Você está na página 1de 6

Act Green: Untuk Bumi yang Lebih Baik

Act Green untuk Bumi yang lebih baik (ilustrasi: getgreenglobal)


UHANGKAYO - Gerakan Go Green dapat dilakukan mulai dari tingkat individu seperti yang
dijelaskan pada poin Berpikir Green, hingga tingkat komunitas pada semua bentuk lini
kehidupan. Tujuan utama adalah menghindari atau meminimalkan dampak negatif dari semua
bentuk aktivitas pada lingkungan. Gerakan Go Green pada ruang lingkup yang lebih luas dapat
dimulai dengan memanfaatkan ruang kosong sebagai ruang hijau.
Pepohonan sebagai elemen lanskap memberikan pengaruh yang signifikan dalam upaya
mereduksi CO2 di atmosfer, berbagai polutan lainnya serta efisiensi dalam pemanfaatan energi.
Ruang terbuka hijau seluas 1 hektar mampu menyerap 2,5 ton CO2 per tahun dan memproduksi
0,6 ton O2, serta mampu menurunkan suhu 5 hingga 8 derajat celcius. Hutan kota dapat
menurunkan CO2 di atmosfer melalui dua cara. Pertama, melalui pertumbuhan pohon,
pepohonan dapat merosotkan sejumlah CO2 dalam ukuran yang besar melalui fotosintesis,
memisahkan atom karbon dari oksigen, dan melepaskan oksigen ke atmosfir. Dalam hal ini,
pepohonan menyimpan karbon yang besar dalam strukturnya.
Kedua, pepohonan membuang karbon dari atmosfer melalui fotosintesis, memisahkan atom
karbon dari atom oksigen, dan melepaskan kembali oksigen ke atmosfer. Dalam melakukan hal
ini, pohon menyimpan karbon dalam jumlah yang besar pada tiap strukturnya, dan pertumbuhan
tahunan meningkat seiring dengan bertambah jumlah karbon dalam strukturnya. Karbon
merupakan komponen utama dari bentuk sel hidup, karbon pada pohon berfungsi sebagai bahan
bangunan yang membentuk batang, akar, cabang, dan daun.
1) Go Green pada Perumahan
Pembangunan perumahan merupakan pengguna lahan tunggal terbesar di kota manampun.
Terdapat empat tahap dalam pembangunan perumahan yang masing-masing memanfaatkan
energi yang besar dan memberikan kontribusi pada sebaran emisi CO2, empat tahap itu adalah
tahap produksi material, tahap konstruksi, tahap penggunaan, dan tahap penghancuran.[3] Empat
tahap tersebut menjadi penentu dalam pembangunan perumahan yang Go Green atau ramah
lingkungan.
Tahap penggunaan atau hunian memberikan sumbangan terbesar pada kosentrasi emisi CO2 di
atmosfer dibandingkan dengan tahap lainnya. Disamping gaya hidup yang tidak ramah
lingkungan, desain bangunan cenderung menjadi faktor pemicu pada gaya hidup yang lebih tidak
ramah lingkungan. Desain rumah yang tidak sesuai dengan alam seperti yang meminimalkan
bukaan sehingga menghalangi pencahayaan dan penghawaan secara alami, dapat menciptakan

ketergantungan yang lebih besar pada energi listrik dari penggunaan lampu, kipas angin, maupun
pendingin udara (AC).

Selain itu, minimnya pepohonan disekitar rumah menyebabkan penyinaran secara langsung yang
meningkatkan suhu disekitar bangunan rumah sehingga dapat memicu permintaan energi listrik
untuk penghawaan. Dengan menaungi secara langsung, pepohonan dapat mencegah terjadinya
penyimpanan dan pemanasan awal dari energi surya. Pohon yang tepat pada lokasi yang tepat di
sekitar bangunan rumah dapat mengurangi permintaan energi listrik pendinginan udara yang
secara tidak langsung juga dapat menghindari terciptanya emisi CO2 di atmosfer melalui proses
pembangkit listrik berbahan bakar fosil.[4],[5] Manfaat tahunan yang diberikan oleh pepohonan
pada Perumahan Villa Duta dalam penghematan energi listrik msebesar 2,30% per rumah,
sedangkan pada Perumahan Taman Yasmin sebesar 0,88%.[6]
Contoh bangunan hunian dengan konsep Go Green dapat ditemukan pada Desa Hargo Binangun,
sebuah desa yang diperuntukkan akibat bencana alam Gunun Merapi oleh Aksi Cepat Tanggap
(ACT) dengan tetap mempertahankan kondisi alami setempat. Di kawasan Desa Hargo
Binangun, Pakem, Sleman, berdiri satu pemukiman yang terdiri atas 150 shelter. Pembangunan
unit-unit Integrated Community Shelter (ICS) mengikuti kontur alam, tidak ada penebangan
pohon, atau meratakan tanah dengan bulldozer, kemampuan tanah menyerap air hujan juga
dipertahankan dengan tidak mengaspal jalan antar-unit shelter. Setelah shelter selesai dibangun,
ACT menempatkan relawan-relawan pendamping yang membimbing warga dengan pelatihan
sederhana mengenai pengelolaan sampah.[7]
2) Go Green di Perkantoran
Penghijauan pada bangunan perkantoran yang memiliki lahan terbatas dapat dilakukan dengan
mengembangkan roof garden (taman atap) atau vertical garden (taman vertikal). Berdasarkan
definisi katanya, taman atap merupakan suatu taman yang tidak terletak di halaman rumah atau
bangunan seperti biasanya. Pengertian umumnya adalah sebuah taman yang terdapat di atas atap
suatu bangunan. Taman vertikal, yang biasa disebut dengan living wall merupakan sebuah taman

atau ruang hijau di area perumahan/komplek dan akhirnya membuat lingkungan sekitar menjadi
terasa gersang dan terkesan panas.[8]

Namba Park merupakan salah stau contoh bangunan perkantoran yang memiliki roof garden.
Namba Park berlantai 30 di sertai dengan mall, tapi yang membuat Namba Park berbeda adalah
taman atap yang bertingkat hingga delapan lantai dan memberikan perasaan yang sesungguhnya
pada para pejalan seakan berada di puncak gunung padahal mereka tengah berada tengah kota.
Kegiatan di perkantoran membutuhkan energi listrik yang tinggi untuk dapat berjalan. Gerakan
Go Green yang dapat dilakukan pada aktivitas perkantoran seperti:[9]
Optimalkan kebutuhan listrik
Pencahayaan buatan diperkiran menggunakan 44% listrik pada bangunan kantor. Cara yang
paling sederhana untuk menghemat penggunaan listrik, menghemat uang adalah dengan
memindahkan meja kerja berdekatan dengan jendela.
Maksimalkan penggunaan komputer
Penggunaan komputer pada sektor bisnis merupakan pengguna energi listrik yang sia-sia.
Matikan komputer apabila tidak digunakan, dan atur komputer dalam keadaan sleep secara
otomatis pada saat istirahat singkat yang akan menghemat penggunaan istrik hingga 70%.
Matikan juga screen saver. Buatlah sebuah kebijakan mengenai komputer hemat energi, monitor,
dan printer.
Cetak dokumen dengan lebih hemat
Rata-rata penggunaan kertas di kantor sekitar 10.000 lembar per tahun. Biasakan mencetak
kertas depan belakang atau gunakan bagian kosong kertas dari dokumen lama untuk fax, kertas
coretan, atau untuk draft. Telitilah sebelum mencetak, sedapat mungkin hindari penggunaan
kertas jika bisa diditribusi melalui file.
Kembangkan lingkungan kantor yang sehat
Biasakan menggunakan produk pembersih yang tidak beracun.cerahkan ruangan kantor dengan
tanaman, yang dapat menyerap polusi yang berasal dari dalam ruangan. Buatlah kebijakan untuk
membeli perkakas, karpet, dan cat yang bebas dari volatile organic compounds (VOCs) yang
tidak akan melepaskan gas kimia beracun.

3) Go Green Kawasan Industri


Peningkatan industri disebut sebagai faktor yang signifikan pada penyebab global warming,
terutama penyumbang terbesar pada peningkatan kosentrasi CO2 di atmosfer. Berbagai bentuk
industri memberikan dampak negatif yang berbeda bagi lingkungan pula, limbah industri lain
dapat berupa partikel, aerosol, gas bahkan berbentuk cairan. Selain itu, kawasan industri juga
dapat menimbulkan masalah kebisingan dan bau yang dapat mengganggu kenyamanan.

Salah satu upaya untuk menghindari atau menghambat terjadi masalah lingkungan berupa global
warming dapat dilakukan dengan kegiatan penghijauan berupa kawasan hijau seperti pada lahanlahan kosong, lahan bekas tambang, area sekitar pabrik, maupun berupa jalur hijau yang
mengikuti jalan, dan tepi pantai. Pepohonan dalam kawasan industri merupakan suatu metode
alami untuk menghindari terjadi peningkatan kosentrasi beberapa gas yang berbahaya bagi
lingkungan, terutama gas CO2. Pepohonan bertindak sebagai wadah yang sangat besar untuk
menyimpan karbon yang diproduksi oleh masyarakat indutri kita.

Pepohonan mereduksi emisi karbon secara langsung melalui kemampuan pohon dalam
merosotkan karbon maupun secara tidak langsung dengan menurangi penggunaan energi listrik.
Desain kawasan industri hendaknya juga dapat mencerminkan suatu lanskap yang dapat
menampung konsep Go Green.
Selain untuk menghindari masalah global warming yang disumbangkan dari kegiatan yang
berlangsung pada suatu daerah, kegiatan penghijauan juga dapat diarahkan untuk menanggulangi
masalah tertentu pada kawasan tersebut dengan menggunakan jenis-jenis tumbuhan yang tepat.
Beberapa contoh dalam kegiatan penghijauan, seperti penghijauan di sekitar daerah riparian
dengan menggunakan jenis yang memiliki daya evapotranspirasi yang rendah dapat memperbaiki
masalah berupa kuantitas dan kualitas air serta memperkecil erosi. Pepohonan di tepi jalan dapat
berfungsi sebagai perosot karbon dioksida dari kendaraan yang melewati daerah tersebut, jenisjenis pohon yang baik sebagai porosot CO2 seperti damar (Agathis alba), daun kupu-kupu
(Bauhinia purpurea), dan beringin (Ficus benyamina).[10]
Bebauan yang ditimbulkan dari tempat pembuangan sampah sementara atau permanen dapat
diatasi melalui penanaman dengan jenis pohon yang memiliki atau mengeluarkan bau harum
yang berfungsi menetralisir bau busuk seperti cempaka (Michelia champa), dan tanjung
(Mimusops elengi). Taman pada kawasan industri dapat berfungsi mengurangi stress, kesejukan
dan kesegaran yang diberikan oleh pepohonan dapat menghilangkan kejenuhan dan kepenatan
dari aktivitas karyawan. Selain itu, pohon dalam bentuk taman dapat mengurangi kekauan dan
kemonotonitas kawasan industri.[10]
___
[3] Seo S, Hwang Y. 2001. Estimation of CO2 Emissions in Life Cycle of Residential Buildings. Journal of Construction Engineering and
Management 127 (5): 414 418 [terhubung berkala]. ASCE [15 Nov 2009].
[4] McPherson EG, Nowak DJ , Rowntree RA. 1994. Chicagos Urban Forest Ecosystem: Results of the Chicago Urban Forest Climate Project.
Radnor, PA: USDA Forest Service, Northeaster Forest Experiment Station. Baca full text pdf.
[5] McPherson. 1998. Atmospheric Carbon Dioxide Reduction by Sacramentos Urban Forest. Journal of Arboriculture 24 (4): 215 223. Baca
full text pdf .
[6] Milantara N. 2011. Pendugaan Manfaat Ekonomi Pepohonan pada Kawasan Perumahan Berbasis Penghematan Penggunaan Energi Listrik
Dalam Rumah (Studi Kasus: Perumahan Villa Duta dan Perumahan Taman Yasmin, Kota Bogor) [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Lihat

sumber disini.
[7] Media Indonesia. 2011. ACT Bangun Hunian Go Green dan Terpadu. Media Indonesia [10 Mei 2011].
[8] Sulistyantara B, Joga N, Sintia M. 2009. Taman Atap. Jakarta: Kanaya Press, Bina Swadaya Group.
[9] Go Green at Work. go-green.ae [10 Mei 2011].
[10] Dahlan N. 1992. Hutan Kota: Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Jakarta: Asosiasi Pengusaha Hutan
Indonesia.

Read more: http://lkerinci.blogspot.com/2012/02/act-green-untuk-bumi-yang-lebihbaik.html#ixzz2lIa0sJ1Q

Você também pode gostar