Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat, 2004).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Brunner & Suddarth, 2001). Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,
keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995
: 1183).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).Jadi berdasarkan
pengertian diatas fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan.
2. Klasifikasi Fraktur
Menurut jumlah garis fraktur:
(1) Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
(2) Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
(3) Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)
Menurut luas garis fraktur:
(1) Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)
(2) Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
(3) Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada
perubahan bentuk tulang)
Menurut bentuk fragmen:
(1) Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
(2) Fraktur oblique (bentuk fragmen miring)
(3) Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)
Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
1) Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :
(1) Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi
ringan, luka <1 cm.
(2) Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.
(3) Luka besar sampai 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler,
kontaminasi besar.
2) Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)
3. Etiologi
(1) Trauma
a. Langsung (kecelakaan lalulintas)
b.Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri/duduk sehingga
terjadi fraktur).
(2) Patologis: Metastase kanker ke tulang.
(3) Degenerasi
(4) Spontan: Terjadi tarikan otot yang sangat kuat.
4. Manifestasi Klinis
1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2) Deformitas dapat disebabkan oleh pergeseran fragmen pada eksremitas.
Deformitas dapat diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
3) Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5,5 cm.
4) Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya.
5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
5. Patofisiologi (terlampir)
6. Pemeriksaan Penunjang
1) X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur dan deformitas.
2) Venogram/arteriogram menggambarkan arus vaskularisasi.
3) CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
4) Uji laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering rendah akibat
perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas.
7. Penatalaksanaan
Empat tujuan penatalaksanaan fraktur adalah:
1) Untuk menghilangkan nyeri
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena
jaringan di sekitar tulang yang patah tersebut terluka. Untuk mengurangi nyeri
tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan teknik
imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Teknik imobilisasi dapat
dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
a. Pembidaian: benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
b. Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah.
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk
tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah:
(1) Imobilisasi dan penyangga fraktur
(2) Istirahatkan dan stabilisasi
(3) Koreksi deformitas
(4) Mengurangi aktivitas
(5) Membuat cetakan tubuh ortotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips
adalah:
(1) Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
(2) Gips yang patah tidak bisa digunakan
(3) Gips yang terlalu kecil atau longga sangat membahayakan pasien
(4) Jangan merusak/menekan gips
(5) Jangan pernah memasukkan benda asing ke gips
(6) Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh lebih lama
2) Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama.
Untuk itu diperlukan lagi teknik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi
kontinu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal, tergantung dari jenis frakturnya
sendiri.
a. Penarikan (traksi)
Secara umum, traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali
pada ekstremitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa
sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.
Metode pemasangan traksi antara lain:
a) Traksi manual
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,
j)
lama perkawinannya.
Pola toleransi koping-stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,
yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi
tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.
k) Pola tata nilai dan keyakinan