulkan
ada perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan
kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.
c) Uji hipotesis ketiga (Ada interaksi antara pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan
Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa)
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
65

H1AB: Ada interaksi antara pengaruh penggunaan model pembelajaran


kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa
terhadap kemampuan kognitif siswa.
H0AB: Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa
terhadap kemampuan kognitif siswa.
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama diperoleh statistik
uji FAB = 0,699, sedangkan harga kritiknya F0.05;1,60 = 4.00. Karena FAB = 0,699
< F0.05;1,60 = 4.00 maka H0B diterima dan H1B ditolak sehingga dapat
disimpulkan tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa
terhadap kemampuan kognitif siswa.
2. Hasil Uji Lanjut Anava
Uji anava hanya memberikan kesimpulan ada atau tidaknya perbedaan
pengaruh dari variabel-variebel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian
ini. Selanjutnya jika terdapat perbedaan pengaruh maka perlu dilakukan uji lanjut
anava untuk mengetahui manakah beda rerata dari anava yang memberikan
pengaruh lebih signifikan. Berdasarkan hasil uji anava, H0A dan H0B ditolak
sehingga perlu uji lanjut komparasi ganda metode Scheffe. Rangkuman hasil
analisis komparasi ganda dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Komparasi Ganda
Komparasi
Rerata

Rerata
Xi

Statistik Uji

Xj

Fij

Harga

xj

Kritik

1
1
RK G
n n
j
i

A1 vs A2

55.419

50.242

3.693

4.00

> 0.05

B1 vs B2

55.893

50.305

4.233

4.00

< 0.05

Perhitungan uji lanjut anava selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 43.
Dari hasil analisis komparasi ganda antar baris didapatkan FA =3.693 dan
Ftabel = 4.00. Sehingga diketahui bahwa FA =3.693 < Ftabel = 4.00 dan dapat
commit to user
disimpulkan bahwa perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
66

Kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa tidak
signifikan.
Untuk hasil komparasi ganda antar kolom didapatkan FB =4.233 dan
Ftabel = 4.00. Sehingga diketahui bahwa FB =4.233 > Ftabel = 4.00 dan dapat
disimpulkan bahwa perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori
tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa adalah signifikan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa dengan tingkat interaksi sosial yang tinggi
memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan kognitif siswa dari
pada siswa yang mempunyai tingkat interaksi sosial rendah.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berikut ini adalah pembahasan hasil analisis variansi dua jalan dengan isi
sel tak sama dan uji komparasi ganda sehubungan dengan pengajuan hipotesis
yang telah dikemukakan pada BAB II.
1. Uji Hipotesis Pertama
Hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama adalah FA =
4,315, dengan harga kritik F0.05;1,60 = 4.00. Karena FA = 4,315 > F0.05;1,60 = 4.00
maka H0A ditolak dan H1A diterima sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan
pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa. Karena hasil yang diperoleh adalah
H0A ditolak maka kemudian dilakukan uji lanjut anava. Dari hasil uji lanjut
diperoleh FA = 3.693 dan

Ftabel = 4.00, ini menunjukkan bahwa perbedaan

pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan


Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa tidak signifikan.
Hasil penelitian untuk hipotesis pertama ini tidak sesuai dengan yang
telah diprediksikan. Hal ini dapat disebabkan karena pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan Jigsaw II hanya memiliki sedikit perbedaan, yaitu pada STAD guru
terlebih dulu menyampaikan garis besar materi pelajaran yang kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan kelompok berupa diskusi tentang hasil simulasi yang
telah dilakukan. Sedangkan pada Jigsaw II siswa membaca sendiri materi
kemudian mendiskusikan dalam commit
kelompok
ahli dan diteruskan dengan diskusi
to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
67

dalam kelompok asal tentang hasil simulasi. Atau dengan kata lain yang
membedakan antara dua tipe pembelajaran kooperatif tersebut adalah hanya pada
perolehan informasi sebelum dilakukannya kegiatan diskusi hasil simulasi.
2. Uji Hipotesis Kedua
Hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama adalah FB =
4,624, dengan harga kritik F0.05;1,60 = 4.00. Karena FB = 4,624> F0.05;1,60 = 4.00
maka H0B ditolak dan H1B diterima sehingga dapat diketahui bahwa ada perbedaan
pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori rendah
terhadap kemampuan kognitif siswa.
Dengan komparasi ganda didapatkan FB =4.233 dan Ftabel = 4.00. Karena
FB =4.233 > Ftabel = 4.00 maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan pengaruh
antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori rendah terhadap
kemampuan kognitif siswa adalah signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
siswa dengan tingkat interaksi sosial yang tinggi memberikan pengaruh yang lebih
baik terhadap kemampuan kognitif siswa dari pada siswa yang mempunyai tingkat
interaksi sosial rendah. Hal ini disebabkan karena siswa dengan tingkat interaksi
sosial yang tinggi akan mudah mengkomunikasikan kesulitan belajarnya kepada
teman maupun guru sehingga siswa dapat mengatasi kesulitan belajar tersebut.
Sedangkan siswa dengan tingkat interaksi sosial rendah sukar untuk
mengkomunikasikan kesulitan belajarnya, sehingga kesulitan belajarnya sukar
diatasi .
Jadi, hasil penelitian untuk hipotesis kedua ini sesuai dengan teori dan
hipotesis yang telah dikemukakan, yaitu bahwa interaksi sosial berpengaruh
terhadap kemampuan kognitif siswa.
3. Uji Hipotesis Ketiga
Hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama adalah FAB =
0,699, dengan harga kritik F0.05;1,60 = 4.00. Karena FAB = 0,699 < F0.05;1,60 = 4.00
maka H0B diterima dan H1B ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada interaksi
antara pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa. Tidak
commit
adanya interaksi ini maksudnya adalah
: to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
68

a. Dari sisi baris: pada siswa dengan interaksi sosial kategori tinggi,
pembelajaran STAD dan Jigsaw II akan memberikan pengaruh yang sama
terhadap kemampuan kognitif siswa, demikian juga untuk siswa dengan
interaksi sosial kategori rendah.
b. Dari sisi kolom: pada pembelajaran STAD, antara siswa dengan interaksi
sosial kategori tinggi dan kategori rendah tidak ada perbedaan kemampuan
kognitif, hal yang sama juga berlaku untuk pembelajaran dengan Jigsaw II.
Jadi penggunaan pembelajaran kooperatif, tipe STAD dan JigsawII, dan interaksi
sosial siswa memberikan pengaruh sendiri-sendiri terhadap kemampuan kognitif
siswa.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu kurang optimalnya
pelaksanaan penggunaan model pembelajaran. Misalnya dalam kegiatan diskusi,
partisipasi siswa untuk berdiskusi kurang optimal.
Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah tidak dapat memperoleh
hasil mengenai tipe pembelajaran yang lebih efektif untuk digunakan dalam
pembelajaran Fisika, karena diperoleh hasil model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan Jigsaw II memberikan perbedaan pengaruh yang tidak signifikan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan :
1. Berdasarkan Uji Anava didapatkan kesimpulan bahwa ada perbedaan
pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa. Sedangkan berdasarkan uji
lanjut Anava didapatkan kesimpulan bahwa perbedaan pengaruh antara
penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II

terhadap kemampuan kognitif siswa tidak signifikan.


2. Berdasarkan uji Anava didapatkan kesimpulan bahwa ada perbedaan
pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori rendah
terhadap kemampuan kognitif siswa, dan berdasarkan uji lanjut Anava
didapatkan kesimpulan bahwa perbedaan pengaruh antara interaksi sosial
siswa kategori tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa
adalah signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa dengan tingkat
interaksi sosial yang tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap
kemampuan kognitif siswa dari pada siswa yang mempunyai tingkat interaksi
sosial rendah.
3. Berdasarkan uji Anava didapatkan kesimpulan bahwa tidak ada interaksi
antara pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa.

B. Implikasi
1. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang tidak
signifikan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Listrik
Dinamis. Hal ini dapat digunakan sebagai referensi bagi guru dalam
menentukan model pembelajaran
yangtotepat
commit
userbagi peserta didik.
69

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
70

2. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara interaksi sosial siswa kategori
tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok
bahasan Listrik Dinamis. Hal ini dapat digunakan sebagai referensi bagi guru
bahwa faktor interaksi sosial siswa pada khususnya dan faktor lain yang
mempengaruhi pembelajan pada umumnya, perlu diperhatikan.

C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru harus menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat dan
bervariasi sesuai dengan materi yang dibelajarkan, sebab hal ini dapat
membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar dan hasil belajarnya lebih
maksimal.
2. Guru

harus

memperhatikan

faktor-faktor

lain

yang

mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa, baik yang bersifat internal maupun eksternal


3. Guru harus memperhatikan dan memahami kesulitan yang dialami siswa
dalam proses pembelajaran, sehingga guru dapat membantu menyelesaikan
kesulitan tersebut.

commit to user

Você também pode gostar