Você está na página 1de 24

KINETIKA DISOLUSI OBAT

Kelompok 5

Pendahuluan
Obat dalam bentuk sediaan padat
mengalami
berbagai
tahap
pelepasan. Tahapan tersebut meliputi
disintegrasi, deagregasi dan disolusi
(Martin, 2008).
Disolusi, secara fisikokimia adalah
proses dimana zat padat memasuki
fasa pelarut untuk menghasilkan
suatu larutan (Kurniawan, 2013).

Pengertian Disolusi
Disolusi
merupakan
tahapan
yang
membatasi atau tahap yang mengontrol
laju
bioabsorpsi
obat-obat
yang
mempunyai kelarutan rendah, karena
tahapan
ini
seringkali
merupakan
tahapan yang paling lambat dari
berbagai tahapan yang ada dalam
penglepasan
obat
dari
bentuk
sediaannya dan perjalanannya ke dalam
sirkulasi sistemik (Martin, 2008).

Konsep Disolusi
Disolusi mengacu pada proses ketika fase
padat (misalnya tablet atau serbuk) masuk
ke dalam fase larutan, seperti air.
Intinya, ketika obat melarut, partikelpartikel padat memisah dan molekul demi
molekul bercampur dengan cairan dan
tampak menjadi bagian dari cairan tersebut
Disolusi obat merupakan proses ketika
molekul obat dibebaskan dari fase padat
dan masuk ke dalam fase larutan.

Disolusi, secara fisikokimia adalah


proses dimana zat padat memasuki fasa
pelarut
untuk
menghasilkan
suatu
larutan.
Disolusi senyawa obat adalah proses
multi langkah yang melibatkan reaksi
heterogen/interaksi antara fasa solutsolut (zat terlarut-zat terlarut) dan fasa
pelarut-pelarut dan pada antarmuka
solut-pelarut.

Reaksi heterogen yang merupakan proses


perpindahan massa secara keseluruhan
dapat dikategorikan sebagai
a. penghilangan zat terlarut dari fasa padat
b. akomodasi zat terlarut dalam fasa cair,
dan
c. difusif dan/atau transpor konvektif zat
terlarut dari antarmuka padat/cair ke
dalam fasa massal.
. Berdasarkan perspektif bentuk sediaan,
disolusi zat aktif bukan merupakan
disintegrasi bentuk sediaan. (Kramer et
al.,2005).

Kecepatan disolusi obat merupakan


tahap pembatas kecepatan sebelum
obat berada dalam darah.

Dari segi kecepatan disolusi yang


terlibat dalam zat murni, ada tiga dasar
model fisika yang umum, yaitu:
1. Pertama kali diusulkan oleh Nerst dan
Brunner. komponen kecepatan negatif
dengan arah yang berlawanan dengan
permukaan padat. Reaksi pada permukaan
padat-cair berlangsung cepat. Begitu model
solut melewati antar muka "liquid film bulk
film", pencampuran secara cepat akan
terjadi dan gradien konsentrasi akan hilang.
Karena itu kecepatan disolusi ditentukan
oleh difusi gerakan Brown dari molekul
dalam liguid film (Astuti, 2008).

2. Model barrier antar muka (interfacial


barrier model).
Reaksi yang terjadi pada permukaan
padat dan terjadi difusi sepanjang lapisan
tipis cairan. Transpor yang relatif cepat
terjadi secara difusi melewati lapisan
tipis statis (Astuti, 2008).
3. Model Dankwert (Dankwert model).
Transpor solut menjauhi permukaan padat
terjadi melalui cara paket makroskopik
pelarut mencapai antar muka padat cair
karena terjadi pusaran difusi secara acak.

Skema proses disolusi sediaan


padat

Faktor-faktor yg mempengaruhi
kecepatan disolusi
1. Sifat-sifat fisika kimia obat
yang mempengaruhi laju disolusi
meliputi : kelarutan, betuk kristal,
hidrat solvasi dan kompleksasi serta
ukuran partikel (Shargel dan Yu,
1999)

2. Faktor formulasi sediaan


Berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan
pembantu dan pengolahan (processing).
Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi
tergantung pada kecepatan pelepasan zat
aktif yang terkandung di dalamnya (Shargel
dan Yu, 1993).
3. Faktor alat uji disolusi dan parameter disolusi
meliputi : wadah, suhu, media pelarutan dan
alat disolusi yang digunakan, dan faktorfaktor lain seperti bentuk sediaan, lama
penyimpanan dan kondisi penyimpanan
produk (Shargel dan Yu, 1993).

Menurut Noyes dan Whitney sejak


tahun 1897 kecepatan disolusi dapat
diformulasikan secara matematik
sebagai berikut :

Keterangan :
dt/dc = kecepatan pelarutan (perubahan
konsentrasi per satuan waktu)
Cs = kelarutan (konsentrasi jenuh
bahan dalam bahan pelarut)
Ct = konsentrasi bahan dalam larutan
pada waktu t
K = konstanta yang mempertimbangkan
koefisien difusi, volume larutan jenuh
dan tebal lapisan difusi (Voigt, 1984)

Pada saat melarutnya zat padat di


sekelilingnya akan terbentuk lapisan
tipis dari larutan di sekitarnya.
Dengan
mempertimbangkan
hambatan proses difusi dalam proses
melarut,
maka
dengan
mensubstitusikan
hukum
difusi
pertama ficks (1855) ke dalam
persamaan Nernst, Brunner dan
Bogusk
dapat
memberikan
kemungkinan perbaikan kecepatan
pelarutan secara lebih nyata.

Keterangan :
D = koefisien difusi bahan obat dalam
bahan pelarut (lapisan difusi)
F = permukaan partikel bahan obat
tak terlarut
h = tebal lapisan difusi yang
mengelilingi partikel bahan obat
V = volume larutan

Kecepatan pelarutan ternyata


berbanding lurus dengan luas
permukaan bahan padat, koefisien
difusi dan dengan turunnya
konsentrasi pada waktu t serta
berbanding terbalik dengan tebal
lapisan difusi (Voigt, 1984).

Faktor yang Berkaitan dg Alat Uji Disolusi dan Parameter Uji

Kecepatan pengadukan
mempengaruhi penyebaran partikel dan
tebal lapisan difusi sehingga memperluas
permukaan partikel yg berkontak dg
pelarut,mengakibatkan pelarutan obat
lebih cepat.
Suhu medium
berpengaruh pda kelarutan zat aktif,suhu
biasanya dijaga pada 370 C.
kenaikan suhu akan meningkatka energi
kinetik molekul dan meningkatkan
tetapan difusi D

pH medium
kondisi pH akan berbeda
disepanjang saluran cerna
sehingga mempengaruhi kelarutan
dan laju disolusi obat
Metoda uji yang dipakai
metoda penentuan laju disolusi
yang berbeda dapat menghasilkan
laju disolusi yg berbeda atau sama
tergantung metoda uji yg
digunakan.

TEKNIK UNTUK MENINGKATKAN LAJU


DISOLUSI
Meningkatkan Luas Permukaan Efektif
Obat
dengan memperkecil ukuran partikel
(mikronisasi) sehingga meningkatkan luas
permukaan
spesifik
melalui
penggilingan,pengering
semprot,serta
penambahan senyawa aktif permukaan
dalam formulasi yg dapat meningkatkan
sifat pembasahan dan penetrasi pada
medium disolusi.
Teknik Dispersi Padat

Pembentukan Komplek
contohnya pembentukan komplek furosemida
dengan siklodekstrin, N-metilglukamin
dengan ibuprofen. Pembentukan komplek ini
merubah sifat fisika dari molekul obat seperti
kalarutan, laju disolusi, permeabilitas
membran dan konstanta disosiasi.
Bahan yg Dapat Mengubah Tetapan
Dielektrik Cairan
suatu zat aktif dalam pembawa atau
campuran pelarut dapat campur secara
fisiologik dan mempunyai suatu tetapan
dielektrik yg cocok untuk pelarutan.
ex: gliserin,polioksi etilenglikol,
propilenglikol

Penyalutan
Dengan
Senyawa
Hidrofil
penyalutan zat aktif yg sedikit
hidrofil oleh suatu lapisan yg sangat
hidrofil dapat mempercepat proses
pembasahan partikel selanjutnya
mempercepat proses pelarutan.
ex: penyemprotan zat aktif dengan
gom arab.

DAFTAR PUSTAKA
Sinko, P, J. (2002). Martin Farmasi
Fisika dan Ilmu Farmasetika. Jakarta :
EGC.
Shargel et al. (2005). Biofarmasetika
dan Farmakokinetika Terapan.
Surabaya : Airlangga University
Press.

Você também pode gostar