Você está na página 1de 6

PERILAKU ORGANISASI

Analisis Perusahaan PT Telkom mengenai Organizational Culture


dan Conflict and Negotiation

Disusun oleh
Argantha Bima Wisesa
112400241
Arum Yuni Adi Saputri
112400243
Muhammad Fakhri
112400254
Sabila Nur Aulia
112400262
Ufia Fitri Dhuha
112400266
Ulfa Syafira
112400267
Yoku Rikona Tito I.M
112400271

MBTI G

MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA


TELKOM BUSINESS SCHOOL
TELKOM UNIVERSITY
2013-2014

Latar belakang
Sudah sewajarnya perusahaan yang besar mengalami peningkatan di setiap periode. Selain telah
mengetahui tantangan pada lingkungan bisnis, perusahaan tersebut mampu menjaga keunggulan
kompetitifnya. Semua itu tidaklah mungkin berkembang dengan sendirinya. Terdapat faktorfaktor yang memperkuat perusahaan tersebut. Beberapa diantaranya adalah budaya organisasi
dan penyelesaian konflik dalam perusahaan tersebut.
Budaya organisasi merupakan pola kepercayaan dan harapan yang dianut oleh anggota
organisasi. Kepercayaan dan harapan tersebut menghasilkan nilai-nilai yang dengan kuat
membentuk perilaku para individu dan kelompok-kelompok anggota organisasi (Schwartz dan
Davis; 1981) sehingga memberikan karakteristik cara kelompok atau individu bekerjasama untuk
menyelesaikan tugasnya (Eldride dan Crombie (1974)). Namun hal itu tidak akan tercapai
apabila kelompok atau individu memiliki konflik antara satu dengan yang lainnya.
Konflik adalah sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain
telah atau akan memengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi kepedulian atau kepentingan
pihak pertama. Jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi
yang bersifat fungsional karena menghasilkan kinerja kelompok, atau juga bisa bersifat
disfungsional karena justru menghambat kinerja kelompok.
Konflik dapat diselesaikan dengan cara bernegosiasi, yaitu sebuah proses dimana dua pihak atau
lebih melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati nilai tukarnya.
Atau bisa diartikan mencari jalan tengah untuk menyelesaikan konflik dengan cara pihak yang
berkonflik saling memberi keuntungan.
Oleh karena itu, budaya pada perusahaan sangat mempengaruhi perkembangan bisnisnya.
Terlebih pada konflik dan penyelesaiannya yang membuat perusahaan tersebut semakin dewasa.

Profil Perusahaan
PT Telkom sudah ada sejak masa Hindia Belanda dan yang menyelenggarakan adalah pihak
swasta. Sedangkan perusahaan Telekomunikasi Indonesia (PT Telkom) sendiri juga termasuk
bagian dari perusahaan tersebut yang mempunyai bentuk badan usaha Post-en Telegraaflent
dengan Staats blaad No. 52 Tahun 1884. Pada tahun 1961 menurut Peraturan Pemerintah No. 240
bahwa Perusahaan Negara dilebur menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi yang
dimuat dalam pasal 2 I.B. Pada tahun 1965 pemerintah membagi perusahaan Pos dan
Telekomunikasi menjadi dua bagian yang berdiri sendiri yaitu Perusahaan Pos dan Giro (PN. Pos
dan Giro) serta Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN. Telekomunikasi) yang sudah diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1965. Kemudian berdasarkan PP No. 15 Tahun 1991,
maka Perum dialihkan menjadi Perusahaan Perseoran (Persero).

Analisis Kasus
PT Telkom Indonesia mulai melakukan proses perubahan untuk mengantisipasi tantangan pada
lingkungan bisnis dan menjaga keunggulan kompetitif. PT Telkom Indonesia adalah salah satu
pelaku perubahan tunggal terbesar dalam sejarah industri telekomunikasi. Perubahan PT Telkom
Indonesia menyentuh empat aspek operasi: transformas bisnis, transformasi infrastruktur, dan
transformasi sumber daya manusia dan budaya.
Transformasi budaya dimulai dengan perubahan identitas brand, yang dicapai melalui perubahan
logo. Perubahan ini sejalan dengan perkembangan portofolio bisnis PT Telkom Indonesia TIME.
Pernyataan brand positioning TELKOM dalam transformasi ini adalah Life Confident, yang
ditunjukkan melalui brand values (Espertise, Empowering, Assured, Progresisive and Heart) dan
semboyan PT Telkom Indonesia the world in your hand. Saat ini The Telkom Way merupakan
budaya perusahaan yang memiliki harapan mampu memadukan seluruh elemen perusahaan
untuk dapat memberikan value terbaik kepada setiap pemangku kepentingan.

The Telkom Way ditetapkan sebagai cara bekerja insane TELKOM (as the way Telkom work).
Rumusan budaya korporasi terdiri dari:
Basic Belief: Commited 2 U. Makna sigkatnya adalah komitmen perusahaan dan seluruh
jajarannya utuk selalu memberikan yang terbaik kepada pemangku kepentingan dengan
berpegang pada 7 norma etika, yaitu: Kejujuran, Transparansi, Komitmen, Kerjasama, Disiplin,
Peduli, dan Tanggung jawab.
Corporate Values: Telkoms 5C. Merupakan nilai-nilai utama yang dianut oleh insan Telkom dan
merupakan manifestasi dari basic belefs. Nilai-nilai tersebut adalah Commitment to the long ter,
Customer first, Caring Meritocracy, Co-creation of win-win partnership, dan Collaborative
innovation
Key Behavior: 15 Key Behaviors. Standar budaya yang dapat diamati berupa perilaku teladan,
yang setidaknya harus dimiliki setiap insan Telkom
PT Telkom Tbk menggunakan The Telkom Way 135 sebagai budaya organisasi yang harus
disepakati semua karyawannya. Pola 1-3-5 itu sendiri berarti:
1(satu) asumsi dasar
3(tiga) nilai inti yang mencakup:
Customer Value (Nilai Pelanggan)
Excellent Services (Pelayanan yang Sempurna)
Competent poeple (Orang-orang yang kompeten)
5 (lima) merupakan langkah perilaku untuk memenangkan persaingan, yanga terdiri atas:
Stretch The Goals
Simplify
Involve Everyone
Quality is My Job
Reward the Winers

The Telkom Way 135 merupakan hasil pengalian dari perjalanan PT Telkom dalam mengarungi
lingkungan yang terus berubah. Dikristalisasi serta dirumuskan oleh berbagai inspirasi dari
perusahaan lain dan berbagai tantangan dari luar. PT Telkom berharap dengan tersosialisasinya
The Telkom Way 135, maka akan tercipta pengendalian cultural yang efektif terhadap cara rasa,
cara memandang, cara berpikir, dan cara berperilaku. Hal ini selaras dengan teori pendekatan
dalam mempelajari budaya organisasi atau teori pendekatan Shared Basic Assumption yang di
kemukakan oleh Edgar H. Schein.

Penyelesaian Kasus
Dalam menerapkan nilai-nilai strategis itu kepada sekitar 28.000 karyawan PT Telkom tidaklah
mudah. Selain butuh waktu, menerapkan budaya organisasi itu tidak bisa langsung, dan akan
menimbulkan penolakan. Untuk mengatasi penolakan tersebut, PT Telkom punya tahapan
sosialisasi tersendiri, yaitu:
Awareness, atau menimbulkan kesadaran dari dalam diri para pegawai untuk memiliki jiwa atau
perasaan yang sama dalam memandang perusahaan mereka
Understand, yaitu para pegawai diberikan pemahaman akan pentingnya memiliki rasa dan
pandangan yang sama dalam memperlakukan perusahaan
Socialization, yaitu tahapan setelah pegawai dibangkitkan rasa kesadarannya dan mengetiakan
esensi mengapa didalam sebuah perusahaan harus memiliki aturan atau kebijakan yang tentunya
menyangkut pegawai, maka PT Telkom melakukan gerakan mensosialisasikan The Telkom Way
135.

Kesimpulan dan Saran


Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan PT Telkom dapat menjadi perusahaan
besar karena telah mengalami perkembangan budaya dan menyelesaikan konflik tanpa
kekerasan.

Daftar Pusataka

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge. Perilaku Organisasi. Buku 2. 2008. Penerbit Salemba
Empat: Jakarta.

Você também pode gostar