Você está na página 1de 11

SKENARIO A

I. Klarifikasi Istilah
No

Istilah

Arti

Aerobic

Suatu system latihan fisik yang bertujuan untuk meningkatkan


efisiensi pemasukan oksigen kedalam jaringan tubuh.

Lemak

Jaringan adipose membentuk bantalan lunak diantara organ


berperan dalam menghaluskan dan membulatkan kontur tubuh,
serta menyediakan cadangan energy.

Protein

Setiap kelompok senyawa organic kompleks yang mengandung


karbon, hydrogen, oksigen, dan sulfur.

Slimming Tea

Bahan bakunya adalah teh yang dapat menurunkan berat badan.

Body Weight

Common Cold

Influenza ; gangguan berlendir pada saluran napas bagian atas yang


dapat disebabkan oleh virus, infeksi campuran atau reaksi alergi
dan ditandai degan hidung berlendir, peningkatan temperature
badan yang kecil, perasaan menggigil dan rasa kurang enak badan.

Tired

Kekurangan tenaga atau perasaan kehilangan semangat.

Obese

Peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan fisik dan


skeletal akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebih.

10

MCV

Mean Corpuscular Volume, adalah ukuran rata-rata sel darah merah


(80-100 fentoliter)

11

MCH

Mean Corpuscular Hb, kandungan Hb eritrosit rata-rata.

12

Ureum

Produk sisa metabolisme protein yang menandakan bahwa fungsi


ginjal masih normal.

13

Creatinine

Suatu anhidrida keratin, hasil akhir metabolism fosfokreatine


dipakai sebagai indikator diagnostik fungsi ginjal dan massa otot.

14

Uric Acid

Produk akhir katabolisme urin pada primata, meningkatkan kadar


asam urat dikaitkan dengan gout dan nefrolitiasis.

15

BSN

Gula Darah Puasa

16

HbA1c

Mengarah terglikasi Hb (A1c), yang digunakan


mengindentifikasi rata-rata konsentrasi plasma glukosa.

17

HDL

High Density Lipoprotein, kelas lipoprotein plasma yang


mempercepat transport kolesterol dari jaringan ekstra hepatic ke
hati untuk dieksresikan dalam empedu.

untuk

18

LDL

Low Density Lipoprotein, kelas lipoprotein


mengangkut kolesterol ke jaringan ekstra hepatic.

19

Kolesterol

Sterol pada eukariotik yang pada hewan tingkat tinggi merupakan


precursor asam empedu dari hormone steroid, serta merupakan
unsur utama membrane sel.

20

Trigliserida

Senyawa yang terdiri dari tiga molekul asam lemak yang


teresterifikasi menjadi gliserol.

21

Hypochrome

Anemia yang ditandai dengan penurunan Hb sel darah merah yang


tidak proposional dan peningkatan daerah yang pucat pada bagian
tengah sel darah merah. | Tipe anemia yang dikarateristikan oleh
kecilnya volume sel darah merah.

mycrocyter
anemia

plasma

yang

22

Hypopotasium

Kadar kalium yang abnormal rendah dalam darah, dapat


menyebabkan gangguan neuromuscular dan ginjal.

23

Hyponatremia

Defisiensi atau kekurangan kadar natrium dalam darah.

III. Analisis Masalah


1.
2.

Miss. A 36 years old. Her BW is 85 kg and height is 165 cm.


Since a month a go, she always exercises (aerobic, running & swimming) around 2
hours (one hour in the morning and one hour in evening), and she does not eat fat and
protein, she only eat fruits and vegetables and a little rice.
a) 6,1Apa dampak olahraga pada kasus ini?
Dampak dari pelatihan fisik yang berlebihan adalah adanya
ketidakseimbangan antara pelatihan fisik dengan waktu pemulihan.
Pelatihan fisik yang berlebihan dapat berefek buruk pada kondisi
homeostasis dalam tubuh, yang akhirnya berpengaruh juga terhadap
sistem kerja organ tubuh.
Efek dan banyaknya penggunaan kalori dengan olahraga lari &
berenang 2 jam
- AKTIFITAS
Kkal/mnt
- Duduk sambil istirahat
0,7-2,0
- Berjalan
2,0-0,6
- Lari cepat
15 atau lebih
- Lari jarak jauh/Maraton
10 atau lebih
- Balap sepeda
10 atau lebih
Jadi kalau olahraga aerobik 2 jam sehari kalori yang digunakan : 10 x 120 = 1200 kal

Catatan buat anmal obes :


Komplikasi obesitas dan sindroma metabolik DM, Atherosclerosis dan serangan jantung.
Diperburuk miss A sudah prahipertensi
Gangguan menstruasi dengan penurunan berat badan yang drastis kadar kolesterol rendah
menyebabkan gangguan menstruasi (cholesterol adalah precursor hormon estrogen & progesteron
untuk wanita dan untuk laki : androgen)
Idealnya penurunan BB seminggu 0,5-1 kg/minggu

Sebaiknya penurunan asupan kalori sekitar 500-1000 kalori perhari secara bertahap dan minimal
asupan kalori sehari 1200 kalori
Bila 500 x 7 = 3500 : 9 = 389 g. Lemak akan hilang perminggu bila olahraga erobik
Bila 1200 x 7 = 8400 : 9 = 933 g. Lemak akan hilang perminggu bila olahraga aerobik
Idealnya olahraga sekitar - 1 jam perhari dan sebaiknya dipagi hari atau selama masih ada matahari,
dan jangan olahraga setelah matahari terbenam
Miss A : mengalami anemia hypocrome microcyter, kemungkinan kekurangan zat besi, sehingga perlu
memeriksa ferritin, TIBC.
b) 11,6Apa dampak tidak mengonsumsi lemak dan protein?
Tidak mengkonsumsi lemak menyebabkan sulit berkonsentrasi, serng merasa lelah, daya
ingat lemah, dan melemahnya fungsi otak
Tidak mengkonsumsi protein menyebabkan kurangnya pertumbuhan daya tahan
berkurarng, kerusakan pada liver, dan marasmur
Terkait dengan skenario bahwa dia sering mengalami lelah ata lemah.
3.

She also drinks slimming tea everday 2-3 cups, her BW decreases 10 kg a months
(formerly her BW = 95kg). Now she always feels tired and always suffers from common
cold.
a) 6,1Bagaimana penurunan berat badan normal dengan mengonsumsi slimming tea?
1. Penurunan lemak tubuh untuk mencapai berat badan diantara 20% Berat badan ideal
2. Jangan Turunkan BB dengan drastis. (Maksimal 0.5-1 kg/mg)
3.Buatlah kebiasaan makan yang lebih sehat. (Tinggi serat, rendah kalori, rendah lemak
dan gula)
4. Cegah kehilangan otot selama penurunan berat badan.
5.Modifikasi Prilaku & Olahraga teratur
6. Pertahankan penurunan berat badan
7. Bila tidak berhasil gunakan Obat
a. Sibutramin (Reductil)- Sudah ditarik tahun 2010
b. Orlystat
c. Penggunaan Teh ( diuretika & stimulansia)
Setelah mengkonsumsi slimming tea, berat badan memang dapat menurun
secara drastis. Banyak orang yang telah membuktikannya. Wanita yang baru
saja melahirkan adalah konsumen terbanyak yang mengkonsumsi pelangsing ini.
Dengan mengkonsumsi slimming tea berat badan dapat menurun dalam waktu
singkat. Tetapi dibalik semua itu ada efek samping yang berbahaya yang menyerang
kesehatan. Beberapa diantaranya yaitu:
1. Dalam jangka pendek
Efek samping slimming tea dalam jangka pendek diantaranya yaitu timbulnya rasa mual, diare,
muntah. Efek samping ini akan berlangsung selama berhari-hari.
2. Kronis
Jika dikonsumsi dalam waktu yang cukup lama, slimming tea akan mengakibatkan kerusakan usus.
Hal ini dapat memerlukan tindakan operasi untuk membuang usus yang rusak tersebut.
3. Semakin Parah

Jika efek samping yang diberikan tidak ditangani dengan benar dan masih mengkonsumsi pelangsing
tubuh ini, maka efek samping yang ditimbulkan akan semakin parah. Beberapa efek samping
slimming tea dalam kondisi parah diantaranya yaitu pingsan berkelanjutan, detak jantung tidak teratur,
dehidrasi dan dapat menyebabkan kematian.
Efek samping yang diberikan jika Anda mengkonsumsi obat pelangsing ini tentu saja tidak akan
langsung Anda rasakan. Tetapi pada dasarnya tergantung dari hormon dan sistem imun seseorang.
-

4.

Pengaruh minum slimming Tea tiap hariteh bersifat diuretik, sehingga menyebabkan
Hiponatremia & Hipokalemia, yang lebih banyak cairan bukan pembakaran/
mengheluarkan lemak tubuh. Akibatnya ginjal akan kerja keras dan jangka panjang bisa
menyebabkan Gagal ginjal atau Batu ginjal
Slimming tea menghambat penyerangan zat besi dan B1 (Tiamin) anemia
Thiamin sebegai ko factor dari enzim transketolase pada HMP shunt, jadi bila tidak ada
atau sangat urang sehingga akan memperngaruhi pembentukan Ribosa & NADH
Kopi mengandung Caffein (1,3,7-trimetil Xantin)
Coklat mengandung Teobromin (3,7-dimetil xantin)
Teh mengandung Teofilin (1,3-dimetil xantin)
Teofilin juga dipakai sebagai obat untuk pengobatan asthma
Jadi slimming tea karena mengandung Theophylin maka bersifat Stimulasia, jadi pada
orang tertentu sulit tidur dan gelisah serta jantung berdebar-debar dan tekanan darah
meningkat.

Both of her parents are obese.


a) 11,6Bagaimana metabolism tubuh pada orang yang obesitas?

Obesitas dalam tubuh seseorang terjadi karena adanya kelebihan energi yang
disimpan dalam bentuk jaringan lemak.Gangguan keseimbangan energi ini dapat
disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional
(90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal,
sindrom atau defek genetik (meliputi 10%). Pengaturan keseimbangan energi
diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa
lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi, dan regulasi sekresi
hormon.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal
eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari
perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat
anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan
dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan
dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang.Sinyal pendek
mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor
distensi

lambung

dan

peptida

gastrointestinal,

yang

diperankan

oleh

kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar.Sinyal

panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur
penyimpanan dan keseimbangan energi.
5.

The Result of Physical exams: BP : 140/90 mmHg ; RR = 26 x/minute. Pulse Rate: 100
x/minute.
6. The Result : Hb: 9,7 g/dl, MCV = 75 fl MCH = 26 pg ;
Ureum : 50 mg/dl, Creatinine 1,1 mg/dl ; Uric acid : 5 mg/dL
BSN : 80 mg/dl, HbA1c : 5 %
Total Kolesterol: 80 Mg/dl, HDL: 60 mg/dl, LDL : 60 mg/dl, Trigliserida : 90 mg/dL
Na(Sodium) : 115 mEq/L, K(Potassium) : 2 mEq/L
a) 6,1Bagaimana interpretasi BSN dan HbA1c?
Ket : dampak,kadar normal, hubungan
NILAI NORMAL RUJUKAN Laboraturium RSMH
Nilai Hb Normal perempuan : 11.7 15.5 g/dl ; MCH = 28 32pg : MCV = 85-95 fl
Nilai normal BSN : 70-110 mg/dl HbA1c : <6.5%
Ureum/urea : 16.6 48.5 mg/dL ; Kreatinine ; 0.5 0.9 mg/dL ; asam urat <5.7mg/dL
Cholesterol : <200 mg/dL ; LDL ; < 100 mg/dL HDL : >65 mg/dL; Trigliserida: <150
mg/dL
N natrium : 136-155 mEq/L. Nilai kritis < 120 atay > 160 mEq/L
Kalium : 3.6 5.5 mEq/L. Nilai kritis <2.5 atay >6 mEq/L
- Hba1c% Berat Glukosa Darah (mg/dL)
interpretasi glukosa plasma rata2
- 4
61
65
- 5
92
100
- 6
124
135
- 7
156
170
- 8
188
205
- 9
219
240
- 10
251
275
- 11
283
310
- 12
314
345
rentang non diabetes
Target untuk mengendalikan diabetes
Tindakan yang disarankan menurut pedoman ADA
7. The doctor diagnose Miss A with hypochrome mycrocyter anemia with hypotasium and
hyponatremia ec drastically reducing body weight.
a) 11,6Bagaimana patofisiologi hypochrome mycrocyter anemia?
1. Anemia defisiensi besi terjadi dalam 3 tahap
a. Tahap perelaten, dimana yang terjadi penurunan hanya kadar feritin (simpanan
besi)
b. Tahap laten, dimana feritin dan saturasi transferin turun (terapi Hb masih normal)
c. Tahap def. besi, dimana feritin, saturasi transferin dan Hb turun (eritrosit menjadi
mikrositik hipokrom)
2. Anemia pada penyakit kronis
Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada penyakit primer
yangmendasarinya. Perbedaan anemia ini dengananemia defisiensi besi tampak padda
feritin yang tinggi dan TIBC yang rendah
3. Anemia sideroblastik

Terjadi karena adanya gangguan pada rantai protoporifin. Menyebabkan besi yang
ada di sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam eritrosit yang baru
terbentuk dan menumpuk pada mitokondria perinukleus.
4. Thalasemia
Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia dapat terjadi karena
sintesis Hb yang abnormal dan juga karena berkurangnya kecepatan sintesis rantai alfa
atau beta yang normal
b) 6,1Bagaimana tatalaksana hypochrome mycrocyter anemia?
1. Anemia defisiensi besi
a. Terapi besi oral
Berhasilnya terapi anemia defesiensi besi dengan preparat besi oral akan mengakibatkan
retikulositosis yang cepat dalam waktu kira-kira satu minggu, peningkatan kadar hemoglobin
yang berarti dalam 2-4 minggu, dan perbaikan anemia yang sempurna dalam 1-3 bulan. Terapi
harus dilanjutkan selama 3-6 bulan untuk mengisi kembali cadangan besi tubuh.
b. Terapi besi parenteral
Biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan besi oral. Besisorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuskular. Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara
injeksi intramuskular. Ferri hidroksida-sukrosa dberikan secara injeksi intravena lambat atau
infus.
c. Pengobatan lain
Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein dari protein
hewani. Vitamin C diberikan 3 x 100mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi. Transfusi
darah, pada anemia def. besi dan sideroblastik jarang dilakukan (untuk menghindari
penumpukan besi pada eritrosit)
2. Anemia pada penyakit kronik. Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati penyakit ini,
sehingga pengobatan ditunjukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia menjadi berat,
dapat dilakukan transfusi darah pemberian eritropoitein.
3. Anemia sideroblastik. Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan veneseksi dan
pemberian vit B6 (pyriodoxal fosfat). Setiap unti darah yang hilang pada veneseksi mengandung
2001250 mg besi.
4. Thalasemia. Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10 g/dL. Tetapi
transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi, sehingga perlu dilakukan
terapi kelasi besi.
NAMA : NICHO SAPUTRA NUGRAHA
KELAS : ALPHA 2014
NIM : 04011181419045

METABOLISME LIPOPROTEIN
Lipoprotein
Cluster lipid terkait dengan protein yang berfungsi sebagai alat transportasi untuk lipid dalam
darah dan getah bening. Lipoprotein terbagi atas :
Chylomicrons
VLDL Very low density lipoprotein
IDL Intermediate density lipoprotein

LDL Low density lipoprotein


HDL High density lipoprotein
Lipoprotein Dibedakan oleh ukuran dan kepadatan masing-masing berisi berbagai jenis dan
jumlah lemak dan protein. Semakin banyak lemak, semakin rendah kerapatan. Semakin banyak
protein, semakin tinggi densitas .

Lipids (%) in Plasma Lipoproteins

Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur metabolisme eksogen, jalur
metabolisme endogen, dan jalur reverse cholesterol transport. Kedua jalur pertama berhubungan
dengan metabolisme kolesterol-LDL dan trigliserid, sedang jalur reverse cholesterol transport khusus
mengenai metabolisme kolesterol-HDL.
Jalur Metabolisme Eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan kolesterol. Selain kolesterol
yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresikan bersama
empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari
hati disebut lemak eksogen.
Jalur Metabolisme Endogen
Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai
lipoprotein VLDL. Apolipoprotein yang terkandung dalam VLDL adalah apolipoprotein B100. Dalam

sirkulasi, trigliserid dalam VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan
VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL.
Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah
lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol dalam LDL akan
dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang
mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian lagi dari kolesterol-LDL akan mengalami
oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SRA) di makrofag dan akan menjadi sel busa
(foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami
oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari
kadar kolesterol yang terkandung di LDL.
Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat okdidasi seperti :
Meningkatnya jumlah LDL kecil padat (small dense LDL) seperti pada sindrom metabolik dan
diabetes melitus.
Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol HDL akan bersifat protektif terhadap oksidasi
LDL.
Jalur Reverse Cholester
Transport Suatu proses yang membawa kolesterol dari jaringan kembali ke hepar. HDL
merupakan lipoprotein yang berperan pada jalur ini.
Dapus
IT Biochemistry Lipoprotein & Dyslipidemia dr. LIN
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21914/4/Chapter%20II.pdf

Anemia Mikrositik Hipokrom Dengan Hiponatremia dan Hipokalemia


Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung konsentrasi
hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35
%). Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
1) Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.
2) Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.
3) Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.

PATOFISIOLOGI ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM


1. Anemia defisiensi besi terjadi dalam 3 tahap
a. Tahap perelaten, dimana yang terjadi penurunan hanya kadar feritin (simpanan besi)
b. Tahap laten, dimana feritin dan saturasi transferin turun (terapi Hb masih normal)
c. Tahap def. besi, dimana feritin, saturasi transferin dan Hb turun (eritrosit menjadi mikrositik
2.

hipokrom)
Anemia pada penyakit kronis
Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada penyakit primer yangmendasarinya.

Perbedaan anemia ini dengananemia defisiensi besi tampak padda feritin yang tinggi dan TIBC yang
rendah.
3. Anemia sideroblastik
Terjadi karena adanya gangguan pada rantai protoporifin. Menyebabkan besi yang ada di
sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam eritrosit yang baru terbentuk dan menumpuk
pada mitokondria perinukleus.
4. Thalasemia
Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia dapat terjadi karena sintesis Hb yang
abnormal dan juga karena berkurangnya kecepatan sintesis rantai alfa atau beta yang normal.
PENATALAKSANAAN ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM
1. Anemia defisiensi besi
a. Terapi besi oral
Berhasilnya terapi anemia defesiensi besi dengan preparat besi oral akan mengakibatkan
retikulositosis yang cepat dalam waktu kira-kira satu minggu, peningkatan kadar hemoglobin
yang berarti dalam 2-4 minggu, dan perbaikan anemia yang sempurna dalam 1-3 bulan. Terapi
harus dilanjutkan selama 3-6 bulan untuk mengisi kembali cadangan besi tubuh.
b. Terapi besi parenteral
Biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan besi oral. Besisorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuskular. Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara
injeksi intramuskular. Ferri hidroksida-sukrosa dberikan secara injeksi intravena lambat atau
infus.
c. Pengobatan lain

Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein dari protein
hewani. Vitamin C diberikan 3 x 100mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi. Transfusi
darah, pada anemia def. besi dan sideroblastik jarang dilakukan (untuk menghindari
penumpukan besi pada eritrosit)
5. Anemia pada penyakit kronik. Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati penyakit ini,
sehingga pengobatan ditunjukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia menjadi berat,
dapat dilakukan transfusi darah pemberian eritropoitein.
6. Anemia sideroblastik. Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan veneseksi dan
pemberian vit B6 (pyriodoxal fosfat). Setiap unti darah yang hilang pada veneseksi mengandung
2001250 mg besi.
7. Thalasemia. Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10 g/dL. Tetapi
transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi, sehingga perlu dilakukan
terapi kelasi besi.
HIPERNATREMIA
Hiponatremia adalah tingkat natrium di bawah 135 mEq / L tetapi sebenarnya kelebihan air,
tanpa efek dari jumlah total natrium tubuh. Hipotonisitas selalu dikaitkan dengan hiponatremia,
sedangkan hiponatremia dapat dikatakan hiper, iso atau hipotonik.
Hypertonic hiponatremia disebabkan oleh partikel osmotik aktif dalam cairan ekstraseluler
(seperti glukosa) dan pergeseran air dari intraseluler cairan ekstrasel sebagai hasilnya. Dengan

demikian, natrium serum rendah disertai dengan normal atau tinggi osmolalitas.
Isotonik hiponatremia juga disebut pseudohyponatremia karena artefak yang disebabkan oleh

lipid tinggi atau protein dalam serum.


Hiponatremia juga hipotonik adalah dengan natrium di bawah 125 mEq / L dan serum
osmolalitas bawah 0.250 Osm / kg.
Hiponatremia selanjutnya dapat dibagi menjadi hipovolemik (GI, kerugian ginjal atau ketiga-

space), negara euvolemic dan negara hipovolemik (CHF, sindrom nefrotik, sirosis).
HIPOKALEMIA
Potasium/kalium (K+) adalah kation mayor dalam tubuh, di dalam sel jaringan dengan kadar
sekitar 150 mmol/L. Kadar dalam intraselular yang tinggi harus dipertahankan karena K+ berdifusi
sangat lambat keluar dari membran sel, sedangkan Na-K-ATPase pump membutuhkan energi dari
hasil oksidatif, secara terus-menerus membawa K+ ke dalam sel melawan gradien konsentrasi. Pompa
tersebut merupakan faktor penting untuk mempertahankan pengaturan gradien ion yang dibutuhkan
untuk transmisi impuls syaraf, kontraktilitas otot jantung dan skeletal. Sekitar 98% total kalium tubuh
ditemukan dalam rongga ICW (intracellular waters) yang akan mencapai kadar sekitar 150160
mmol/L. Dalam rongga ECW (extracellular waters) kadar kalium hanya 3,55,0 mmol/L.1,2
Abnormalitas kadar potasium plasma akan terjadi bukan hanya karena abnormalitas total
kalium tubuh, tetapi juga karena pertukaran kalium antara kompartemen ekstraselular dan intraselular.
Sebanyak 98% kalium total dalam tubuh berada dalam intraselular, maka pertukaran (shiff) efeknya
lebih terlihat pada kalium plasma. Alkalosis menyebabkan terjadinya penurunan kadar kalium tubuh
karena kalium bergerak dari rongga ekstraselular ke intraselular. Pada sel nefron distal ginjal,

kenaikan kalium intraselular tersebut menstimulasi sekresi kalium dan karenanya meningkatkan
ekskresi kalium renal.
Kelainan metabolisme kalium (hipokalemia dan alkalosis metabolik) dapat terjadi pada
congenital pottasium wasting seperti pada sindrom Bartters, Gitelmans, Liddles. Dapat juga terjadi
pada adrenal hiperplasia kongenital, hiperaldosteronisme dan lain-lain. Kami akan melaporkan suatu
kasus dengan diagnosa banding: sindrom Bartters, Gitelmans, Liddles, hiperaldosteronisme, cystic
fibrosis,3-17 pada pasien wanita berusia 45 tahun.
Dapus
IT Metabolisme Mineral dr. Kusumo
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22921/4/Chapter%20II.pdf
http://eprints.undip.ac.id/43853/3/Elsa_G2A009017_BAB_2.pdf

Você também pode gostar