Você está na página 1de 27

Angiofibroma Nasofaring

Oleh
Herlina 04013100011
Lenny Elita 04013100028
Dian Kesumarini 04023100038
Pembimbing
Dr. H. Hanafi Zainuddin, Sp.THT

Angiofibroma Nasofaring
Pendahuluan
Angiofibroma nasofaring adalah
jenis tumor hidung jinak yang
cenderung menimbulkan
perdarahan yang sulit dihentikan,
sehingga secara klinis berbahaya.
Ditemukan pada anak laki-laki
prepubertas dan remaja.

Anatomi
- Nasofaring berhubungan dengan
1.
Rongga hidung di anterior koana.
2.
Orofaring di bagian inferior bagian
terbawah dari palatum molle.
3.
Bagian superior dan posterior korpus
vertebra.
- Tuba eusthacius memasuki nasofaring di
sebelah lateral, muara tuba ini ditutupi
oleh kartilago, yang disebut torus tubarius .

- Fossa rossenmuler terletak di


bagian superior dan posterior torus
tubarius.
- Banyak terdapat foramen cranial
yang membawa struktur syaraf dan
pembuluh darah penting yang
terletak di dekat nasofaring.
- Mukosanya epitel squamos
kompleks atau kolumner
pseudokompleks.

Definisi

Angiofibroma nasofaring adalah


suatu tumor nasofaring yang
secara histologik jinak, secara
klinis bersifat ganas, karena
mempunyai kemampuan
mendestruksi tulang dan meluas
ke jaringan sekitarnya.

Epidemiologi

Tumor ditemukan 0,05 % dari


tumor leher dan kepala.
Ditemukan pada anak atau remaja
laki-laki.
Rentang usia 7-19 tahun, jarang
terjadi di atas 25 tahun.

Etiologi
Etiologi tumor ini masih belum jelas,
banyak teori yang diajukan,
diantaranya:
1.
Teori jaringan asal.
2.
Faktor-faktor ketidakseimbangan
hormonal.

Patogenesis

Permukaan tumor dilapisi oleh


mukosa yang dibawahnya terdapat
anyaman pembuluh darah.
Massa tumor terdiri atas jaringan ikat
padat dan gumpalan sel serta terisi
pembuluh vena lebar yang
menumpuk di bagian pinggir.

Tumor ini tidak bermetastasis tetapi


dapat tumbuh mendesak, dapat
menginvasi orbita, sinus paranasal,
fossa pterigoid dan temporal atau ke
ruang intracranial.

Histopatogi

Berasal dari miofibroblast.

Dibungkus pseudokapsul dari


jaringan fibrotik.

Terdiri atas sel darah yang besar


dengan dinding yang tipis,
ditemukan pada matriks jaringan
fibrosa dalam jumlah yang
bervariasi dan meningkat seiring
dengan umur.

Gejala klinik

Hidung tersumbat (gejala tersering),


Epistaksis (kebanyakan unilateral
dan rekuren),
Nyeri kepala
Pembengkakan wajah
Gejala lain seperti anosmia,
rhinolalia, tuli, pembengkakan
palatum serta deformitas pipi.

Diagnosis

Anamnesis
Pemeriksaan fisik, secara rinoskopi
posterior (terlihat tumor dengan
massa kenyal, warnanya bervariasi
dari abu-abu merah muda,
mukosanya mengalami
hipervaskularisasi dan tidak jarang
ditemukan adanya ulserasi)

Pemeriksaan penunjang radiologik


berupa foto kepala (potongan
antero-posterior, lateral dan posisi
waters), CT scan, angiografi.
Biopsi tidak dianjurkan karena
dapat menyebabkan pendarahan
masif.

CT scan potongan koronal, kontras mengisi cavum nasi


sinistra dan sinus ethmoidalis , mengisi sinus maksilaris
dan menyebabkan deviasi septum ke kanan.

Potongan axial CT Scan menunjukkan lesi yang


mengenai cavum nasi dextra dan sinus
paranasalis

Gambaran angiogram yang memperlihatkan adanya


angiofibroma sebelum embolisasi

Gambaran angiogram yang memperlihatkan adanya


angiofibroma setelah embolisasi

Klasifikasi perluasan tumor


Ada 2 sistem yang paling sering
digunakan yaitu Sessions dan Fisch.
Klasifikasi menurut Sessions sebagai
berikut :
Stage IA : Tumor terbatas pada nares
posterior dan/atau nasofaring.
Stage IB : Tumor melibatkan nares
posterior dan/atau nasofaring dengan
perluasan ke satu sinus paranasal.

Stage IIA : Perluasan lateral minimal ke


dalam fossa pterygomaksila.
Stage IIB : Mengisi seluruh fossa
pterygomaksila dengan atau tanpa
erosi ke tulang orbita.
Stage IIIA : Mengerosi dasar tengkorak;
perluasan intrakranial yang minimal.
Stage IIIB : Perluasan ke intrakranial
dengan atau tanpa perluasan ke dalam
sinus kavernosus.

Klasifikasi menurut Fisch :


Stage I : Tumor terbatas pada kavum nasi,
nasofaring tanpa destruksi tulang.
Stage II :Tumor menginvasi fossa
pterygomaksila, sinus paranasal dengan
destruksi tulang.
Stage III :Tumor menginvasi fossa infra
temporal, orbita dan/atau daerah
parasellar sampai sinus kavernosus.
Stage IV : Tumor menginvasi sinus
kavernosus, chiasma optikum dan/atau
fossa pituitary.

Penatalaksanaan

Perbaikan keadaan umum


( transfusi atau pemasangan
tampon hidung).
Tindakan operasi merupakan
pilihan utama
Terapi hormonal atau radioterapi.

Kesimpulan

Angiofibroma nasofaring adalah


tumor nasofaring yang secara
histologi jinak namun secara klinis
berbahaya. Karena menimbulkan
perdarahan yang sulit dihentikan
dan dapat mendestruksi tulang
dan meluas ke jaringan sekitarnya.

Tumor ini terjadi pada anak laki- laki


prepubertas dan remaja.
Diagnosis didapat dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Penatalaksanaan dengan operasi, bila
sudah meluas ke jaringan sekitar dapat
dilakukan radioterapi atau terapi
hormonal.

Você também pode gostar

  • Luka Tembak
    Luka Tembak
    Documento30 páginas
    Luka Tembak
    Erniyanti Puspita Sari
    Ainda não há avaliações
  • Suara Parau
    Suara Parau
    Documento12 páginas
    Suara Parau
    Randy Pangestu
    Ainda não há avaliações
  • Kuliah Rinologi
    Kuliah Rinologi
    Documento78 páginas
    Kuliah Rinologi
    Randy Pangestu
    Ainda não há avaliações
  • Rhinitis Akut PP
    Rhinitis Akut PP
    Documento15 páginas
    Rhinitis Akut PP
    Randy Pangestu
    Ainda não há avaliações
  • Sudden Deafness
    Sudden Deafness
    Documento9 páginas
    Sudden Deafness
    Randy Pangestu
    Ainda não há avaliações