Você está na página 1de 14

AUDIOVISUAL SEKSIO CAESARIA

Sejarah
Seksio Sesarea telah menjadi bagian dari kebudayaan manusia sejak jaman kuno. Dan
banyak cerita dari Barat dan non-Barat yang mengisahkan tentang seksio sesarea pada ibu
dan bayinya yang dapat lahir dengan selamat. Berdasarkan mitologi dari Yunani, Apollo
telah mengeluarkan Asclepius (pendiri dari cara pengobatan religius yang terkenal) dari
perut ibunya.Beberapa referensi tentang seksio sesarea telah ada pada kebudayaan kuno
Hindu, Mesir, Yunani, Roma, dan beberapa cerita rakyat dari Eropa. Kebudayaan Cina
kuno telah menggoreskan gambar prosedur seksio sesarea dengan ibu yang dapat
melahirkan dengan selamat. Mischnagoth dan Talmud melarang hak anak sulung yang
lahir kembar dari seksio sesarea, dan membuat upacara ritual untuk wanita yang
melahirkan secara seksio sesarea.
Namun, sejarah seksio sesarea yang bersumber dari mitologi masih mempunyai
akurasi yang meragukan. Kata caesar masih terdistorsikan sepanjang waktu. Pada
umumnya kata itu dipercaya sebagai kelahiran Julius Caesar, tetapi hal ini tampaknya
tidaklah benar. Hal ini dikarenakan ibunya, Aurelia tertulis masih hidup sampai anaknya
menginvasi Inggris. Padahal saat itu prosedur kelahiran secara bedah hanya dilakukan
ketika ibu telah meninggal atau sekarat untuk menyelamatkan bayi dan memperbanyak
jumlah populasi penduduk. Hukum Romawi pada masa Caesar mewajibkan ibu hamil
yang telah meninggal atau sekarat untuk dilakukan operasi untuk mengeluarkan bayinya.
Karena itulah dinamakan caesar. Kemungkinan yang lain adalah caesar berasal dari
kata dalam bahasa latin, caedare, yang berarti memotong, dan juga caesones, yang
berarti mengeluarkan bayi dari ibu yang telah meninggal.
Akhirnya, meskipun tidak dapat dipastikan dari mana kata caesar didapat, sampai
abad ke-16 dan 17 prosedur ini telah dikenal dengan nama operasi caesar. Pada tahun
1598, di dalam buku kebidanan yang ditulis oleh Jacques Guilimeau, mulai diperkenalkan
istilah seksio yang selanjutnya menggantikan kata operasi. Pernyataan otoritatif oleh
para ahli obstetri kenamaan mengenai penggunaan operasi ini belum muncul di dalam
literatur sampai pertengahan abad ke-17, saat diterbitkannya karya klasik ahli obstetri
Perancis,

Francois

Mauriceau,

pada

tahun

1668.

Pernyataan-pernyataan

ini

memperlihatkan tanpa ragu-ragu bahwa operasi ini dilakukan pada orang hidup yaitu pada
kasus-kasus yang jarang dan payah, serta biasanya fatal.

Definisi
Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut.
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram.
Jadi operasi Seksio Sesaria ( sectio caesarea ) adalah suatu pembedahan guna
melahirkan janin ( persalinan buatan ), melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus
bagian depan sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim
agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.

Indikasi
Melahirkan dengan cara bedah atau seksio sesarea tidak bisa diputuskan begitu saja
oleh dokter karena resiko

yang mungkin dialami akibat pembedahan harus

dipertimbangkan, baik dari segi kesehatan ibu maupun bayinya. Seksio ini seharusnya
dilakukan jika keadaaan medis memerlukannya. Artinya janin atau ibu dalam keadaaan
gawat darurat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan seksio
sesarea. Itu sebabnya harus ada alasan yang jelas untuk melakukan tindakan pembedahan.
Hal ini karena bentuk operasi apapun selalu mengandung resiko sehingga harus ada
indikasi yang jelas.
Tindakan operasi diputuskan oleh penolong persalinan, bertujuaan untuk
memperkecil terjadinya resiko yang membahayakan jiwa ibu atau bayinya. Namun, dalam
kehamilan sehat, persalinan secara alami jauh lebih aman. Meskipun demikian kini banyak
pasien yang dengan sengaja meminta persalinan dengan jalan operasi walaupun tanpa
alasan medis yang tepat. Pada keadaan ini semuanya memang kembali pada etika profesi
kedokteran. Pada umumnya dokter akan menilai dan mengambil keputusan yang terbaik
dalam membantu suatu proses persalinan.
1

Indikasi untuk ibu


Plasenta previa, Distocia serviks, Ruptur uteri mengancam, Disproporsi cepalo pelviks,
pre eklampsia, eklampsia, Tumor, Partus lama.

Indikasi Secsio Sesarea terhadap janin Yaitu :


a

Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby),menyebabkan bayi sulit
keluar dari jalan lahir. Umumnya, pertumbuhan janin yang berlebihan (makrosomia)
karena ibu menderita kencing manis Keadaan ini dalam ilmu kedokteran disebut
bayi besar objektif. Apabila dibiarkan terlalu lama di jalan lahir dapat
membahayakan keselamatan janinnya.
b

Kelainan Letak
Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yaitu :
1

Letak Sungsang
Sekitar 3-5% atau 3 dari 100 bayi terpaksa lahir dalam posisi sungsang. Resiko
bayi lahir sungsang pada persalinan alami diperkirakan 4 kali lebih besar
dibandingkan lahir dengan letak kepala yang normal. Oleh karena itu, biasanya
langkah terakhir untuk mengantisipasi terburuk karena persalinan yang tertahan
akibat janin sungsang adalah operasi. Namun, tindakan operasi untuk melahirkan
janin sungsang baru dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu posisi janin
yang beresiko terjadinya macet di tengah proses persalinan. Apabila posisi
bokong di bawah rahim dengan satu atau dua kaki menjuntai maka kelahiran
bayinya harus dengan operasi sesar.

Letak Lintang
Kelainan lain yang paling sering terjadi adalah letak lintang atau miring.
Letak yang demikian menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah jalan
lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada sisi
yang lain. Pada umumnya, bokong akan berada sedikit lebih tinggi dari pada
kepala janin, sementara bahu berada pada bagian atas panggul. Konon,punggung
dapat berada di depan, belakang, atas, maupun bawah. Kelainan letak lintang ini
hanya terjadi sebanyak 1%. Letak lintang ini biasanya ditemukan pada perut ibu
yang menggantung atau karena adanya kelainan bentuk rahimnya. Keadaan ini
menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan persentasi tubuh janin di
dalam jalan lahir. Apabila dibiarkan terlalu lama, keadaan ini dapat
mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan menyebabkan kerusakan pada otak
janin. Oleh karena itu, harus segera dilakukan operasi untuk mengeluarkannya.

Gawat janin
Diagnosis gawat janin berdasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal.
Gangguan pada bayi juga dapat diketahui dari adanya kotoran dalam air ketuban.
Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan berwarna agak putih keruh, seperti

air cucian beras yang encer. Akan tetapi, jika janin mengalami gangguan, ia akan
membuang kotorannya di dalam air ketuban sehingga warnanya menjadi kehijauan.
Apabila proses persalinan sulit dilakukan melalui vagina maka bedah caesar
merupakan jalan keluar satu-satunya.
d

Janin Abnormal
Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik, dan
hidrosephalus.

Faktor Plasenta
Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu
atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi.

Plasenta previa

Plasenta lepas

Plasenta accreta

Vasa previa

Kelainan Tali Pusat


Berikut ini ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi
1

Prolapsus tali pusat


Prolapsus tali pusat adalah keadaan menyembul sebagian atau seluruh tali pusat.
Pada keadaan ini tali pusat sudah berada didepan atau disamping bagian
terbawah janin atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.

Terlilit tali pusat


Dalam rahim, tali pusat ikut berenang bersama janin dalam kantung ketuban.
Ketika janin bergerak, letak dan posisi tali pusatpun biasanya ikut bergerak dan
berubah. Kadang akibat gerak janin dalam rahim, letak dan posisi tali pusat
membelit tubuh janin, baik dibagian kaki, paha, perut, lengan, atau lehernya.

Gamelli
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran satu
bayi. Oleh karena itu, pada kelahiran kembar dianjurkan dilakukan di rumah sakit
karena kemungkinan sewaktu-waktu dapat dilakukan tindakan operasi tanpa
direncanakan. Meskipun dalam keadaan tertentu, bisa saja bayi kembar lahir secara
alami.

Kontra Indikasi
Mengenai kontra indikasi, perlu diingat bahwa seksio sesarea dilakukan baik untuk
kepentingan ibu maupun untuk kepentingan bayi, oleh sebab itu seksio sesarea tidak
dilakukan kecuali dalam keadaaan terpaksa.
3

Janin mati atau berada dalam keadaan kritis, kemungkinan janin hidup kecil. Dalam hal
ini tidak ada alasan untuk melakukan operasi.

Janin lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk seksio sesaria ekstra
peritoneal tidak ada.

Kurangnya pengalaman dokter bedah dan tenaga medis yang kurang memadai.

Teknik
1

Insisi Abdominal
Pada dasarnya insisi ini adalah insisi garis tengah subumbilikal dan insisi abdominal
bawah transversa.
a

Insisi garis tengah subumbilikal


Insisi ini mudah dan cepat. Akses mudah dengan perdarahan

minimal.

Berguna jika akses ke segmen bawah sulit, contohnya jika ada kifosklerosis berat
atau fibroid segmen bawah anterior. Walaupun, bekas luka tidak terlihat, terdapat
banyak ketidaknyamanan pascaoperasi dan luka jahitan lebih cenderung muncul
dibandingkan dengan insisi transversa.
Jika perluasan ke atas menuju abdomen memungkinkan, insisi pramedian
kanan dapat dilakukan.
b

Insisi transversa
Insisi transversa merupakan insisi pilihan saat ini. Secara kosmetik
memuaskan,

lebih

sedikit

menimbulkan

luka

jahitan

dan

lebih

sedkit

ketidaknyamanan, memungkinkan mobilitas pascaoperasi yang lebih baik. Insisi


secara teknis lebih sulit khususnya pada operasi berulang. Insisi ini lebih vaskular
dan memberikan akses yang lebih sedikit.
Variasinya meliputi insisi Joel Choen (tempat abdomen paling atas) dan
Misvag Ladach (menekankan pada perjuangan struktur anatomis).
2

Insisi uterus
Jalan masuk ke dalam uterus dapat melalui insisi garis tengah atau insisi segmen
transversa.

Seksio Sesaria segmen bawah


Ini adalah pendekatan yang lazim digunakan. Insisi transversa ditempatkan di
segmen bawah uterus gravid di belakang peritoneum utero-vesikel.
Keuntungannya meliputi :

Lokasi tersebut memiliki lebih sedikit pembuluh darah sehingga kehilangan


darah yang ditimbulkan hanya sedikit.

Mencegah penyebaran infeksi ke rongga abdomen

Merupakan bagian uterus yang sedikit berkontraksi sehingga hanya sedikit


kemungkinan terjadinya ruptur pada bekas luka di kehamilan berikutnya.

Penyembuhan lebih baik dengan komplikasi pascaoperasi yang lebih sedikit


seperti pelekatan.

Implantasi plasenta di atas bekas luka uterus kurang cenderung terjadi pada
kehamilan berikutnya.

Kerugiannya meliputi :

Akses mungkin terbatas

Lokasi uterus yang berdekatan dengan kandung kemih meningkatkan risiko


kerusakan khususnya padap prosedur pengulangan.

Perluasan ke sudut lateral atau dibelakang kandung kemih dapat meningkatkan


kehilangan darah.

Seksio sesaria klasik


Insisi ini ditempatkan secara vertikal di garis tengah uterus. Indikasi penggunaanya
meliputi :

Gestasi dini dengan perkembangan buruk pada segmen bawah

Jika akses ke segmen bawah terlarang oleh pelekatan fibroid uterus.

Jika janin terimpaksi pada posisi transversa.

Pada keadaan segmen bawah vaskular karena plasenta previa anterior.

Jika ada karsinoma serviks

Jika kecepatan sangat penting, contohnya setelah kematian ibu.

Kerugiannya meliputi :

Homestatis lebih sulit dengan insisi vaskular yang tebal

Pelekatan ke organ sekitarnya lebih mungkin

Plasenta anterior dapat ditemukan selama pemasukan

Penyembhan terhambat karena involusi miomtreial

Terdapat lebih besar risiko ruptur uterus pada kehamilan berikutnya

Insisi Kroning-Gellhom-Beck
Insisi ini adalah garis tengah pada segemen bawah, yang digunakan pada
pelahiran prematur apabila segmen bawah terbentuk dengan buruk atau dalam keadaan
terdapatnya perluasan ke segmen uterus bagian atas yang dilakukan untuk memberi
lebih banyak akses. Insisi ini menyebabkan lebih sedikit komplikasi seksio sesaria
klasik. Insisi ini tidak menutup kemungkianan pelahiran pervginam.
Ada pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk melakukan caesarea, maka
berdasarkan pertimbangan tersebut dikenal rencana operasi yang dapat dikategorikan
pada jenis sectio caesarea yaitu :

Sectio Caesarea Efektif (direncanakan )


Adanya pengalaman kegagalan melahirkan secara tradisional yaitu sppontan
pervaginam memiliki dampak negatif ada konsep diri wanita sehingga wanita
memutuskan untuk melahirkan melalui sectio caesarea, selain itu jenis ini juga
digunakan sebagai unsur estetika bagi wanita untuk menjaga keutuhan jalan lahir.
(Bobak, Jensen 2005)
Dalam Farrer 2001, Sctio Caesarea efektif dapat juga dilakukan kalau
sebelumnya sudah diperkirakan bahwa kelahiran pervaginam yang normal tidak cocok
atau tifdak aman yang dapat disebabkan karena :
a

Plasenta previa

Letak janin yang stabil dan tidak bisa dikoreksi

Riwayat obstetrik yang jelek

Disproporsi sevalopelvik (CPD)

Infeksi herpes virus type II (Genital)

Riwayat Sectio Caesarea klasik

Diabetes (kadang- kadang)

Presentasi bokong (kadang- kadang)

Penyakit atau kelainan yang berat pada janin, seperti eritroblastosis atau retardasi
pertumbuhan yang nyata

Sectio caesarea emergency. Sectio caesarea emergency biasanya dilakukan dengan


indikasi :
a

Induksi persalinan yang gagal

Kegagalan dalam kemajuan persalinan

Penyakit fetal atau maternal

Diabetes atau pre eklampsia yang berat

Persalinan yang macet

Prolapsus funukuli

Perdarahan hebat dalam persalinan

Tipe tertentu malpresentasi janin dalam persalinan


Berdasarkan tipe pembedahan, ada dua pembedahan yang biasanya dilakukan bila

terjadi operasi sectio caesarea, yaitu:


1

Caesarea klasik
Adalah operasi dengan melakuakan insisi vertikal ke dalam bagian tubuh atas uterus.
Hal ini jarang dilakukan kecuali bila ada insiden perdarahan, infeksi atau rupture
uterus yang lebih tinggi dari pada kelahiran dan pada beberapa kasus presentasi bahu
dan plasenta previa.

Caesarea Segmen Bawah Rahim


Operasi ini dapat juga dilakukan melalui insisi vertikel (Sell Helm) atau insisi
tranversal/memotong (Ker) dan insisi horizontal pada kulit dan uterus. Sectio caesarea
dapat dilakukan melalui dua macam cara yaitu melalui abdomen dan vagina. Sectio
caesarea melalui abdomen disebut section caesarea abdominalis, dapat dibagi menjadi
dua macam yaitu transperitonealis dan ekstraperitonealis.
a

Sectio caesarea transperitonealis yaitu pembedahan dengan cara membuka


peritonium parietalis dengan sayatan korporal atau klasik yaitu sayatan memanjang
pada korpus uteri dan dapat juga dengan sayatan propunda atau ismika, yaitu
sayatan pada segmen bawah rahim.

Sectio caesarea ekstraperitonealis adalah sectio caesarea tanpa membuka


peritoneum parietalis sehingga tidak membuka kavum abdominalis. Menurut
sayatannya pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1

Sayatan memanjang (Longitudinal) menurut kroning

Sayatan melintang (transversal)

Sayatan huruf T (T incision)

Teknik Anastesi Pada Sectio Sesaria

Penentuan teknik anestesi antara anestesi umum dan regional sangat tergantung
keadaan ibu dan janin serta kemampuan anestesiolog, oleh karena itu seorang ahli anestesi
diharapkan dapat memilih teknik anestesi yang aman, tepat dan aman bagi ibu.
Pada anestesi regional sebaiknya dihindari blok subaraknoid/spinal anestesi karena
perubahan tekanan darah akan terjadi dengan cepat dan dapat mengganggu perfusi plasenta,
kecuali jika telah dipersiapkan terapi preoperatif dengan baik (cairan dan vasodilator). Secara
umum dapat dikatakan bahwa ada gangguan koagulasi merupakan kontra indikasi untuk
regional anestesi, karena dapat terjadi hematom epidural yang akan menekan medula spinalis.
Anestesi umum memberikan beberapa keuntungan antara lain: induksi anestesi yang
cepat, lebih mudah dalam mengontrol jalan nafas dan ventilasi serta memperkecil kejadian
hipotensi dan gangguan kardiovaskuler selama persalinan.
Teknik anestesi ini diperlukan selama bedah sesar terutama pada beberapa kondisi
tertentu seperti terjadinya gangguan hemodinamik pada ibu, koagulopati, gawat janin yang
tidak dapat diatasi dengan anestesi regional atau atas permintaan ibunya sendiri. Selain itu
selama periode anestesi, faktor tindakan anestesi dan pembedahan dapat menyebabkan
gangguan kardiovaskuler antara lain pada periode induksi anestesi dimana fluktuasi tekanan
darah dan denyut jantung dapat terjadi berlebihan, mendadak, dan cepat. Keadaan ini juga
terjadi pada saat penghentian obat anestesi sehingga perlu perhatian dan pengawasan yang
lebih ketat.
Teknik anestesi pada pasie SC da 2 yaitu:

anastesi lokal (spinal atau epidural)

Pada teknik anestesi ini, memungkinkan sang ibu untuk tetap sadar selama proses
pembedahan dan untuk menghindari bayi dari pembiusan.

anastesi umum atau General Anestesi

Teknik anestesi ini sudah jarang dilaukan, umum dilakukan apabila terjadi kasuskasus berisiko tinggi atau kasus darurat.
Anestesi spinal pada penderita-penderita yang akan dioperasi sectio caesarea
dengan pemikiran bahwa :

Analgesi epidural lebih banyak membutuhkan waktu dan ketrampilan, juga

adanya stimulasi alat-alat dalam yang menimbulkan perasaan tidak enak pada

waktu manipulasi (terutama manipulasi segmen bawah uterus) serta adanya


kegagalan-kegagalan walaupun dilakukan oleh seorang ahli.

Sedangkan anestesi spinal lebih mudah dilakukan, onset lebih cepat, blokade

sarafnya meyakinkan, kemungkinan toksisitas tidak ada karena dosis yang rendah,
dan karenaadanya blokade saraf sakral yang sempurna, perasaan tidak enak seperti
pada anestesi epidural tidak ada.

Dengan anestesi regional ibu masih dalam keadaan sadar, refleks protektif

masih ada, sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung kecil sekali. Ibu
tidak menerima banyak macam obat dan perdarahannya lebih sedikit. Dari segi
janin, anestesi regional ini bebas daripada obat-obat yang mempunyai efek depresi
terhadap janin.
Teknik apapun yang dipakai, agar keadaan ibu dan anak tetap baik. Usahakan:

mempertahankan kestabilan sistim kardiovaskuler

oksigenisasi yang cukup

mempertahankan perfusi plasenta yang cukup.

Pemberian cairan pre-operatif, pencegahan aortacaval

compression (tilting, uterine displacement), oksigenisasi dan pemberian

efedrin merupakan hal-hal yang penting sekali dilakukan.

Anestesi Spinal (Sub Arachnoid Nerve Block)


Anestesi spinal merupakan teknik anestesi regional yang baik untuk tindakantindakan bedah, obstetrik, operasi operasi bagian bawah abdomen dan ekstremitas bawah.
Teknik ini baik sekali bagi penderita-penderita yang mempunyai kelainan paru-paru, diabetes
mellitus, penyakit hati yang difus dan kegagalan fungsi ginjal, sehubungan dengan gangguan
metabolisme dan ekskresi dari obat-obatan. Bagian motoris dan proprioseptis paling tahan
terhadap blokade ini dan yang paling dulu berfungsi kembali. Sedangkan saraf otonom paling
mudah terblokir dan paling belakang berfungsi kembali. Tingginya blokade saraf untuk
otonom dua dermatome lebih tinggi daripada sensoris, sedangkan untuk motoris dua-tiga
segemen lebih bawah. Secara anatomis dipilih segemen L2 ke bawah pada penusukan oleh
karena ujung bawah daripada medula spinalis setinggi L2 dan ruang interegmental lumbal ini
relatif lebih lebar dan lebih datar dibandingkan dengan segmen-segmen lainnya. Lokasi

interspace ini dicari dengan menghubungkan crista iliaca kiri dan kanan. Maka titik
pertemuan dengan segmen lumbal merupakan processus spinosus L4 atau L45 interspace.

Ligamentum yang dilalui pada waktu penusukan yaitu :


a
b
c

Ligamentum supraspinosus
Ligamentum interspinosus
Ligamentum flavum

Teknik Anestesi Spinal :

a
b
c
d

Infus Dextrosa/NaCl/Ringer laktat sebanyak 500 - 1500 ml.


Oksigen diberikan dengan masker 6 - 8 L/mt.
Posisi lateral merupakan posisi yang paling enak bagi penderita.
Kepala memakai bantal dengan dagu menempel ke dada, kedua tangan memegang

kaki yang ditekuk sedemikian rupa sehingga lutut dekat ke perut penderita.
L3 - 4 interspace ditandai, biasanya agak susah oleh karena adanya edema

f
g

jaringan.
Skin preparation dengan betadin seluas mungkin.
Sebelum penusukan betadin yang ada dibersihkan dahulu.

Jarum 22 - 23 dapat disuntikkan langsung tanpa lokal infiltrasi dahulu, juga tanpa

introducer dengan bevel menghadap ke atas.


Kalau liquor sudah ke luar lancar dan jernih, disuntikan xylocain 5% sebanyak

1,25 - 1,5 cc.


Penderita diletakan terlentang, dengan bokong kanan diberi bantal sehingga perut

k
l

penderita agak miring ke kiri, tanpa posisi Trendelenburg.


Untuk skin preparation, apabila penderita sudah operasi boleh mulai.
Tensi penderita diukur tiap 2 - 3 menit selama 15 menit pertama, selanjutnya tiap

15 menit.
m Apabila tensi turun dibawah 100 mmHg atau turun lebih dari 20 mmHg dibanding
n

semula, efedrin diberikan 10 15 mgl.V.


Setelah bayi lahir biasanya kontraksi uterus sangat baik, sehingga tidak perlu
diberikan metergin IV oleh karena sering menimbulkan mual dan muntah-muntah

yang mengganggu operator. Syntocinon dapat diberikan per drip.


Setelah penderita melihat bayinya yang akan dibawa ke ruangan, dapat diberikan
sedatif atau hipnotika.

Komplikasi
1

Infeksi puerperal (nifas)


Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut
sedikit kembung
Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai
pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena
ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penangannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotika yang adekuat
dan tepat.

Perdarahan, disebabkan karena :


Banyak pembuluha darah yang terputus dan terbuka
Atonia uteri
Perdarahan pada placental bed.

Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi
terlalu tinggi.

Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.

Prognosis

Angka morbiditas dan mortalitas ibu dan relatif menurun karena kemajuan yang pesat
dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika. Angka
kematian ibu pada rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik oleh tenaga-tenaga yang
cekatan adalah kurang dari 2 per 100. Nasib janin yang tertolong secara seksio sesaria sangat
tergantung dari keadaan sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan
pengawasan antenatal yang baik fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal
sekitar 4-7%.

DAFTAR PUSAKA

Martius, Gerhard, (1997), Bedah Kebidanan Martius, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2,
Ngastiyah.( 1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC

Jilid

1,

EGC.

Jakarta.

Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Você também pode gostar