Você está na página 1de 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makhluk hidup mengalami pertumbuhan berupa bertambahnya tinggi
badan dan juga diameter tubuh. Manusia juga mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Tubuh bayi yang baru lahir tentu sangat berbeda dengan tubuh
orang dewasa. Sejalan dengan waktu, bukan hanya ukuran tubuh saja yang
menjadi lebih besar namun begitu pula dengan mental atau psikologinya juga
menjadi semakin matang. Tidak seperti pada makhluk hidup lain, manusia
berkembang bukan hanya menyangkut masalah kemampuan berkembang biak,
tetapi banyak aspek lainnya. Seperti kemampuan berpikir dan emosional.
Hormon pertumbuhan pada manusia atau yang disebut dengan hGH
(Human Growth Hormone) adalah suatu hormon anabolik yang berperan sangat
besar dan penting dalam pertumbuhan dan pembentukan tubuh, terutama pada
masa kanak- kanak hingga masa pubertas. Growth Hormone berperan
meningkatkan ukuran dan volume dari otak, rambut, otot dan organ-organ di
dalam tubuh. GH juga bertanggung jawab atas pertumbuhan manusia sejak dari
kecil sampai dia tumbuh besar. Bertambahnya tinggi dan berat badan merupakan
peran dari hormon ini. Kelebihan dan kekurangan hormon ini akan diikuti juga
dengan kelainan pada tubuh.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Hipotalamus dan Kelenjar Pituitari

Gambar 1, Anatomi Hipotalamus dan Pitutari

a.

Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian dari otak besar, ujung depan bawah
(diencefalon), terletak di bawah ulkus hipotalamus dan merupakan
lantai dari ruang ventrikel ke III. Hipotalamus menjalankan
pengaruhnya melalui kelenjar hipofisis anterior dengan neurosekresi
dari sel neurosekresi yang akson-aksonnya menjulur ke dalam
eminensia mediana. Badan sel neuron secara individu dan akson yang
mengandung hormon hipofisiotropik khusus atau hormon pelepas
(releasing hormon- RH), pengangkutan lokalnya lewat pembuluh
darah porta hipofisis memungkinkan adanya pengendalian aktivitas
sintesis dan sekresi kelenjar hipofisis anterior. Hormon hipofisis yang

dikenal sebagai hormon pelepas yang diketahui mengatur sekresi


hormon kelenjar hipofisis anterior adalah: hormon pelepas FSH (FSHRH), hormon pelepas LH (LH-RH), hormone penghambat prolaktin
(PIH), hormon pelepas prolaktin (PRH), hormon pelepas thirotropin
(TSH-RH), hormon pelepas hormon pertumbuhan atau somatotropin
(STH-RH), dan hormon pelepas kortikotrofin (ACTH-RH).

Gambar 2, Anatomi Kelenjar Pituitari

b. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari yang juga disebut sebagai hipofisis, merupakan
kelenjar kecil dengan diameternya kira-kira 1cm dan beratnya 0,5-1 g
yang terletak di sela tursika, rongga tulang pada basis otak, dan
dihubungkan dengan Hypothalamus oleh tangkai pituitari (atau
hipofisis). Secara fisiologis, kelejar hipofisis dapat dibagi menjadi dua
bagian yang berbeda: hipofisis anterior, yang juga di kenal sebagai
adenohipofisis, dan hipofisis posterior, yang juga dikenal sebagai
neurohipofisis. Di antara kedua bagian ini terdapat daerah kecil, yang
relatif avaskular yang disebut sebagai pars intermedia, yang pada
manusia hampir tidak ada tapi pada jenis hewan tingkat rendah
ukurannya jauh lebih besar dan lebih berfungsi.

Hormon Hipofisis posterior disintesis oleh badan sel di dalam


Hipothalamus. Badan sel yang menyekresi hormon hipofisis posterior
tidak terletak di dalam kelenjar hipofisis posterior itu sendiri tetapi
dalam neuron besar, disebut neuron magnoselular, yang terletak di
nukleus supraoptik dan nuklei paraventrikular hipothalamus. Hormon
tersebut kemudian diangkut ke dalam aksoplasma serabut saraf neuron
yang berjalan dari hipothalamus ke kelenjar hipofisis anterior.
Pembuluh Darah Porta Hipothalamus-Hipofisis pada kelenjar
Hipofisis Anterior. Kelenjar hipofisis anterior merupakan kelenjar
yang mempunyai banyak sekali pembuluh darah dengan sinus kapiler
yang sangat luas di antara sel-sel kelenjar. Hampir semua darah yang
memasuki sinus ini mula-mula akan melewati ruang kapiler (capilary
bed) dibagian bawah hipothalamus. Darah kemudian melewati
pembuluh porta hipothalamus-hipofisis kecil ke sinus hipofisis
anterior. Bagian bawah hipothalmus yang disbut eminensia mediana,
yang bagian inferiornya berhubungan dengan tangkai hipofisis. Arteri
kecil menembus ke dalam substansi eminensia mediana dan kemudian
pembuluh darah tambahan yang lain kembali ke permukaan eminensia,
bersatu untuk membentuk pembuluh darah porta hipothalamushipofisis. Pembuluh darah ini akan berjalan ke bawah sepanjang
tangkai hipofisis untuk mengalirkan darah ke sinus hipofisis anterior.
Hormon pelepas dan Hormon Penghambat Hipothalamus
Disekresikan ke dalam Eminensia Mediana. Neuron khusus didalam
hipothalamus mensintesis dan menyekresi hormon pelepas dan hormon
penghambat hipothalamus mengatur sekresi hormon hipofisis anterior.
Neuron

ini

berasal

dari

berbagai

bagian

hipothalamus

dan

mengirimkan serabut sarafnya ke eminensia mediana dan tuber


sinereum, suatu perluasan jaringan hipothalamus ke tangkai hipofisis.
Bagian ujung serabut saraf ini berbeda dengan kebanyakan ujung
serabut sraf yang ada di sistem saraf pusat; fungsi serabut ini disistem
saraf pusat bukan untuk menghantarkan sinyal dari satu neuron ke

neuron yang lain, namun hanya menyekresikan hormon pelepas dan


hormon penghambat hipothalamus ke dalam cairan jaringan. Hormonhormon ini segera di absorbsi ke dalam kapiler sistem porta
hipothalamus-hipofisis dan langsung diangkut ke sinus kelenjar
hipofisis anterior.
Daerah Spesifik di Hipothalamus Mengatur Sekresi Hormon
Pelepas dan Penghambat Hipotalamus yang Spesifik. Semua atau
sebagian besar hormon hipothalamus disekresi pada ujung serabut
saraf yang terletak didalam eminensia mediana sebelm diangkut ke
kelenjar

hipofisis

anterior.

Perangsangan

listrik

didaerah

ini

merangsang ujung saraf dam menyebakan pelepasan semua hormon


hipothalamus. Akan tetapi, badan sel neuron yang menyebar ke
eminensia mediana ini terletak didaerah khusus di hipothalamus atau
daerah yang berdekatan dengan bagian basal otak. Tempat yang spesfik
dari badan sel neuron yang membentuk berbagai hormon pelepas dan
hormon penghambat hipothalamus ini masih belum diketahui
seluruhnya.
2. Embriologi Kelenjar Hipofisis

Gambar 3, Perkembangan Kantung Rathke dan Infundibulum pada minggu


ke-3
5

Hipofisis atau kelenjar pituitary berkembang dari dua bagian yaitu


dari sebuah kantong ektoderm dari stomadeum tepat di depan Membrana
Buccopharyngealis, terdapat kantong ectoderm stomadeum yang dikenal
sebagai Kantong Rathke, dan dari perluasan diensefalon ke bawah, yaitu
infundibulum.
Ketika mudigah berumur kurang lebih 3 minggu, kantong rathke
terlihat sebagai evaginasi dari kavum oral (rongga mulut), dan selanjutnya
tumbuh ke dorsal ke arah infundibulum. Pada akhir bulan ke-2, kantong
ini kehilangan hubungannya dengan kavum oral dan kemudian
berhubungan erat dengan infundibulum.
Selama perkembangan selanjutnya, sel-sel pada dinding anterior
dari kantong rathke bertambah banyak jumlahnya dan membentuk lobus
anterior hipofisis atau adenohipofisis. Sebuah perluasan kecil dari lobus
ini, pars tuberalis, tumbuh di sepanjang tangkai infundibulum dan
akhirnya mengelilingi infundibulum. Dinding posterior kantong rathke
berkembang menjadi pars intermedia, yang pada manusia tampaknya tidak
begitu penting
Dari diencephalon akan tumbuh tunas Neurohipofiseal ke arah
Stomadeum. Tunas ini disebut juga Infundibulum. Infundibulum

menghasilkan tangkai dan pars nervosa atau lobus posterior hipofisis


(neurohipofisis). Bagian ini tersusun dari sel-sel neuroglia. Di samping itu
bagian ini juga mengandung sejumlah serat saraf yang datang dari daerah
hypothalamus.
Pada manusia, hipofisis terbagi menjadi dua bagian besar,
adenohipofisis dan neurohipofisis. Adenohipofisis terbagi lagi menjadi 3

Gambar 4, Perkembangan Bakal Hipofisis pada bulan ke-2

lobus, pars distalis (lobus anterior), pars intermedia (lobus intermedia),


dan pars tuberalis. Lobus intermedia berkembang dengan sangat baik pada
hampir semua mamalia, hanya pada manusia dewasa menjadi vestige
rudimenter, dengan bagian terbesar dan sel-sel lobus intermedia yang
terdispersi pada lobus anterior dan posterior.
Neurohipofisis terdiri dari pars nervosa (dikenal sebagai lobus
posterior atau neural), tangkai infundibulum, dan median eminence.
Batang atau tangkai infundibular dikelilingi oleh pars tuberlaris, dan
bersama membentuk tangkai hipofisea. Kelenjar hipofisis ini terletak pada
sella tursika (the Turkish saddle) dari tulang sphenoid dan berada di dasar
hipotalamus.
Lobus anterior dan lobus intermedia dari hipofisis berasal dari
invaginasi dorsal epithelium the pharyngeal, yang disebut kantong ratkhe,
sebagai respon dari penekanan neuroepithelium diencephalon ventral.
3. Fisiologi Kelenjar Hipofisis

a. Hormon Hipofisis Anterior


Kelenjar Hipofisis: Dua Bagian yang Berbeda Lobus Anterior dan
Posterior. Kelenjar pituitari yang juga disebut sebagai hipofisis.
Secara embriologis, kedua bagian hipofisis berasal dari dua sumber

Gambar 5, Anatomi Kelenjar Hipofisis

yang berbedahipofisis anterior,berasal dari kantong Rathke, yang


merupakan invaginasi epitel faring sewaktu pembentukan embrio, dan
hipofisis posterior berasal dari penonjolan jaringan saraf hipotalamus.
Asal mula hipofisis anterior dari epitel faring ini dapat menjelaskan
sifat epiteloid sel-selnya, sedangkan asal mula hipofisis posterior dari
jaringan neural dapat menjelaskan adanya sejumlah besar seal tipe glia
dalam kelenjar ini.
Enam hormon peptida yang penting ditambah beberapa hormon
yang kurang penting disekresikan oleh hipofisis anterior, dan dua
hormon peptida penting disekresikan oleh hipofisis posterior. Hormon
yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior berperan penting dalam
pengaturan fungsi metabolik di seluruh tubuh, seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar berikut.

8
Gambar 6, Fungsi Metabolik Hormon-hormon Kelenjar Hipofisis
Anterior

Hormon pertumbuhan meningkatkanan pertumbuhan seluruh


tubuh dengan carat me-mengaruhi pembentukan protein,

pembetahan sel, dan diferensiasi sel.


Adrenokortikotropin (kortikotropin) mengatur sekresi beberapa
hormone :
1. Thyroid-stimulating

hormone

(tirotropin)

mengatur

kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar


tiroid, dan hormon ini mengatur kecepatan sebagian besar
reaksi kimia dalam tubuh.
2. Prolaktin meningkatkan pertumbuhan kelenjar payudara
dan produksi air susu.
3. Dua jenis hormon

gonadotropin,

follicle-stimulating

hormone dan luteinizing hormone, mengatur pertumbuhan


ovarium

dan

testis,

serta

aktivitas

hormonal

dan

reproduksinya. Kedua hormon yang disekresikan oleh


kelenjar hipofisis posterior ini mempunyai peran lain.
Hormon antidiuretik (juga disebut vasopresin)
mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin sehingga
membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.

Oksitosin membantu menyalurkan air susu dari kelenjar


payudara

ke

kemungkinan

outing

susu

membantu

selama

pelahiran

pengisapan,
bayi

pada

dan
akhir

kehamilan.
b. Sel-sel di Kelenjar Hipofisis
Kelenjar Hipofisis Anterior Mengandung Beberapa Jenis Sel
Berbeda yang Mensintesis dan Menyekresi Hormon. Biasanya,
terdapat satu jenis sel untuk setiap hormon utama yang dibentuk datam
kelenjar hipofisis anterior. Dengan menggunakan metode pulasan
khusus yang terikat pada antibodi dengan afinitas tinggi, yang
berikatan dengan jenis hormon berbeda, setidaknya ada lima jenis sel
yang dapat dibedakan.

Gambar 7, Struktur Seluler Kelenjar Hipofisis


Anterior

Hormon yang diproduksi sell setiap jenis sel, dan kerja fisiologis sel.
Kelima jenis sel ini adalah:
1. Somatotropikhormon pertumbuhan manusia (GH)

10

2. KortikotropikAdrenokortikotropin (ACTH)
3. Tirotropikthyroid-stimulating hormone (TSH)
4. Gonadotropikhormon gonadotropin, termasuk luteinizing
hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH)
5. Laktotropikprolaktin (PRL)
Kira-kira 30 sampai 40 persen sel kelenjar hipofisis anterior
merupakan sel jenis somatotropik yang menyekresi hormon
pertumbuhan, dan kira-kira 20 persen merupakan jenis kortikotropik
yang menyekresi ACTH. Set jenis lain masing-masing hanya 3 sampai
5 persen dari seluruh sel kelenjar ini; namun, sel-sel ini menyekresi
hormon yang sangat kuat untuk mengatur fungsi tiroid, fungsi seksual,
dan sekresi air susu dari payudara.
Sel jenis somatotropik sangat kuat dipulas dengan pulasan asam
dan oleh karenanya disebut asidofilik. Jadi, tumor kelenjar hipofisis
yang menyekresi banyak sekali hormon pertumbuhan manusia disebut
sebagai tumor asidofilik.
c. Hormon Hipofisis Posterior
Hormon Hipofisis Posterior Disintesis oleh Badan Sel di dalam
Hipotalamus. Badan sel yang menyekresi hormon hipofisis posterior
tidak terletak di dalam kelenjar hipofisis posterior itu sendiri tetapi
dalam neuron besar, disebut neuron magnoselular, yang terletak di
nukleus supraoptik dan paraventrikular hipotalmus. Hormon tersebut
kemudian diangkut di dalam aksoplasma serabut saraf neuron yang
berjalan dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis posterior.
Hipotalamus Mengatur Sekresi Kelenjar Hipofisis. Hampir semua
sekresi kelenjar hipofisis diatur baik oleh hormon atau sinyal saraf
yang berasal dari hipotalamus. Bila kelenjar hipofisis ini diangkat dari
letak normalnya di bawah hipotalamus dan ditransplantasikan ke

11

beberapa bagian tubuh lain, kecepatan sekresi berbagai hormon yang


berbeda (kecuali prolaktin) akan sangat menurun.
Sekresi kelenjar hipofisis posterior diatur oleh sinyal saraf yang
berasal dari hipotalamus dan berakhir dihipofisis posterior. Sebaliknya,
sekresi kelenjar hipofisis anterior diatur oleh hormon yang disebut
hormon (atau faktor) pelepas hipotalamus dan hormon (faktor)
penghambat hipotalamus yang disekresikan ke dalam hipotalamus
sendiri dan selanjutnya dijalarkan ke hipofisis anterior, melalui
pembuluh darah kecil yang disebut pembuluh darah porta hipotalamushipofisis.

Gambar 8, Sistem Porta Hipotalamus-Hipofisis

Di dalam kelenjar hipofisis anterior, hormon pelepas dan hormon


penghambat ini bekerja terhadap sel kelenjar dan mengatur sekresi
kelenjar tersebut.
Hipotalamus menerima sinyal dari banyak sumber 'dalam sistem
saraf. Jadi, bila seseorang mendapat rangsangan nyeri, sebagian sinyal
nyeri itu akan dijalarkan ke hipotalamus. Demikian juga, bila
seseorang menderita depresi atau kegembiraan yang sangat kuat,
sebagian sinyal itu akan dijalarkan ke hipotalamus. Rangsangan

12

penghidu yang merupakan bau yang menyenangkan atau yang tidak


menyenangkan akan menjalarkan komponen sinyal yang kuat secara
langsung dan melewati nukleus amigdala ke hipotalamus. Bahkan
kosentrasi bahan makanan, elektrolit, air, dan berbagai hormon yang
ada di dalam darah dapat merangsang atau menghambat berbagai
bagian hipotalamus. Jadi, hipotalamus merupakan pusat pengumpul
informasi mengenai kesehatan bagian dalam tubuh, dan sebagian besar
informasi ini di gunakan untuk mengatur sekresi sebagian besar
hormone hipofisis yang sangat penting.

4. Histologi Kelenjar Hipofisis


Disebut juga sebagai kelenjar pituitary. Kata hipofisis berasal dari bahasa
yunani, hypo yang berarti dibawah dan physis yang berarti pertumbuhan. Kelenjar
hipofisis terletak di hipofiseal fossa sella tursika di tulang spenoidale dengan
tangkai pituitary (infundibulum). Berat kelenjar hipofisis adalah 0,5 gr dengan
diameter 1-5 cm dan ukuran normal pada manusia 10 x 13 x 16 mm. (Guyton &
Hall, 2008)

Gambar 9, Kelenjar Hipofisis. Secara histologis kedua bagian kelenjar


hipofisis menggambarkan asalnya, seperti yang tampak pada
perbesaran lemah potongan tersebut. Tangkai infundibulum (IS) dan
pars nervosa (PN) neurohipofisis menggambarkan jaringan SSP

13

Selama embryogenesis, sebagian hipofisis berkembang dari kavitas oral


primitive (ektoderm oral) dan sebagian lagi berasal dari jaringan saraf.
1. Infundibulum dan kantong Rathke berkembang dari lapisan
ektoderm neural dan ektoderm oral
2. Kantong Rathke menyempit di bagian basal
3. Kantong Rathke terpisah dari epitel oral
4. Adenohipofisis terbentuk dari pengembangan dari pasr distalis,
pars tuberalis, dan pars intermedia sementara neurohipofisis
terbentuk dari perkembangan pars nervosa, batang infundibulum
dan eminensia mediana.
Kelenjar hipofisis dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang berbeda, yaitu
1. Adenohipofiis (hipofisis anterior) Hanya terdiri dari epitel kelenjar
(adeno artinya kelenjar). Merupakan bagian dari hipofisis yang
berkembang dari ektoderm. Terdapat pars distalis, pars tuberalis,
dan pars intermedia.
2. Neurohipofisis (hipofisis posterior) Merupakan bagian dari
hipofisis yang berkembang dari jaringan saraf. terdapat pars
nervosa, bagian yang paling besar dan infundibulum yang terdiri
dari eminentia mediana dan stem.

14

A. Hipofisis Anterior (Adenohipofisis)

Pars distalis
Bagian utama dari kelenjar hypofisis krn meliputi 75% dari seluruh
kelenjar
Dengan sedian yang diberi pewarnaan HE dapat dibedakan menjadi 2
macam sel :
1. Sel chromophobe (Sel utama)
Sitoplasma tidak menyerap bahan warna sehingga tampak intinya
saja, ukuran selnya kecil. Sel ini biasanya berkelompok dibagian
tengah dari lempengan sel chromofil sehingga ada dugaan bahwa sel
ini merupakan sel yang sedang tidak aktif dan nantinya dapat berubah
menjadi sel acidofil atau sel basofil pada saat diperlukan.
2. Sel Acidophil
Ukuranya lebih besar dengan batas yang jelas dan dengan
pewarnaan

HE

rutin

sitoplasmanya

berwarna

merah

muda.

Berdasakan reaksinya terhadap bahan cat, dapat dibedakan menjadi 2


sel :
a. Sel orangeophil (alpha acidophil = sel somatrotope)
Sel ini dapat dicat dengan orange-G, menghasilkan hormon
GH
b. Sel carminophil (epsilon acidhophil = sel mammotrope)
Sel ini bereaksi baik terhapat cat azocarmin. Jumlah sel ini
meningkat selama dan setelah kehamilan. Hormon yang
dihasilkan hormon prolaktin.
c. Sel Basophil
Sel ini memiliki inti lebih besar dari sel acidiphil dan dengan
pewarnaan HE sitoplasmanya tampak berwarna merah ungu atau
biru. Bila memakai pengecatan khusus aldehyde fuchsin, dapat
dibedakan 2 macam sel :
1. Sel Beta Basophil (sel thyrotrophic)
Sel ini tercat baik dengan aldehyde fuchsin dan
menghsilkan hormon thyrotropik hormone
2. Sel Delta Basophil

15

Dengan perwarnaan aldehyde fuchsin tidak tercat


dengan baik. Berdasarkan hormon yang dibentuk, diduga
sel ini ada 3 macam:
a. Sel Gonadotrophin type 1. Sel ini menghasilkan
FSH.
b. Sel Gonadotropin type 2. Sel ini menghasilkan
LH
c. Sel Corticotrophic.Sel ini menghasilkan hormon
ACTH, pada

manusia

sel ini

membentuk

melanocyte stimulating hormone ( MSH).

(A)

(B)

(C)

Gambar 10, Pars Distalis : Asidofil, basofil, krofomob. (a,b): Sebagian besar metode penulisan
umum hanya memungkinkan penggolongan sel parenkim pars distalis menjadi pars asidofil (A),
basofil (B) dan kromofob (C) dan sitoplasmanya terpulas lemah, 400x.

Pars Tuberalis
Merupakan

daerah

berbentuk

corong

yang

mengelilingi

infundibulum neurohipofisis, kebanyakan sel pars tuberalis berupa sel


gonadotropic basofilik yang mensekresi hormone penstimulasi folikel

(FSH) dan hormone Luteinisasi (LH)


Pars Intermedia
Bagian hipofsis ini pada manusia mengalami rudimenter, dan
tersusun dari suatu lapisan sel tipis yang berupa lempengan lempengan
yang tidak teratur dan gelembung yang berisi koloid. Pada manusia diduga
membentuk melanocyte stimulating hormon ( MSH ) yang akan

16

merangsang kerja sel melanosit untuk membentuk pigmen lebih banyak.


Tetapi hal ini masih dalam penelitian lebih lanjut.

Gambar 11, Pars Intermedia. Pars intermedia (PI) berada diantara pars distalis (PD) dan pars
nervosa (PN) dengan sejumlah sel basofilik (B) yang biasanya menginvasi pars nervosa. Sisa lumen
kantong hipofisis embrionik biasa

B. Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)


Dalam hipofisis posterior, ujung ujung akson supraoptik dan
paraventrikularis dapat diamati berhubungan erat dengan pembuluh darah.
Ujung ujung saraf tersebut tampak seperti batang batang berbentuk seperti
susunan pagar.
Hipofisis

posterior

atau

neurohipofisis

berkembang

dari

infundibulum yang merupakan perpanjangan ke bawah dari ektoderm


neural. Kelenjar ini muncul sebagai ekstruasi ke bawah dari hipotalamus.
Secara histologis, kelenjar hipofisis berkembang dari jaringan saraf dan
terdiri dari pars nervosa dan infundibulum (tangkai neural).

17

Pars Nervosa
Tampak

sel

akson

akson

tak

bermielin

dari

traktus

hipotalamohipofiseal. Sel akson akson tanpa mielin tersebut yang


menghasilkan oksitosin yang menimbulkan kontraksi pada miometirum
dan sel mioepitel kelenjar payudara serta mengahsilkan vasopresin atau
ADH yang menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na dan air pada tubulus
ginjal. Diantaranya terdapat sel sel glia dan pituisit yang mengisi 25% dari
pars nervosa.
Sel sel glia pada hipofisis posterior berfungsi untuk melindungi sel
sel saraf. Sementara sel pituisit adalah sel sel stelata yang mengandung
globules globules lemak yang dahulu diperkirakan mensekresikan hormon
hormon lobus posterior tetapi sekarang dianggap hanya sebagai modifikasi
dari sel astroglia yang berfungsi untuk menyokong akson. Terlihat pula
adanya badan Herring irreguler yang merupakan kumpulan dari granula
neurosekresi sel saraf hipotalamus dan ditemukan banyak kapiler.

18

Gambar 12, Pars Nevrosa. Badan neurosekretoris dan pituisit. Pars nervosa
hipofisis posterior terdiri atas jaringan saraf termodifikasi yang
mengandung akson tak bermielin yang disangga dan diselubungi oleh sel
glia yang disebut pituisit (P).

Pars nervosa dibagi menjadi lobulus lobulus oleh septum dan


mengandung banyak anyaman kapiler. Di bagian tengah lobulus terdapat
akson akson dan sel sel pituisit yang berbentuk irregular dan banyak
tonjolan sitoplasma. Sel pituisit mengandung tetes lemak, pigmen
lipokrom, dan filamen intermediet. Tangkai neural (Infundibulum)
Terdiri atas eminensia mediana hipotalamus, yang merupakan tempat
terjadinya hubungan vascular antara neuron sekretorik hipotalamus dan
kelenjar endokrin, dan stem.(Junqueira & Carneiro, 2007)
Tampak sel akson akson tak bermielin

dari

traktus

hipotalamohipofiseal. Sel akson akson tanpa mielin tersebut yang


menghasilkan oksitosin yang menimbulkan kontraksi pada miometirum
dan sel mioepitel kelenjar payudara serta mengahsilkan vasopresin atau
ADH yang menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na dan air pada tubulus
ginjal. Diantaranya terdapat sel sel glia dan pituisit yang mengisi 25% dari
pars nervosa. Sel sel glia pada hipofisis posterior berfungsi untuk
melindungi sel sel saraf. Sementara sel pituisit adalah sel sel stelata yang
19

mengandung globules globules lemak yang dahulu diperkirakan


mensekresikan hormon hormon lobus posterior tetapi sekarang dianggap
hanya sebagai modifikasi dari sel astroglia yang berfungsi untuk
menyokong akson. Terlihat pula adanya badan Herring irreguler yang
merupakan kumpulan dari granula neurosekresi sel saraf hipotalamus dan
ditemukan banyak kapiler.
Pars nervosa dibagi menjadi lobulus lobulus oleh septum dan
mengandung banyak anyaman kapiler. Di bagian tengah lobulus terdapat
akson akson dan sel sel pituisit yang berbentuk irregular dan banyak
tonjolan sitoplasma. Sel pituisit mengandung tetes lemak, pigmen
lipokrom, dan filamen intermediet.

BAB III
20

PEMBAHASAN
A. Skenario
LBM 1
Anakku Kurang Tinggi
Anak laki-laki berusia 13 tahun dibawa ke dokter spesialis anak
oleh ibunya karena mengalami masalah pertumbuhan. Pasien memiliki
tinggi yang sangat kurang disbanding anak seusianya. Melalui anamnesa
diperoleh informasi bahwa anak tersebut lahir cukup bulan, tidak ada
riwayat gangguan medis yang serius, dan perkembangan anak tampak
normal sesuai tahap-tahap perkembangan anak normal lainnya. Selain
perawakan yang pendek untuk anak seusia itu tidak ada abnormalitas
lainnya yang ditemukan pada pemeriksaan fisik.
Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui gangguan pertumbuhan
pada pasien disebabkan oleh defisiensi hormon pertumbuhan namun masih
diperlukan pemeriksaan lanjutan apakah defisiensi ini disebabkan oleh
gangguan pada hipofisis atau sebab lainnya, sehingga dapat ditentukan
apakah pasien memerlukan terapi injeksi hormone pertumbuhan dari luar.
Ibu pasien bertanya apakah anaknya harus mengkonsumsi obat seumur
hidup, dan apakah ada perbedaan jika obat diberikan secara injeksi
ataupun pil yang diminum. Ibu pasien juga bertanya bagaimana suatu
hormon bentuk injeksi atau pil bias bekerja mempengaruhi tubuh
anaknya?

B. Terminologi

C. Permasalahan
1. Bagaimana proses sintesis hormon?
2. Apa saja yang dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan?
3. Apa saja yang mempengaruhi sekresi hormon pertumbuhan?
4. Apa perbedaan dari pemberian hormon pertumbuhan secara injeksi
dan pil?

21

D. Pembahasan
1. Struktur Kimia dan Sintesis Hormon
Terdapat tiga golongan umum hormon :

a) Protein dan polipeptida, mencakup hormon-hormon yang di


sekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pankreas
(insulin dan glukagon), kelenjar paratiroid (hormone paratiroid)
dan banyak hormone lainya.
b) Steroid yang di sekresikan korteks adrenal (kortisol dan
aldosteron),

ovarium

(estrogen

dan

progesteron),

testis

(testosteton), dan plasenta (estrogen dan progesteron)


c) Turunan asam amino tirosin, yang di sekresikan oleh kelenjar
tiroid (Tiroksin dan triodotironin) dan medulla adrenal (epinefrin
dan norepinefrin), sampai saat ini, tidak di ketahui adanya
hormone polisakarida maupun hormon asam nukleat.
Hormon Polipeptida dan Protein Disimpan dalam Vesikel Sekretoris
Sampai Hormon

Tersebut Diperlukan. Sebagian besar hormone di

tubuh berupa polipeptida dan protein. Hormon-hormon tersebut memiliki


ukuran yang bervariasi dari peptide kecil dengan 3 asam amino (hormone
pelepas-tirotropin) sampai protein dengan asam amino yang berjumlah
hampir 200 (hormone pertumbuhan dan prolactin). Umumnya, polipeptida
dengan 100 atau lebih asam amino yang berjumlah kurang dari 100 di
sebut peptide.

22
Gambar 13, Sintesis dan sekresi hormone peptide.
Stimulus untuk sekresi hormone seringkali melibatkan
perubahan kalsium intrasel atau perubahan siklik
adenosine monofosfat (cAMP) di sel.

Sintesis Hormon Peptida

Hormon protein dan peptide di sintesis di bagian kasar reticulum


endoplasma yang terdapat di berbagai sel endokrin, dengan cara yang
sama seperti kebanyakan protein lainnya di sintesis (Gambar 13).
Hormon-hormon terseut biasanya di sintesis sebagai protein besar yang
tidak memiliki ktivitas biologis (Pra-prohormon) dan di pecah untuk
membentuk prohormon yang berukuran lebih kecil di Retikulum
enndoplasma. Prohormon tersebut kemudian di transfer ke apparatus
golgi untuk dikemas dalam vesikel sekretoris.
Sewaktu proses pengemasan tersebut berlangsung, enzim-enzim di
dalam vesikel akan memecah prohormon untuk menghasilkan hormone
yang berukuran lebih kecil dan memiliki aktivitas biologis serta fragmenfragmen inaktiv. Vesikel tersebut di simpan dalam sitoplasma, dan

23

banyak vesikel tersebut yang terikat pada membrane sel sampai sekresi
hormone tersebut di butuhkan. Sekresi hormone ( dan fragmen-fragmen
inaktif ) terjadi ketika vesikel sekretoris menyatu dengan membrane sel
dan kandungan granularnya di keluarkan ke dalam cairan interstsisial
atau secara langsung ke dalam aliran darah dengan cara eksositosis.
Pada banyak keadaan, stimulus eksositoris adalah peningkatan
konsentrasi kalsium sitosol akibat depolarisasi membrane plasma. Pada
keadaan yang lain, stimulasi reseptor permukaan sel endokrin
menimbulkan peningkatan siklik adenosine monofosfat (cAMP) dan
aktivasi protein kinase yang memulai terjadinya sekresi hormon.
Hormone peptide bersifat larut air, yang memungkinkan hormonehormon tersebut memasuki system sirkulasi dengan mudah, tempat
hormone tesebut dibawa ke jaringan targetnya.

Sintesis Hormon Steroid


Hormon steroid biasanya di sintesis dari kolesterol dan tidak di
simpan. Struktur kimia hormon steroid mirip dengan struktur kimia
kolesterol, dan pada sebagian besar keadaan, hormon-hormon tersebut di
sintesis dari kolesterol itu sendiri. Hormon steroid bersifat larut lemak
dan terdiri atas tiga cincin sikloheksil dan satu cincin siklopentil yang
bergabung menjadi sebuah struktur.
Meskipun sel endokrin penghasil steroid memiliki sedikit simpanan
hormone steroid, sejumlah besar simpanan ekster kolesterol dapat di
mobilisasi secara cepat untu mensintesis steroid setelah adanya stimulus.
Banyak kolesterol di sel penghasil steroid yang berasal dari plasma,
namun sintesis kolesterol de novo juga terjadi di sel penghasil steroid.
Karena steroid sangat larut dalam lemak, begitu di sintesis, steroid akan
berdifusi dengan mudah melalui membrane sel dan memasuki cairan
interstitial dan kemudian akn masuk ke dalam darah.

Sintesis hormone tirosin


Hormon amin berasal dari tirosin. Dua kelompok hormon yang
berasal dari tirosin, yaitu hormone medulla adrenal dan tiroid, di bentuk

24

oleh kerja enzim di kompartmen sitoplasma sel kelenjar. Hormone tiroid


di sintesis dan di simpan di kelenjar tiroid serta terikat pada molekul
makro protein tiroglobulin, yang di simpamn di folikel besar di dalam
kelenjar tiroid. Sekresi hormone terjadi ketika hormone amin tersebut
terlepas tiroglobulin, dan hormone yang bebas tersebut kemudian di
lepaskan ke dalam aliran darah. Setelah masuk ke dalam darah, sebagian
besar hormone ti roid akan bergabung dengan protein plasma, terutama
globulin pengikat tiroksin, yang melepas hormone tersebut perlahanlahan.
Epinefrin dan norepinefrin di bentuk di medulla adrenal, yang
normalnya menyekresi epinefrin dengan jumlah kira-kira empat kali
lebih banyak di bandingkan dengan norepinefrin. Hormon katekolamin
tersebut di tangkap oleh vesikel prabentuk dan di simpan sampai
hormone tersebut di sekresikan. Mirip dengan hormon protein yang di
simpan dalam granula sekretoris, katekolamin juga di lepaskan dari sel
medulla adrenal dengan cara eksositosis. Begitu katekolamin memasuki
sirkulasi, hormon tersebut dapat terdapat di plasma dalam bentuk bebas
atau terikat dengan zat lain.
2. Fungsi Fisiologis Hormon Pertumbuhan
Selain hormon pertumbuhan, semua hormon utama yang di
keluarkan oleh kelenjar hipofisi anterior mempunyai efek utama pada
kelenjar sasaran yang di rangsangnya, meliputi kelenjar tiroid, korteks
adrenal, ovvarium, testi, dan kelenjar payudara. Fungsi setiap hormone
hipofisis ini sangat erat huybungaya dengan fungsi dari masing-masing
kelennjar sasaran, kecuali hormone pertumbuhan. Hormone pertumbuhan
berbeda d3ngan hormone-hormon lainnya, tidak berfungsi paada organ
sasarannya dan berpengaruh secara langsung terhadap seluruh atau
hampir seluruh jaringan tubuh.
Hormon

Pertumbuhan

Meningkatkan

Pertumuhan

Banyak

Jaringan Tubuh. Hormon pertumbuhan, yang juga di sebut sebagai


hormon somatotropin atau somatotropik, merupakan molekul protein
kecil yang terdiri dari 191 asam amino yang di hubungkan dengan rantai

25

tunggal dan mempunyai berat molekul 22,005. Hormon ini menyebabkan


pertumbuhan seluruh jaringan tubuh yang memang mampu untuk
tumbuh. Hormon ini menambah ukuran sel dan meningkatkan proses
mitosis yang di ikuti dengan bertambahnya jumlah sel dan diferensiasi
khusus dari beberapa tipe sel tertentu seperti sel pertumbuhan tulang dan
sel otot awal.
Hormon Pertumbuhan Memiliki Beberapa Efek Metabolik. Selain
dari efek umum hormon pertumbuhan dalam menyebabkan pertumbuhan,
hormone pertumbuhan juga mempunyai efek metabolic yang spesifik,
yang meliputi : (1) meningkatkan kecepatan sintesis protein di sebagian
besar sel tubuh; (2) meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan
lemak, meningkatkan asam lemak bebas dalam darah, dan meningkatkan
penggunaan asam lemak untuk energi; (3) menurunkan kecepatan
pemakaiaan glukosa di seluruh tubuh. Jadi, efek hormone partumbuhan
adalah meningkatkan protein tubuh, menghabiskan simpanan lemak, dan
menghemat karbohidrat.
Hormon Pertumbuhan Meningkatkan Penyimpanan Protein dalam
Jaringan. Walaupun mekanisme kenaikan penyimpanan protein yang di
sebabkan oleh hormon pertumbuhan tidak diketahui secara tepat,tetapi
serangkaian efek yang berbeda yang semuanya dapat menyebabkan
peningkatan penyimpanan protein, telah dikenali.
Peningkatan pengangkutan asam amino melalui membrane sel.
Hormon pertumbuhan secara langsng meningkatkan pengangkutan paling
sedikit beberapa dan mungkin sebagian besar asam amino mmelewati
membrane sel ke bagian dalam sel. Keadaan ini meningkatkan
konsentrasi asam amino di dalam sel dan di duga setidaknya berperan
sebagai dalam meningkatkan sintesin protein. Pengaturan pengangkutan
asam amino ini mirip dengan efek iinsulin dalam mengatur pengangkutan
glukosa melewati membran.
Peningkatan translasi RNA menyebabkan

sintesis protein oleh

ribosom. Bahkan bila konsentrasi asam amino tidak meningkat di dalam


sel,

hormone

pertumbuhan

tetap

menigkatkan

translasi

RNA,

26

menyebabkan lebih banyak protein yang di sintesis oleh ribosom di


dalam sitoplasma.
Peningkatan Transkripsi Nukleus DNA untuk membentuk RNA.
Sesudah melewati jangka waktu panjang (24 sampai 28 jam), hormone
pertumbuhan juga merangsang transkripsi DNA di dalam nukleus,
sehingga meningkatkan jumlah pembentukan RNA. Keadaaan ini
meningkatkan sintesis protein dan juga meningkatkan pertumbuhan bila
energy, asam amino, vitamin dan bahan-bahan lain yang di butuhkan
dalam pertumbuhan tersedia. Keadaan ini mungkin merupakan fungsi
hormon pertumbuhan yang paling penting dalam jangka waktu yang
lama.
Penurunan

Katabolisme

Protein

dan

Asam

Amino.

Selain

peningkatan sintesis protein, juga terjadi penurunan pemecahan protein


sel. Kemungkinan alas an untuk keadaan ini adalah bahwa hormon
pertumbuhan juga mengangkut banyak sekali asam lemak bebas dari
jaringan lemak, dan asam lemak bebas ini di gunakan untuk menyediakan
energy bagi sel tubuh, sehingga bekerja sebagai penghemat protein
yang kuat.
Ringkasan : Hormon pertumbuhan meningkatkan hampir semua ambilan
asam amino dan sintesis protein oleh sel, sementara pada saat yang sama
juga mengurangi pemecahan protein.

Hormon Pertumbuhan Merangsang Pertumbuhan Kartilago dan


Tulang. Walaupun hormon pertumbuhan merangsang peningkatan
timbunan protein dan meningkatkan pertumbuhan di hampir semua
jaringan tubuh, efek hormone pertumbuhan yang paling jelas adalah
menngkatkan pertumbuhan struktur rangka. Keadaan ini di sebabkan oleh
berbagai efek hormone pertumbuhan pada tulang yang meliputi (1)
Meningkatkan peningkatan timbunan protein oleh sel kondrositik dan sel
osteogenik

yang

menyebabkan

pertumbuhan

tulang,

(2)

juga

meningkatkan kecepatan reproduksi sel-sel ini, dan (3) efek spesifik

27

dalam

mengubah

kondrosit

menjadi

sel

osteogenik,

sehingga

menyebabkan timbunan tulang yang baru.


Ada dua mekanisme utama pertumbuhan tulang : Pertama,
Sebagai respon terhadap rangsangan hormonpertumbuhan, tulang
panjang tumbuh secara memanjang pada kartilago epefisisnya, tempat
epifisis di pisahkan dari batang tulang pada bagian ujung tulang.
Pertumbuhan ini mula-mula menyebabkan penimbunan kartilago yang
baru, di ikuti pengubahan kartilago ini menjadi tulang yang baru,
sehingga membuat batang tulang semakin panjang dan mendorong epifisi
sendiri secara berangsur-angsur di pergunakan, sehingga pada usia
remaja lanjut, tidak tersedia lagi tambahan kartilago epifisis untuk
pertumbuhan tulang panjang lebih lanjut. Pada waktu ini, tewrjadi
penyatuan tulang antara batang tulang dan epifisis pada masing-masing
ujungnya, sehingga pemanjangan tulang panjang tidak dapat terjadi lagi
Kedua, Osteoblas di dalam periostium tulang dalam beberapa
cavitas tulang membentuk tulang baru pada permukaan tulang yang lama.
Secara bersamaan, osteoklas di dalam tulang merebsorpsi ulang yang
lama. Bila kecepatan pembentukan lebih besar dari resorpsi, ketebalan
tulang akan meningkat. Hormone pertumbuhan dengan kuat merangsang
osteoblast. Oleh karena itu, tulang dapat terus menebal sepanjang hidu di
bawah pengaruh hormone pertumbuhan; hal ini terjadi terutama pada
tulang membranosa. Sebagai contoh,tulang rahang masih dapat di
rangsang untuk tumbuh bahkan setelah usia remaja, menyebabkan pipi
menonjol ke depan dan merendahkan gigi. Demikian juga, tulang
tengkorak dapat bretambah tebal dan mermbentuk tonjolan tulang di atas
mata.

3. Sekresi Hormon Pertumbuhan


Selama bertahun-tahun diyakini bahwa hormon pertumbuhan
disekresikan terutama selama waktu pertumbuhan tetapi kemudian
menghilang dari darah pada usia remaja. Ter nyata telah terbukti tidak

benar. Setelah usia remaja, sekresi hormon pertumbuhan hanya


menurunkan sedikit sejalan dengan usia, akhirnya pada saat usia,

28

sangat tuasekresinya turun kira-kira 25% dari kadarnya dari usia


remaja.
Hormon pertumbuhan disekresikan dalam suatu pola
pulsatile, meningkat dan menurun. Mekanisme yang mengatur
sekresi hormon pertumbuhan secara tepat belum sepenuhnya
dipahami, namun beberapa factor yang berkaitan dengan nutrisi
pasien atau berkaitan dengan stress yang dapat merangsang sekresi,
yaitu: 1. Kelaparan, terutama pada defisiensi protein yang berat; 2.
Hipoglikemi atau rendahnya konsenterasi asam lemak dalam
darah; 3. Olahraga; 4. Ketegangan dan trauma. Hormon
pertumbuhan juga khas meningkat pada dua jam pertama tidur
lelap.
Pada

orang

dewasa,

konsenterasi

normal

hormon

pertumbuhan di dalam plasma kira-kira 1,6 dan 3 ng/ml; pada anak


atau remaja kira-kira 6ng/ml. nilai ini sering meningkat sampai 50
ng/ml setelah menurunnya simpanan protein atau karbohidrat
dalam tubuh selama masa kelaparan yang lama.
Pada keadaan akut hipoglikemi merupakan perangsang
sekresi hormon pertumbuhan yang jauh lebih kuat dari pada
pengurangan ambilan protein dengan cepat. Sebaliknya, pada
keadaan kronis, sekresi hormon pertumbuhan tampaknya lebih
berhubungan dengan derajat deplesi protein selular dari pada
dengan derajat insufisiensi glukosa. Sebai contoh, sangat tingginya
kadar

hormon

pertumbuhan

sela

kelaparan

berhubungan dengan jumlah deplesi protein


Efek defisiensi protein terhadap

sangat

kadar

erat

hormon

pertumbuhan dalam plasma dan efek penambahan protein pada


makanan. Kolom pertama menunjukan kadar hormon pertumbuhan
yang sangat tinggi pada anak-anak yang mengalami defisiensi
protein yang ekstrim selama menderita mal nutrisi yang disebut
kwashiorkor;

kolom

kedua

menunjukan

kadar

hormon

pertumbuhan pada anak-anak yang sama sesudah diberikan

29

pengobatan dengan makanan yang mengandung karbohidrat lebih


dari cukup selama 3 hari, yang mnunjukan bahwa karbohidrat tidak
menurunkan konsenterasi hormon pertumbuhan dalam plasma
kolom ke tiga dank ke empat menunjukan kadar hormon
pertumbuhan sesudah diberi pengobatan dengan suplemen protein
selama 3 dan 25 hari, yang terjadi bersamaan dengan penurunan
hormon pertumbuhan.
Hasil ini menunjukan bahwa pada keadaan mal nutrisi
protein yang berat, pemberian kalori yang adekuat saja tidak cukup
untuk

memperbaiki

produksi

hormon

pertumbuhan

yang

berlebihan defisiensi protein juga haarus diobati sebelum


konsenterasi hormon pertumbuhan kembali ke nilai normal.

30

Tabel 1, Faktor-faktor yang merangsang atau menghambat


sekresi hormon pertumuhan

31

4. Perbedaan Antara Penggunaan Injeksi dengan Oral (Pil)


Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah ilmu tentang cara obat masuk ke
dalam tubuh, mencapai tempat kerjanya, dimetabolisme, dan keluar
dari tubuh. Dokter dan perawat menggunakan pengetahuan
farmakokinetiknya

ketika

memberikan

obat,

memilih

rute

pemberian obat, menilai resiko perubahan keja obat, dan


mengobservasi respons klien. Empat proses yang termasuk di
dalamnya

adalah

absorpsi,

distribusi,

metabolisme

(biotransformasi), dan ekskresi(eliminasi).


Hormon endogen pertumbuhan dalam sirkulasi mempunyai
waktu paruh 20-25 menit dan terutama dapat dibersihkan oleh hati.
Hormon pertumbuhan manusia rekombinasikan diberikan secara
subkutan 3-6 kali perminggu, dan kadar puncak akan terjadi pada
2-4 jam dan kadar darah aktif menetap selama kira kira 36 jam.
Farmakodinamik
32

Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi


dan biokimia selular dan mekanisme kerja obat. Respons obat
dapat menyebabkan efek fisiologi primer atau sekunder atau
kedua-duanya. Efek primer adalah efek yang diinginkan, dan efek
sekunder bisa diinginkan atau tidak diinginkan. Salah satu contoh
dari obat dengan efek primer dan sekunder adalah difenhidramin
(benadryl) suatu antihistamin. Efek primer dari difenhidramin
adalah untuk mengatasi gejala-gejala alergi, dan efek sekundernya
adalah penekanan susunan saraf pusat yang menyebabkan rasa
kantuk. Efek sekunder ini tidak diinginkan jika sedang
mengendarai mobil, tetapi pada saat tidur, dapat menjadi
diinginkan karena menimbulkan sedasi ringan.
Hormon pertumbuhan memperantarai efek melalui reseptor
permukaan sel pada superfamily reseptor sitokin JAK/STAT.
dimerisasi reseptor GH di rangsang oleh rmolekul GH tunggal
meaktifkan kaskade pengisyarat yang diperantarai tiroksin kinase
JAK yang terkait resptor dan STAT.
Hormone pertumbuhan memiliki efek yang kompleks pada
pertumbuhan komposisi tubuh. Dan metabolism kabohidrat,
protein, dan lemak efek pemacu pertumbuhan diperantarai melalui
peningkatan produksi IGF-1. Dan sebagian besar IGF-1 yang
beredar didalam tubuh diproduksi didalam hati, dan hormone
pertumbuhan IGF-1 juga merangsang produksi pada tulang, tulang
rawan,otot, ginjaltempat atutokrin dan parenkim memegang peran
penting. Hormone pertumbuhan merangsang pertumbuhan tulang
longitudinal sampai efipisi menutup dan mendekati akhir pubertas.
Baik pada anak maupun dewasa, GH mempunyai efek anabolic
pada otot dan katabolic pada sel lemak yang yang mengubah
keseimbangan masa tubuh berupa peningkatan pada massa otot dan
terjadi pengurangan masa lemak pusat, terjadi efek GH pada
metabolisme kabohidrat bermacam- macam sebagian karena GH
dan IGF-1 memiliki efek berlawanan.
33

34

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Jadi, hormon pertumbuhan atau hGH (Human Growth Hormone) adalah
hormon yang bertanggung jawab atas pertumbuhan manusia sejak dari kecil
sampai dia tumbuh besar. Ketika manusia sudah bertumbuh besar, bukan berarti
fungsi hormon ini hilang, walaupun menurun tetapi hormon ini tetap bertugas
untuk menjaga agar organ tubuh manusia tetap pada kondisi yang prima. Kelenjar
yang bertanggung jawab untuk memproduksi hGH adalah kelenjar pituitary atau
kelenjar hipofisis.
Kelenjar pituitary terletak di bawah otak manusia atau lebih tepatnya di
bawah hipotalamus. Ukuran dari kelenjar ini adalah sebesar kacang kedelai.
Walaupun dengan ukuran yang kecil, kelenjar ini merupakan raja dari seluruh
kelenjar yang memproduksi hormone di tubuh manusia. Produksi dari hGH sangat
mempengaruhi produksi hormon-hormon lain di dalam tubuh. Oleh karena itu,
gangguan pada kelenjar hipofisis dapat berdampak besar bagi keseimbangan
hormon pada manusia.

35

DAFTAR PUSTAKA

Friedrich Paulsen dan Jens Waschke. 2010. Sobbota: Atlas Anatomi


Manusia-edisi 23.Jakarta : EGC
Guyton and Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran-edisi 11.Jakarta :
EGC
Katzung, Bertram G. 2007. Farmakologi Dasar & Klinik, Edisi 10. Jakarta
: EGC
Mescher, Anthony L. 2011. Histologi Dasar Junquera : Teks & Atlas-edisi
12. Jakarta : EGC
Moore, Keith L. dan Anne M. R. Agur. 2002. ANATOMI KLINIS DASAR.
Jakarta: Hipokrates
Murray, Robert K DKK. 2009. Biokimia Harper-edisi 27. Jakarta: EGC
Price Sylvia dan Lorraine M. Wilson.2005. Patofisiologi:Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit edisi 6 - vol 1. Jakarta: EGC
Sadler, T.W. 2006. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 7. Jakarta :
EGC
Snell, Richard S. 2007. ANATOMI KLINIS : Berdasarkan Sistem. Jakarta :
EGC.

36

Você também pode gostar