Você está na página 1de 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di
Indonesia. Hampir setiap tahun terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di beberapa daerah
yang biasanya terjadi pada musim penghujan, namun sejak awal tahun 2011 ini sampai
bulan Agustus 2011 tercatat jumlah kasus relative menurun sebagaimana tampak pada
grafik di bawah. DBD pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Jakarta dan
Surabaya, dengan 48 penderita dan angka kematian (CFR) sebesar 41,3%. Dewasa ini
DBD telah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Program pencegahan dan
pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun

dan

berhasil

menurunkan angka kematian dari 41,3% pada tahun 1968 menjadi 0,87 % pada
tahun 2010, tetapi belum berhasil menurunkan angka kesakitan. Jumlah penderita
cenderung meningkat, penyebarannya semakin luas, menyerang tidak hanya anak-anak
tetapi juga golongan umur yang lebih tua. Pada tahun 2011 sampai bulan Agustus
tercatat 24.362 kasus dengan 196 kematian (CFR: 0,80 %)

Berdasarkan rekapitulasi data kasus yang ada sampai tanggal 22 Agustus 2011 tercatat
hanya Provinsi Bali yang masih memiliki angka kesakitan DBD diatas target nasional yaitu
55 per 100.000 penduduk sebagaimana tampak pada grafik dibawah ini.

Sedangkan angka kematian akibat DBD di beberapa wilayah masih cukup tinggi di atas
target nasional 1 % antara lain Provinsi Gorontalo, Riau, Sulawesi Utara Bengkulu,
Lampung, NTT, Jambi, Jawa Timur, Sumatra Utara dan Sulawesi Tengah (lihat grafik
di bawah ini).

Penyakit

Demam

Berdarah

Dengue

adalah

penyakit

menular

yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai
dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik
perdarahan (petechiae, lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang
mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock).
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di
sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara, Amerika tengah,
Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang
termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den1, Den-2, Den3 dan Den-4, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi,
khususnya nya- muk Aedes aegypti dan Ae. albopictus yang terdapat hampir di
seluruh pelosok Indonesia.
Penyelidikan Epidemiologi (PE) merupakan suatu kegiatan penyelidikan atau survey
yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit
secara lebih menyeluruh. Tujuan dalam Penyelidikan Epidemiologi (PE) yaitu diharapkan
mendapatkan besaran masalah yang sesungguhnya, mendapatkan gambaran klinis dari suatu
penyakit, mendapatkan gambaran kasus menurut variabel Epidemiology, mendapatkan
informasi tentang faktor risiko (lingkungan, vektor, perilaku, dll) dan etiologi, Dari ke
empat tujuan dapat dianalisis, maka kami mengangkat tema demam berdarah dengue
dalam melakukan penyelidikan epidemiologi sehingga dapat memberikan suatu
penanggulangan atau pencegahan dari penyakit tersebut. Hal-hal yang penting untuk
diketahui: konsep terjadinya penyakit, natural history of disease, dinamika penularan atau
mekanisme penularan, aspek lingkungan, aspek administratif dan manajerial, informasi
yang dibutuhkan dalam PE berbeda untuk setiap penyakit, aktifitas / kegiatan PE secara
spesifik berbeda untuk tiap penyakit.

Diharapkan setelah melakukan pembelajaran Field Lab memiliki pandangan


terhadap peristiwa dan keadaan di lapangan dan siap berorientasi penuh pada masyarakat.
Mahasiswa memperoleh berbagai tambahan ilmu dan pengalaman yang berharga dengan
observasi langsung di lapangan, yang selanjutnya dapat diterapkan setelah lulus nanti.

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL


Kementerian Kesehatan RI

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mampu menegakan diagnosis DBD.
2. Mampu melakukan penyelidikan epidemiologi.
3. Mampu menentukan adanya kejadian KLB dari hasil penyelidikan epidemiologi.
4. Mampu melakukan pelaporan kasus DBD.
5. Menjelaskan berbagai cara penanggulangan DBD di Indonesia.
6. Mampu menentukan tindakan penanggulangan yang harus diambil dari hasil
penyelidikan epidemiologi.
7. Mampu menjelaskan cara evaluasi penanggulangan KLB-DBD.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI
Demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan
cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Kerugian sosial yang
terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota
keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk. Dampak ekonomi langsung pada
penderita DBD adalah biaya pengobatan, sedangkan dampak ekonomi tidak langsung
adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk
pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita.
Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL
Kementerian Kesehatan RI

masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta semakin luas
penyebarannya. Hal ini karena masih tersebarnya nyamuk Aedes aegypti (penular penyakit
DBD) di seluruh pelosok tanah air, kecuali pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan air laut. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) terutama
menyerang anak-anak, namun dalam beberapa tahun terakhir cenderung semakin banyak
dilaporkan kasus DBD pada orang dewasa. Penyakit ini ditandai dengan panas tinggi
mendadak disertai kebocoran plasma dan pendarahan, dapat mengakibatkan kematian serta
menimbulkan wabah
Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3
sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat
sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk)
berlangsung sekitar 8-10 hari.
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD) dan
DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari; pendarahan diatesis
9
seperti uji tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit 100 x 10 /L dan
kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh.
Tiga tahap presentasi klinis diklasifikasikan sebagai demam, beracun dan
pemulihan. Tahap beracun, yang berlangsung 24-48 jam, adalah masa paling
kritis, dengan kebocoran plasma cepat yang mengarah ke gangguan peredaran darah.
Terdapat 4 tahapan derajat keparahan DBD, yaitu derajat I dengan tanda
terdapat demam disertai gejala tidak khas dan uji torniket + (positif); derajat II yaitu
derajat I ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain, derajat III
yang ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah serta penurunan
tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi (sistolik menurun sampai <80 mmHg), sianosis di
sekitar mulut, akral dingin, kulit lembab dan pasen tampak gelisah; serta derajat IV yang
ditandai dengan syok berat (profound shock) yaitu nadi tidak dapat diraba dan tekanan
darah tidak terukur.
Walaupun DD dan DBD disebabkan oleh virus yang sama, tapi mekanisme
patofisiologisnya berbeda dan menyebab- kan perbedaan klinis. Perbedaan utama adalah
adanya renjatan yang khas pada DBD yang disebabkan kebocoran plasma yang diduga
karena proses immunologi, pada demam dengue hal ini tidak terjadi.
Manifestasi klinis DD timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus yang
berkembang di dalam peredaran darah dan ditangkap oleh makrofag. Selama 2 hari akan
terjadi viremia (sebelum timbul gejala) dan berakhir setelah lima hari tim- bul gejala
Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL
Kementerian Kesehatan RI

panas. Makrofag akan menjadi antigen presenting cell (APC) dan mengaktifasi sel THelper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan
mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus.
Juga mengaktifkan sel B yang akan melepas an- tibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah
dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen.
Proses tersebut akan menyebabkan ter- lepasnya mediator-mediator yang merang- sang
terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya.
Patofisiologi primer DBD dan dengue syock syndrome (DSS) adalah peningkatan
akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang
ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah.
Pada kasus berat, volume plasma menurun lebih dari 20%, hal ini didukung penemuan post
mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.
Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari.
Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara lain anti
netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya
adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan pada
infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada jadi meningkat.
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam hari
ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan menghilang setelah 6090 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar antibodi IgM, oleh karena itu
kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi
primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder
antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu diagnosa dini infeksi primer
hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari sakit kelima,
diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan
antibodi IgG dan IgM yang cepat.
Patofisiologi DBD dan DSS sampai sekarang belum jelas, oleh karena itu mun- cul
banyak teori tentang respon imun. Pada infeksi pertama terjadi antibodi yang mem- iliki
aktivitas netralisasi yang mengenali protein E dan monoklonal antibodi terhadap NS1, Pre
M dan NS3 dari virus penyebab infeksi akibatnya terjadi lisis sel yang telah terinfeksi virus
tersebut melalui aktivitas netralisasi atau aktifasi komple- men. Akhirnya banyak virus
dilenyapkan dan penderita mengalami penyembuhan, selanjutnya terjadilah kekebalan
seumur hidup terhadap serotipe virus yang sama, tetapi apabila terjadi antibodi nonSubdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL
Kementerian Kesehatan RI

netralisasi yang memiliki sifat memacu replikasi virus, keadaan penderita akan menjadi
parah apabila epitop virus yang masuk tidak sesuai dengan antibodi yang tersedia di
hospest. Pada infeksi kedua yang dipicu oleh virus dengue dengan serotipe yang
berbeda, virus dengue berperan sebagai super antigen setelah difag- osit oleh monosit
atau makrofag. Makrofag ini menampilkan antigen presenting cell (APC) yang membawa
muatan polipeptida spesifik yang berasal dari mayor histocom- patibility complex (MHC).
.
Melalui Kepmenkes no. 581/Tahun 1992, telah ditetapkan
Nasional
Penanggulangan DBD yang terdiri dari 8 pokok program yaitu :
1.
Surveilans epidemiologi dan Penanggulangan
KLB
2. Pemberantasan Vektor
3. Penatalaksanaan Kasus
4. Penyuluhan
5. Kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD
6. Peran Serta Masyarakat : Jumantik
7. Pelatihan
8. Penelitian

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL


Kementerian Kesehatan RI

Program

Langkah-Langkah
Pemerintah :

Kebijakan

1.

Untuk setiap kasus DBD harus dilakukan Penyelidikan epidemiologi


meliputi radius 100 meter dari rumah penderita. Apabila ditemukan
bukti2 penularan yaitu adanya penderita DBD lainnya , ada 3
penderita demam atau ada faktor risiko yaitu ditemukan jentik, maka
dilakukan penyemprotan (Fogging Focus) dengan siklus 2 Kali disertai
larvasidasi, dan gerakan PSN.
2. Puskesmas melaksanakan kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (
PJB )
setahun 4 kali untuk memonitor kepadatan jentik diwilayahnya.
3. Lebih mengutamakan pencegahan yaitu dengan melaksanakan PSN (
Pemberantasan Sarang Nyamuk ) melalui 3 M PLUS, dengan
melibatkan masyarakat.
4. Memfasilitasi terbentuknya tenaga JUMANTIK ( Juru Pemantau Jentik)
5. Kemitraan melalui wadah POKJANAL ., bersama DEPDAGRI dan
lintas sektor lainnya terutama DEPDIKNAS
6. Penyuluhan kepada masyarakat agar masyarakat tetap waspada.

Fogging dan Usaha Pencegahan Pemberantasan DBD.


Usaha pencegahan dan pemberantasan DBD yang telah dilakukan pemerintah, antara lain
dengan metode pengasapan (fogging) dan abatisasi. Pelaksanaan pengabutan dengan
aplikasi ultra low volume (ULV) masih merupakan metode yang paling diandalkan dalam
pengendalian vector. Namun metode aplikasi penggunaan bahan kimia jika tidak terkontrol
dapat berakibat pada terjadinya pencemaran lingkungan, serta berpotensi pada terjadinya
resistensi vector.
Sementara secara teknis, beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas pengkabutan
antara lain:
1. Faktor alamiah seperti cuaca yang meliputi faktor angin, suhu, kelembaban, hujan.
2. Faktor sosial seperti masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam melakukan
pemberantasan sarang nyamuk.

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL

3. Faktor teknis seperti peralatan yang digunakan dan pengetahuan petugas dalam
melaksanakan pengendalian vektor DBD.
Metode pengasapan menurut WHO (2000), merupakan metode utama pemberantasan
demam berdarah dengue yang telah dilakukan hampir selama 25 tahun di banyak Negara.
Penyemprotan sebaiknya tidak dipergunakan, kecuali keadaan genting selama terjadi KLB
atau wabah. Penyemprotan di masyarakat akan menimbulkan rasa aman semu, walaupun
erdasarkan aspek politis metode ini lebih disukai karena terlihat lebih nyata dan pemerintah
terkesan sudah melakukan usaha pencegahan dan pemberantasan DBD.
Klasifikasi Kasus Dan Berat Penyakit
Sekarang ini disepakati bahwa dengue adalah suatu penyakit yang memiliki presentasi
klinis bervariasi dengan perjalanan penyakit dan luaran (outcome) yang tidak dapat
diramalkan.
Diterbitkannya panduan World Health Organization (WHO) terbaru di tahun 2009 lalu,
merupakan penyempurnaan dari panduan sebelumnya yaitu panduan WHO 1997.
Klasifikasi kasus yang disepakati sekarang adalah:
a. Dengue tanpa tanda bahaya (dengue without warning signs),
b. Dengue dengan tanda bahaya (dengue with warning signs), dan
c. Dengue berat (severe Dengue)
Gambaran Klinis DBD
Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3
sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat
sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk)
berlangsung sekitar 8-10 hari. Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam,
demam dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7
hari; pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah
trombosit 100 x 109/L dan kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL

pembuluh. Tiga tahap presentasi klinis diklasifikasikan sebagai demam, beracun dan
pemulihan.
Terdapat 4 tahapan derajat keparahan DBD, yaitu :
a. Derajat I : Dengan tanda terdapat demam disertai gejala tidak khas dan uji torniket
+ (positif)
b. Derajat II : Yaitu derajat I ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau perdarahan
lain
c. penurunan tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi (sistolik menurun sampai <80
mmHg), sianosis di sekitar mulut, akral dingin, kulit lembab dan pasen tampak
gelisah
d. Derajat IV : Ditandai dengan syok berat (profound shock) yaitu nadi tidak dapat
diraba dan tekanan darah tidak terukur.
Diagnosis DBD
Diagnosis klinis :
a. Derajat III : Ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah serta
Ditandai demam akut
b. Trombositopenia
c. Perdarahan ringan-berat,
d. Kebocoran plasma hemokonsentrasi
e. Efusi pleura
f. Hipoalbuminemia.
Diagnosis Laboratorium :
a. Pemeriksaan Hematologi Rutin.
b. Uji virology
c. Uji serologi
Terdapat lima uji serologi dasar yang umum digunakan untuk mendiagnosis infeksi
Dengue secara rutin yaitu :
a.
b.
c.
d.

Uji hambatan hemaglutinasi (Hemaglutinasi inhibition = HI)


Uji Fiksasi komplemen (Complemen fixation = CF)
Uji Netralisasi (Neutralization test = NT)
IgM Capture enzymelinked immunosorbent assay (MAC ELISA)

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL

e. Indirect lgG ELISA


Pencegahan DBD
Usaha pencegahan dan pemberantasan DBD yang telah dilakukan pemerintah,
antara lain dengan metode pengasapan (fogging) dan abatisasi. Penyemprotan sebaiknya
tidak dipergunakan, kecuali keadaan genting selama terjadi KLB atau wabah.Upaya yang
paling tepat untuk mencegah demam berdarah adalahmembasmi jentik-jentiknya ini dengan
cara sebagai berikut :
a. Bersihkan ( kuras )tempat penyimpanan air (seperti bak mandi/WC, drum dll)
seminggusekali.
b. Tutuplah kembali tempayan rapat-rapat setelah mengambil airnya, agar nyamuk
Demam berdarah tidak dapat masuk dan bertelur disitu.
c. Gantilah air di vas bunga dan pot tanaman air setiap hari
d. Kubur atau buanglah sampah pada tempatnya, plastik dan barang-barang bekas
yang bisa digenangi air hujan
Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan
bubuk Abateke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik
nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali atau peliharalah ikan ditempat itu.
Takaran penggunaan bubuk Abate adalah sebagai berikut : untuk 10 liter air cukup
dengan 1 gram bubuk Abate atau 10 gram untuk 100 liter dan seterusnya. Bila tidak
ada alat untukmenakar, gunakan sendok makan. Satu sendok makan peres (yang
diratakan di atasnya) berisi 10 gram Abate. Anda tinggal membaginya atau
menambahnya sesuai dengan banyaknya air yang akan diabatisasi.Takaran tak perlu
tepat betul. (Abate dapat dibeli di apotik-apotik).
Penyelidikan Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue
Sesuai rekomendasi Depkes RI, setiap kasus DBD harus segera
ditindaklanjuti dengan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan lainnya
untuk mencegah penyebarluasan atau mencegah terjadinya KLB. Penyelidikan

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL

epidemiologi demam berdarah dengue merupakan kegiatan pencarian penderita atau


tersangka lainnya, serta pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD dirumah
penderita

atau

tersangka

dan

rumah-rumah

sekitarnya

dalam

radius

sekurangkurangnya 100 meter. Juga pada tempat umum yang diperkirakan


menjadi sumber penularan penyakit. Tujuannya utama kegiatan ini untuk
mengetahui ada tidaknya kasus DBD tambahan serta terjadinya potensi
meluasnya penyebaran penyakit padad wilayah tersebut
Sedangkan pengertian pengamatan penyakit DBD merupakan kegiatan pencatatan jumlah
kasus DBD dan kasus tersangka DBD menurut waktu dan tempat kejadian, yang
dilaksanakan secara teratur dan menyebarkan informasinya sesuai kebutuhan program
pemberantasan penyakit DBD. Laporan kewaspadaan DBD merupakan laporan secepatnya
kasus DBD agar dapat segera dilakukan tindakan atau langkahlangkah untuk membatasi
penularan penyakit DBD.
Komponen kegiatan diatas antara lain dengan melakukan pengamatan jentik. Pengamatan
ini dilakukan dengan menggunakan indikator ukuran kepadatan jentik yaitu: angka bebas
jentik (ABJ), house index (HI), container index (CI) dan bruteau index (BI). HI lebih
menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah tertentu (Depkes, 1990). Apabila HI
kurang dari 5% menunjukkan kecepatan penularan DBD cukup, sedangkan bila lebih 5%
berarti potensial terjadi penularan DBD.
Hasil

penyelidikan

epidemiologi

akan

menentukan

langkah

selanjutnya

dalam

pemberantasan penyakit DBD. Dinas Kesehatan akan melakukan tindakan seperti fogging
atau tidak fogging, dan pokja DBD serta masyarakat melakukan PSN-DBD dengan gerakan
3 M. Tindakan penanggulangan KLB dilakukan bersama kegiatan penyelidikan
epidemiologi, penggerakan PSN DBD dengan abatisasi, fogging focus dan fogging massal.

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN
Hari / tanggal : Selasa, 13 Januari 2015
Waktu
: 08.00 12.30 wib

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL

Tempat

: Puskesmas Purwokerto Selatan

B. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. R
Usia
: 15 tahun
Alamat
: Karang klesem
C. CARA KERJA
1. Praktikan datang ke Puskesmas Purwokerto Selatan pukul 08.00 WIB.
2. Praktikan dikumpulkan di aula lantai 2 bersama dengan petugas Puskesmas
lainnya.
3. Praktikan menyimak presentasi singkat dari Bp. Dono Nusito mengenai teknik
pelaporan di lapangan.
4. Kemudian presentasi dilanjutkan oleh dr. Nita yaitu cara mendiagnosa Demam
Berdarah Dengue.
5. Praktikan diperkenalkan oleh petugas petugas dari masing masing ruangan di
Puskesmas.
6. Praktikan dibagi menjadi 2 kelompok dimana tiap kelompok terdiri

dari 5

anggota.
7. Praktikan menunggu pasien yang dicurigai Demam Berdarah Dengue diruang
Balai Pengobatan.
8. Praktikan mengucapkan salam, perkenalan diri, kemudian meminta izin untuk
melakukan wawancara dan kemudian melakukan test rumple leed.
9. Melakukan pengukuran tekanan darah dahulu pada lengan kiri pasien dan
didapatkan hasil 120/80 mmHg.
10. Kemudian melakukan test rumple leed pada tekanan 100 mmHg.
11. Kemudian ditahan selama kurang lebih 5 menit.
12. Sambil menunggu, kemudian pasien ditanya keluhannnya dan diajak mengobrol
dengan aktif supaya pasien tidak merasa jenuh dan terasa kesemutan pada
lengannya.
13. Setelah 5 menit selesai, tensimeter dilepas kemudian dilihat hasilnya dengan
bantuan penerangan (senter). Umumnya pada pasien normal tidak timbul petekie.
14. Mencatat hasil pemeriksaan ke kertas sementara setelah itu mengucapkan terima
kasih pada pasien.

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL

15. Praktikan kembali ke ruangan semula untuk melaporkan ulang hasil observasi
yang sudah dilakukan.
D. PELAKSANAAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
Pada Puskesmas Purwokerto Selatan didapatkan hasil bahwa selama ini selalu
memiliki angka yang cukup tinggi untuk kasus Demam Berdarah Dengue pada tingkat
Kabupaten. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor dari mobilitas yang tinggi, lalu bisa
juga dari jumlah penduduk yang banyak dan letak geografis serta demografi yang tinggi
karena memang Indonesia merupakan kawasan yang cocok untuk pertumbuhan nyamuk
jenis Aedes Aegepty.
Untuk kasus Demam Berdarah Dengue biasanya sering muncul pada bulan-bulan
tertentu misalnya pada pertengahan antara April dan Juli dikarenakan pada saat itu memang
sedang memasuki musim penghujan. Apabila ditemukan terdapat kasus positif Demam
Berdarah Dengue, maka wajib ditindak lanjuti dengan melakukan penyelidikan
epidemiologi. Alur dari penyelidikan epidemiologi tersebut antara lain :
1. Langsung, dari penderita yang terkena Demam Berdarah Dengue ke Puskesmas
terdekat.
2. Dari Rumah Sakit kemudian ke DinasKesehatan dulu, setelah itu baru ke Puskesmas
3. Bisa juga dari Rumah Sakit kemudian langsung diserahkan ke Puskesmas.
Pasien yang positif terkena tersebut dicatat di KDRS (Kewaspadaan Dini dari Rumah
Sakit). Dari pihak puskesmas sendiri terdapat petugas yang setiap minggunya harus
melapor ke Dinas Kesehatan. Laporan tersebut disebut juga dengan W2. Pelaporan tersebut
dilaporkan baik itu terdapat kasus maupun tidak terdapat kasus. Dari laporan W2, bila ada
kecurigaan Kejadian Luar Biasa (KLB), petugas Puskesmas akan melakukan Penyelidikan
Epidemiologi (PE) di desa penderita yang terkena DBD. Kemudian akan dilakukan
pemeriksaan jentik nyamuk di 20 rumah dengan radius sekitar + 200 meter. Bila pada saat
Penyelidikan Epidemiologi (PE) ditemukan hasil positif terdapat jentik nyamuk > 3 dan ada
KDRS, maka desa/ daerah tersebut akan direkomendasikan untuk diadakan fogging.
Fogging sendiri harus dilakukan secara selektif, karena dapat terjadi reaksi kebal
terhadap nyamuk itu sendiri. Bila terdapat penghuni rumah yang akan bepergian dalam
jangka waktu lama, bisa diberikan bubuk abate. Abatisasi sendiri tidak membunuh secara

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL

invasive dari nyamuk nyamuk tersebut, namun bubuk Abate digunakan untuk mengurangi
pertumbuhan jentik nyamuk. Ciri ciri dari jentik Demam Berdarah Dengue adalah
sifatnya yang agresif, lalu dapat dilihat dari warna dari jentik nyamuk yang khas yaitu
berbintik-bintik hitam. Kemudian dia berkembang biak di air bersih dan hinggap di
permukaan air (dapat hidup di air bersih yang tidak terkontak oleh tanah). Bila terdapat
sumur cukup diberikan tawas atau kaporit.
Kemudian bila didapatkan pasien dengan suspek DBD, maka yang harus dilakukan :
1. Anamnesis
a. Keluhan utama
b. Onset
c. Gejala penyerta

: Demam
: sudah 1 hari (dariseninpagi)
:
- muntah (baru 1x)
- nafsu makan menurun
- keringatan
- pusing

Di sini praktikan tidak melakukan anamnesis secara lengkap karena pasien sudah dilakukan
anamnesis oleh dokter sehingga praktikan hanya diperintahkan untuk melakukan rumple
leed test.
Rumple leed test dihitung dengan cara:
=

tekanan sistolik + diastolik


2

Kemudian bending pada hasil rata-rata tersebut selama 5 menit lalu diamati.
Hasil TO =

120 + 80 = 100 mmHg (RL Test (-))


2

Kemudian bila ternyata pasien adalah seorang penderita DBD, maka kita sebagai
dokter harus melakukan tata laksana dan pencegahan, yaitu :

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL

DBD

Individu

masyarakat

fogging
PSN

Simptomatis
-Demam ; paracetamol 10 mg/kg BB
-Nyeri

: analgasik

Namun disini perlu diperhatikan bahwa bila terdapat trombositopenia ( kebocoran


plasma < 100.000 ml ), maka tidak diperbolehkan menggunakan aspirin/ ibuprofen. Karena
sifat obatnya (farmakokinetik dan farmakodinamik) dikhawatirkan dapat meningkatkan
resiko trombositopenia.

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL

BAB III
PENUTUP
A. Hambatan
Dari hasil field lab yang sudah dilaksakan oleh praktikan di puskesmas Purwokerto
Selatan, ditemukan beberapa hambatan, seperti :
1. Penyelidikan epidemiologi tidak dilakukan/ dipraktekkan langsung sehingga
praktikan masih belum begitu paham mengenai penyelidikan epidemiologi.
2. Tidak ditemukan pasien suspct DBD karena saat praktikan berada BP waktunya
sangat sedikit sehingga puskesmas pun susah untuk mencarikan pasien dengan
3.

suspect DBD.
Topik field lab yang tidak sesuai dengan blok yang sedang dilalui oleh
praktikan. Hal ini membuat praktikan kurang memahami materi karena
persiapan dan penjelasan materi tentang field lab yang kurang.

A. Saran
1. Waktu dilakukannya field lab lebih diperpanjang atau mungkin dibuat lebih dari
satu hari agar lebih bisa menemukan pasien yang memiliki kasus-kasus yang
bervariasi.

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL

2. Sebaiknya topik yang diberikan sesuai dengan kelangsungan berjalannya blok saat
ini, karena bila diluar dari materi yang diberikan maka pemahaman dari praktikan
juga kurang efektif terhadap jalannya field lab.

DAFTAR PUSTAKA
CDC. 2003. Dengue Fever. Division of Vector-Borne Infectious Diseases
Depkes RI 1992. Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam Berdarah Dengue.
Suroso T, dkk,. 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan
Demam Berdarah Dengue. Depkes RI
Suroso T., Umar, A.I. 2000. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit DBD, FK UI.
Jakarta
WHO. 2000. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengua dan Demam
Berdarah Dengue,

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB -Ditjen PP dan PL

Você também pode gostar

  • SEDIAAN HERBAL
    SEDIAAN HERBAL
    Documento147 páginas
    SEDIAAN HERBAL
    Chory Aprilianty
    50% (2)
  • SEDIAAN HERBAL
    SEDIAAN HERBAL
    Documento147 páginas
    SEDIAAN HERBAL
    Chory Aprilianty
    50% (2)
  • Mengenal Struktur Utama Rumah
    Mengenal Struktur Utama Rumah
    Documento3 páginas
    Mengenal Struktur Utama Rumah
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Mendel Theory by Aprilacd (Kel.4) PPT
    Mendel Theory by Aprilacd (Kel.4) PPT
    Documento14 páginas
    Mendel Theory by Aprilacd (Kel.4) PPT
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Refer at
    Refer at
    Documento3 páginas
    Refer at
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Herbal
    Herbal
    Documento2 páginas
    Herbal
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • 2
    2
    Documento1 página
    2
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Nasionalisme
    Nasionalisme
    Documento4 páginas
    Nasionalisme
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Kesimpulan Sken 2
    Kesimpulan Sken 2
    Documento1 página
    Kesimpulan Sken 2
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Proposal Mading
    Proposal Mading
    Documento1 página
    Proposal Mading
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Fadhil Appal Up I
    Fadhil Appal Up I
    Documento1 página
    Fadhil Appal Up I
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Pengobatan Hepatitis A-C Secara Singkat
    Pengobatan Hepatitis A-C Secara Singkat
    Documento21 páginas
    Pengobatan Hepatitis A-C Secara Singkat
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • 6 Undangan Stan OKP UMP
    6 Undangan Stan OKP UMP
    Documento1 página
    6 Undangan Stan OKP UMP
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Per Juan Gan
    Per Juan Gan
    Documento1 página
    Per Juan Gan
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Osteomielitis
    Osteomielitis
    Documento7 páginas
    Osteomielitis
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Saluran Napas
    Saluran Napas
    Documento19 páginas
    Saluran Napas
    Aya Syada
    Ainda não há avaliações
  • Macam Demam (Hektik&Septik
    Macam Demam (Hektik&Septik
    Documento1 página
    Macam Demam (Hektik&Septik
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Katarak
    Katarak
    Documento37 páginas
    Katarak
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Analgetik 2
    Analgetik 2
    Documento10 páginas
    Analgetik 2
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Mekanisme Inflamasi
    Mekanisme Inflamasi
    Documento4 páginas
    Mekanisme Inflamasi
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Pusisi Palupi
    Pusisi Palupi
    Documento1 página
    Pusisi Palupi
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • RAB Kerohanian
    RAB Kerohanian
    Documento3 páginas
    RAB Kerohanian
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • ISI Pal
    ISI Pal
    Documento11 páginas
    ISI Pal
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Kera To Prosthesis
    Kera To Prosthesis
    Documento13 páginas
    Kera To Prosthesis
    Ulin Nuha
    Ainda não há avaliações
  • Katarak
    Katarak
    Documento37 páginas
    Katarak
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Ikhlas 2
    Ikhlas 2
    Documento2 páginas
    Ikhlas 2
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Jati Diri
    Jati Diri
    Documento4 páginas
    Jati Diri
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Harapan Baru
    Harapan Baru
    Documento1 página
    Harapan Baru
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações
  • Indonesia Berubah
    Indonesia Berubah
    Documento1 página
    Indonesia Berubah
    Fadhila Putri Palupi
    Ainda não há avaliações