Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH :
KADEK AYU ASTRI NOVITASARI, S.Kep
14.901.0951
Trauma tidak
langsung
Kondisi patologis
Fraktur
Diskontinuitas
tulang
Perubahan jaringan
sekitar
Pergeseran fragmen
tulang
Deformitas
Gangguan fungsi
pergerakan
Pergeseran
fragmen tulang
Spasme otot
Peningkatan
tekanan kapiler
Pelepasan histamine
Tindakan bedah
Nyeri Akut
Kerusakan
fragmen tulang
Tekanan
sumsum tulang
lebih tinggi dari
kapiler
Melepaskan
katekolamin
Protein plasma
hilang
Laserasi kulit
Edema
Bergabung dengan
trombosit
Emboli
Putus vena/arteri
Penekanan
pembuluh darah
Menyumbat
pembuluh darah
Kerusakan
Integritas Kulit
Resiko Infeksi
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan
Perifer
Kehilangan Volume
Cairan
Efek anastesi
Luka insisi
Mual, muntah
Inflamasi
bakteri
Ketidakseimba
-ngan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Metabolisme asam
tubuh
lemak
Hambatan
Mobilitas Fisik
Perdarahan
Post Op
Resiko Infeksi
Nyeri Akut
Resiko Syok
(Hipovolemik)
4. Klasifikasi Fraktur
a. Single Fracture
Fraktur dengan satu garis fraktur
b. Multiple Fracture
Terdapat dua atau lebih garis fraktur yang tidak berhubungan satu sama lain.
Unilateral = jika kedua garis fraktur terletak pada satu sisi
Bilateral = jika satu garis fraktur pada satu sisi dan garis fraktur lain pada sisi
lain
c. Communited Fracture
Tuang hancur atau remuk menjadi beberapa fragmen kecil 1 atau berkepingkeping, misalnya symphis mandibularis dan di daerah anterior maxilla
d. Complicated Fracture
Terjadi suatu dislokasi/displacement dari tulang sehingga mengakibatkan
kerusakan tulang-tulang yang berdekatan, gigi dan jaringan lunak yang
berdekatan
e. Complete Fracture
Tulang patah semua secara lengkap menjadi dua bagian atau lebih
f. Incomplete Fracture
Tulang tidak patah sama sekali, tetapi hanya retak juga penyatuan tulang tidak
terganggu. Dalam keadaan seperti ini, lakukan dengan bandage dan rahang
diistirahatkan 1-3 minggu
g. Depressed Fracture
Bagian tulang yang fraktur masuk ke dalam satu rongga. Sering pada fraktur
maxilla yaitu pada permukaan fasial dimana fraktur tulang terdorong masuk ke
sinus maxillaris
h. Impacted Fracture
Dimana fraktur yang satu didorong masuk kef ragmen tulang lain. Sering pada
tulang zygomaticus
tulang-tulang ini diikat oleh jaringan lunak saja, maka terlihat seperti
tulang rahang tersebut mengapung (floating fracture). Fraktur dapat
terjadi unilateral atau bilateral. Suatu tambahan fraktur pada palatal dapat
terjadi, dimana terlihat sebagai suatu garis echymosis.
Gejala Klinik
:
Extra Oral :
a) Pembengkakan pada muka disertai vulnus laceratum
b) Deformitas pada muka, muka terlihat asimetris
c) Hematoma atau echymosis pada daerah yang terkena fraktur,
kadang-kadang
terdapat
infraorbital
echymosis
dan
subkonjunctival echymosis
d) Penderita tidak dapat menutup mulut karena gigi posterior rahang
atas dan rahang bawah telah kontak lebih dulu
Intra Oral
Mulut terbuka lebih lebar karena keadaan open bite yang berat
Rahang atas dapat lebih mudah digerakkan
Perdarahan pada palatum dan faring
Pernapasan tersumbat karena tertekan oleh dorsum lidah
6. Manifestasi Klinis
a. Nyeri pembengkakan
b. Tidak dapat menggunakan dagu bawah
c. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, penganiayaan,
tertimpa benda berat, trauma olah raga)
d. Deformitas
e. Kelainan gerak
f. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Rontgen
: Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
b. Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI : Memperlihatkan fraktur juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram
: Dilakukan bila kerusakan vascular dicurigai
d. Hitung darah lengkap
: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respons stress normal setelah
trauma
Gejala
Hilang
gerakan/sensasi,
spasme
otot,
kebas/kesemutan
Tanda
(parestesia)
: Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan rotasi,
krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan atau
hilang fungsi
d. Nyeri/Kenyamanan
Gejala
: Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi
pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada
imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf, spasme/kram
otot (setelah imobilisasi)
e. Keamanan
Tanda
N
O
1
INTERVENSI
Kaji skala nyeri dengan PQRST
RASIONAL
Nyeri merupakan pengalaman subjektif
dan
harus
dijelaskan
oleh
pasien.
amat
intervensi
penting
yang
untuk
cocok
dan
memilih
untuk
Observasi
adanya
tanda-tanda
diberikan
nyeri Merupakan indikator/derajat nyeri yang
nonverbal, seperti : ekspresi wajah, posisi tidak langsung yang dialami. Sakit kepala
tubuh,
gelisah,
menarik
3
diri,
tidak
Mengajarkan pasien pengendali nyeri
dan/atau dapat mengubah mekanisme
sensasi nyeri dan mengubah persepsi
nyeri
Anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan Menurunkan stimulasi yang berlebihan
yang tenang
yang dapat mengurangi nyeri
Lakukan kompres dingin/es 24-48 jam Menurunkan
edema/pembentukan
beratnya serangan
Analgetik dapat memblok nyeri sehingga
nyeri dapat berkurang
b.
N
O
INTERVENSI
RASIONAL
Pantau masukan cairan atau hidrasi kulit Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi
dan membran mukosa
yang berlebihan yang mempengaruhi
sirkulasi dan integritas jaringan pada
tingkat seluler
c.
Menandakan
buruk/kerusakan
menimbulkan
dekubitus/infeksi
Jaringan
edema
rusak/robek
area
sirkulasi
yang
dapat
pembentukan
lebih
cenderung
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan
oleh cedera/pengobatan dan perhatikan diri/persepsi diri tentang keterbatasan
persepsi pasien terhadap imobilisasi
fisik
actual,
memerlukan
informasi/intervensi untuk meningkatkan
kemajuan kesehatan
Dorong
partisipasi
pada
aktivitas
terapeutik/rekreasi. Pertahankan rangsang
lingkungan contoh : radio, TV, Koran,
barang
milik
pribadi/lukisan,
jam,
kalender, kunjungan keluarga/teman
Memberikan
kesempatan
untuk
mengeluarkan energi, memfokuskan
kembali perhatian, meningkatkan rasa
kontrol diri/harga diri dan membantu
menurunkan isolasi sosial
insiden
10
11
Kolaborasi :
Berguna dalam membuat aktivitas
Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi individual/program latihan. Pasien dapat
dan/atau rehabilitasi spesialis
memerlukan bantuan jangka panjang
dengan gerakan, kekuatan dan aktivitas
yang mengandalkan berat badan, dan
juga penggunaan alat.
12
Kolaborasi :
Dilakukan untuk meningkatkan evakuasi
Lakukan program defekasi (pelunak feses, usus
enema, laksatif) sesuai indikasi
d.
INTERVENSI
RASIONAL
O
1
selanjutnya
Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi Membatasi
bila memungkinkan
pemajanan
bakteri/infeksi.
terhadap
Perlindungan
isolasi
4
5
prosedur/perawatan luka
bakteri
Berikan perawatan kulit, perianal, oral Menurunkan
dengan cermat
kulit/jaringan dan infeksi
Dorong perubahan posisi/ambulasi yang Meningkatkan ventilasi semua segmen
risiko
kerusakan
untuk
mempermudah
10
benar
Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas Membedakan
sesuai indikasi
11
Berikan
sistemik
antiseptik
adanya
e.
infeksi,
Tujuan & Kriteria Hasil : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24
jam diharapkan syok tidak terjadi, dengan kriteria hasil :
1) Nadi dalam batas yang diharapkan (60-100 x/menit)
2) Irama jantung dalam batas yang diharapkan
3) Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg)
4) Natrium dalam batas normal (135-153 mEq/L)
5) Kalsium dalam batas normal (8,5-10,5 mEq/L)
6) Kalium dalam batas normal (3,5-5,1 mEq/L)
7) Klorida dalam batas normal (98-109 mEq/L)
8) Magnesium dalam batas normal (1,5-2,5 mEq/L)
9) PH dalam batas normal (5-8)
N
O
1
INTERVENSI
RASIONAL
terutama
saat
terjadi
syok/syok
Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda Dengan melibatkan pasien dan keluarga
perdarahan, dan segera laporkan jika maka
terjadi perdarahan
trombosit
pemeriksaan
perdarahan
dapat
Kolaborasi :
Pemberian cairan intravena
Kolaborasi
tanda-tanda
untuk
Hb,
hebat
PCV, Untuk mengetahui tingkat kebocoran
pembuluh darah yang dialami pasien dan
untuk acuan melakukan tindakan lebih
lanjut
f.
INTERVENSI
RASIONAL
Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara Evaluasi awal mengetahui fungsi perifer
komprehensif (cek nadi perifer, edema, klien dengan menentukan intervensi
CRT, warna dan temperatur ekstremitas)
selanjutnya
Monitor status cairan meliputi intake dan Status cairan membantu dalam hidrasi
output
tubuh yang adekuat
Monitor hal-hal yang berhubungan dengan Evaluasi awal dalam menentukan respon
penghantaran oksigen ke jaringan
klien terhadap intervensi yang telah
diberikan dan menentukan dalam
penetapan intervensi selanjutnya
Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk Darah yang kental akibat hidrasi yang
menjaga kekentalan darah
tidak adekuat memperlambat laju
sirkulasi dan perfusi jaringan
10
Kolaborasi
dalam
pemeriksaan Mengidentifikasi
defisiensi
dan
laboratorium, mis : Hb/Ht dan GDA
kebutuhan pengobatan/respon terhadap
terapi
11
Post Op
a.
N
O
1
INTERVENSI
RASIONAL
harus
dijelaskan
oleh
pasien.
amat
intervensi
penting
yang
untuk
cocok
dan
memilih
untuk
Observasi
adanya
tanda-tanda
diberikan
nyeri Merupakan indikator/derajat nyeri yang
nonverbal, seperti : ekspresi wajah, posisi tidak langsung yang dialami. Sakit kepala
tubuh,
menarik
gelisah,
diri,
tidak
nyeri
Anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan Menurunkan stimulasi yang berlebihan
yang tenang
yang dapat mengurangi nyeri
Lakukan kompres dingin/es 24-48 jam Menurunkan
edema/pembentukan
beratnya serangan
Analgetik dapat memblok nyeri sehingga
nyeri dapat berkurang
b.
N
O
1
2
3
RASIONAL
Kaji status nutrisi : Perubahan berat badan, Menyediakan data dasar untuk memantau
Pengukuran
antopometrik,
Nilai perubahan dan mengevaluasi intervensi
laboratorium (elektrolit seru, BUN,
kreatinin, protein,transferin, dan kadar
besi)
Kaji pola diet nutrisi pasien
Pola diet dahulu dan sekarang dapat
dipertimbangkan dalam menyusun menu
Kaji faktor yang berperan dalam merubah Menyediakan informasi mengenai faktor
masukan nutrisi
lain yang dapat diubah atau dihilangkan
untuk meningkatkan masukan diet
4
5
8
9
10
Kaji bukti adanya masukan protein yang Masukan protein yang tidak adekuat
tidak adekuat
dapat menyebabkan penurunan albumin
dan protein lain, pembentukan edema,
dan perlambatan penyembuhan
Tingkatkan dan dorong Oral hygiene dengan sOral hygiene mengurangi kekeringan
sering
membrane mukosa mulut
Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
11
12
Kolaborasi dengan
rencana diet
c.
ahli
gizi
N
O
1
INTERVENSI
Pantau tanda dan gejala infeksi
RASIONAL
Evaluasi awal, menentukan intervensi
selanjutnya
bakteri/infeksi.
pemajanan
terhadap
Perlindungan
isolasi
4
5
prosedur/perawatan luka
bakteri
Berikan perawatan kulit, perianal, oral Menurunkan
dengan cermat
kulit/jaringan dan infeksi
Dorong perubahan posisi/ambulasi yang Meningkatkan ventilasi semua segmen
risiko
kerusakan
untuk
mempermudah
10
benar
Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas Membedakan
sesuai indikasi
11
Berikan
sistemik
antiseptik
adanya
infeksi,
4. Implementasi
Implementasi diseuaikan dengan intervensi yang telah dibuat
5. Evaluasi
No
Dx
Pre Op
1
EVALUASI
b.
c.
a.
b.
b.
c.
d.
e.
Post Op
1
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 1 dan 2. Jakarta : Media
Aesculapius
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MedAction
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, Ed.6, volume 1&2. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta : EGC
Suardi, NPEP & AA GN Asmara Jaya. 2012. Fraktur pada Tulang Maksila. Bagian Ilmu
Bedah RSUP Sanglah : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana