Você está na página 1de 10

KADAR FORMALIN DAN METANIL YELLOW

DALAM MI BASAH YANG BEREDAR DI PASARAN


SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
Shenna Ayuningtyas, Drs. Husain Nashrianto, M.Si., dan Dra.Eka Herlina, M.Pd.
Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan Bogor
ABSTRACT
Many wet noodles sold in traditional and modern markets with cheap prices.
There are wet noodles added by material was prohibited likes metanil yellow and
formalin. Wet noodles are cooked food made from wheat flour with or without the
addition of other foodstuffs, which have steaming or boiling. Wet noodles contain
fairly high water content, it will cause rapid damage to the noodles. Analysis levels
of formaldehyde by the method of high performance liquid chromatography
(HPLC), samples and standards were injected subsequently derivatized with
DNPH, using 45% acetonitrile as mobile phase and stationary phase C18 column,
flow rate 1.0 mL / min and measured at wavelength 355 nm. And analysis levels of
metanil yellow by high performance liquid chromatography method (HPLC) using
mobile phase A, diammonium dihydrogen phosphate pH 8.8 20 mm and mobile
phase B diammonium dihydrogen phosphate pH 8,8 in acetonitrile (50:50) with
gradient phase pump methode, use C18 column, with flow rate 0.71 mL/min at a
wavelength of 419 nm. In addition to formaldehyde and metanil yellow has also
been conducted to test against other parameters of moisture content. Based on the
results of analysis formalin and metanil yellow in 10 samples of wet noodle
compared to SNI 01-2987-1992, showed that 7 samples of wet noodles in Bogor (B),
Jakarta (J) and Depok (D) contain formalin. The 10 samples of wet noodles that
contain metanil yellow only sample B2. For the parameters of the moisture
content, 8 samples contained more than 50%. Only 2 of 10 samples are safety and
meet SNI 01-2987-1992 , there are J3 and D2.
Key word : Analysis, Formalin, Metanil Yellow, Wet Noodle, High Performance Liquid
Chromatography (HPLC)
basah memiliki waktu penyimpanan
yang cukup pendek. Beberapa produsen
mi menambahkan bahan tambahan
pangan pengawet untuk memperpanjang
masa simpan dan pewarna untuk
mempertahankan penampakan warna
agar tetap terlihat segar seperti formalin
sebagai pengawet dan metanil yellow
sebagai pewarna..
Bahan tambah pangan (BTP) atau
food additives adalah senyawa (atau
campuran berbagai senyawa) yang
sengaja
ditambahkan
ke
dalam
makanan. Pengawet dan pewarna

PENDAHULUAN
Mi basah banyak dipasarkan di
pasar tradisional dan modern dengan
harga yang murah. Terdapat mi basah
yang ditambahkan bahan tambah pangan
yang dilarang yaitu formalin dan metanil
yellow. Mi basah adalah produk
makanan yang dibuat dari tepung terigu
dengan atau tanpa penambahan bahan
makanan lain dan bahan tambah pangan
yang diijinkan, berbentuk khas mi yang
tidak dikeringkan (SNI, 1992). Kadar air
mi basah cukup tinggi, sehingga mi
1

merupakan beberapa jenis bahan


tambahan pangan. Penggunaan bahan
tambahan pangan telah diatur oleh
pemerintah pada Peraturan Mentri
Kesehatan Repiblik Indonesia Nomor
722/MenKes/Per/IX/88
yang
menjelaskan bahan tambahan pangan
yang diizikan dan yang dilarang.
Bahan pengawet pada umumnya
digunakan untuk mengawetkan pangan
yang memiliki sifat mudah rusak.
Berbagai
faktor
yang
dapat
mempengaruhi kerusakan pangan yaitu
suhu lingkungan, kadar air, oksigen, pH,
relatif humidity (RH) dan water activity
(Aw) (Winarno, 2007). Terdapat
beberapa jenis pengawet, yaitu zat
pengawet anorganik dan zat pengawet
organik. Zat pengawet anorganik yang
sering digunakan adalah sulfit, hidrogen
peroksida, nitrat dan nitrit. Untuk zat
pengawet organik yang sering digunakan
yaitu asam sorbat, asam propionat, asam
benzoat, asam asetat, dan epoksida
(Cahyadi, 2008). Dan zat pengawet
yang dilarang digunakan salah satunya
formalin.
Formalin menurut Peraturan
Mentri
Kesehatan
RI
Nomor
722/MENKES/PER/IX/88 merupakan
senyawa kimia berbahaya. Larutan
formaldehid merupakan desinfektan
yang efektif melawan bakteri vegetative,
jamur atau virus, tetapi kurang efektif
melawan spora bakteri (Cahyadi, 2008).
Formalin merupakan salah satu bahan
tambahan pangan terlarang yang
digunakan oleh beberapa produsen mi
basah sebagai pengawet. Larutan
formaldehid merupakan desinfektan
yang efektif melawan bakteri vegetative,
jamur atau virus, tetapi kurang efektif
melawan spora bakteri (Cahyadi, 2008).
Formalin bereaksi dengan protein yang
mempengaruhi aktivitas mikroorganisme
menjadi menurun. Formaldehid merusak
bakteri karena bakteri merupakan
protein. Reaksi formalin dengan protein,

yang pertama diserang adalah gugus


amina pada posisi lisin diantara gugus
polar dari peptidanya. Selain menyerang
gugus amina dari lisin, formaldehid juga
menyerang residu tirosin dan histidin
(Cahyadi, 2008). Kandungan formalin
yang tinggi dalam tubuh menyebabkan
iritasi
lambung,
alergi,
bersifat
karsinogenik dan bersifat mutagenik.
Zat warna sintetis banyak
digunakan sebagai pewarna tambahan
pangan karena penggunaannya lebih
praktis dan harganya lebih murah
(Cahyadi, 2008). Salah satu pewarna
yang dilarang digunakan pada produk
pangan adalah metanil yellow. Perlu
adanya pengawasan penggunaanya untuk
keamanan pangan bagi masyarakat.
Peruntukan sebenarnya sebagai pewarna
tekstil. Sekarang ini, banyak digunakan
metanil yellow sebagai pewarna kuning
pada pangan karena harga yang relatif
murah dan warna yang terang dan
mencolok. Metanil yellow ini dilarang
penggunaanya
oleh
pemerintah
berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan
RI No. 239/Men. Kes/Per/V/85.
Metanil yellow ini berbentuk
serbuk dengan warna cokelat hingga
kuning, larut dalam alkohol, air, dan
sedikit larut dalam aseton. Peruntukan
metanil yellow sebenarnya sebagai
indikator dalam rekasi asam basa, dan
juga sebagai pewarna tekstil. Toksisitas
metanil yellow ini pada LD50 tikus oral
yaitu pada konsentrasi 5g/kg berat
badan. Paparan jangka pendek jika
tertelan yaitu mual, muntah, diare, dan
perut terasa perih. Maka dari itu
teradapat peraturan Mentri Kesehatan RI
No. 239/Men.Kes/Per/V/85 melarang
penggunaan metanil yellow.
Metode penelitian kadar formalin
dan metanil yellow dilakukan secara
kuantitatif dengan menggunakan alat
kromatografi cair kinerja tinggi. Sampel
mi basah yang digunakan yaitu mi basah
yang beredar di pasar daerah Bogor,
2

Jakarta dan Depok. Masing-masing


sampel tersebut dilakukan pula analisis
tambahan sebagai data pendukung yaitu
penentuan kadar air.

fase gerak
asetonitril 45%,
laju
alir 1,0 mL / menit, volume injeksi
sebesar 20 L, detektor UV-VIS pada
panjang
gelombang
355
nm,
menggunakan kolom RP-18 LiChosper
dengan panjang 150 mm dan diameter
4,60 mm.
Pembuatan fase gerak yaitu,
dilarutkan 450 ml asetonitril dengan 550
ml aquabidestilata. Dihomogenkan, lalu
disaring dengan filter membran 0,45 m.
Lalu di ultrasonik (degassing) selama 15
menit.
Dipipet
270 l larutan
formaldehida 37% ke dalam labu ukur
100 ml, larutkan dengan aquabidest dan
himpitkan sampai tanda batas, kemudian
kocok untuk menghomogenkan. Dipipet
5,0 ml ke dalam labu ukur 50,0 ml,
encerkan dengan aquabidest dan
himpitkan sampai tanda batas, lalu
kocok.
Dari larutan baku induk 100 mg/
liter dibuat seri larutan baku kerja
dengan konsentrasi 0; 0,25; 0,5; 1; dan 2
mg/L dalam labu ukur 10,0 mL dengan
memipet larutan induk 100 ppm masingmasing 0; 25 ; 50 ; 100 ; dan 200
ul,encerkan dengan aquabidest hingga
tanda garis dan kocok sampai
homogeny.
Ditimbang 1 gram sampel ke
dalam Erlenmeyer 500 ml. Ditambahkan
200 ml air dan 10 ml larutan asam fosfat
10%, aduk larutan dan didestilasi
(dipanaskan
hingga
mendidih).
Ditampung ke labu ukur 100 ml hingga
kurang lebih 100 ml destilat. Himpitkan
pada labu ukur 100 ml.
Diambil larutan destilat sampel,
deret standar formalin masing masing 1
ml ke dalam tabung rekasi. Ditambahkan
0,5 ml larutan DNPH 1mg/ml, kemudian
diekstraksi dengan diklorometan, kocok
dengan kuat. Setelah pengocokan,
diambil fase diklorometan dan hilangkan
fase air. Diuapkan diklorometan, dan
sisa penguapan dilarutkan kembali

METODE PENELITIAN
Bahan
Methanol LC grade, asetonitril
LC grade, standar bahan baku
pembanding formaldehyde 37%, standar
baku pembanding metanil yellow,
(NH4)2HPO4
20
mM
pH
8,8,
aquabidestilata, DNPH, dikhlormethan,
dan asam posfat 10% .
Alat
Labu Ukur 10, 25, dan 100 ml,
blender, kertas saring, Millipore 0,45
m, vial 2 ml, ultrasonic, erlenmeyer
asah 250 dan 500 ml, alat destilasi,
pemanas, tabung reaksi 15 ml, buret 50
ml dan KCKT dengan detektor UV-Vis
dan PDA (Photo Diode Array), kotak
timbang dan oven.
Metode
Metode penelitian kadar formalin
dan metanil yellow dilakukan secara
kuantitatif dengan menggunakan alat
kromatografi cair kinerja tinggi.
Penetapan dilakukan pada sampel mi
basah dipasar kota Jakarta, Bogor, dan
Depok sebanyak 10 sampel dan akan
diberi kode J1, J2, J3 (Jakarta), B1, B2,
B3, B4 (Bogor) dan D1, D2, D3 (Depok)
dan dianalisis masing masing sebanyak 2
ulangan. Setiap sampel dihomogenkan
dengan dihancurkan (blender) hingga
halus.
Analisis Formalin Secara KCKT (Li,
2007)
Metode analisis KCKT
ini
menggunakan instrumen seperangkat
alat KCKT quatemary pump dengan
3

dengan asetonitril ke dalam labu ukur 10


ml. Disaring larutan dengan membran
filter 0,45 m ke dalam vial
autosampler.

dimasukkan ke dalam vial. Diinjeksikan


ke alat KCKT.
Sampel yang telah homogen
ditimbang
sebanyak
2
gram.
Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml,
dilarutkan dengan aquabidest hingga 5
ml, diultrasonik selama 15 menit
kemudian dihimpitkan dengan methanol.
Larutan dikocok hingga homogen lalu
disaring dengan kertas saring, filtrate
selanjutnya disaring dengan membrane
filter 0,45 m dan dimasukkan ke dalam
vial. Diinjeksikan ke alat KCKT.
Analisis kadar air menggunakan
oven, dengan pemanasan langsung.
Sampel yang telah homogen ditimbang 1
gram ke dalam kotak timbang yang telah
diketahui bobotnya. Kotak timbang
berisi sampel, dipanaskan pada suhu
105C dalam oven selama 3 jam. Lalu
didinginkan dalam desikator selama 30
menit, lalu ditimbang. Dilakukan
pemanasan kembali hingga didapat
bobot tetap.

Analisis Pewarna Makanan Secara


KCKT (Dionex, 2010)
Metode analisis KCKT
ini
menggunakan instrumen seperangkat
alat KCKT quatemary pump dengan
fase gerak A yaitu (NH4)2HPO4 pH 8,8
dan B yaitu (NH4)2HPO4 pH 8,8
berbanding asetonitril (50:50). Laju alir
0,71 mL/menit dengan sistem gradien
yaitu fase gerak 12% B selama 5 menit,
50% B selama 5 menit, 100% B selama
3 menit, lalu kembali ke B 12% selama 7
menit , volume injeksi sebesar 10 L,
detektor PDA UV-Vis pada panjang
gelombang 419 nm, menggunakan
kolom C-18 Gemini NX- 5um dengan
panjang 250 mm dan diameter 4,60 mm.
Pembuatan fase gerak yaitu,
dilarutkan 2,64 gram (NH4)2HPO4,
dilarutkan dengan aquabidestilata sampai
500
mL
dan
dihomogenkan.
Ditambahkan NH4OH hingga pH larutan
8,8, dihomogenkan, lalu ditepatkan
hingga 1L kemudian kocok hingga
homogen (Fase gerak A). Dicampurkan
asetonitril kualitas kromatografi dengan
(NH4)2HPO4
pH
8,8
dengan
perbandingan 50 : 50 (Fase gerak B).
Sebelum masuk ke sistem kromatografi,
fase gerak disaring dengan membran
filter 0,45 mm lalu didegasing terlebih
dahulu dengan ultrasonic.
Ditimbang 25 mg standar
pewarna metanil yellow lalu dilarutkan
dalam labu ukur 25 ml dengan methanol
hingga tanda batas, lalu dihomogenkan
(larutan induk). Dipipet 100, 200, dan
500ul larutan induk ke masing-masing
labu ukur 10 ml (10, 20, dan 50mg/L),
dan diencerkan dengan methanol hingga
tanda tera, dihomogenkan, lalu disaring
dengan membrane filter 0,45 m

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis formalin dalam mi
basah beberapa pasar di daerah yang
dianalisis yaitu Bogor, Jakarta, dan
Depok terdapat 3 dari 10 sampel saja
yang tidak terdeteksi mengandung
formalin, yaitu sampel B2 (Bogor), D2
(Depok) dan J3 (Jakarta). Sampel B2
merupakan sampel mi lokal yang jual di
pasar-pasar tradisional di Bogor dengan
nama mi glosor. Sampel D2 merupakan
sampel mi ayam yang dijual di pasar
modern di kota Depok. Dan sampel J3
merupakan sampel mi basah kuning
yang dijual di pasar modern di Jakarta,
sampel ini memiliki harga sekitar 20 kali
lipat dari harga mi basah yang dijual
dipasar tradisional.

Hasil analisis metanil yellow


dalam mi basah beberapa pasar di daerah
yang dianalisis yaitu Bogor, Jakarta, dan
Depok terdapat 1 dari 10 sampel saja yg
terdeteksi mengandung metanil yellow
yaitu sampel B2 dengan kadar 3,90
mg/Kg. Sampel B2 ini merupakan
sampel mi basah yang dijual di pasarpasar tradisional di Bogor.

1124.85

1200
Kadar (mg/Kg)
Formalin

1000
756.04

800 698.53

618.47

510.61

600

707.4

731.25

400
200

B1

B3

J1 J3
Sampel

D2

Gambar 1. Hasil Analisis Formalin

3.9

Kadar (mg/Kg)
Metanil Yellow

Terdapat 7 sampel mi basah yg


mengandung formalin dengan kadar
diatas 500 mg/Kg. Kadar formalin
terbesar yaitu sampel B4 (Bogor) mi
basah kuning dengan kadar 1124,86
mg/Kg, dan untuk kadar terendah yaitu
sampel B3 (Bogor) mi ayam siap pakai
dengan kadar 502,28 mg/Kg. Hal ini
menunjukkan bahwa, sebagian besar
produsen mi basah menggunakan
formalin
untuk
mengawetkan
produknya.
Mi Basah yang mengandung
formalin, yaitu pada sampel mi dengan
kode B untuk Bogor, J untuk Jakarta,
dan D untuk Depok yaitu B1, B2, B4, J1,
J2, D1 dan D3 memiliki ciri-ciri, yaitu
untuk mi basah kuning, mi terlihat
mengkilat,
bau
menyengat,
dan
teksturnya kenyal. Penampakkan mi
dapat dilihat pada lampiran 1. Namun
pada
mi
ayam,
ciri-ciri
yang
mengandung formalin tidak dapat
diamati, karena mi yang mengandung
formalin dan tidak mengandung formalin
terlihat sama penampakan fisiknya. Jika
mi yang mengandung formalin dan tidak
mengandung formalin, jika didiamkan di
udara terbuka di suhu ruang, mi yang
tidak mengadung formalin dalam
semalam saja sudah berlendir, bau asam,
dan tumbuh kapang. Yang mengandung
formalin, mi masih tidak berlendir, dan
tidak ditumbuhi kapang, hanya agak
mengering.

2
0

0
B1 B2 B3 B4 J1 J2 J3 D1 D2 D3
Sampel

Gambar 2. Hasil Analisis Metanil Yellow


Sampel B1, B3, B4, J1, J2, J3, D1,
D2, dan D3 tidak mengandung metanil
yellow. Sampel ini munkin tidak
menggunakan pewarna tambahan atau
menggunakan pewarna tambahan yang
lain.
100.00

81.23

Kadar Air
(%)

80.00
58.32

60.00
40.00

57.66 59.21 56.28


58.74 57.42
28.95

62.36

32.21

20.00
0.00
B1 B2 B3 B4 J1 J2 J3 D1 D2 D3
Sampel

Gambar 3. Hasil Analisis Kadar Air


Berdasarkan grafik hasil analisis
kadar air terlihat bahwa mi basah yang
dianalisa mengandung air lebih dari
25%. Sampel B3 dan D1 memenuhi
persyaratan kadar air sesuai SNI Mi
Basah No 01-2987-1992 yaitu 20-35%.
Dan untuk mi basah yang tidak
mengandung
formalin,
justru
5

mengandung air yang paling tinggi yaitu


81,23%. Dan rata-rata mi basah kuning
mengandung kadar air sekitar 50%, hal
ini berada diluar persyaratan SNI 012987-1992.
Berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi kerusakan pangan yaitu

kadar air, oksigen, pH, relatif humidity


(RH) dan water activity (aw) (Winarno,
2007). Kadar air ini mempengaruhi
keawetan mi basah, semakin basah mi
maka semakin cepat mi basah
mengalami kerusakan.

Tabel 1. Hasil Analisis Mi Basah


Jenis Mi Basah
Daerah Bogor
1. Mi basah kuning pasar
2. Mi golosor
3. Mi ayam
4. Mi basah kuning pasar
Daerah Depok
1. Mi kuning basah pasar
2. Mi ayam
3. Mi kuning basah pasar
Daerah Jakarta
1. Mi kuning basah pasar
2. Mi kuning basah pasar
3. Mi Kuning Basah
supermarket

Parameter
Tambahan
Kadar Air
(%)

Kode

Formalin
(mg/Kg)

Metanil
Yellow
(mg/Kg)

B1
B2
B3
B4

698,52
ttd
510,60
1124,85

ttd
3,90
ttd
ttd

58,32
81,23
28,95
57,66

D1
D2
D3

618,46
ttd
707,40

ttd
ttd
ttd

56,28
32,21
62,36

J1
J2

756,04
731,25

ttd
ttd

58,74
59,21

J3

ttd

ttd

57,42

Berdasarkan hasil penelitian


mengenai analisa formalin dan metanil
yellow dalam mi basah didapatkan hasil
bahwa sebagian besar mi basah di daerah
Bogor, Jakarta, dan Depok mengandung
formalin. Mi Basah yang mengandung
metanil yellow hanya sampel B2 saja.
Untuk parameter kadar air sebagian
besar mengandung air sekitar 50%.
Hanya satu sampel saja yang memenuhi
peryaratan SNI 01-2987-1992 yaitu
sampel D2.

1. Terdapat 7 sampel yang dijual


dipasar-pasar Bogor, Jakarta, dan
Depok mengandung formalin yang
tidak sesuai dengan SNI Mi Basah
01-2987-1992.
Kadar
formalin
terendah pada mi basah yang
dianalisis pada sanpel B3 yaitu
510.60 mg/Kg. Hal ini menunjukkan
pengawasan penggunaan formalin
pada pangan belum terjaga dengan
baik.
2. Mi Basah yang mengandung metanil
yellow hanya 1 sampel, yaitu kode
B2. Produsen 9 mi basah lainnya
menggunakan pewarna kuning lain
selain metanil yellow.
3. Dari 10 sampel mi basah, hanya
terdapat 2 sampel saja yang aman,
yaitu kode J3 dan D2.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa formalin
dan metanil yellow dalam 10 sampel mi
basah dapat disimpulkan bahwa :
6

4. Kadar air mi basah sebagian besar


diatas
50%,
hal
ini
yang
menyebabkan mi cepat mudah rusak
sehingga produsen mi menggunakan
pengawet untuk memperpanjang
masa simpan mi basah.

Li, Jianrong. 2007. Determination of


Formaldehyde in Squid by High
Performance
Liquid
Chromatography. China: Asia Pac
J Nutr.
John, M. 1980. Principles of Food
Chemistry. United States of
America: The Avi Publishing
Company Inc.
Johnson, E.L. dan Stevenson, R. 1991.
Dasar
Kromatografi
Cair.
Bandung:
Institut
Teknologi
Bandung.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar
Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Macrae, R. 1982. HPLC in Food
Analysis. London: Academic Press
Inc.
McCance and Widdowsons. 1991. The
Composition of Foods 5th Edition.
United Kingdom: Richard Clay ltd.
Mulyono. 2007. Kamus Kimia. Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara.
NCBI. 2005. Pub Chem Compound.
National Libraryof Medicine:USA.
http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/s
ummary/summary.cgi?cid=393558
9&loc=ec_rcs#x332.
Nollet, Leo M.L. ed. 1996. Handbook of
Food Analysis Vol.2, Colourants.
New York: Marcell Dekker, Inc.
Pahrudin.
2006.
Aplikasi
Bahan
Pengawet Untuk Memperpanjang
Umur Simpan Mie Basah Matang.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Saran
1. Untuk mengawetkan mi terdapat
alternatif bahan tambahan alami
pengganti formalin yaitu chitosan,
kunyit, dan bawang putih dan
pengawet yang diijinkan.
2. Perlu pengawasan pemerintah yang
lebih baik, seperti penyuluhan
kepada produsen mi basah untuk
menggunakan
pengawet
yang
diijinkan.
3. Perlu penelitian lebih lanjut
mengenai pewarna kuning lain yang
digunakan selain metanil yellow
yaitu tartrazine, sunset yellow,
quineline yellow, dan pewarna alami
seperti karoten dan kurkumin.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 1999. Membuat Mi dan
Bihun. Jakarta: Penebar Swadaya.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Mi
Basah. SNI 01-2987-1992. ICS
67.060.
Badan Standarisasi Nasional. 1995.
Bahan Tambahan Makanan. SNI
01-0222-1995. ICS 67.220.20.
BPOMN. 2006. Kategiri Pangan.
Jakarta: BPOMN.
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis & Aspek
Kesehatan
Bahan
Tambah
Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Dionex Aplication Note. 2010. Fast
HPLC Analysis of dyes in Foods
and
Beverages.
Dionex
Corporation.
Fessenden, J. Ralp.
1999. Kimia
Organik. Jakarta : Penerbit
Erlangga

Peraturan Mentri Kesehatan RI No


239/Men-Kes/Per/V/85.
Peraturan Mentri Kesehatan RI No.
1168/MENKES/PER/X/1999
Primer, A. 2001. HPLC for Food
Analysis.
Jerman:
Agilent
Technologies Company.
Rohman,
Abdul.
2007.
Metode
Kromatografi
Untuk Analisis
Makanan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Shriner, R. L. 2004. The Systematic


Identification
of
Organic
Compounds. United States of
America: John Wiley and Sons
Inc.
Skoog, D. A. dan James J. L. 1992.
Principles
of
Instrumental
Analysis. New York: Saunders
College Publishing.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan
Gizi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Winarno, FG. 2007. Teknobiologi
Pangan. Bogor: Mbrio Press.
Wu, Pai Wen. 2003. Journal of Food
and Drug Analysis Vol 11 No1.
Taipei: National laboratory of
Foods and Drugs.

B4

J1

J2

LAMPIRAN
Lampiran 1. Berbagai macam sampel mi
basah sebelum dianalisa
B1

J3

D1

B2

B3

D2

D3

Lampiran 2. Data Analisa Formalin


a.Kromatogram Blanko

c. Kurva Kalibrasi Deret Standar


Formalin

b. Kromatogram Deret Standar


Formalin

b. Kurva Kalibrasi Deret Standar


Metanil Yellow

d. Kromatogram Sampel

e. Perhitungan
Contoh perhitungan kadar formalin
sampel B4-1
adar ormalin(mg g)

adar ormalin(mg g)

c. Kromatogram Sampel Hasil Analisa


Metanil Yellow

rea sampel ntercep


fp akhir
lope
sampel gram
960 ( ,48
04 )
00 0
05 )
( ,57
.057

adar ormalin(mg g) 1123,14 mg/Kg

Lampiran 3. Data Analisa Metanil


Yellow
a. Kromatogram Deret Standar Metanil
Yellow

d. Perhitungan
Contoh perhitungan kadar metanil
yellow sampel B2-1 :

10

adar

4 58
etanil ello (mg g) 45670
,0 06

adar

etanil ello (mg g)

,87 mg g

Você também pode gostar