Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PAPER
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Ekologi Pangan dan Gizi Kelas C
Oleh:
Andi Hilman Imtiyaz
122110101042
Setelah 2 hari
yang Warna masih sama seperti di hari
bermerek
pertama
Berwarna cokelat kemerahan Bau basi tidak terlalu kentara
Tercium aroma daging ayam
Sedikit Berlendir
Agak kenyal jika ditekan
Sedikit Berjamur
Tekstur sosis halus tanpa pori-
pori
Sosis 2 Dijual lepas tanpa kemasan
Warna masih sama seperti di hari
Berwarna merah mencolok
pertama
Aroma daging ayam tidak Bau basi sangat menusuk
Berlendir
terlalu tercium
Sangat kenyal jika ditekan
Berjamur
Sosis 1
Sosis 2
a. Sosis 1
Perlakuan pada sosis 1 dan sosis 2 adalah sama yaitu diletakkan pada
suhu yang sama dan di tempat yang sama. Sosis 1 memiliki merek dengan
keterangan nama produsen, alamat, tanggal kadaluarsa, info nutrisi dan nomor
registrasi BPOM yang jelas. Warna dari sosis 1 berbeda dengan sosis 2 yaitu
coklat kemerahan yang menandakan sosis ini tidak memakai pewarna tekstil.
Sosis ini juga beraroma daging ayam dan agak kenyal. Namun, sosis 1 ini lebih
awet dibanding sosis 2 karena pada hari pertama, sosis ini tidak terlalu
berlendir dan sangat sedikit pertumbuhan jamur pada hari ke dua serta bau basi
tidak terlalu kentara pada sosis ini. Disamping itu, sosis ini memiliki tekstur
yang halus tanpa pori-pori. Dari beberapa tanda tersebut, sosis 1 dicurigai
mengandung campuran boraks dan formalin yang mana boraks dan formalin
biasanya digunakan agar suatu bahan lebih awet hingga tahan lebih dari dua
hari dalam suhu kamar. Padahal boraks dan formalin bukanlah bahan pengawet
makanan melainkan bahan kimia non pangan. Hal ini sudah jelas bahwa boraks
atau formalin bukanlah termasuk BTP (Bahan Tambahan Pangan) sehingga
tidak ada batas takaran yang aman karena bahan tersebut termasuk bahan
karsinogenik.
b. Sosis 2
Jika diamati dari ciri-ciri awal ketika sosis masih segar sampai hari kedua
sosis sudah basi dapat ditarik kesimpulan bahwa sosis 2 tidak mengandung
boraks dan formalin karena sosis ini tidak dapat bertahan sampai beberapa hari.
Sosis 2 sudah mulai basi dan berlendir pada hari pertama dan berjamur pada
hari ke dua. Namun, sosis ini tidak memiliki keterangan nama produsen,
alamat, tanggal kadaluarsa, info nutrisi dan nomor registrasi BPOM. Warna
dari sosis 2 ini kurang meyakinkan jika diamati secara fisik karena warna sosis
2 terlalu mencolok yang menandakan sosis ini mengandung pewarna sintesis,
sedangkan warna alami daging ayam adalah coklat kemerahan. Sosis ini tidak
beraroma khas daging ayam melainkan beraroma seperti kaldu atau penyedap
rasa dan sangat kenyal. Selain itu, sosis 2 juga memiliki tekstur yang halus
tanpa pori-pori seperti sosis 1 yang juga dapat dicurigai mengandung boraks.
Oleh sebab itu, untuk melihat kandungan secara valid lebih baik dilakukan
penelitian lebih lanjut di laboratorium. Pengamatan berikut hanya berdasarkan
penelitian sederhana secara visual.
c. Bahan Tambahan Non Pangan
1) Formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat
menusuk. Di dalam larutan formalin terkandung sekitar 37% formaldehid
dalam air dan merupakan anggota paling sederhana dan termasuk
kelompok aldehid dengan
rumus
kimia
HCHO.
Formalin
biasanya
Morbicid,
Methanal,
Formic
aldehyde,
Methyl
oxide,
Methyleneglycol,
Paraforin,
Polyoxymethylene
glycols,
pada
makanan
dapat
menyebabkan
keracunan pada tubuh manusia, dengan gejala: sukar menelan, mual, sakit
perut yang akut disertai muntah-muntah, mencret darah, timbulnya depresi
susunan syaraf, atau gangguan peredaran darah. Konsumsi formalin pada
dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang),
haematuri (kencing darah) dan haimatomesis (muntah darah) yang berakhir
dengan
kematian.
Injeksi
formalin
dengan
dosis
100
gr
dapat
tubuh,
korosif
dan
iritatif. Berdasarkan
penelitian WHO,
Efek
Guna Sebenarnya
Keterangan
Akut: Rasa gatal Sebagai desinfektan, Dilarang sebagai bahan
mata, bahan
pada
menit, plywood,
lakrimasi,
susah
perekat tambahan
veneer, (PerMenKes
makanan
RI
hidung, pengawet.
tenggorokan, iritasi
akut
penafasan.
pupuk
saluran
dan 88)
Termasuk
Pengamanan
Berbahaya
dalam
Bahan
Kronik:
Karsinogen,
gangguan
menstruasi
dan
kesuburan wanita,
percikan pada mata
dapat
menyebabkan
kerusakan
berat,
makanan
(PerMenKes
RI
pencernaan,
No.722/Menkes/Per/IX/19
kebodohan,
88).
kebingungan, radang
kulit, anemia, kejang,
dan karsinogenik
3) Zat Pewarna Sintetis
Zat pewarna sintetis dibuat melalui pengolahan industri. Zat pewarna
sintetis biasanya digunakan karena komposisinya lebih stabil, seperti Sunset
yellow FCF yang memberi warna oranye, Carmoisine untuk warna merah,
serta Tartrazine untuk warna kuning. Pada produk pangan yang perlu
dihindari adalah penggunaan zat pewarna yang berlebihan, tidak tepat, dan
penggunaan zat pewarna berbahaya yang tidak diperuntukkan untuk pangan
karena dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan.
Salah satu pewarna sintetis yang dilarang untuk pangan adalah
Rhodamin B. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau
ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan akan berwarna merah
terang berpendar atau berfluorosensi. Rhodamin B merupakan zat warna
golongan xanthenes dyes, dan digunakan pada industri tekstil dan kertas,
sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut, dan sabun.
Nama lain Rhodamin B adalah: D and C Red no 19, Food Red 15, ADC
Rhodamine B, Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink.
Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk, terasi,
cabe merah giling, agar-agar, aromanis atau kembang gula, manisan, sosis,
sirup, minuman, dan lain-lain. Ciri-ciri pangan yang mengandung rhodamin
B antara lain:
a) Warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok
b) Terkadang warna terlihat tidak homogen (rata), ada gumpalan warna pada
produk
c) Bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit
d) Biasanya produk pangan yang mengandung Rhodamin B tidak
mencantumkan kode, label, merek, atau identitas lengkap lainnya.
Menurut WHO, Rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia
karena sifat kimia dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B
mengandung senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa
halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika tertelan, maka senyawa ini akan
berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan cara mengikat senyawa
lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh. Selain itu,
Rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH3-CH3) yang bersifat
radikal sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak, dan DNA dalam
tubuh.
Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena
Rhodamin B termasuk bahan karsinogen (penyebab kanker) yang
kuat. Konsumsi Rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di
dalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal,
gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau
bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati.
Untuk mengurangi paparan terhadap makanan dan jajanan yang tidak
sehat
dan
tidak aman,
terutama
pada
anak
sekolah, maka
perlu
sehat serta
pedagang
perlu
di
bekali pengetahuan
tentang
bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi dan cara pengolahan
makanan yang baik dan benar. Sebagai konsumen harus berhati-hati ketika
membeli makanan atau minuman. Yakinkah bahwa BTP yang dipakai
memang benar-benar aman untuk kesehatan.
Nama Produsen
: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
Alamat
: Semarang 50151, Indonesia
Tanggal Kadaluarsa
: 13 Januari 2015
Nomor Registrasi BPOM : 645311155060
Komposisi
Air, Pengental Nabati, Garam, Cabai, Gula, Pengatur keasaman, Penguat Rasa
(Mononatrium Glutamat, Dinatrium Inosinat dan Guanilat), Rempah-rempah,
Pengawet (Natrium Benzoat, Natrium Metabisulfit), Pemanis Buatan
Definisi
Jenis BTP
ADI
Pengental
Tidak
(Thickener)
pangan untuk
dinyatakan
(Carrageenan)
meningkatkan
Batas
Maksium
CPBB
(not
viskositas pangan
Pengatur
Bahan tambahan
Asam sitrat
specified)
Tidak
Keasaman
pangan untuk
(Citric acid)
dinyatakan
(Acidity
mengasamkan,
(not
regulator)
menetralkan
specified)
CPBB
dan/atau
mempertahankan
derajat keasaman
Penguat Rasa
pangan
Bahan tambahan
(Flavour
pangan untuk
Glutamat
dinyatak
enhancer)
memperkuat atau
(Monosodium
an (not
memodifikasi rasa
dan/atau aroma
yang telah ada
dalam bahan
pangan tersebut
tanpa
memberikan rasa
dan/atau aroma
tertentu
Mononatrium
Glutamate)
Dinatrium
Inosinat
(Disodium
Inosinate)
Dinatrium
Guanilat
(Disodium
Guanylate)
Tidak
specified
)
Tidak
dinyatak
CPBB
CPBB
CPBB
an (not
specified
)
Tidak
dinyatak
an (not
specified
Pengawet
(Preservative)
pangan untuk
benzoat
mencegah atau
(Sodium
menghambat
fermentasi,
benzoate)
Natrium
)
0-5 mg/kg
1000
berat
badan
0-0,07
300
mg/kg
pengasaman,
metabisulfit
berat
penguraian, dan
(Sodium
badan
perusakan
metabisulphit
lainnya terhadap
e)
pangan yang
disebabkan oleh
Pemanis
mikroorganisme
Bahan tambahan Aspartam
0-5 mg/kg
200
Buatan
makanan yang
(Sweetener)
dapat
berat
badan
0-5 mg/kg
menyebabkan
rasa manis pada Asesulfam K
berat
makanan, yang
badan
200
tidak atau
hampir tidak
mempunyai nilai
Perisa
gizi.
Bahan tambahan Senyawa perisa
(Flavour)
pangan berupa
alami
preparat
konsentrat,
dengan atau
tanpa ajudan
perisa yang
digunakan untuk
memberi rasa
dan/atau aroma
ADI (Acceptable Daily Intake) atau asupan harian yang dapat diterima
adalah jumlah maksimum bahan tambahan pangan dalam miligram per
kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa
menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.
ADI tidak dinyatakan atau ADI not specified/ADI not limited/ADI
acceptable/no ADI Allocated/no ADI necessary adalah istilah yang digunakan
untuk bahan tambahan pangan yang mempunyai toksisitas sangat rendah,
berdasarkan data (kimia, biokimia, toksikologi dan data lainnya), jumlah
asupan bahan tambahan pangan tersebut jika digunakan dalam takaran yang
diperlukan untuk mencapai efek yang diinginkan serta pertimbangan lain,
menurut pendapat Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives
(JECFA) tidak menimbulkan bahaya terhadap kesehatan.
Batas Maksimum CPBB (Cara Produksi Pangan yang Baik atau Good
Manufacturing Practice) adalah jumlah BTP yang diizinkan terdapat pada
pangan dalam jumlah secukupnya yang diperlukan untuk menghasilkan efek
yang diinginkan.
Dalam perkembangan terakhir, zat aditif (ZA) disebut-sebut sebagai zat
yang dapat memicu terjadinya penyakit kanker jika digunakan secara
berlebihan. World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural
Organization (FAO) menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan
makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3 katagori yaitu : 1) aspek
toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap
organ-organ tubuh, 2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan
yang dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, 3)
aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan
tubuh.
Agar terhindar dari ancaman potensial dari residu bahan saus terhadap
kesehatan, maka harus cermat dan teliti dalam memilih dan mengkonsumsi
saus dengan cara mengenali ciri-ciri saus asli sebagai berikut:
1) Telitilah melihat apakah pada label saus terdapat ijin dari Departemen
Kesehatan atau tidak. Bila tidak, berarti saus tersebut perlu diwaspadai.
2) Lihat warnanya. Saus asli berwarna seperti tomat dan cabai yaitu merah
kekuning-kuningan sedangkan saus palsu berwarna merah mencolok dan
terlihat lebih muda.
3) Lihat kekentalannya. Saus asli akan cenderung lebih kental sedangkan saus
palsu agak cair dan memiliki gumpalan-gumpalan kecil di dalamnya sebagai
efek penambahan formalin.
4) Cium aromanya. Saus asli memiliki aroma khas dengan bau cabai dan tomat
pada umumnya sedangkan saus palsu beraroma seperti bawang putih dan
sangat menyengat karena menggunakan cabai, tomat, dan pepaya busuk.
5) Rasakan sausnya. Saus asli memiliki rasa cabai dan tomat yang segar
sedangkan saus palsu hanya cenderung memiliki rasa gurih.
6) Perhatikan harganya. Saus asli memiliki harga wajar dan sesuai dengan
harga yang biasa ditawarkan pasar, sedangkan saus palsu harganya jauh
lebih murah.
DAFTAR PUSTAKA
[21
April