Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
Dikdik Riyadi* dan Hadianto*
Sari
Perkembangan penduduk Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar telah meningkat
khususnya pasca tsunami. Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan peningkatan
jumlah sampah yang dihasilkan, sehingga TPA yang ada tidak akan mampu menampung
sampah sampai 20 tahun mendatang . Semakin sulitnya mencari lahan kosong untuk TPA
di Kota Banda, maka dipandang perlu adanya kerjasama antara Kota Banda Aceh dan
Kabupaten Aceh Besar dalam menyediakan lahan untuk TPA. Kegiatan pembangunan
TPA sampah direncanakan di Desa Data Makmur Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten
Aceh Besar dengan menggunakan sistem Sanitary Landfill Terpadu yang dilengkapi
dengan industri pendukung hasil pemilahan dengan luas lahan 200 ha. Sarana dan
prasarana utama yang akan dibangun adalah landfill, kolam lindi, kolam penampungan
air hujan dan buffer zone. Sarana penunjangnya adalah kantor pengelola, perbengkelan
dan garasi, sarana air bersih, unit pemilah dan sebagainya. Kondisi lingkungan fisik
beraspek geologi yang mendukung diantaranya tapak kegiatan berada pada bentang alam
punggungan bukit dengan relief permukaan relatif datar dan kedudukan muka air tanah
yang dalam. Faktor kendala yaitu tanah pelapukan dari batuan gunung api yang erodible
dan angka kelulusan >10-5 cm/detik. Berdasarkan aspek geologi lingkungan untuk tata
letak sarana utama TPA Sampah Terpadu berada pada zona leluasa, sedangkan buffer
zone berfungsi sebagai penyangga dan dapat menyerap gas CO2, seperti tanaman Jatropha
curcas (jarak) berada pada zona kurang leluasa dan zona tidak layak.
Abstract
The population of Banda Aceh City and Aceh Besar Regency has been developing since
tsunami evidence. These development was also followed by increasing of waste disposal
as far as the existing waste site cannot accommodate waste until next 20 years. Joint
cooperation between Banda Aceh City and Aceh Besar Regency was already done to find
the new waste site that situated at Data Makmur-Blang Bintang Village, Aceh Besar
Regency. The new waste site covers an area of 200 ha with Sanitary Landfill System
which is completely with supporting facilities such as leached collection pond, reservoir
of rain water, buffer zone, etc. The environmental geological aspect that supporting the
includes relatively flat landscape, deep ground water table, however soil cover is erodible
and permeability value (k) is > 10-5 cm/sec become constrain parameters. Based on
environmental geologic aspects, the selected main waste site is situated in the suitable
area whereas its buffer zone is innless suitable area and it will be planted by jatropha
curcas. This plant can absorb of CO2 emission.
PENDAHULUAN
Perkembangan penduduk Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar telah meningkat
khususnya pasca tsunami. Produksi sampah di Kota Banda Aceh yaitu sekitar 700 m3 per
hari dan yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP) baru 525 m3 per
hari. Sedangkan volume sampah di Kabupaten Aceh Besar yang didominasi dari Pasar
Lambaro, Keutapang dan sekitar mencapai 200 m3 per hari. Untuk itu Pemerintah
Daerah Nanggroe Aceh Darussalam telah menetapkan lokasi TPA Sampah Terpadu
menurut SNI 01-3241-1994 di Desa Data Makmur Kec. Blang Bintang dari beberapa
lokasi alternatif di Kec. Montasik dan Kec. Blang Bintang. Kajian ini menekankan
terhadap aspek geologi lingkungan seperti: sifat fisik tanah dan batuan, tatanan air tanah
dan bahaya geologi dan memberikan pengorganisasian keleluasaan serta desain tata letak
sarana utama dan sarana penunjang ditinjau dari sudut pandang geologi lingkungan.
TPA Sampah Terpadu direncanakan menggunakan sistem Sanitary Landfill Terpadu
dengan luas total lahan 200 Ha dan dalam jangka
hingga September (64 mm). Menurut kategori iklim dari Schmidt dan Ferguson,
menghasilkan nilai Q rata-rata sebesar 0.3952 sehingga iklim di daerah Aceh dapat
dikategorikan sebagai iklim agak basah. Suhu udara rata-rata di daerah Blang Bintang
dan sekitarnya antara 260C 280C dengan kelembaban udara berkisar dari 74% hingga
84%.
Kota
Banda
Aceh
Kab. Aceh
Besar
Kota
Banda
Aceh
Kab. Aceh
Besar
Kota
Banda
Aceh
Kab. Aceh
Besar
Total
2009
231.280
198.281
75,5
40,3
42.830
11.200
54.030
2013
250.345
215.468
77,5
41,5
47.093
12.402
59.495
2017
270.981
234.146
79,5
42,7
51.740
13.721
65.461
2021
293.319
254.442
81,5
43,9
56.803
15.167
71.970
2025
317.497
276.498
83,5
45,1
62.317
16.750
79.067
standar timbulan dan tingkat pelayanan pengangkutan sampah. Berdasarkan hasil studi
yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Pengelolaan Sampah Terpadu Pemda Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (2007). Adapun asumsi yang digunakan dalam proyeksi
timbulan sampah yang harus dikelola dalam lokasi TPA Sampah Terpadu Blang Bintang,
dapat dilihat pada Tabel 1.
Lokasi TPA Sampah Terpadu Blang Bintang yang telah ditetapkan merupakan hasil
evaluasi berdasarkan SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA yang
ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (PU). Sebenarnya SNI 03-3241-1994
tentang pemilihan lokasi TPA digunakan untuk menilai keunggulan relatif satu calon
lokasi TPA Sampah terhadap calon lokasi TPA Sampah lainnya. Tahapan penilaian ini
terdiri dari 5 parameter umum dan 17 parameter lingkungan fisik, dengan kisaran nilai
minimum 1 dan maksimum 10.
Tabel 2 memperlihatkan analisis perhitungan kelayakan TPA Sampah Terpadu Blang
Bintang dengan menggunakan metoda SNI.
Nilai yang didapat untuk TPA Sampah terpadu Blang Bintang adalah 658, dan calon
lokasi TPA Sampah dapat dikatakan ideal/sempurna jika total nilai yang didapat
maksimum adalah 790. Jika calon lokasi TPA ideal tersebut diposisikan sebagai 100%
maka nilai 658 yang diperoleh dari penilaian lokasi TPA Sampah Terpadu Blang Bintang
ini berada pada posisi 83,29%. Hal ini disebabkan karena partisipasi masyarakat kurang
berperan aktif, setempat merupakan daerah recharge, curah hujan tinggi, jalan masuk ke
lokasi melalui permukiman berpenduduk sedang, dan berdampak sedang terhadap
pertanian yang ada di sekitarnya.
Kesesuaian Lokasi TPA Berdasarkan Tata Ruang
Menurut rencana pemanfaatan lahan yang tertuang dalam RTRWP NAD, lokasi TPA
Blang Bintang terletak pada kawasan budi daya yang dialokasikan sebagai Hutan
Produksi Terbatas (HTP).
Sedangkan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang masih dalam proses
Qanun, Kecamatan Blang Bintang berada pada kawasan budi daya dan termasuk dalam
sistem kota metropolitan Banda Aceh yang mengemban peran sebagai kawasan yang
diprioritaskan untuk pengembangan kota pelabuhan udara, karena secara eksisting
sebagai lokasi Bandar Udara Sultan Iskandar Muda.
Oleh karena lokasi TPA Terpadu Blang Bintang terletak pada kawasan hutan produksi
terbatas, maka proses alih fungsi lahan melalui mekanisme pinjam pakai yang diatur
dalam Permenhutbun P-14 tahun 2006 jungto Permenhutbun No. 64 tahun 2006.
DESKRIPSI KEGIATAN
Berdasarkan kajian desain TPA Sampah Terpadu Blang Bintang ini akan dilengkapi
dengan sarana utama dan sarana penunjang.
Sarana Utama TPA
Landfill
Berdasarkan hasil kajian Tim Koordinasi Pengelolaan Sampah Terpadu Pemda Nanggroe
Aceh Darussalam (2007), bahwa model landfill yang akan dikembangkan dalam
pembangunan TPA Terpadu adalah Teknologi Reusable Sanitary Landfill (Semi Aaerobic
Wet-Cell System, Gas Recovery, and Reusable), seperti yang terlihat pada Gambar 3 dan
4.
Parameter
Bobot
TPA Terpadu
Nilai Score
UMUM
1 Batas Administrasi
Di dalam batas
administrasi
10
50
Pemerintah Daerah/Pusat
10
30
3 Kapasitas Lahan
> 10 tahun
10
50
1 KK
10
30
5 Partisipasi Masyarakat
Digerakkan
15
35
II
LINGKUNGAN FISIK
1 Tanah
2 Air Tanah
10
50
15
Diproyeksikan untuk
dimanfaat-kan dengan
batas hidrolis
15
5 Bahaya Banjir
10
20
6 Tanah Penutup
10
40
7 Intensitas Hujan
10
50
9 Transportasi Sampah
40
10 Jalan Masuk
20
11 Lalu Lintas
10
30
Mempunyai dampak
sedikit terhadap tata guna
lahan sekitar
10
50
13 Pertanian
15
Lindung/Cagar
14 Daerah
Alam
10
20
15 Biologis
10
30
10
20
17 Estetika
10
30
TOTAL SKOR
658
dapat memperpanjang usia pakai TPA dan dapat dipakai berulang kali di lokasi yang
sama.
Kolam Lindi dan Pipa Gas Methane
Fasilitas pengumpul air lindi dibuat dari perpipaan berlubang-lubang, dipasang dengan
kemiringan yang cukup untuk mengalirkan air lindi ke dasar TPA, mengarah pada suatu
titik pengumpulan yang disediakan. Tempat pengumpulan air lindi berupa kolam
penampung yang ukurannya dihitung berdasarkan debit air lindi dan kemampuan unit
pengolahannya. Aliran air lindi ke dalam kolam pengumpul dilakukan secara gravitasi.
Kolam Penampung Air Hujan
Air hujan ditampung pada reservoir untuk dimanfaatkan keperluan operasional seharihari, terutama untuk pencucian truk sampah sebelum keluar lokasi. Kolam penampung air
hujan secara topografi menempati daerah cekungan yang relatif tinggi di bagian timur
tapak, yang dapat disalurkan secara gravitasi atau dipompakan ke lokasi TPA.
Buffer Zone
TPA Terpadu ini dilengkapi dengan kawasan penyangga berupa hutan kota melingkari
lokasi TPA. Kawasan penyangga ditumbuhi tanaman bermanfaat yang berfungsi dapat
menyerap gas CO2, seperti tanaman Jatropha curcas (jarak).
Sarana dan Prasarana Penunjang
Untuk menunjang pengoperasian TPA Terpadu ini, diperlukan beberapa sarana dan
prasarana penunjang, seperti perkantoran, bengkel dan garasi.
Kantor Pengelola
Pembangunan kantor pengelola dengan jumlah personil yang bekerja sebanyak 20 orang.
Selain itu juga akan dibangun Pusat Pendidikan dan Pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan dan keahlian karyawan serta masyarakat di sekitar kegiatan.
Perbengkelan dan Garasi
Perbengkelan diperlukan bagi pemeli-haraan kendaraan yang melakukan aktivitas di TPA
Terpadu, baik untuk kendaraan yang berada di sekitar maupun kendaraan yang
membawa sampah dari luar.
Sarana Air Bersih
Sarana air bersih yang disediakan adalah berupa kolam penampung air yang berfungsi
sebagai sumber air cadangan untuk keperluan kegiatan secara keseluruhan.
Kolam Penampung Air Hujan
Air hujan yang tidak terkontaminasi ditampung pada reservoir air hujan dan air yang
tertampung dimanfaatkan untuk keperluan operasional sehari-hari, terutama untuk
pencucian truk sampah sebelum keluar lokasi.
Jalan Akses
Sampah padat yang akan diolah berasal dari dua wilayah, yaitu dari Kota Banda Aceh
dan Kabupaten Aceh Besar. Agar dapat diolah di lokasi tersebut, maka sampah yang
dihasilkan dari kedua wilayah pelayanan ini harus diangkut melalui jalan darat dengan
jarak 18 km dari Pusat Kota Banda Aceh dan 54 km dari pusat Kota Jantho, ibukota
Kabupaten Aceh Besar.
Unit Pencuci Truk
Pencucian mobil diperuntukkan khusus untuk mobil/truk sampah agar tidak menyisakan
bau dan kotoran setelah kembali dari lokasi TPA.
Unit Timbang
TPA Terpadu Blang Bintang dilengkapi dengan jembatan timbang untuk mengetahui
berat sampah yang masuk ke TPA.
Gambar 5. Bentang alam dataran hingga bergelombang lemah di bagian timur dan
Gambar 7. Erosi parit yang berkembang menjadi erosi lembah di tapak rencana TPA
Sampah Terpadu
Hoek & Bray (Murthy, 1993) pada faktor keamanan Fs = 1.2, akan diperoleh rasio tinggi
lereng (H) dan sengkedan (b) mencapai 5 : 1.
Tatanan Air Permukaan
Bagian tengah tapak rencana kegiatan dibentuk oleh lembah sungai yang cukup dalam
dengan beda tinggi di bagian dasar lembah dan atas punggungan mencapai 25 m, lebar
lembah sungai ini ke arah hulu sempit dan ke arah hilir cukup lebar berkisar dari 3 hingga
6 meter. Sungai yang berada di tapak rencana kegiatan ini merupakan anak sungai dari
Krueng (Sungai) Titi Puteh, yang oleh penduduk disebut Krueng Uteun Seublah. Sungai
yang terdapat di dalam tapak kegiatan ini, umumnya berair sepanjang musim walaupun
dalam musim kemarau airnya surut maksimum, dengan debit dari 5 liter/detik hingga 13
liter/detik.
Tatanan Air Tanah
Tapak rencana kegiatan disusun oleh kelompok Batuan Gunung Api Lam Teuba, terdiri
dari bongkahan andesit dan dasit, breksi batu apung,
tufa, aglomerat dan aliran abu. Batuan tersebut seperti telah dikemukakan umumnya telah
melapuk, di permukaan mempunyai tingkat kelulusan dari sedang hingga rendah ( 10-3 10-5 cm/detik).
Wilayah yang disusun oleh batuan ini, umumnya mempunyai akuifer produktif sedang,
sedangkan wilayah di bagian barat daya dengan bentang alam yang bergelombang dengan
kondisi batuan yang sama dibentuk oleh zona akuifer produktif sedang dengan
penyebaran luas (Soekiban, 1981). Untuk mengetahui keberadaan lapisan akuifer, maka
telah dilakukan pengukuran titik duga geolistrik (Gambar 8) dengan metoda
Schlumberger. Dari hasil pengukuran dan analisis pengukuran geolistrik dapat dibuatkan
penampang susunan lapisan batuan berdasarkan nilai tahanan jenis, sebagai berikut
(Gambar 9) ;
Kisaran harga tahanan jenis yang berhubungan dengan jenis batuan di tapak rencana
kegiatan terdiri dari ;
Rho lebih dari 75 Ohm-meter, ditafsirkan sebagai lapisan tuff aglomerat pasiran/pasir
tufaan (kering) - breksi tufa bersifat kompak.
Rho 20-70 Ohm-meter, ditafsirkan sebagai lapisan pasir tufaan breksi pasiran (diduga
sebagai lapisan akuifer).
Rho 119 Ohm-meter, ditafsirkan sebagai lapisan tuf / lempung lempung lanauan.
Lapisan akuifer berada pada kedalaman 13 hingga 44 m di bawah muka tanah setempat
dalam kondisi setengah tertekan sampai tertekan.
Arah aliran aliran air tanah sesuai arah kemiringan lapisan akuifer dan topografi.
Dari kegiatan pemboran sampai mencapai kedalaman dari 5 m belum dijumpai air tanah,
data tentang sumur gali juga tidak dijumpai, sehingga untuk mengetahui kedudukan muka
air sangat sulit. Dengan melihat bentang alam dan kedudukan lapisan akuifer dari diduga
muka air tanah cukup dalam, yaitu lebih dari 10 m.
Erosi dan Sedimentasi
Erosi yang terjadi di tapak rencana kegiatan terutama pada lahan yang bervegetasi jarang
hingga gundul, erosi tersebut berkembang dari erosi parit (sheet erosion) hingga erosi
alur (gully erosion), seperti terlihat pada Gambar 7.
Alur-alur erosi tersebut mencapai kedalaman hingga 3 m atau lebih, aliran air yang ada di
dalamnya mengangkut material lepas menuju bagian anak cabang Krueng Uteun
Seublah.
Berdasarkan perhitungan empiris dengan cara Universal Soil Loss Equation, maka
besarnya erosi pada kondisi awal tapak kegitan adalah berkisar dari 0,15 hingga 0,77
ton/ha/tahun. Untuk lahan yang ditumbuhi pohon kayu putih termasuk kedalam lahan
perkebunan dengan penutupan tanah sebagian (CP = 0.07), maka besarnya erosi tanah
yang terjadi berkisar dari 0,70 hingga 3,11 ton/ha/tahun. Berdasarkan klasifikasi besaran
erosi menurut Departemen Kehutanan, besarnya erosi ini termasuk sangat rendah.
Kegempaan
Berdasarkan Peta Seismotektonik Skala 1 : 250.000 (Firdaus dkk., 1996) tapak kegiatan
dan sekitarnya menunjukkan bahwa pusat gempa berada kurang lebih 3 km ke bagian
barat. Tapak kegiatan ini termasuk kedalam zona resiko gempa bumi dengan intensitas
maksimum V Skala MMI (Modified Mercalli Intensity) dengan percepatan gempa 10 gal
(0,01 g) dan kecepatan maksimum 2,46 cm/detik.
lebih dari 15%, tersusun oleh batuan gunung api tua yang sama dengan zona leluasa
tersebut. Zona ini sangat rentan terhadap longsoran, juga merupakan zona sempadan
sungai dan patahan.
DAFTAR PUSTAKA
Bennett, J.D., Bridge, D.McC., Cameron, N.R., Djunuddin, A., Ghazali, S.A., Jeffery,
D.H., Kartawa. W., Keats. W., Rock, N.M.S., Thomson, S.J. dan Wandoyo, 1981. Peta
Geologi Lembar Banda Aceh Skala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi.
Bowles, J.E. 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Penerbit Erlangga, Jakarta
Firdaus, M., Kertapati, E., dan Soehaimi, A., 1996. Neotectonic and Seismicity Map.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Murthy,V.N.S, 1993, A Text Book of Soil Mechanics & Foundation Engineering, in SI
Units, Revised and Enlatged Fourth Edition. Published by Sai Kripa Technical
ConsultansSharada, 1692, 15th Main, 30th Cross Banashankari Second Stage,
Bangalore 500 070
Soekiban, S, 1981. Peta Hidrogeologi Lembar Banda Aceh Skala 1 : 250.000. Direktorat
Geologi Tata Lingkungan.