Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Bagi135
Cetak
potty_training_secrets
Mungkin banyak dari Mommies di sini yang punya anak yang masih suka mengompol atau BAB
di celana padahal anaknya sudah cukup besar, misalnya sudah duduk di bangku SD. Wah pasti
risih dong kalo punya anak yang sudah besar tapi masih suka ngompol dan BAB di celana?
Jangankan ibunya, anaknya sendiri juga pasti malu dan risih karena akan diketawain dan diejek,
bahkan dijauhi sama temen-temennya. Sebenernya apa sih yang menyebabkan anak-anak itu
masih suka ngompol dan BAB di celana padahal sudah diajarin toilet training? Apa akibatnya
untuk anak tersebut dan gimana ya cara mengatasinya?
Masalah buang air yang bukan pada tempatnya ini dalam istilah Psikologi disebut dengan
Elimination Disorder yang artinya gangguan yang berpusat pada eliminasi feses atau urin
dari tubuh yang pada umumnya tidak disadari. Penyebabnya dapat berasal dari fisik maupun
psikologis. Elimination disorder ini terbagi menjadi 2, yaitu enuresis (mengompol) dan
encopresis (BAB di celana). Yuk mari kita bahas satu per satu!
Enuresis
Pada umumnya, anak masih sering mengompol hingga usia 5 tahun, oleh karena itu hingga usia
5 tahun anak belum didiagnosis memiliki gangguan enuresis. Menurut DSM-IV-TR (kriteria
untuk klasifikasi gangguan mental), anak didiagnosis memiliki gangguan eliminasi enuresis
apabila masalah tersebut muncul secara berulang (paling tidak 2 kali dalam seminggu selama 3
bulan berturut-turut), disertai dengan stress atau gangguan dalam bidang sosial, akademik, atau
bidan-bidang penting lainnya, dialami saat anak sudah berusia lebih dari 5 tahun, dan
mengompol tersebut bukan disebabkan karena kondisi medis. Enuresis ini dibagi menjadi 3,
yaitu:
Diurnal, mengompol terjadi pada saat anak sedang bangun dan paling sering terjadi saat
siang hari pada waktu sekolah.
bed-wetting
*Gambar dari sini
Pertama, kurangnya antidiuretic hormone (ADH) selama tidur. ADH ini membantu
mengkonsentrat urin selama waktu tidur sehingga urin lebih sedikit mengandung air yang
mengakibatkan volume pipis juga semakin berkurang. Menurut Norgaard, Pederson, &
Djurhuus, pengarang artikel diurnal antidiuretic hormone levels in enuretics, anak yang
mengalami enuresis tidak mengalami peningkatan ADH seperti anak normal lainnya, melainkan
volume urin mereka yang meningkat hingga melebihi kapasitas kandung kemih mereka selama
tidur, dan apabila mereka tidak terbangun maka mereka akan mengompol. Kedua, pada
umumnya anak yang sudah lebih besar atau remaja dapat merasakan apabila kandung
kemih mereka sudah penuh pada malam hari yang kemudian mengaktifkan impuls saraf
yang menghubungkan kandung kemih dan otak. Impuls saraf ini dapat memberikan sinyal
berupa mimpi tentang air atau pergi ke toilet yang biasanya dapat membangunkan mereka.
Namun, menurut Ornitz, pengarang artikel prepulse inhibition of startle and the neurobiology of
primary nocturnal enuresis, anak yang mengalami enuresis kurang memiliki sinyal yang
terproses di otak tersebut. Ketiga, enuresis ini juga bisa diturunkan dari orang tuanya.
Apabila kedua orang tua mengalami enuresis maka 77% besar kemungkinan anaknya juga
mengalami, apabila hanya salah satu dari orang tuanya yang mengalami maka 44% besar
kemungkinan anaknya juga mengalami.
Sebenarnya apa saja sih akibat psikologis yang bisa ditimbulkan dari enuresis?
Aktivitas sosial yang terbatas, mereka tidak bisa tidur di tempat lain selain rumah karena
akan merepotkan.
Kepercayaan diri yang menurun, mereka akan sering dicemooh dan dijauhi oleh temanteman sebayanya.
Reaksi orangtua yang tidak menyenangkan, orangtua biasanya sering memarahi dan
menghukum anaknya apabila mereka mengompol.
bedwetting
*Gambar dari sini
Sama seperti enuresis, encopresis juga ada kriteria tersendiri untuk mendiagnosis apakah anak
menderita encopresis atau tidak. Kriterianya adalah: