Você está na página 1de 13

ANALISIS MUTU PELAYANAN ASUHAN ANTENATAL DI PUSKESMAS

MAKRAYU
Nuralisa Safitri1, M Zulkarnain2, dan Mariatul Fadilah3
1.

Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
2. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
Jl. dr. Muh. Ali KomplekRSMH Palembang, Madang, Sekip,Palembang, 30126, Indonesia
Email: akulisa@hotmail.com

Abstrak
Latar Belakang: Indonesia memiliki program Millenium Development Goals tahun 2015 dan target 5A dari
program tersebut adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (2002-2003) Angka Kematian Ibu adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, (2007) Angka Kematian Ibu
adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan melonjak data terakhir pada (2012) Angka Kematian Ibu adalah
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Di provinsi Sumatera Selatan, berdasarkan laporan Indicator Database 2005
UNFPA 6th Country Programme angka kematian ibu adalah 467 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di kota
Palembang sendiri adalah 317 per 100.000 kelahiran hidup (DinKes Sumsel, 2011). Dari data profil kesehatan provinsi
Sumatera Selatan didapatkan cakupan indikator pelayanan KIA dari tahun 2009 sampai tahun 2012 mengalami
kenaikan. Untuk cakupan K1 dari tahun 2009 sebesar 94,42%, tahun 2010 sebesar 95, tahun 2011 sebesar 95,4% dan
tahun 2012 sebesar 95,7%, hal ini menggambarkan bakwa akses ibu sudah baik, artinya dari semua ibu hamil yang ada
sekitar 95% sudah terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Untuk cakupan K4 dari tahun ke tahun juga meningkat, artinya
dari semua ibu hamil yang ada 88% sudah lengkap dalam memeriksakan kehamilannya. Kuantitas yang sudah mencapai
target tersebut harusnya sebanding lurus dengan mutu atau kualitas, dalam hal ini adalah mutu pelayanan asuhan
antenatal yang diberikan. Puskesmas Makrayu merupakan salah satu dari enam puskesmas di kota Palembang yang
mendapatkan sertifikasi ISO, sehingga diharapkan puskesmas Makrayu dapat menjadi panutan bagi puskesmas lain
dalam memberikan pelayanan asuhan antenatal. Dengan demikian, mutu dalam pelaksanaan rutin asuhan antenatal yang
diberikan di Puskesmas Makrayu seharusnya sudah sesuai dengan dengan standar pelayanan yang ada. Untuk
mengetahui apakah mutu asuhan antenatal yang diberikan sudah sesuai dengan dengan standar pelayanan yang ada,
maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Mutu Pelayanan Asuhan Antenatal di
Puskesmas Makrayu.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan selama penelitian ini adalah wawancara mendalam.
Hasil Penelitian: Deskripsi karakteristik informan dapat diketahui bahwa informan berusia antara 25 tahun sampai 55
tahun. Berdasarkan pendidikan diketahui bahwa informan dengan pendidikan Diploma III sebanyak 3 orang dan Strata
II sebanyak 1 orang. Kompetensi teknis bidan dilihat dari pelatihan pelayanan antenatal dan pengetahuan bidan tentang
standar pelayanan antenatal, didapatkan hanya 1 informan yang sudah mengikuti pelatihan dengan jangka waktu yang
sudah berlangsung lama tetapi seluruh informan mengetahui tentang standar pelayanan antenatal dan manfaatnya. Hasil
observasi sarana komponen peralatan kesehatan, didapatkan skor 100%, sarana penunjang manajemen 58,8%, prasarana
96%, hasil anamnesis 46,3%, pemeriksaan 100%. pemberian KIE 33,8%.
Saran: Untuk Dinas Kesehatan Kota Palembang agar membuat suatu ukuran baku tentang penillaian mutu pelaksanaan
pelayanan antenatal di Puskesmas, membuat tim monitoring dan evaluasi untuk memantau pelaksanaan pelayanan
antenatal, memberikan pelatihan pelayanan antenatal rutin dan melengkapi sarana dan prasarana. Untuk Puskesmas
Makrayu adalah mengevaluasi tentang manajemen waktu pelayanan dengan mempertimbangkan waktu pelayanan
antenatal tidak difokuskan pada 1 (satu) hari.
Kata kunci: AKI, analisis mutu, pelayanan, asuhan antenatal

Pendahuluan
Program kesehatan ibu dan anak merupakan
salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan
Indonesia untuk menurunkan kematian dan kejadian
sakit di kalangan ibu, bayi dan anak. Dewasa ini angka
kematian ibu di Indonesia masih tinggi dibandingkan

dengan negara ASEAN yang lain dan upaya


penanggulangannya cukup rumit. Oleh karena itu, angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat dan salah satu indikator
terpenting untuk menilai kualitas pelayanan. Saat ini
dalam setiap menit, setiap harinya, seorang ibu

meninggal disebabkan oleh komplikasi yang


berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas
(WHO, 2010).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (1994-1997) Angka Kematian Ibu adalah 390
per 100.000 kelahiran hidup, (1997-2002) Angka
Kematian Ibu adalah 334 per 100.000 kelahiran hidup,
(2002-2003) Angka Kematian Ibu adalah 307 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan menurut survei
2007 adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini memang menunjukkan penurunan yang
signifikan dari tahun ke tahun, akan tetapi meskipun
demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia (SDKI,
2007). Berdasarkan hasil survei terakhir tahun 2012,
AKI melonjak sangat signifikan menjadi 359 per
100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan
kemunduran yang sangat nyata. Untuk mengurangi
angka kematian ibu, Indonesia memiliki program
Millenium Development Goals tahun 2015 dan target 5A
dari program tersebut adalah menurunkan angka
kematian ibu sebesar tiga perempat antara 1990 dan
2015. Berdasarkan data-data yang tersedia, target yang
harus dicapai adalah 97 per 100.000 kelahiran hidup.
Melihat kecenderungan saat ini, Indonesia dipastikan
tidak akan mencapai target.
Di propinsi Sumatera Selatan, berdasarkan
laporan Indicator Database 2005 UNFPA 6th Country
Programme angka kematian ibu adalah 467 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan di kota Palembang sendiri
adalah 317 per 100.000 kelahiran hidup (DinKes
Sumsel, 2011). Salah satu upaya yang dilakukan
Depkes RI dalam mempercepat penurunan AKI adalah
mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu
yang membutuhkannya. (DEPKES RI, 2003).
Salah satu pelayanan kebidanan yang diberikan
adalah asuhan antenatal yaitu suatu program yang
terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan
medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan
(Mufdilah, 2009). Asuhan antenatal yang diberikan
harus memiliki mutu yang baik sehingga akan
memberikan luaran yang baik.
Mutu pelayanan kesehatan dapat diidentifikasi
dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap
petugas Puskesmas yang sedang memberikan pelayanan
kesehatan, melakukan wawancara kepada pasien dan
petugas kesehatan, mendengar keluhan pasien dan
keluarganya, masyarakat, petugas Puskesmas, membaca
dan memeriksa laporan atau rekam medik. (Pohan,
2003).
Dari data profil kesehatan provinsi Sumatera
Selatan didapatkan cakupan indikator pelayanan KIA
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Untuk
cakupan K1 dari tahun 2009 sebesar 94,42%, tahun
2010 sebesar 95, tahun 2011 sebesar 95,4% dan tahun
2012 sebesar 95,7%, hal ini menggambarkan bakwa
akses ibu sudah baik, artinya dari semua ibu hamil yang
ada sekitar 95% sudah terjangkau oleh pelayanan

kesehatan. Untuk cakupan K4 dari tahun ke tahun juga


meningkat, artinya dari semua ibu hamil yang ada 88%
sudah lengkap dalam memeriksakan kehamilannya.
Kuantitas yang sudah mencapai target tersebut harusnya
sebanding lurus dengan mutu atau kualitas, dalam hal
ini adalah mutu pelayanan antenatal yang diberikan.
Jika mutu dan kuantitas pelayanan antenatal sudah
berjalan dengan seimbang, maka seharusnya asuhan
antenatal sudah merupakan langkah yang efektif guna
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI).
Puskesmas Makrayu merupakan salah satu dari
enam puskesmas di kota Palembang yang mendapatkan
sertifikasi ISO, sehingga diharapkan puskesmas
Makrayu dapat menjadi panutan bagi puskesmas lain
dalam memberikan pelayanan antenatal. Dengan
demikian, mutu dalam pelaksanaan rutin pelayanan
antenatal yang diberikan di Puskesmas Makrayu
seharusnya sudah sesuai dengan dengan standar
pelayanan yang ada.
Untuk mengetahui apakah kualitas pelayanan
antenatal yang diberikan sudah sesuai dengan dengan
standar pelayanan yang ada, maka penulis tergerak
untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis
Mutu Pelayanan Asuhan Antenatal di Puskesmas
Makrayu.

1.
2.
3.
4.

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Metode pengumpulan data yang digunakan selama
penelitian ini adalah wawancara mendalam dan
observasi. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
Makrayu pada bulan Maret 2015. Teknik pengambilan
sampel yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu
purposive sampling. Purposive sampling digunakan
untuk mendapatkan informasi sesuai dengan tujuan
penelitian, peneliti membutuhkan Key Informant yang
sesuai dengan fokus penelitian
Informant penelitian ini antara lain :
Key Informant 1: Bidan Koordinator di Poli KIA di
Puskesmas Makrayu.
Key Informant 2: Bidan Pelaksana di Poli KIA di
Puskesmas Makrayu.
Key Informant 3: Bidan Pelaksana di Poli KIA di
Puskesmas Makrayu.
Informan Triangulasi : Kepala Puskesmas Makrayu
Key Informant dipilih sebagai sampel karena
mereka yang secara langsung merasakan dan
melaksanakan pelayanan kesehatan sehingga mereka
dapat memberikan secara langsung informasi tentang
situasi dan kondisi pelayanan kesehatan dengan cakupan
pelayanan asuhan antenatal Puskesmas Makrayu. Jika
selama pengumpulan data, tidak lagi ditemukan
informasi baru, maka pengumpulan data sudah dianggap
selesai. Tetapi, jika data dari pemberi informasi masih
kurang maka Key Informant akan ditambah.Teknik
penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan
wawancara mendalam.

Hasil Penelitian
1.

Karakteristik Umum Informan

Tabel 1. Karakteristik Informan Wawanacara Mendalam penelitian Analisis Mutu Kualitas Pelayanan Asuhan
Antenatal di Puskesmas Makrayu

No
1.

Nama
I.01

Umur
52

Pendidikan
D3

2.
3.
4.

I.02
I.03
IT.01

27
25
58

D3
D3
S2

Jabatan
Bidan
koordinator
Bidan pelaksana
Bidan Pelaksana
Kepala

Masa Kerja
15 Tahun

Ket
-

3 Tahun
3 Tahun
6 Tahun

Informan

Puskesmas
Deskripsi karakteristik informan dapat diketahui bahwa
informan berusia antara 25 tahun sampai 55 tahun.
Berdasarkan pendidikan diketahui bahwa informan
dengan pendidikan Diploma III sebanyak 3 orang dan
Strata II sebanyak 1 orang.
2. Hasil Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
2.1. Kompetensi Teknis Bidan dalam Pelaksanaan
Pelayanan Antenatal
Kompetensi
teknis
menyangkut
pengetahuan
keterampilan, kemampuan, dan kinerja pemberi layanan
kesehatan.
2.2. Pelatihan tentang Pelayanan Antenatal
Berikut dibawah ini adalah hasil wawancara mendalam
dengan informan terkait tentang pelatihan pelayanan
antenatal.
Key Informant 1:
Pernah ado, sekitar tahun 2012 men dak salah, yang
ngasih pelatihan dari Dinkes Kota Palembang tulah
Key Informant 2:
Harusnya sih ado, tapi yang melok tu bidan koor bae,
nah agek bidan koor itu yang ngenjuk tau ke kami apo
apo hasilnyo, kalau aku dewek belom pernah melok
Key Informant 3:
Ado ye pelatihan pelatihan antenatal tu? Ado sih tapi
caknyo aku dak pernah melok, bidan koor yang melok
itu tu
Informan Triangulasi:
Pelatihan tu ada kok, 3 bulan sekali, dari Dinkes yang
nentuin tempatnya dimana, bidan yang ikut gantigantian
2.3. Pengetahuan Informan tentang Standar
Pelayanan Antenatal.
Berikut dibawah ini adalah hasil wawancara mendalam
dengan informan terkait tentang Standar Pelayanan
Antenatal.
Key Informant 1:
Standar tu aturan-aturan samo batasan dalam kito
ngelakuke pelayanan antenatal yang sudah ditetapke,
dibuat biar pelayanannyo terarah dan lebih jelas

Key

Triangulasi

Informant 2:
Standar tu yolah pedoman, aturan, batasan yang jelas
biar ado patokan waktu ngasih pelayanan, jadi jelas
apo yang nak digawei dan harus cakmanonyo
Key Informant 3:
Standar tu yang cak 10T itukan? Yo maksudnyo itu
biar kito ado pegangan dalam kito ngasih pelayanan
Informan Triangulasi:
Standar tu yang cak 10T itukan? Yo maksudnyo itu
biar kito ado pegangan dalam kito ngasih pelayanan
2.4. Pengetahuan Informan tentang Komponen
Pemeriksaan Sesuai Standar Pelayanan Antenatal
Berikut dibawah ini adalah hasil wawancara mendalam
dengan
informan
terkait
tentang
Komponen
Pemeriksaan Sesuai Standar Pelayanan Antenatal:
Key Informant 1:
10T. Itu kito memeriksa berat badannyo, TD, LILA,
DJJ, tinggi fundus uteri, presentasi janin, imunisasi TT,
tablet tambah darah, periksa labor, tatalaksana, samo
ngasih edukasi
Key Informant 2:
Galo-galo. Mulai dari tekanan darah, LILA, berat
badan, tinggi fundus uteri, presentasi janin, terus
imunisasi TT, merikso HB samo gol darah kalo belom
tau, atau protein kalo ado indikasi
Key Informant 3:
Tekanan darah, berat badan, LILA, tinggi fundus
uteri, presentasi janin, DJJ, imunisasi TT, merikso
labor, edukasi jugo
Informan Triangulasi:
Kalau pendidikan sekarang 14T, namun dari dinkes
masih penerapannya 10T ditambah edukasi soalnya itu
tidak ada di 10T, semua bidan pelaksana antenatal
pasti sudah tahu
2.5. Sarana dan Prasarana yang Menunjang
Pelayanan Antenatal
Berikut dibawah ini adalah hasil wawancara mendalam
dengan informan terkait tentang sarana dan prasarana
yang menunjang pelayanan antenatal:
Key Informant 1:

Sarana prasarana sudah cukup galo, tapi tensi tu


sikok rusak, jadi sikok be yang pacak, tapi kalo tempat
nyaman dan alat laen katek masalah
Key Informant 2:
La lengkap galo sih, tapi caknyo pengukur hb tu harus
dicek, ngapo hasilnyo cak anemia galo itu, tempat jugo
lemak
Key Informant 3:
Sudah lengkap galo ini cumin men nak nambah paling
cak tensi, timbangan bb, la ado sih sebenernyo cumin
men nambah mungkin be jadi lebih cepet
ngelayaninyo
Informan Triangulasi:
Disini kalo sarana insya Allah lengkap, selalu
menerima masukan pada saat apel hari senin, apa-apa
yang kurang atau perlu diganti langsung ditindak
lanjuti

Key Informant 2:
Pelayanan kitokan difokusi ke hari senin bae kareno
biar vaksinnyo sekalian, jadi pasien hari senin tu
banyak, kadang kelabakan jugolah, meskipun masih
pacak bae sih bejalan.
Key Informant 3:
Katek sih, cuman kadang pasiennyo be ado yang dak
kontrol lagi padahal la diingeti, terus jugo galak lupo
bawa buku KIA. Pasien kalo senin galak rame nian tapi
dapapo sih kan besok-besoknyo jadi dak pulok rame.
Informan Triangulasi:
Tidak ada kendala berarti mengingat cakupan K1 dan
K4 tercapai namun ada pasien yang tidak control
kembali, jadi kalau diperlukan ada home visit, kalau
dari sarana prasarana dan hal lain saya rasa sudah
cukup, kalau waktu difokuskan ke satu hari itu karena
memang untuk vaksin TTnya, tapi bidan pelaksana jauh
lebih senang seharusnya.

2.6. Pelaksanaan Pelayanan Antenatal


1. Proses Pelaksanaan Pelayanan Antenatal
Berikut hasil wawancara mendalam kepada informan
tentang proses pelaksanaan pemeriksaan pelayanan
antenatal di Puskesmas Makrayu:
Key Informant 1:
Kalo ibukan lebih ke arah manajemen ye, jadi dak
banyak gaweke, tapi melok bantu jugo. Galo galo la
diperikso, yang tadi tu BB, TD, LILA, DJJ, tinggi
fundusnyo, presentasinyo, tatalaksana jugo, samo
edukasi
Key Informant 2:
Sudah galo lengkap, tapi ado yang masih harus lebih
disempurnake lagi cak anamnesis samo edukasi,
soalnyo men ayuk nyesuaike bae samo kondisi ibu
hamilnyo, jadi kan lebih efektif jugo
Key Informant 3:
Merikso la lengkap galo tapi ado yang diperikso pas
kunjungan pertamo be cak hb, golongan darah, samo
protein. Pasien tu rame jadi kalo edukasi nyesuaike
bae
Informan Triangulasi:
Mereka sudah menjalankan semua komponen
pemeriksaan sesuai dengan standar pelayanan yang
ada
2. Kendala dalam Proses Pelaksanaan Pelayanan
Antenatal
Berikut hasil wawancara mendalam kepada informan
tentang kendala dalam proses pelaksanaan pemeriksaan
pelayanan antenatal di Puskesmas Makrayu:
Key Informant 1:
Sejauh ini sih katek kendala yang cakmano cakmano,
lancar lancar bae.

3. Hasil Observasi Pelayanan Antenatal


Selain wawancara yang mendalam kepada bidan dan
kepala puskesmas, peneliti juga melakukan pengamatan
tentang sarana dan prasarana yang menunjang
pelayanan kesehatan.
3.1. Observasi Sarana dan Prasarana dalam
Menunjang Pelayanan Antenatal
Berdasarkan hasil pengamatan sarana dan prasarana
yang ada di Puskesmas, dapat dilihat pada Tabel 2.
gambaran sarana dan prasarana di Puskesmas Makrayu
dalam Menunjang Pelaksanaan Pelayanan Antenatal
sudah lengkap, namun masih ada yang tidak berfungsi
dengan baik seperti tensimeter dan alat pemeriksa
hemoglobin yang perlu dievaluasi. Selain gambaran
sarana untuk menunjang pelaksanaan pelayanan
antenatal, peneliti juga mengobservasi gambaran sarana
manajemen untuk menunjang pelaksanaan pelayanan
antenatal. Tabel 3. Menunjukkan bahwa sarana yang
mendukung manajemen pelayanan antenatal masih
58,8% yang terpenuhi, secara keseluruhan sudah baik,
hanya masih ada beberapa yang perlu ditambahkan
sehingga dapat dihasilkan pelayanan yang lebih
bermutu. Ada beberapa prosedur tetap tertulis di
pelayanan KIA banyak yang tidak ada, seperti tanda
bahaya kehamilan dan prosedur pencegahan infeksi.
Selain itu diharapkan di puskesmas juga tersedia bukubuku standar pelayanan antenatal yang mutakhir atau
versi terbaru yang bisa dipakai bahan referensi dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan ibu dan anak
terutama pelayanan antenatal seperti buku panduan
praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dan
buku pencegahan infeksi. Formulir yang terkait dengan
pelayanan seperti surat kematian dan surat penolakan
tindakan sebaiknya juga dilengkapi.

Tabel 2. Gambaran Sarana di Puskesmas Makrayu dalam Menunjang Pelaksanaan Pelayanan Antenatal.

Kriteria
1. Peralatan
Dasar

2. Alat
pemeriksaan
laboraturiu
m

Cara Verifikasi
1. Spygnomanometer (tensi
meter)
2. Termometer
3. Stetoskop
4. Doppler
5. Reflek hammer
6. Timbangan dewasa
7. Pengukur tinggi badan
1. Hb meter
2. Alat periksa urine (protein +
reduksi)

Hasil

Keterangan
Terdapat dua tensi meter di ruang pemeriksaan,
namun satu tensimeter tidak berfungsi
Perlu dievaluasi
-

100%

Tabel 3. Gambaran Sarana Manajemen untuk Menunjang Pelaksanaan Pelayanan Antenatal.

Kriteria
1. Tersedia prosedur tetap tertulis

Cara Verifikasi
1. Penanganan shock anafilatik di ruang

untuk pelayanan KIA

KIA
2. Tanda bahaya kehamilan
3. Pencegahan infeksi
4. SOP ANC
1. Buku Standar Pelayanan Kebidanan
2. Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kesehatan Maternal & Neonatal


3. Buku Pencegahan Infeksi
1. Buku KIA
Terdapat sistem pencatatan rekam medik

teratur, lengkap dan berurutan


1. Surat keterangan sakit
2. Surat keterangan cuti hamil
3. Surat keterangan kematian
4. Informed consent
5. Surat rujukan
6. Surat penolakan
1. Register kohort ibu
1. Arsip laporan bulanan

2. Tersedia buku standar pelayanan


terbaru
3. Tersedia catatan medik
4. Tersedia suatu sistem pengisian
rekam medik
5. Tersedia formulir yang berkaitan
dengan pelayanan

6. Tersedia buku administrasi


7. Pembuatan laporan bulanan

Jumlah

Ket

58,8%

3.1.1. Observasi Prasarana dalam Menunjang Pelayanan Antenatal


Tabel 4. Gambaran Prasarana di Puskesmas Makrayu dalam Menunjang Pelaksanaan Pelayanan Antenatal.

Kriteria
1. Tempat praktek
memadai
2. Tersedianya area

Cara Verifikasi
1. Gedung terbuat dari tembok
2. Lantai dari ubin atau plester
1. Ada tempat penerimaan dan pendaftaran

Hasil

Keterangan
-

tempat pendaftaran
3. Tersedianya area
tempat tunggu

4. Tersedia kamar
kecil yang berfungsi

5. Tersedia tempat
pelayanan yang
memadai

6. Tersedianya tempat
penyimpanan obat
dan alat medis

pasien
2. Ada ventilasi udara yang cukup
3. Pencahayaan yang cukup
1. Tersedia tempat tunggu bagi pasien

2. Pencahayaan yang cukup


3. Tempat tunggu terlindung dari panas dan
hujan
4. Tersedia cukup tempat duduk
1. Pintu kamar mandi dapat dikunci
2. Terdapat air yang mengalir
3. Tersedia handuk bersih atau tissue

4. Tersedia jamban dengan air yang mengalir


5. Ada tempat sampah
1. Ada tempat untuk melakukan konseling
yang dapat menjaga kerahasiaan/privasi
pasien
2. Ada meja pemeriksaan
3. Ada tempat duduk yang memadai
4. Ruang pemeriksaan yang dapat memberi
privasi
5. Pencahayaan yang cukup
6. Tersedianya tempat sampah
7. Tersedianya fasilitas cuci tangan
1. Kering
2. Bersih
3. Memiliki ventilasi udara
4. Dapat dikunci

Tidak pernah
digunakan

96%

Jumlah

Dari tabel 4.9. di atas dapat dilihat bahwa


yang ditanyakan semakin lama semakin
prasarana yang ada di puskesmas dalam menunjang
berkurang. Hal ini dapat dipengaruhi masalah
pelayanan antenatal sudah baik, dan dari enam kriteria
waktu pelayanan yang semakin siang dengan
yang ada 96% sudah terpenuhi, satu yang tidak
banyaknya jumlah ibu hamil yang datang.
terpenuhi yaitu tempat untuk melakukan konseling yang
Dalam hal komponen pemeriksaan, dapat
dapat menjaga kerahasiaan atau privasi pasien.
dilihat bahwa bidan 100% melakukan seluruh
3.2 Observasi Proses Pelayanan Antenatal
rangkaian pemeriksaan. Bagi skor nilai kosong
Hasil pengamatan pelaksanaan proses
pemeriksaan
tersebut
memang
tidak
pelayanan antenatal dapat dilihat dari tabel 5
diberlakukan pada kunjungan tersebut sehingga
dibawah ini. Didapatkan dari tabel 5, bahwa
tidak dimasukkan ke dalam penilaian. Dalam
anamnesis yang dilakukan oleh bidan di
komponen KIE (Komunikasi Informasi dan
Puskesmas Makrayu rata-rata adalah 46,3%,
Edukasi), didapatkan rata-rata 33,8%, artinya
artinya masih ada setengah komponen
masih banyak komponen pada KIE yang tidak
pertanyaan yang belum ditanyakan dan dapat
disampaikan oleh bidan ke ibu hamil.
dilihat bahwa dari pasien pertama sampai
dengan pasien terakhir, komponen pertanyaan
Tabel 5. Gambaran Proses Pelayanan Antenatal yang dilakukan oleh Bidan di Puskesmas Makrayu

Pelayanan ANC
1. Identitas Ibu
2. Keluhan ibu datang

Bidan 1
3
4

Bidan 2
3
4

A
N
A
M
N
E
S
I
S

3. Menanyakan tanda-tanda
penting yang terkait dengan
kehamilan
4. Riwayat kehamilan
sekarang
5. Riwayat kehamilan dan
persalinan sebelumnya
6. Riwayat penyakit yang
diderita ibu
7. Menanyakan status
imunisasi TT
8. Menanyakan jumlah
tablet Fe yang dikonsumsi
9. Menanyakan riwayat
obat yang dikonsumsi
10. Menanyakan pola
makan ibu selama hamil
11. Menanyakan kesiapan
menghadapi persalinan dan
menyikapi kemungkinan
terjadinya komplikasi
Jumlah

63,
6

63,
6

54,
5

36,3

36,3

63,6

54,
5

36,3

36,
3

36,
3

Rata-rata
P
E
M
E
R
I
K
S
A
A
A
N

46,3%

1. Tekanan darah
2. Timbang berat badan

3. Tentukan lingkar lengan


atas
4. Tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin
6. Tentukan DJJ
7. Pemeriksaan
laboratorium:
a. Hb
b. Golongan darah
8. Tablet tambah darah
9. Pemberian Imunisasi
Tetanus Toksoid
10. Tatalaksana lain sesuai
kebutuhan per pasien
Jumlah
Rata-rata

100

100

1. Hasil pemeriksaan
2. Peran suami/keluarga
dalam kehamilan dan
perencanaan persalinan

100

100

100

100

100

100

100

100
100%

K
I
E

3. PHBS
4. Asupan gizi seimbang
5. Persiapan persalinan oleh
nakes
6. Kapan kembali untuk
periksa ulang
7. Anjuran untuk kesehatan
ibu
8. Pentingnya imunisasi
9. Inisiasi Menyusui Dini
dan pemberian ASI
Esklusif
10. KB paska persalinan
11. Peningkatan kesehatan
intelegensia pada
kehamilan (Brain booster)
12. Persiapaan persalinan
dan kesiagaan dalam
menghadapi komplikasi
13. Gejala penyakit
menular dan tidak menular
Jumlah

30,
7

30,
7

53,
8

38,5

38,5

30,7

30,
7

23,1

46,
2

15,
4

Rata-rata

PEMBAHASAN
1.

Karakteristik Umum Informan


Deskripsi
karakteristik informan dapat
diketahui bahwa informan berusia antara 25 tahun
sampai 58 tahun. Berdasarkan pendidikan diketahui
bahwa informan dengan pendidikan Diploma III
sebanyak 3 orang dan Strata II sebanyak 1 orang. Masa
kerja 2 informan sebagai bidan pelaksana sudah 3 tahun,
bidan koordinator sudah bekerja 15 tahun dan kepala
puskesmas sebagai informan triangulasi sudah bekerja
selama 6 tahun. Seluruh informan yang melakukan
pelayanan antenatal memiliki pendidikan DIII
kebidanan. Pendidikan merupakan faktor penting dalam
menentukan kemampuan seseorang. Pendidikan dan
pengalaman kerja merupakan langkah awal untuk
melihat seseorang, pendidikan merupakan indicator
yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk
memyelesaikan pekerjaan,dengan latar belakang
pendidikan pula seseorang dianggap akan mampu
menduduki suatu jabatan tertentu (Hasibuan,2000).
Selain itu pendidikan merupakan suatu pembinaan
dalam proses perkembangan manusia untuk berfikir dan
cenderung berkembangnya kemampuan dasar yang ada
padanya. Menurut Nadler dalam Moekijat (1996)
pendidikan adalah proses pembelajaran yang
mempersiapkan individu untuk pekerjaan yang berbeda
pada masa yang akan datang. Menurut Siagian (2000)
pendidikan dapat mempengaruhi kompetensi seseorang,

33,8%
karena makin tinggi pendidikan seseorang makin besar
keinginannya untuk memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam pelaksanaan tugasnya. Dalam
hal lama kerja dapat disimpulkan bahwa bahwa
pengalaman yang dimiliki oleh informan dalam
melaksanakan tugas sebagai bidan dalam memberikan
pelayanan sudah cukup banyak. Menurut hasil
penelitian Marfungah (2013) tentang Hubungan Antara
Lama Kerja Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan
Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Surakarta didapatkan
adanya hubungan yang signifikan antara lama kerja
dengan kinerja bidan di wilayah Surakarta dengan p=
0,000.
2. Kompetensi Teknis Bidan dalam Pelaksanaan
Pelayanan Antenatal
Seorang bidan harus memiliki kompetensi teknis
yang meliputi pengetahuan, keterampilan, kemampuan
dan penampilan yang baik dalam melaksanakan
kesehatan (Zulvadi, 2010).
1. Pelatihan tentang pelayanan antenatal
Pelatihan adalah satu bentuk proses
pendidikan, melalui pelatihan sasaran belajar
akan memperoleh pengalaman yang akhirnya
akan menimbulkan perilaku kepada mereka
(Notoatmodjo, 1988). Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Mariana (2004) bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pelatihan
yang diperoleh dengan kualitas pelayanan

antenatal yang diberikan. Hasil penelitian


Wariyah (2001) di Karawang juga menemukan
adanya hubungan antara pelatihan dengan
kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan
antenatal.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa hanya 1 (satu) orang informan
yang mengikuti pelatihan dalam jangka waktu
yang sudah lama yaitu tiga tahun yang lalu.
Kompetensi teknis menyangkut pengetahuan,
keterampilan, kemampuan pemberi layanan
kesehatan. Tidak terpenuhinya kompetensi
teknis dapat mengakibatkan berbagai hal,
mulai dari penyimpangan kecil terhadap
standar layanan kesehatan, sampai kepada
kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu
layanan kesehatan dan membahayakan jiwa
pasien. Pelatihan pelayanan antenatal bagi
bidan diharapkan akan mampu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam
memberikan pelayanan antenatal sehingga
kompetensi bidan semakin terus baik
kedepannya. Hal ini didukung oleh Siagian
(1998) dalam Elvira (2012) yang menyatakan
bahwa pelatihan adalah proses belajar dengan
menggunakan teknik dan metode tertentu yang
secara konsepsional latihan yang dimaksud
tersebut
adalah
untuk
meningkatkan
kemampuan dan keterampilan seseorang atau
sekelompok orang.
2. Pengetahuan Informan tentang Standar Pelayanan
Antenatal
Melihat sejauh mana pengetahuan
bidan tentang standar pelayanan antenatal,
dapat disimpulkan bahwa semua informan
mengetahui
tentang
standar
pelayanan
antentatal dan mereka juga memahami
komponen - komponen pemeriksaan yang ada
di dalam standar pelayanan tersebut. Standar
merupakan sarana penunjang yang sangat
penting sebagai salah satu alat yang efektif dan
efisien guna menggerakan kegiatan pelayaan
dalam meningkakan mutu pelayanan (Wijono,
1996). Menurut Al-assaf (2009), standar
menyatakan apa yang kita harapkan terjadi
dalam perjalanan kita untuk mencapai layanan
kesehatan yang bermutu tinggi. Azwar (1996)
juga sejalan, ia menyatakan bahwa suatu
program dianggap baik, jika kualitas pelayanan
telah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Selain itu, hasil penelitian Mariana
(2004) mengatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan bidan dan
kualitas pelayanan antenatal yang diberikan.
Hal ni juga dididukung dengan teori yang
dikemukakan oleh Bloom (1908) dalam
Mariana (2004) bahwa salah satu domain

utama perilaku adalah pengetahuan sehingga


dengan yang baik, besar kemungkinan dapat
mempengaruhi seseorang dalam bertindak atau
berperilaku. Selain itu, penelitian yang
dilakukan oleh Emanuel Hamoko (2008)
mengatakan ada pengaruh pengetahuan
terhadap kinerja klinis perawat dengan nilai
0,004 (< 0,25).
3. Sarana dan Prasarana yang Menunjang
Pelayanan Antenatal
3.1. Ketersediaan Sarana
Ketersediaan sarana yang cukup sangat mendukung
dalam pelaksanaan pelayanan antenatal. Lingkungan
dan fasilitas serta alat merupakan faktor yang
mendukung dalam melaksanakan kegiatan atau tindakan
dan keberhaslan program yang aan dilaksankan.. Dari
hasil wawancara kepada informan didapatkan bahwa
sarana dan prasarana dalam menunjang pelayanan
antenatal sudah lengkap dan baik, hanya perlu
penambahan alat seperti tensimeter, timbangan berat
badan, dan juga evaluasi alat untuk pemeriksaan
hemogloin. Selain dari hasi wawancara, hasil observasi
juga didapatkan bahwa sarana yang ada di Puskesmas
dalam menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan
sudah lengkap, namun masih ada yang tidak berfungsi
dengan baik seperti tensimeter dan alat pemeriksa
hemoglobin yang perlu dievaluasi. Hal ini sejalan
dengan yang diutarakan oleh informan. Tidak
tersedianya peralatan atau peralatan yang ada tidak
digunakan dengan baik oleh Puskesmas akan
mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan. Oleh karena itu, kondisi maupun fungsi dari
sarana fisik alat kesehatan tersebut harus dalam keadaan
baik dan dapat mendukung pelayanan kesehatan.
(Depkes, 2009). Dalam hal ini, alat yang dibutuhkan
tidak hanya tersedia namun juga harus dapat
mendukung pelayanan kesehatan secara prima sehingga
harus berfungsi dengan baik dan tersedia dalam
kuantitas yang memadai.
Alat yang menunjang pelayanan antenatal meliputi :
a. Tensimeter dan stetoskop adalah alat untuk mengukur
tekanan darah pada ibu hamil setiap pelayanan
antenatal, dan stetoskop digunakan untuk mendengarkan
hasilnya.
b. Termometer
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu badan
ibu.
c. Doppler
Yaitu alat untuk mendengarkan denyut jantung janin.
Alat ini selalu digunakan oleh bidan dalam melakukan
pelayanan antenatal.
d. Reflek hamer
Yaitu alat untuk melakukan patela reflek pada ibu hamil,
alat ini digunakan oleh bidan dalam melakukan
pelayanan antenatal jika ada indikasi seperti
preeclampsia.

e. Timbangan dan pengukur tinggi badan dewasa


Alat ini dipakai untuk menimbang berat badan ibu
setiap kali datang untuk pelayanan antenatal.
f. HB meter dan alat periksa urine
HB Meter adalah alat untuk memeriksa kadar
hemoglobin dalam darah ibu dan alat periksa urine
untuk memeriksa kadar protein dan glukosa dalam urin.
Alat dipakai bidan bila ada indikasi.
3.2. Ketersediaan Prasarana
Prasarana
merupakan
faktor
pendukung dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan antenatal. Prasarana meliputi
ruangan pemeriksaan ibu hamil yang
memenuhi standar kesehatan yaitu tersedia air
bersih yang mengalir, pencahayaan dan
ventilasi yang cukup, serta mencukupi luasnya
sehingga bidan yang memberikan pelayanan
leluasa dalam bekerja. Menurut hasil
wawancara dan observasi, prasarana yang
tersedia di Puksesmas Makrayu dalam
menunjang pelayanan antenatal sudah baik,
informan merasa nyaman dan tidak ada
masalah dengan prasarana, selain itu dari enam
kriteria selama observasi, hampir seluruhnya
sudah terpenuhi, satu yang tidak terpenuhi
yaitu tempat untuk melakukan konseling yang
dapat menjaga kerahasiaan atau privasi pasien.
Mutu pelayanan kesehatan yang diberikan
pasien walaupun merupakan nilai subyektif,
tetapi tetap ada dasar obyektif yang dilandasi
oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi
psikis sewaktu pelayanan dan pengaruh
lingkungan. Khususnya mengenai penilaian
kinerja pemberi jasa pelayanan kesehatan
terdapat dua elemen yang perlu diperhatikan
yaitu teknis medis dan hubungan interpersonal.
Hubungan interpersonal ini berhubungan
dengan
pemberian
informasi,
empati,
kejujuran, ketulusan hati, kepekaan dan
kepercayaan dengan memperhatikan privasi
pasien (Foster, 2002). Selain itu, tempat
konseling yang menjaga privasi pasien dapat
memberikan kenyamanan bagi pasien. Menurut
Leboeuf (2002) kenyamanan merupakan faktor
pendukung
yang
mempengaruhi
mutu
pelayanan kesehatan.
4. Proses Pelaksanaan Pelayanan Antenatal
Pemeriksaan kehamilan menurut
DepKes RI (2005) yaitu pelayanan kesehatan
oleh tenaga professional (dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu
bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama
kehamilannya. Dalam melakukan pemeriksaan
antenatal, bidan harus memberikan pelayanan
yang berkualitas sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Kemenkes (2010) telah
menetapkan bahwa komponen pemeriksaan

untuk pelayanan antenatal adalah timbang berat


badan, ukur tekanan darah, tentukan LILA,
tentukan denyut jantung janin, tentukan
presentasi janin, tentukan tinggi fundus uteri,
tablet tambah darah, pemberian imunisasi TT,
pemeriksaan laboraturium, tatalaksana, dan
KIE. Dari hasil wawancara dan observasi dapat
disimpulkan bahwa seluruh informan sudah
melakukan rangkaian komponen pemeriksaan
tersebut, namun masih ada yang perlu
ditingkatkan yaitu anmnesis dan pemberian
KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
kepada ibu hamil. Menurut hasil wawancara
dengan
informan,
ketidak
maksimalan
anamnesis dan pemberian KIE selama
pelayanan adalah karena jumlah ibu hamil
yang datang terlalu ramai karena faktor
pelayanan difokuskan pada satu hari
sehubungan dengan pemberian vaksin sehingga
waktu pemeriksaan mejadi lebih singkat.
Kepuasan pasien merupakan salah satu unsur
penilaian mutu pelayanan kesehatan. Menurut
Taty Rosyanawaty (2011), salah satu faktor
yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah
mutu informasi yang mereka peroleh sehingga
dengan waktu pemeriksaan yang singkat akan
mempengaruhi mutu informasi tersebut.
Berdasarkan hasil observasi dalam komponen
anamnesis didapatkan bahwa bidan di
Puskesmas Makrayu mendapatkan skor ratarata 46,3% dari seluruh total anamnesis, artinya
masih ada setengah komponen pertanyaan yang
belum ditanyakan dan dapat dilihat bahwa dari
pasien pertama sampai pasien terakhir,
komponen pertanyaan yang ditanyakan
semakin lama semakin sedikit. Selain itu,
berdasarkan hasil observasi dalam pemberian
materi KIE didapatkan skor 33,8%, artinya
masih banyak komponen pada KIE tidak
disampaikan oleh bidan ke ibu hamil. Hal ini
sejalan dengan hasil wawancara pada
informan, hal ini dipengaruhi oleh masalah
manajemen waktu pelayanan. Waktu total
pelayanan yang hanya satu hari dan dengan
pasien yang banyak membuat pelayanan
menjadi tidak maksimal sedangkan anamnesis
dan pemberikan KIE adalah termasuk bagian
dari komunikasi interpersonal antara pemberi
pelayanan kesehatan dan pasien yang
merupakan salah satu yang mempengaruhi
kepuasan pasien, sedangkan keberhasilan yang
diperoleh suatu layanan ksehatan dalam
meningkatkan
mutu
pelayanan
sangat
berhubungan erat dengan kepuasan pasien.
Menurut hasil penelitian Mirnawati (2014)
didapatkan adanya hubungan yang signifikan
antara komunikasi interpersonal dengan
kepuasan pasien di RSUD AW Sjahrani

Samarinda (p=0,000). Selain kepuasan pasien,


luaran yang sangat diharapkan adalah
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia. Salah satu keberhasilan pencegahan
kematian ibu menurut Kemenkes (2013) dalam
buku Rencana Aksi Percepatan Penuruan
Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah
terletak pada ketepatan pengambilan keputusan
pada saat terjadinya komplikasi. Hal ini bisa
terjadi
apabila
keluarga
mempunyai
pengethuan dasar yang baik tentang kehamilan
dan persalinan sehingga mereka bisa menyusun
perencanaan
persalinan
dan
kesiapan
menghadapi komplikasi sedini mungkin. Di
bawah ini adalah tabel 6 tentang Asesmen

Kualitas Pelayanan Maternal tahun 2012 di


Indonesia. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan
bahwa sekitar 45% keluarga yang mengaku
mendapat penjelasan tanda bahaya kehamilan
saat ANC (Gambar 1). Hal ini diperkuat
dengan hasil Asesmen Kualitas Pelayanan
Maternal tahun 2012 yang menunjukkan bahwa
hanya 24% RS dan 45% Puskesmas yang
melakukan konseling dan edukasi sesuai
standar pada saat pelayanan antenatal. Kedua
hal ini menunjukkan bahwa peran tenaga
kesehatan untuk memberikan informasi dan
advokasi kepada ibu dan keluarga pada saat
pelayanan masih lemah sehingga pengetahuan
keluarga dan masyarakat untuk membuat
perencaaan persalinan juga rendah (Tabel 7).

Tabel 7. Data Kualitas Asuhan Antenatal di Indonesia


Asuhan Antenatal
RS
Melengkapi riwayat medis
33,86%
Melengkapi pemeriksaan fisik umum dan obstetrik
50,0%
Melakukan konseling dan edukasi
24,17%
Melakukan pemeriksaan penunjang rutin
39,38%
Melakukan pemeriksaan penunjang bila ada indikasi
49,00%
Memberikan suplemen dan imunisasi
62,50%
(Sumber: Asesmen kualitas pelayanan kesehatan maternal, Kemkes WHO-HOGSI, 2012)

Puskesmas
48,52%
59,38%
45,00%
19,69%
52,50%
73,13%

Gambar 1. Proporsi Ibu Mendapat Penjelasan Tanda Bahaya Kehamilan 2010

(Sumber:Riskesdas 2010)
KESIMPULAN
1.

Deskripsi karakteristik informan dapat diketahui


bahwa informan berusia antara 25 tahun sampai 55
tahun. Berdasarkan pendidikan diketahui bahwa
informan dengan pendidikan Diploma III sebanyak 3
orang dan Strata II sebanyak 1 orang. Masa kerja
terlama yaitu 15 tahun

2.

3.

Kompetensi teknis bidan dilihat dari pelatihan


pelayanan antenatal dan pengetahuan bidan tentang
standar pelayanan antenatal, didapatkan hanya 1
informan yang sudah mengikuti pelatihan dengan
jangka waktu yang sudah berlangsung lama tetapi
seluruh informan mengetahui tentang standar
pelayanan antenatal dan manfaatnya.
Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang
pelayananantenatal di Puskesmas Makrayu sudah

baik, hanya perlu disempurnakan. Dari sarana


komponen peralatan kesehatan, didapatkan skor
hasil observasi adalah 100%, namun perlu
penambahan tensi, timbangan berat badan, dan
evaluasi alat hb sahli. Dari sarana penunjang
manajemen pelayanan antenatal di Puskesmas
Makrayu didapatkan skor hasil observasi sebesar
58,8%, diperlukan penambahan prosedur tetap
tertulis seperti tanda bahaya kehamilan dan
pencegahan infeksi, buku standar pelayanan terbaru
seperti buku standar pelayanan kebidanan dan buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, serta penambahan formulir seperti surat
kematian dan surat penolakan tindakan. Berdasarkan
hasil observasi, untuk prasarana di Puskesmas
Makrayu sudah terpenuhi 96%, 1 (satu) komponen
yang tidak terpenuhi yaitu masih kurangnya
pemanfaatan tempat untuk melakukan konseling
yang menjaga kerahasiaan dan privasi pasien.
4. Hasil observasi yang dilakukan pada saat bidan
melakukan pelayanan antenatal diperoleh hasil
anamnesis mendapatkan skor rata-rata 46,3%,
pemeriksaan dan intervensi sudah terpenuhi 100%,
dan dari pemberian KIE (Komunikasi, Edukasi, dan
Informasi) mendapatkan skor rata-rata 33,8%.

SARAN
1. Untuk Dinas Kesehatan Kota Palembang
a. Membuat suatu ukuran baku tentang mutu
pelaksanaan pelayanan antenatal di Puskesmas
sehingga mutu pelayanan antenatal dapat dinilai
dengan parameter yang lebih konkrit sehingga
diharapkan dapat menekan angka morbiditas
dan mortalitas ibu.
b. Dinas Kesehatan membentuk tim monitoring
dan evaluasi untuk memantau pelaksanaan dan
penerapan pelayanan antenatal di Puskesmas.
c. Memberikan pelatihan pelayanan antenatal
dengan standar yang terbaru.
d. Melengkapi sarana dan prasarana yang ada di
Puskesmas untuk mendukung pelayanan.
2. Untuk Puskesmas
a. Mengevaluasi tentang manajemen waktu
pelayanan antenatal dengan tidak memadatkan
waktu pelayanan pada 1 hari. Dengan
penambahan hari pelayanan, diharapkan waktu
menjadi lebih efisien guna didapatkan pelayanan
yang lebih maksimal.
b. Memantau penerapan SOP pelayanan antenatal.
c. Melengkapi sarana dan prasana untuk
menunjang proses pelayanan antenatal.
d. Sarana dan prasarana penunjang yang telah
tersedia dilakukan perawatan dan pemeliharaan
dengan baik.
3. Untuk Bidan Puskesmas

a.

Meningkatkan kualitas pelayanan dengan


melengkapi anamnesis dan materi KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi).
b. Melakukan evaluasi rutin tentang pelaksanaan
pelayanan antenatal sehingga dapat mengoreksi
pelaksanaan apabila ada yang tidak sesuai
dengan standar.
c. Selalu mengikuti perkembangan ilmu dan
teknologi terkini baik dengan pelatihan maupun
dari sumber-sumber yang mutakhir.

DAFTAR ACUAN
Al-Assaf, A. F, (2009). Mutu Pelayanan Kesehatan
(Prespektif Internasional). Jakarta: EGC.
Amirudin, Ridwan. (2007). Pendekatan Mutu dan
Kepuasan
Pelanggan
dalam
pelayanan
Kesehatan. Makassar: Unhas.
Azwar,A. (1990). Program Menjaga Mutu Pelayanan
Kesehatan. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta.
Crosby, Phillip B. 1980. Quality is Free : The Art of
Making Quality Certain. New. York : Mac Graw
Hill Book.
Dinkes Provinsi Sumatera Selatan. (2011) Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
Departemen Kesehatan R.I. (2005). Laporan
Perkembangan
Pencapaian
Tujuan
Pembangunan Milenium Indonesia.
Departemen Kesehatan R.I. (2005). Rencana Strategis
Departemen Kesehatan Tahun 2005 2009.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI (2011). Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2010. Balai Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Standar Pelayanan
Kebidanan. Dirjen Binkesmas. Jakarta.
Elvira, K. (2012). Evaluasi Pelaksanaan 11T dalam
Pelayanan Antenatal oleh Bidan di Puskesmas
Singkawang Tengah Kota Singkawang Tahun
2012. Skripsi. Universitas Indonesa.
Hasmoko, Emanuel . (2008). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi
kinerja
klinis
perawat
berdasarkan penerapan system pengembangan
manajemen kinerja klinis (SPMKK) di ruang
rawat inap rumah sakit panti wilasa citarum
semarang. Tesis. Universitas Dipenogoro.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman
Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta.
Kunwahyuningsih Asih. (2008). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan bidan terhadap
standar pelayanan antenatal di kabupaten
Magelang. Tesis Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang.
Lily Yulaikhah. (2009). Seri Asuhan Kebidanan
kehamilan. Jakarta: EGC.

Malayu, S.P. Hasibuan. (2000). Manajemen Sumber


Daya Manusia. Edisi Revisi, Jakarta : Bumi
Aksara
Manuaba I B. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB untuk pendidikan Bidan.
Jakarta : Penerbit EGC buku kedokteran.
Marfungah, S. (2013). Hubungan Antara Lama Kerja
Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan
Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Surakarta.
Skripsi. Universitas Negeri Surakarta.
Siagian, Sondang, (2005). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Notoadmodjo, Soekidjo. (2007). Ilmu kesehatan
Masyarakat (Ilmu dan Seni). Jakarta : PT. Rineka
Cipta.

Parasuraman, A., Zeithalm, V., and Leonard L. Barry.


(1990). Communication and Control Processes
in the Delivery of Service Quality.
Pohan S Imbalo. (2006). Jaminan Mutu Layanan
Kesehatan. Jakarta: Penerbit EGC
SDKI. (2012). Survei Demografi Kesehatan Indonesia
AKI 1994-2012.
Wijono, D. (1999). Manajemen Mutu Pelayanan,
volume 1. Surabaya: Airlangga University Press.
World Health Organization. (2010). Integrated
Management of Pregnancy and Childbirth
(IMPAC) : Essential Care Practice Guide for
Pregnancy and Childbirth. Geneva.
Zulvadi, Dudi. (2010). Etika & Manajemen Kebidanan.
Yogyakarta: Cahaya Ilmu

Você também pode gostar