Você está na página 1de 6

ANALISA GAS DARAH

Apa itu analisa gas darah (AGD)?


Analisa gas darah itu adalah salah satu alat diagnosis dan
penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status
oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Manfaat dari
pemeriksaan analisa gas darah ini bergantung sama kemampuan
dokter untuk menginterpretasi hasilnya secara tepat. Pemeriksaan
AGD juga dikenal dengan nama pemeriksaan ASTRUP, yaitu
suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri,
lokasinya si A.radialis, A.brachialis, A.femoralis (nanti kita bahas
lebih lanjut). Tujuan pemeriksaan AGD sendiri untuk:
a. Mengevaluasi pertukaran gas dalam paru
Jadi maksudnya yang dinilai nanti adalah status
oksigenasi (tekanan oksigen arterial [PaO2]) dan ventilasi
alveolar (tekanan karbondioksida arterial [PaCO2]) dalam paru.
(ngerti nda?? Ngerti2kan jak ya..)
b. Menetapkan asam basa darah
Nah kalo sistem asam basa ini diatur oleh tiga sistem yaitu
sistem pernafasan, sistem renal dan sistem buffer. Lewat2
sistem tu lah kita tau asam-basa darah.
c. Menentukan terapi oksigen
Nilai dari hasil AGD digunakan untuk monitoring hasil
tindakan penatalaksaan oksigenasi pasien/klien. Jadi pasien
yang sebelumnya kan memang udah diberi terapi oksigen
(pasiennya dikasi oksigen, ga mampu napas sendiri) nih, nah
hasil AGD digunakan untuk mengukur apakah terapi oksigen ini
masih harus dilanjutkan atau tidak/ditambah atau dikurangi..
ataupun (kebanyakan ataunya ya..) bagi pasien yang baru mau

diterapi oksigen, hasil AGD digunakan untuk seberapa


banyak/lama si pasien harus mendapat terapi oksigen (huft).
d. Memonitor terapi penyakit respiratorik
Contoh penyakit respiratorik antara lain TB, pneumonia,
emfisema, bronchitis, atau effusi pleura, AGD digunakan untuk
menilai pertukaran gas dalam paru, namanya juga penyakit
respiratorik, pasti terganggu tuh. :p
Pemeriksaan AGD
Pada pemeriksaan AGD menggunakan beberapa parameter yaitu :
a. pH normal 7,35-7,45
b. Pa CO2 normal 35-45mmHg
c. Pa O2 normal 80-100mmHg
d. Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
e. HCO3 normal 21-30 mEq/l
f. Base ekses normal -2,4 s.d +2,3
g. Saturasi O2 lebih dari 90%
Trus pemeriksaannya juga menggunakan pendekatan Henderson
Hasselbach dengan rumus :
pH = 6,1 + log HCO3- / ( 0,03 X pCO2 )
(penjelasan dibawah ini, boleh baca atau dilewatkan.. :p)
Persamaan ini (H-H atau Handerson-Hasselbach) menitik
beratkan pada sistem buffer asam karbonat yang memegang peranan
penting dalam pengaturan asam basa melalui ginjal dan paru paru.
Karbondioksida bereaksi dengan air untuk membentuk HCO 3- dan
H+.

Berdasarkan hukum kekekalan massa, maka


[H+] [HCO3-] / [H2CO3] = konstan.
Sehingga, dapat ditentukan bahwa :
pH = pKa + log([H+] [HCO3-] / [H2CO3])

a. Persiapan pasien....
Sebelum dilakukan pengambilan darah arteri harus
selalu diperhatikan diagnosis primer dan keadaan pasien.
Anamnesis penggunaan obat antikoagulan, serta adanya
kelainan pembekuan darah, penyakit infeksi yang
ditularkan melalui darah, takutnya terjadi perdarahan
dan hematoma.
Pasien harus dalam keadaan tenang.. kalo gelisah
takutnya terjadi hiperventilasi
(udah cukup jelas kan..)
b. Persiapan sampel
Sampel : darah lengkap yang diberi antikoagulan heparin
Segera dilakukan pemeriksaan
Bila disimpan ( 1 jam ) harus diberi air es, supaya gak
lisis.

Dari persamaan tersebut, pH dapat dikatakan sebagai rasio


antara bikarbonat dan karbondioksida. Perubahan pH dapat
disebabkan oleh perubahan CO2 (respirasi) atau HCO3- (metabolik).
Sistem kompensasi tubuh berusaha mempertahankan rasio tersebut
tetap 20:1.
Namun, persamaan H H tidak membahas mekanisme
perubahan pH akibat efek metabolik sejelas efek respiratoriknya,
karena secara in vivo kadar bikarbonat sangat tergantung pada
tekanan parsial karbondioksida (pCO2). Oleh sebab itu, muncullah
konsep standard bikarbonat dan standard base excess (BE) untuk
membantu menghitung efek metabolik terhadap perubahan pH.
Standard bikarbonat adalah jumlah bikarbonat yang seharusnya ada
pada PCO2 = 40 mmHg, sehingga dapat menyingkirkan efek
respirasi pada suatu perubahan pH. Sementara standard BE melihat
jumlah asam (dalam mmol/l) yang harus ditambahkan atau
dikurangkan pada sampel darah yang sama dengan Hb 5,5 g/dl
untuk mencapai pH normal pada PCO2 40 mmHg. Semakin negatif
BE menunjukkan sampel darah tersebut semakin asam.

Tuh gambarnya seperti ini

Lanjutt..trus gimana caranya melakukan pemeriksaan ini??


Kalo dari slide ada 2 persiapan yaitu :
a. Persiapan pasien dan
b. Persiapan sampel

Pengambilan sampel
darahnya di ambil dari 3
pembuluh darah yaitu Arteri Brachialis, Arteri Femoralis, Arteri
Radialis. Namun dari ketiga arteri ini, arteri radialis lebih sering
dipilih karena lebih superfisial, mudah diraba dan difiksasi. Namun

G
e
Tab
Spui
ung
Bl
trea
+
A
aa
dara
its
ksi
hr
u
e
e
s
s

pengambilan darah arteri ini tetap memiliki resiko, antara lain


spasme, kloting intralumen, perdarahan dan hematoma yang
akhirnya menimbulkan obstruksi arteri bagian distal, hal ini terjadi
kalo si arteri yang ditusuk tidak memiliki kolateral yang cukup.
(Sirkulasi kolateral adalah suatu jalur aliran darah baru untuk
mengaliri suatu jaringan atau organ yang sama. Saluran kolateral
terbentuk bila terjadi sumbatan yang menutup aliran darah utama
tubuh kita)

c.
d.
e.

Cara Penusukkan arteri radialis..


Belum ambil darah ya, baru mo nusuk.. agak rada2 susah juga,
(jangankan arteri, kemaren ambil darah vena jak tangan uda bergetar
kayak orang stroke) syarat2nya antara lain:
a.
Letak di pergelangan tangan
b.
Tempat aman
c.
Mudah dicapai
d.
Pembuluh darah superfisial
e.
Tidak berdekatan dengan vena vena besar
f.
Sebelum dilakukan penusukan dilakukan tes Allen
Cara melakukan tes Allen adalah dengan terus menerus bendung
arteri radialis dan ulnaris. Tangan akan putih kemudian pucat.
Lepas aliran arteri ulnaris. Tes ini positif kalo tangan kembali
menjadi warna merah muda. Ini meyakinkan kalo aliran arteri
radialis tidal paten. Setelah itu pergelangan tangan di
hiperekstensikan dan tangan dirotasi keluar biasanya
menggunakan gulungan handuk.
Cara pengambilan darah
a. Letakkan handuk di bawah siku
b. 1 ml heparin diaspirasi kedalam spuit sehingga dasar spuit
basah dengan heparin, dan kemudian kelebihan heparin
dibuang melalui jarum, dilakukan perlahan sehingga

f.
g.
h.

pangkal jarum penuh dengan heparin dan tak ada gelembung


udara
Arteri radialis dilokalisasi dengan palpasi jari tengah dan
telunjuk, dan titik maksimum denyut ditentukan, bersihkan
area tersebut dengan kapas alkohol.
Jarum dimasukkan dengan perlahan kedalam area yang
memiliki pulsasi penuh, arah jarum spuit kurang lebih 45900 terhadap kulit
Indikasi satu2nya kalo darahnya adalah darah arteri adalah
adanya pemompaan darah kedalam spuit dengan
kekuatannya sendiri. (ingat sifat darah kalo keluar dari arteri
n vena? Yang mana merembes n muncrat) wkwkwkwk
Setelah darah diambil, jarum dilepas dan area yang dipungsi
(tempat ambil darah tadi) ditekan selama minimal 5 menit n
10 menit untuk pasien yang dapat antikoagulan
Gelembung udara harus dibuang keluar spuit, dan tempatkan
penutup udara pada spuit, puter2 spuit diantara telapak
tangan untuk mencampurkan heparin.
Beri label spuitnya, antar ke lab langsung, kalo gak, kayak
tadi simpen dalam es.

Nilai rujukannya tadi udah dicantumkan juga di parameter


pemeriksaan ya..
Trus interpretasinya.. darahnya tadi kan dimasukkin kedalam
alat/mesin diproses and dapat deh hasilnya (asidosis kalo
pH<normal dan alkalosis kalo pH>normal.) pH normal 7,35-7,45.
Dapat disimpulkan ada 4 keadaan yang menggambarkan
konsentrasi ion H+ dalam darah. Yaitu :
1. ASIDOSIS RESPIRATORIK
# PH turun PCO2 naik

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan


karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari
fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul
karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang
mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan
lebih dalam.
a.
Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakitpenyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
Emfisema
Bronkitis kronis
Pneumonia berat
Edema pulmoner
Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari
saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme
pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat
narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
2. ASIDOSIS METABOLIK
# PH turun HCO3 turun
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang
ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah
akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH
darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha
tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara

menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga


berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua
mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat
dan berakhir dengan keadaan koma.
a.
Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3
kelompok utama:
1)
Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika
mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi
asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila
dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen
glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2)
Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu
akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes
melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah
lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang
berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam
laktat dibentuk dari metabolisme gula.
Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu
untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan
jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal
tidak berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus
renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita

kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang


asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik:
Gagal ginjal
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Ketoasidosis diabetikum
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat,
metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran
pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi
3. ALKALIOSIS RESPIRATORIK
# PH naik PCO2 turun
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi
basa karena pernafasan yang cepat dan dalam menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
a.
Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang
dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah
kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
rasa nyeri
sirosis hati
kadar oksigen darah yang rendah
demam
overdosis aspirin.

b.
Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah
memperlambat pernafasan.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini.
Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung
plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah
penderita
menghirup
kembali
karbondioksida
yang
dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan
nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan
menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan
berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan
membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan
menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
4. ALKALIOSIS METABOLIK
# PH naik HCO3 naik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam
keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
a.
Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak
asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama
periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung
disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang
dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut). Pada
kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda
bikarbonat.

Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium


atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan
ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
b.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1)
Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)

2)
Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3)
Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau
akibat penggunaan kortikosteroid).
Oke selesai.. sekian dari saya.. monggo..

Você também pode gostar