Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya lahir dengan sempurna, memperoleh
pendidikan dan pekerjaan yang layak. Ketika hal tersebut tidak terpenuhi, tak
jarang di antara mereka yang kecewa bahkan tidak ingin menyekolahkan anaknya
yang berkebutuhan khusus.
Sebenarnya tidak ada anak cacat melainkan anak berkebutuhan khusus, karena
anak-anak yang dianggap cacat itu sebenarnya sama saja dengan anak-anak pada
umumnya, punya kelebihan dan kekurangan. Tetapi karena pemahaman sebagian
masyarakat yang kurang, maka masyarakatlah yang memberi label cacat itu.
Untuk itu perlu dipahami sebuah pendekatan kepada masyarakat bahwa mereka
yang
mempunyai
keterbatasan
ada
dalam
lingkungan
mereka,
sama-sama
mempunyai hak yang sama dengan anak yang normal pada umumnya.
Jika kita melihat anak-anak yang mengalami kecacatan mental, mungkin kita
beranggapan bahwa mereka mengalami jenis kecacatan mental yang sama. Namun
kita harus mengetahui kecacatan mental yang dialami anak-anak tersebut berbeda
penyebabnya yang dalam hal ini adalah cerebral palsy.
Walaupun perkembangan dan kemajuan dalam bidang obstetrik dan perinatologi
akan mengakibatkan penurunan angka kematian bayi yang pesat, namun tidak
dapat mencegah peningkatan jumlah anak cacat. Ini disebabkan, meskipun bayi
berhasil diselamatkan dari keadaan gawat, akan tetapi biasanya meninggalkan
gejala sisa akibat kerusakan jaringan otak yang gejala-gejalanya dapat terlihat
segera ataupun di kemudian hari.
Cerebral Palsy adalah salah satu gejala sisa yang cukup banyak dijumpai. Istilah
Cerebral Palsy (CP) pertama kali dikemukakan oleh Phelps. Cerebral : yang
berhubungan
dengan
otak;
Palsy
ketidaksempurnaan
fungsi
otot.
Dalam
kepustakaan, CP sering juga disebut diplegia spastik, tetapi nama ini kurang tepat,
sebab CP tidak hanya bermanifestasi spastik dan mengenai 2 anggota gerak saja,
tetapi juga dapat ditemukan dalam bentuk lain dan dapat mengenai ke 4 anggota
gerak. Nama lain ialah : Littles disease, oleh karena dokter John Little adalah orang
yang pertama pada pertengahan abad ke 19 menguraikan gambaran klinik CP.
Makalah
ini
menguraikan
secara
singkat
definisi,
insidensi,
etiologik,
3. Asuhan keperawatan yang kita berikan akan lebih bermutu bila ada
keseimbangan antara pengetaahuan teori dan kecakapan praktice.
4. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Pediatrik.
BAB II
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Berbagai
definisi
telah
dikemukakan
oleh
para
sarjana.
Clark
(1964)
Serikat (Gilroy), dan 7 per 100.000 kelahiran di Amerika (Phelps); 6 per 1.000
kelahiran hidup di Amerika (Ingram, 1955 dan Kurland,1957). Di Indonesia, belum
ada data mengenai insidensi CP. Pada KONIKA V Medan (1981), R. Suhasim dan Titi
Sularyo melaporkan 2,46% dari jumlah penduduk Indonesia menyandang gelar
cacat, dan di antaranya 2 juta adalah anak. CP merupakan jenis cacat pada anak
yang terbanyak dijumpai. Di Jaipur, Meenakshi Sharma dkk (1981) menyelidiki 219
CP, 150 di antaranya adalah laki-laki dan 69 perempuan. Terdiri dari 42 anak umur
kurang 1 tahun, 113 antara 1 - 5 tahun, 52 antara 5 - 10 tahun dan 12 di atas 10
tahun.
Angka kejadiannya sekitar 1 5 per 1000 anak. Laki-laki lebih banyak dari pada
wanita. Sering terdapat pada anak pertama, mungkin anak pertama lebih sering
mengalami kesulitan pad waktu dilahirkan. Angka kejadiannya lebih tinggi pada
bayi BBLR dan anak kembar. Umur ibu sering lebih dari 40 tahun, lebih-lebih pada
multipara.
Franky (1994) pada penelitiannya di RSUP Sanglah Denpasar, mendapatkan bahwa
58,3 % penderita cerebral palsy yang diteliti adalah laki-laki, 62,5 % anak pertama,
umur ibu semua dibawah 30 tahun, 87,5 % berasal dari persalinan spontan letak
kepala dan 75 % dari kehamilan cukup bulan.
C. ETIOLOGI
CP bukan merupakan satu penyakit dengan satu penyebab. CP merupakan group
penyakit dengan masalah mengatur gerakan, tetapi dapat mempunyai penyebab
yang berbeda. Untuk menentukan penyebab CP, harus digali mengenai hal : bentuk
CP, riwayat kesehatan ibu dan anak, dan onset penyakit.
Di USA, sekitar 10 20 % disebabkan karena penyakit setelah lahir (prosentase
tersebut akan lebih tinggi pada negara-negara yang belum berkembang). CP dapat
juga merupakan hasil dari kerusakan otak pada bulan-bulan pertama atau tahuntahun pertama kehidupan yang merupakan sisa dari infeksi otak, misalnya
meningitis bakteri atau enchepalitis virus, atau merupakan hasil dari trauma kepala
yang sering akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh atau penganiayaan anak.
secara
normal.
Komplikasi
tersebut
dapat
menyebabkan
resiko
jaringan
parut.
Perdarahan
intraserebral
jarang
menghasilkan
porencephalic cavity.
.
Menurut Perlstein dan Barnett, suatu trauma kepala dan perdarahan intrakranial
pada umumnya akan melibatkan sistem piramidal, sedangkan anoksia terutama
kerusakan,
apakah
pada
korteks
serebri,
ganglia
basalis
atau
Bayi/anak
dengan
ataksia
menunjukkan
gangguan
koordinasi,
gangguan
mental,
retardasi
pertumbuhan,
kejang-kejang,
gangguan
Berdasarkan
manifestasi
klinik
CP,
American
Acedemy
for
Cerebral
Palsy
berdasarkan
beratnya.
lalah
berdasarkan
beratnya
keterlibatan
tonic neck reflex pada anak usia 4 bulan harus dicurigai adanya CP, demikian pula
gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan menelan, asimetri dari kelompok
otot-otot, kontraktur dan tungkai yang menyilang menyerupai gunting.
DIAGNOSIS BANDING
CP perlu dibedakan dengan : proses degenerasi SSP, miopati, neuropati, tumor
medula spinalis, tumor otak, hidrosefalus, poliomielitik atipik, idiocy, trauma otak
atau saraf perifer, korea sydenham s, subdural higroma dan tumor intrakranial.
G. PEMERIKSAAN KHUSUS
Untuk menyingkirkan diagnosis banding maupun untuk keperluan penanganan
penderita, diperlukan beberapa pemeriksaan khusus. Pemeriksaan yang sering
dilakukan, ialah :
1. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis CP
ditegakkan.
2. Pungsi
lumbal
harus
dilakukan
untuk
menyingkirkan
suatu
proses
Team yang terdiri dari: dokter anak, ahli saraf, ahli jiwa, ahli bedah tulang, ahli
fisioterapi, occupational therapist,guru luar biasa, orang tua penderita dan bila
perlu ditambah dengan ahli mata, ahli THT, perawat anak dan lain-lain.
H. PENATALAKSANAAN
Pada umumnya penanganan penderita CP meliputi :
1) Reedukasi dan rehabilitasi.
Dengan adanya kecacatan yang bersifat multifaset, seseorang penderita CP perlu
mendapatkan terapi yang sesuai dengan kecacatannya. Evaluasi terhadap tujuan
perlu dibuat oleh masing-masing terapist. Tujuan yang akan dicapai perlu juga
disampaikan kepada orang tua/famili penderita, sebab dengan demikian ia dapat
merelakan anaknya mendapat perawatan yang cocok serta ikut pula melakukan
perawatan tadi di lingkungan hidupnya sendiri. Fisio terapi bertujuan untuk
mengembangkan
berbagai
gerakan
yang
diperlukan
untuk
memperoleh
keterampilan secara independent untuk aktivitas sehari-hari. Fisio terapi ini harus
segera dimulai secara intensif. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi
penderita sewaktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk
sementara tinggal di suatu pusat latihan. Fisio terapi dilakukan sepanjang hidup
penderita. Selain fisio terapi, penderita CP perlu dididik sesuai dengan tingkat
inteligensinya, di Sekolah Luar Biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersamasama dengan anak yang normal. Di Sekolah Luar Biasa dapat dilakukan speech
therapy dan occupational therapy yang disesuaikan dengan keadaan penderita.
Mereka sebaiknya diperlakukan sebagai anak biasa yang pulang ke rumah dengan
kendaraan bersanrm-sama sehingga tidak merasa diasingkan, hidup dalam suasana
normal. Orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan dan untuk itu
pekerja sosial dapat membantu di rumah dengan melihat seperlunya.
2) Psiko terapi untuk anak dan keluarganya.
Oleh karena gangguan tingkah laku dan adaptasi sosial sering menyertai CP, maka
psiko
terapi
keluarganya.
perlu
diberikan,
baik
terhadap
penderita
maupun
terhadap
3) Koreksi operasi.
Bertujuan untuk mengurangi spasme otot, menyamakan kekuatan otot yang
antagonis, menstabilkan sendi-sendi dan mengoreksi deformitas. Tindakan operasi
lebih sering dilakukan pada tipe spastik dari pada tipe lainnya. Juga lebih sering
dilakukan pada anggota gerak bawah dibanding -dengan anggota gerak atas.
Prosedur operasi yang dilakukan disesuaikan dengan jenis operasinya, apakah
operasi itu dilakukan pada
saraf motorik, tendon, otot atau pada tulang.
4) Obat-obatan.
Pemberian obat-obatan pada CP bertujuan untuk memperbaiki gangguan tingkah
laku, neuro-motorik dan untuk mengontrol serangan kejang.
Pada penderita CP yang kejang. pemberian obat anti kejang memeerkan hasil yang
baik dalam mengontrol kejang, tetapi pada CP tipe spastik dan atetosis obat ini
kurang berhasil. Demikian pula obat muskulorelaksan kurang berhasil menurunkan
tonus otot pada CP tipe spastik dan atetosis. Pada penderita dengan kejang
diberikan
maintenance
anti
kejang
yang
disesuaikan
dengan
karakteristik
kejangnya, misalnya luminal, dilantin dan sebagainya. Pada keadaan tonus otot
yang berlebihan, obat golongan benzodiazepine, misalnya : valium, librium atau
mogadon dapat dicoba. Pada keadaan choreoathetosis diberikan artane. Tofranil
(imipramine) diberikan pada keadaan depresi. Pada penderita yang hiperaktif dapat
diberikan dextroamphetamine 5 -- 10 mg pada pagi hari dan 2,5 -- 5 mg pada waktu
tengah hari.
I. PENCEGAHAN
Pencegahan merupakan usaha yang terbaik. CP dapat dicegah dengan jalan
menghilangkan faktor etiologik kerusakan jaringan otak pada masa prenatal, natal
dan post natal. Sebagian daripadanya sudah dapat dihilangkan, tetapi masih
banyak pula yang sulit untuk dihindari. "Prenatal dan perinatal care" yang baik
dapat menurunkan insidens CP. Kernikterus yang disebabkan "haemolytic disease of
the
new
born"
incompatibility"
dapat
dicegah
dengan
dapat
dicegah
dengan
transfusi
tukar
pemberian
yang
dini,
"hyperimmun
"rhesus
anti
ETIOLOGI
Kerusakan komunikasi
Resiko terhadap perubahan nutrisi
Disfagia
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
2. Riwayat kesehatan.
Riwayat kesehaataan yang berhubungan dengan factor prenatal, natal dan post
natal serta keadaan sekitar kelaahiran yang mempredisposisikan anoksia janin.
3. Keluhan dan manifestasi klinik
Observasi adanya manivestasi cerebral palsy, khususnya yang berhubungan
dengan pencapaian perkembangan :
Posture abnormal
Mempertahankan agar pinggul lebih tinggi dari tubuh pada posisi telungkup,
menyilangkan ataau mengekstensikan kaki dengan telapak kaki plantar fleksi
pada posisi telentang, postur tidur dan istirahat infantile menetap, lengan
abduksi pada bahu, siku fleksi, tangan mengepal.
Abnormalitas refleks
Refleks infantile primitive menetap (reflek leher tonik ada pada usia berapa
pun, tidak menetap diatas usia 6 bulan), Refleks Moro, plantar, dan
menggenggam menetaap atau hiperaktif, Hiperefleksia, klonus pergelangan
kaki dan reflek meregang muncul pada banyak kelompok otot pada gerakan
pasif cepat.
terhadap
perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
R/
intervensi
pemberian
nutrisi
tambahan
dapat
diimpementasikan
bila
terhadap
cedera
berhubungan
dengan
ketidak
mampuan
teknik
yang
benar
untuk
menggerakkan,
memindahkan
daan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengaan
kerusakaan
B. SARAN
Perawatan dari anak-anak ini memerlukan ketrampilan dan, jika mereka dirawat
dirumah, maka harus ada pelayanan pendukung yang efektif. Tindakan perawatan
spesifik bertujuan :
Pencegahan dekubitus
Memperthankan saluran pernafasan yang bersih
Menemukan cara terbaik untuk memberikan makanan pada anak dan
menjamin asupan makanan yang adekuat
Menentukan suatu sistem komunikasi sehingga anak dapat mengutarakan,
kebutuhan, keinginan dan kerinduannya, dan
Mendorong agar anak menggunakan kemampuannya dan membantu anak
mengembangkan kemampuannya secara penuh.
CP tidak dapat disembuhkan, terapi yang dilakukan untuk memperbaiki kapabilitas
anak. Dalam perkembangannya, hingga saat ini tujuan terapi pada CP adalah
mengusahakan penderita dapat hidup mendekati kehidupan normal dengan
mengelola problem neurologis yang ada seoptimal mungkin. Disini tidak ada terapi
standar yang berlaku untuk semua penderita CP. Klinisi diharapkan dapat bekerja
sama dalam tim, untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus masing-masing anak
dan kelainan-kelainan yang ada dan kemudian menentukan terapi individual yang
cocok untuk setiap penderita.
CP tak selalu menganggu intelegensia penderita. Ada pasien justru yang bisa sekolah dan
berprestasi. Contohnya saja, ada pasien yang sekarang sudah kelas 6, bahkan kuliah di UI. Pasien
dari Bandung misalkan, kelas 5 juara kelas. Sebenarnya, soal intelegensia pada CP, ada yang
memang kena, ada yang tidak, tergantung tingkat keparahan CP-nya.
DAFTAR PUSTAKA
KELOMPOK :
1.ADIRA ILMA (7305002)
2.LUTFIYAH NINGSIH (7305017)
dibawah 30 tahun, 87,5% berasal dari persalinan spontan letak kepala dan 75% dari
kehamilan cukup bulan.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas akhir
2. Tujuan khusus
Mengetahui cerebral palsy
Memberikan penatalaksanaan yang tepat terhadap penderita cerebral palsy
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan cerebral palsy
C. PERMASALAN
Apa definisi dari cerebral palsy dan bagaimana cara penerapan asuhan keperawatan pada
pasien cerebral palsy ?
BAB II
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di definisikan sebagai kelainan
postur dan gerakan non-progresif,sering disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan
bicara,penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak yang sedang berkembang.
(Behrman:1999,hal 67-70)
Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh abnormalitas
system motor piramida (motor kortek,basal ganglia dan otak kecil)yang ditandai dengan
kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal.
(Suriadi Skep : 2006,hal 23-27)
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,terjadi
pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal denga
gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan,disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis ,gangguan ganglia basal
dan sebelum juga kelainan mental.
Bayi pada usia bulan pertama tampak flasid dan berbaring seperti kodok terlentang,
sehingga tampakseperti keainan pada lower motor neuron menjelang umur 1 tahun
berubah menjadi tonus otot dari rendah hingga tinngi. Golongan ini meliputi 10-20% dari
kasus cerebral palsy
3. Ataksia
Ialah gangguan koordinasi kerusakan terletak di serebulum, terdapat kira-kira 5%
dari kasus cerebral palsy
4. Gangguan pendengaran
Terdapat pada 5-10% anak dengan cerebral palsy.gangguan berupa kelainan
neurogen terutama persepsi nada tinggi,sehingga sulit menangkap kata-kata.
5. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang terjadi
dengan sendirinya dibibir dan dilidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot sehingga
sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
6. Gangguan mata
Biasanya berupa strabismus convergen dan kelainan refraksi, asfiksia berat, dapat
terjadi katarak, hampir 25% penderita cerebral palsy menderita kelainan mata.
E. PATOFISIOLOGI
o
o
Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron dan
degenerasi laminar akan menimbulkan narrower gry, saluran sulci dan berat otak rendah.
Anoxia merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak, atau sekunder dari
penyebab mekanisme yang lain. CP (Cerebral Palsy) dapat dikaitkan dengan premature
yaitu spastic displegia yang disebabkan oleh hypoxic infarction atau hemorrhage dalam
ventrikel.
Type athetoid / dyskenetik disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi
baru lahir, adanya pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei
cranial. Selain itu juga dapat terjadi bila gangsal banglia mengalami injury yang ditandai
dengan idak terkontrol; pergerakan yang tidak dosadari dan lambat.
Type CP himepharetic, karena trauma pada kortek atau CVA pada arteri cerebral tengah.
Cerebral hypoplasia; hipoglicemia neonatal dihubungkan dengan ataxia CP.
Spastic CP yang paling sering dan melibatkan kerusakan pada motor korteks yang paling
ditandai dengan ketegangan otot dan hiperresponsif. Refleks tendon yang dalam akan
meningkatkan dan menstimulasi yang dapat menyebabkan pergerakan sentakan yang
tiba-tiba pada sedikit atau semua ektermitas.
Ataxic CP adanya injury dari serebelum yang mana mengatur koordinasi, keseimbangan
dan kinestik. Akan tampak pergerakan yang tidak terkoordinasi pada ekstremitas aras bila
anak memegang / menggapai benda. Ada pergerakan berulang dan cepat namun minimal.
Rigid / tremor / atonic CP ditandai dengan kekakuan pada kedua otot fleksor dan
ekstensor. Type ini mempunyai prognosis yang buruk karena ada deformitas multiple
yang terkait dengan kurangnya pergerakan aktif.
Secara umum cortical dan antropy cerebral menyebabkan beratnya kuadriparesis dengan
retardasi mental dan microcephaly.
Prenatal
Infeksi intra uterin
Radiasi
Asfiksia intrauterin
Toksemia gravidarum
Perinatal
Anoksia/hipoksia
Perdarahan
Prematuritas
Ikterus
Meningitis purulenta
Post natal
Trauma kepala
meningitis
otak
Bilirubin masuk ke ganglion basal
F. KOMPLIKASI
Kelainan
1. Retardasi mental
2. Epilepsi
Frekuensi
75%
25-50%
75%
3. Kelainan Virus
Strabismus
Spastes atheroid
Kelalinan refraksi
Hemianopsia
25-50%
Hemiplegra
25%
4. Kelainan pendengaran
5. Disartria
25%
Hemiplegra
25%
tidak simetris
8. Skoliosis
9. Dismofogenesis
Hemiplegra
25-50%
Spastik yang berat, spastik athetoid
25-50%
Spastik
25%
Spastik
25%
Spastik
7%
25-50%
G. DIAGNOSIS BANDING
1. Mental subnormal
2. Retardasi motorik terbatas
3. Tahanan volunter terhadap gerakan pasif
4. Kelainan persendian
5. Cara berjalan yang belum stabil
6. Gerakan normal
7. Berjalan berjinjit
8. Pemendekan kongenital pada gluteus maksimus, sastrak nemius atau hamstring
9. Kelemahan otot-otot pada miopati, hipotoni atau palsy erb
10. Lain penyebab dari gerakan involunter
11. Penyakit-penyakit degeneratif pada susunan saraf
12. Kelainan pada medala spinalis
13. Sindrom lain
H. PENGOBATAN / TERAPI
Tapi tidak dapat disembuhkan dan merupakan kelainan yang berlangsung seumur
hidup. Tetapi banyak hal yang dapat dilakukan agar anak bisa hidup semandiri mungkin.
Pengobatan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa berupa :
Terapi fisik
Loraces (penyangga)
Kaca mata
Obat pengendur otot (untuk mengurangi tremor dan kekakuan) : baclofen dan diazepam
Terapi okupasional
Bedah ortopedik / bedah saraf, untuk merekonstruksi terhadap deformitas yang terjadi
Terapi wicara bisa memperjelas pembicaraan anak dan membantu mengatasi masalah
makan
cp yang tumbuh secara normal dan masuk ke sekolah biasa. Anak lainnya memerlukan terapi
fisik yang luas.pendidikan khusus dan selalu memerlukan bantuan dalam menjalani
aktivitasnya sehari-hari.
Pada beberapa kasus, untuk membebaskan kontraktur persendian yang semakin
memburuk akibat kekakuan otot, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pembedahan juga
perlu dilakukan untuk memasang selang makanan dan untuk mengendalikan pefluks
gastroesofageal.
Prognosis
Dinegara yang telah maju misalnya Inggris dan Skandinavia, terdapat 20-25%
pasien palsi serebral sebagai buruh penuh dan 30-50% tinggal di institusi palsi serebral.
Prognosis pasien dengan manifestasi motor yang ringan baik, makin banyak manifestasi
penyertanya dan makin baik berat manifestasi motornya, makin buruk prognosisnya.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identifikasi anak yang mempunyai resiko
Angka kejadian sekitar 1-5 per 1000 anak
2. Jenis kelamin
Laki-laki lebih banyak daripada wanita
3. Kap iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat, perkembangan
pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi yang persisten, ataxic,
kurangnya tonus otot.
4. Monitor respon untuk bermain
5. Kap fungsi intelektual anak
Pemeriksaan Fisik
Muskuluskeletal : - spastisitas
- ataksia
Neurosensory : - gangguan menangkap suara tinggi
- gangguan bicara
- anak berliur
- bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya
- strabismus konvergen dan kelainan refraksi
Eliminasi : - konstipasi
Nutrisi : - intake yang kurang
Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang
Pemeriksaan pendengaran (untuk menetukan status pendengaran)
Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan)
Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes
RASIONAL
Memberikan intake yang adekuat dan
menghindari terjadinya komplikasi /
RASIONAL
Mengurangi terjadinya cidera yang
melaksanakan ADL
kebutuhannya
RASIONAL
Anak dapat meningkatkan kemampuan
dikerjakan anak
RASIONAL
Menurunnya rentang perhatian pasien
sederhana
yang diberikan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cerebral palsy merupakan suatu gangguan non spesifik yang disebabkan oleh
abnormalitas sistem motor piramida yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur
pada serangan awal.
Cerebral palsy bisa disebabkan oleh 3 bagian :
Pranatal
Perinatal
Postnatal
Berdasarkan tanda dan gejala, Cerebral palsy diklasifikasikan dalam dua
kelompok : berdasarkan tipe dan berdasarkan derajat kemampuan fungsional.
Untuk pengobatan pada anak dengan Cerebral palsy dapat dilakukan melalui
banyak terapi, tergantung gejalanya.
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami pengertian
dan etiologi dari Cerebral palsy. Dengan demikian, diharapkan nantinya dapat melakukan
pencegahan dan pengobatan terhadap Cerebral palsy.
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999. Ilmu Kesehatan Anak Volume 3 Edisi 15 Nelson, Jakarta :
EGC
2. Dr. Soetjiningsih, SpAK, 1995. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC
3. Santi Wijaya, Skep. Ns, 1999. Lumpuh Otak, Bandung : http//:id.wikipedia.org
4. Soetomenggolo, Taslim S, 1999. Buku Ajar Neurologi Anak, Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia
5. Supriadi Skp dkk, 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Jakarta : Sagung Seto
6. Yulianto, 2000. Cerebral Palsy Pada Anak, Jakarta : http://www.pediatrik.com. 20 april 2008
7. Wong Donna L, 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Jakarta : EGC