Você está na página 1de 28

DAPATKAH KITA MENGGUNAKAN PRINSIP RESEKSI

ONKOLOGI DALAM BEDAH EMERGENSI UNTUK TERAPI


KANKER KOLON?

Pendahuluan
Kanker Kolorektal (CC) adalah jenis kanker ketiga
yang paling ganas dan penyebab kematian kedua
karena kanker pada pada pria dan wanita

Kanker ini adalah penyakit yang umum di dunia,


sekitar 850.000 kasus baru per tahun dan 500.000
kematian setiap tahunnya [2].Sesuai dengandata
statistik tahun 2009 di Amerika Serikat, sekitar
106.100 kasus baru tentang kanker kolon dan
40.870 kasus baru tentang kanker rektum
diperkirakan muncul setiap tahunnya, sekitar
49.920 mengalami kematian di AS

Data statistik menunjukkan 13 kasus baru di


setiap 100.000 laki-laki dan 15 per 100.000
perempuan

Pasien pengidap kanker kolorektal yang dirujuk


ke ruang gawat darurat berada pada penyakit
dengan tahapan yang lebih awal dan dipindah
ke tahapan reseksi dengan tujuan untuk
melakkukan proses kuratif dalam skala yang
lebih kecil.

Obstruksi

usus juga meningkatkan risiko


perforasi
dan
disertai
dengan
beberapa
peningkatan pada kemunculan kembali potensi
kekambuhan lokal.

Penanganan

bedah kanker kolorektal yang


dilakukan untuk mengatasi penyumbatan akut
terkait dengan kematian sekitar 15% sampai 20%
dan morbiditas dari 40% menjadi 50%

Peningkatan rata-rata morbiditas dan kematian


ini umumnya terkait dengan penampakan dari CC
pada bentuknya yang lebih rumit, seperti:
obstruksi, nekrosis usus, perforasi, difus atau
lokal peritonitis; juga diperparah dengan penyakit
lainnya sebelumnya dimiliki oleh pasien tersebut

Dengan mempertimbangkan keadaan seperti


itu, salah satu aspek yang harus diperhatikan
adalah apakah prinsip - prinsip reseksi onkologis
diamati ketika pasien dengan kanker usus besar
wajib melakukan pembedahan darurat.

Tujuan
Penelitian

ini bertujuan untuk menyelidiki


apakah beberapa dasar pembedahan kanker
dapat diamati dalam beberapa operasi yang
dilakukan pada sejumlah pasien yang telah
dirujuk
ke
ruang
gawat darurat,
yang
sebelumnya telah terdiagnosis mengidap CC,
serta dengan adanya obstruksi usus atau
perforasi.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah
beberapa dasar pembedahan kanker dapat diamati
dalam beberapa operasi yang dilakukan pada
sejumlah pasien yang telah dirujuk ke ruang gawat
darurat, yang sebelumnya telah terdiagnosis
mengidap CC, serta dengan adanya obstruksi usus
atau perforasi.

Sebagai tujuan kedua, analisis ini bertujuan untuk


menjelaskan karakteristik demografi dari populasi
yang
diamati,
beberapa
komplikasi
yang
berhubungan dengan prawatan pembedahan dan
jangka waktu kelangsungan hidup pasien tersebut.

Tujuan
Studi ini memilih 87 pasien dari semua orang yang dirawat
di Layanan Kamar Darurat. Beberapa pasien yang dipilih
telah didiagnosa dengan adenokarsinoma kolon dan/atau
rectum bagian atas dan diserahkan ke reseksi bedah.

Beberapa pasien dengan diagnosis selain adenokarsinoma


kolon dan tumor primer di bagian tengah atau lebih bawah
dari rektum, atau tidak diserahkan kepada bagian
kolektomi.

Kami telah mengkaji sejumlah data mengenai usia, ras,


jenis kelamin, adanya penyakit penyerta dan klasifikasi
status beberapa faktor beresiko sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan oleh American Society of Anestesi (ASA)

Variabel tertentu yang terkait dengan kolektomi


tersebut juga dianalisis dan diantaranya adalah:
tingkat reseksi yang dilakukan, jumlah simpul
kelenjar getah bening regional yang tereseksi
dan
hasil
akhir
darireseksi,
dengan
mempertimbangkan ada atau tidaknya sisa
penyakit

Hasil
Kajian

dari data rekam medis (Tabel 2)


menunjukkan adanya dominasi sigmoid dan
kanker kolon bagian kanan. Obstruksi intestinal
diamati pada 67 pasien (77%) sedangkan
perforasi ditemukan pada 20 pasien (23%).

Anastomosis primer dilakukan pada 48 pasien


(55%), sedangkan sisa reseksi (45%) dilakukan
dengan prosedur stoma.

Luasnya reseksi yang dilakukan, jumlah


dehiscence anastomosis primer dan lokasi
anatomis dari reseksi usus besar ditunjukkan
pada Tabel

Tujuh spesimen (8%) pada reseksi pembedahan


memiliki margin sirkumferensial yang wajar. Para
pasien memiliki tumor T4 yang besar - empat
dengan tumor di rektum atas dan tiga lainnya
dengan tumor yang terletak di usus besar bagian
kanan.

Ke-empat pasien tersebut memiliki perforasi usus


yang diindikasikan sebagai gejala utama. Reseksi
multivisceral en bloc tidak dilakukan karena
kurangnya status klinis dari pasien tersebut.

Analisis histologi pada tingkat diferensiasi selular


dari spesimen tereseksi menunjukkan adanya
tumor yang sangat berbeda dari 63 pasien (72%)
dan adenokarsinoma yang terdeferensiasi sedang
ditunjukkan pada 15 (17%) dan adenokarsinoma
yang terdeferensiasi sangat buruk ditunjukkan oleh
sembilan pasien (11%).

Jumlah kelenjar getah bening regional yang dibedah


jauh lebih besar daripada atau sama dengan 12
pada 71% dari pasien yang menjalani reseksi
tumor, dengan nilai tengah sekitar 4,02 simpul
getah bening metastasis (nilai median dari 1).

Tabel 4

menunjukkan tingkat komplikasi pasca


operasi utama dalam kelompok pada pasien yang
terpilih. Adanya dehiscence di 10,4% dari
anastomosis, eviskerasi pada 2,2% dari beberapa

Tingkat rata-rata tinggal di ICU adalah 5,7 hari,


dengan nilai tengah dari tiga hari, sedangkan
morbiditas dan mortalitas peri-operatif (30 hari
setelah operasi) adalah masing-masing 33,6%
dan 20%

Pembahasan
Suatu kajian literatur menunjukkan bahwa sejumlah
pasien yang mengidap kanker usus besar yang
dirujuk ke ruang gawat darurat lebih sering
menunjukkan obstruksi usus besar (8% hingga 60%
dari beberapa kasus) diikuti oleh perforasi (2% hingga
22% dari kasus yang ada) [15-17] dan pendarahan

Pada kajian kami, 77% dari beberapa pasien memiliki


obstruksi intestinal sedangkan sisanya menunjukkan
adanya perforasi. Hampir setengah (42.6%) dari
pasien kami memiliki kanker kolon usus besar bagian
kanan dan 36% dari pasien tersebut memiliki sigmoid
kanker rektum bagian atas.

Pembahasan
Biasanya, suatu tindakan operasi darurat dikaitkan
dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang
lebih tinggi, dan prognosis yang lebih buruk bila
dibandingkan dengan operasi elektif.

Jika dibandingkan dengan pasien yang dioperasi


dengan elektif, bagi pasien yang didiagnosis
mengidap kanker kolorektal obstruktif yang
dirujuk ke ruang operasi darurat memiliki risiko
meninggal dua kali lipat lebih tinggi yang
diakibatkan oleh penyakit mereka, meskipun telah
melakukan upaya operasi kuratif

Pembahasan
Pada tahun 2003, Smothers, dkk telah menerbitkan
suatu studi kasus-kontrol pertama kalinya pada
pasien yang dioperasi karena keadaan darurat
berkaitan dengan kanker kolorektal.

Hasilnya menunjukkan adanya kolektomi darurat


sebagai faktor prognostik negatif yang mandiri
dalam hal morbiditas danmortalitas terkait dengan
operasi. Dalam serangkaian studi mereka, penulis
telah
menemukan
adanya
morbiditas
dan
mortalitas yang terkait dengan operasi darurat
masing-masing dari 64% dan 34%

Pembahasan
Suatu keganjilan dalam penelitian ini adalah
adanya tingkat yang lebih tinggi dari dehiscence
di kolektomi bagian kanan dari apayang
dilaporkan (12%). Kolektomi bagian kanan
dengan anastomosis utama dalam intervensi
darurat dianggap memiliki tingkat komplikasi
anastomotis yang lebih rendah

Pembahasan
Prinsip

onkologis telah ditetapkan sesuai dengan


parameter praktis dimana meliputi: (1) tingkat reseksi
dan margin bedah negatif, (2) en blocreseksi jaringan
yang melekatdengan tumor utama, (3) diseksi kelenjar
getah bening minimal 12 bagian dari kelenjar getah
bening yang diperiksa oleh ahli patologis.

Hal ini menunjukkan ketidak jelasan apakah dalam


kenyataannya prinsip onkologis pada operasi dapat
diimplementasikan dalam skenario tindakan operasi
darurat, meskipun hal ini dapat terlihat dalam sejumlah
kecil publikasi yang menunjukkan upaya untuk mengikuti
prinsip-prinsip ini pada pasien dengan bentuk kanker usus
besar yang rumit

Pembahasan
Baru-baru ini, terdapat suatu saran bahwa
prinsip-prinsip reseksi onkologis untuk CC yang
dioperasikan pada keadaan darurat dapat
dilaksanakan, dimana juga untuk mencapai hasil
yang terkait dengan kelangsungan hidup dalam
jangka panjang.

Pembahasan
Beberapa aspek klinis dan bedah dipertimbangkan
saat memilih reseksi onkologis dalam tindakan
darurat: kekhawatiran akan kerusakan fisiologis lebih
lanjut pada pasien yang kritis; kemungkinan adanya
reseksi yang meluas dan waktu yang dihabiskan
dalam operasi; kesulitan dalam membuat simpul
diseksi
kelenjar
getah
bening;
usaha
untuk
memanipulasi dan memobilisasi usus besar yang
membuncit; dan potensi adanya kontaminasi yang
buruk dan inflamasi radang rongga peritoneum dalam
kasus yang melibatkan perforasi usus besar adalah
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pilihan
reseksi onkologis.

Pembahasan
Disarankan untuk melakukan operasi CC yang dilakukan oleh ahli bedah khusus memiliki
dampak signifikan pada kelangsungan hidup [32].Ahli bedah yang melakukan tindakan
darurat memiliki berbagai macam tingkat spesialisasinya. Namun, mayoritas dari mereka
kurang memiliki spesialisasi dan mungkin melakukan reseksi yang dimaksudkan hanya
untuk mengatasi situasi darurat tanpa menghormati prinsip onkologis.

Kriteria pertama yang dipertimbangkan dalam penelitian kami menyangkut tingkat reseksi
dan status patologis margin bedah. Secara umum, margin yang jelas dapat diperoleh,
bahkan dalam situasi darurat sekalipun.Dengan margin sekitar 5 sampai 10 cm, epiploika
dan parakolis kelenjar getah bening dapat dihilangkan dan risiko kekambuhan anastomotis
dapat diminimalisir. Dalam kelompok yang dipelajari, 92% dari pasien memiliki R0 reseksi.
Meskipun pencapaian margin yang jelas sangatlah mudah secara teknis untuk
colectomies, penelitian ini mengamati 8% dari margin mikroskopis positif,semua pada
tumor T4, yang dapat dikaitkan dengan ketidakmungkinan adanya en bloc
multivisceralreseksi, karena pasien mungkin telah menunjukkan kondisi klinis yang buruk.
Kriteria kedua yang diperiksa adalah jumlah pembedahan kelenjar getah bening regional,
yang memiliki prognosisdan implikasi terapeutik.Reseksi semua kelenjar getah bening
metastasis juga menentukan R0reseksi dan sampel setidaknya 12 kelenjar getah bening
dibutuhkan untuk mengamankan akurasi yang tepat.

Kesimpulan
Studi ini menunjukkan hasil tindakan operasi darurat
kanker kolorektal yang sama denganapa yang
ditemukan dalam literatur. Hal ini dimungkinkan
untuk
menghormati
prinsip-prinsip
reseksi
onkologis,dalam hal tingkat reseksi, margin bedah
dan diseksi kelenjar getah bening.

Namun demikian, morbiditas dan mortalitas lebih


tinggi, tingkat yang berbeda dikaitkan dengan
sejumlak komplikasi lanjutan dari penyakit ini dan
kondisi klinis dari beberapa pasien daripada
faktapada beberapa pasien telah menjalani kolektomi
di bagian kiri dan sigmoidektomi

Kesimpulan
Pada

kelompok pasien yang mengalami


kolektomi di bagian kanan, kami telah
mengamati adanya tingkat dehiscence yang
lebih tinggi dari ileotransverse anastomosis,
jauh lebih unggul dari persentase yang
dilaporkan pada tindakan operasi darurat untuk
kanker kolorektal.

Kesimpulan
Disarankan untuk melakukan operasi CC yang
dilakukan oleh ahli bedah khusus memiliki
dampak signifikan pada kelangsungan hidup
[32].Ahli bedah yang melakukan tindakan
darurat memiliki berbagai macam tingkat
spesialisasinya.

Kriteria pertama yang dipertimbangkan dalam


penelitian kami menyangkut tingkat reseksi dan
status patologis margin bedah. Secara umum,
margin yang jelas dapat diperoleh, bahkan
dalam situasi darurat sekalipun.

Kesimpulan
Kriteria kedua yang diperiksa adalah jumlah
pembedahan kelenjar getah bening regional,
yang
memiliki
prognosisdan
implikasi
terapeutik.Reseksi semua kelenjar getah bening
metastasis juga menentukan R0reseksi dan
sampel setidaknya 12 kelenjar getah bening
dibutuhkan untuk mengamankan akurasi yang
tepat.

Você também pode gostar