Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
I.
DASAR TEORI
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.
Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas
(atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah.Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel
memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar.Fungsi
utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan
tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi
tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh
tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil
oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah
yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh
tubuh.Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(disebut diastol).Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar
dari ruang jantung (disebut sistol).
Digitalis adalah nama golongan yang mencakup semua obat dengan efek yang
sangat khusus terhadap otot jantung, yaitu memperkuat kontraksi otot jantung.
Efek dari cardiac glikosida pada sistem saraf otonom yakni pada keadaan denyut
jantung yang rendah.Sehingga alkaloid digitalis banyak digunakan pada kasus
gagal jantung.
Kegunaan ekstrak dari Digitalis purpurea sebagai obat glikosida dari tanaman
digunakan untuk memperkuat kerja jantung (positif inotrop).Ekstrak dari digitalis
biasanya diambil dari daun-daun tanaman yang tumbuh pada tahun kedua.Bagianbagian
yang
murni
dari
tanaman
1
ini
juga
dikenal
dengan
meningkatkan
pertukaran
natrium-kalsium
meningkat, bahkan jika K+ serum berada pada rentang yang normal, kecuali juga
terjadi blok AV derajat-tinggi. Lidokain atau fenitoin yang mempunyai efek
minimum
terhadap
konduksi
AV, dapat
digunakan
untuk
pengobatan
dan retensi urin, takikardi, dada berdebar, konstipasi/sukar buang air besar,
peningkatan suhu tubuh, peningkatan rangsang susunan saraf pusat, ruam
kulit, muntah, fotofobia (kepekaan abnormal terhadap cahaya).
II.
TUJUAN PRAKTIKUM
CARA KERJA
Persiapan
dengan
rangsangan
mekanis,
yaitu
dengan
menyentuh
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Hasil Pengamatan
a. Tabel hasil tetesan obat digitalis secara langsung ke permukaan jantung
kodok.
Tetesan
Waktu
Denyut Jantung
Warna Ventrikel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
(menit)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
(kali/menit)
33
29
34
33
31
28
27
24
24
18
24
26
25
24
22
24
26
27
25
saat Sistol
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Diastol
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
II.
Pembahasan
Sulfas atropin merupakan obat yang tergolong anti muskarinik yang berfungsi
untuk menghambat saraf parasimpatis dan terutama selektif di reseptor M1
(Ganglia, beberapa kelenjar), M2 (Jantung), M3 (Otot polos dan kelenjar), dan
M4 atau M5. Antagonis muskarinik akan memblok efek asetilkolin yang
dilepaskan dari terminal saraf parasimpatis pascaganglion. Sulfas atropin
termasuk stimulan sentral yang lemah yang apabila diberikan dalam dosis besar
akan menyebabkan takikardi sedangkan dosis rendah menyebabkan bradikardi.
Dalam percobaan kali ini, dosis sulfas atropin yang digunakan sebanyak 0,2 cc.
Dosis tersebut lebih kecil daripada yang seharusnya sehingga menimbulkan
brakikardi pada jantung katak.
Hewan coba katak mengalami perubahan frekuensi detak jantung yang
mecolok pada menit ke-1.Hal ini menunjukkan bahwa obat sulfat atropine yang
telah diberikan pada jantung katak telah bekerja pada reseptor muskarinik dan
menyebabkan frekuensi denyut jantungnya berkurang.Namun frekuensi denyut
jantung tidak menurun secara terus menerus, ada saat di mana frekuensi denyut
jantung kembali meningkat.Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh dosis sulfas
atropin yang kecil sehingga efek obat hanya didapatkan sesaat atau
minimal.Adapun frekuensi denyut jantung sempat meninggi namun akhirnya
kembali turun secara bertahap di menit ke-4.Walaupun sempat mengalami
kenaikan frekuensi, perbedaannya tidak terlalu jauh.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan kali ini di antaranya
adalah:
a. Faktor Alat dan Bahan
1. Dosis obat tidak sesuai sehingga efek yang dinginkan tidak dapat dicapai
2. Obat yang digunakan sudah rusak dan tidak dapat dipakai lagi sehingga
tidak menimbulkan efek yang diinginkan
b. Faktor Kesalahan Manusia
1. Cara pemberian sulfas atropine yang tidak sesuai pada tempat pemberian
obat yang seharusnya sehingga obat tidak bekerja pada jantung atau dosis
yang mencapai jantung tidak sesuai.
2. Interpretasi praktikan yang berbeda-beda dalam membedakan perbedaan
warna dan irama jantung katak
3. Ketelitian praktikan dalam menghitung denyut jantung dalam 1 menit.
Ketika detakan jantung kodok melemah, selanjutnya diberikan obat sulfas
atropik pada permukaan jantung menyebabkan jantung mulai meningkat
frekuensinya, mekanisme tersebut sesuai dengan kandungan pada obat tersebut
yang dapat meningkatkan kontraktilitas dari ventrikel jantung pada saat fase
sistolik dengan kita melihat perubahan warna yang terjadi.
Tetapi ketika dosis yang diberikan berlebihan dalam arti dosis yang diberikan
merupakan dosis letal dapat menyebabkan keracunan, karena waktu yang di
lakukan ventrikel untuk melakukan kontraksi terlalu lama akibat efek yang
diberikan obat sulfas atropik terebut, menyebabkan otot jantung menjsdi
hipretropi, memanjang dan menyebabkan disfungsi dari miokardium jantung.
Ketika efek tersebut terjadi sehingga kontraksi jantung akan melemah. Kekuatan
sebelum melakukan kontraksi yang di sebut dengan preload, ketika awal diberika
10
obat sulfas atropik akan meningkan sehingga daya regang ventrikel akan
meningkat yang menyebabkan aliran darah yang menyuplai akan besar. Tetapi
ketika terjadi keracunan dosis obat sulfas atropik tersebut menyebabkan daya
kontraksi berkurang dengan menurunnya fase preload, sehingga daya regang
sebelum berkontraksi akan berkurang karena otot jantung mengalami dilatasi
akibat terlalu lama melakukan kontraksi.
Penurunana preload akan menyebakan penurunana kontraktilitas, karena daya
regang sebelum berkontraksi menurun akibatnya kontraksi akan ikut menurun
desertai penurunan afterload yang meruoakan volume darah seblum kontraksi dari
ventrikel yang akan menyuplai darah ke seluruh bagian tubuh. Akibat dari
penurunan ketiga factor tersebut menyebabkan volume yang seharusnya tersuplai
ke seluruh jatingan akan berkurang, menyababkan hipoksia jaringan. Ketika
jaringan mengalami hipoksia fungsi dari sel tubuh akan berkurang yang akan
menyebabkan ireversibel pada organ tubuh khususnya organ tubuh yang vital,
karena terlalu lama mengalami hiposia jaringan akibat penurunan curah jantung
menyababkan system kordiansi organ tubuh akan menurun yang menyebabkan
penurunan Dari seluruh organ tubuh, lama kelamaan jantung kodok tidak dapat
berkontraksi kembali.
Walaupun jantung memiliki daya elektrikal yang kuat, lama-kelamaan daya
elektrikal tersebut tidak akan berfungsi kembali karena adanya penurunan
fisiologis dari fungsi elektrikal jantung tersebut sehingga kontraksi melemah dan
tidak dapart dirangsang kembali dengan menggunakan alat apapun.
11