Você está na página 1de 19

PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Evolusi
yang dibina oleh Bapak H. Dr. Abdul Ghofur, M.Si.

Oleh
Kelompok 1 Offering B
Bima Diwanata

(120341421976)

Rifatul Amaliyah

(120341422001)

Rosita Nur Fadila

(110341421581)

The Learning University

UIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Januari 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evolusi dalam kajian biologi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan
suatu populasi organisme gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk
hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme
bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru
dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar
populasi dan antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual,
kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat
meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaanperbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan
oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan
hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan
sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi
organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi dan sebaliknya, sifat yang
merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifatsifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih
banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang
menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi
perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan
seleksi alam. Sementara itu, hanyutan genetik merupakan sebuah proses bebas
yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan
genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika
suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam
kecil, perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang
substansial pada organisme. Proses

ini

mencapai

puncaknya dengan

menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme


yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies yang

kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen yang
terjadi secara perlahan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evolusi ?
2. Bagaimana menurut para ahli mengenai perkembangan teori evolusi ?
3. Bagaimana proses terjadinya evolusi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian evolusi.
2. Untuk mengetahui perkembangan teori evolusi menurut para ahli.
3. Untuk mengetahui proses terjadinya evolusi.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Evolusi Menurut Para Ahli


Evolusi bersal dari bahasa latin yakni Evolvo yang artinya membentang.
Evolusi mempunyai arti suatu proses perubahan atau perkembangan secara
bertahap dan perlahan. Evolusi, sebagai cabang Biologi dalam rumpun Sains
adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan yang terjadi secara berangsurangsur menuju kesesuaian dengan waktu dan tempat. Kajian evolusi menurut ilmu
pengetahuan didasarkan atas data keanekaragaman dan keseragaman makhluk
hidup dalam tingkat komunitas, dan kemudian dalam perkembangan berikutnya
didukung oleh data penemuan fosil, sehingga tidak pernah dapat menerangkan
dengan lengkap apa yang pernah terjadi pada masa lampau. Hal inilah yang
kemudian oleh para penentang paham evolusi digunakan sebagai dasar penolakan
mereka (Henuhili dkk, 2012).
Evolusi biologis membahas bagaimana perubahan spesies dari tingkat
rendah sampai ke tingkat yang lebih tinggi. Kajian evolusi untuk melihat asal usul
makhluk hidup selama ini dilakukan melalui pendekatan biologi konvensional.
Bukti ilmiah evolusi dengan pendekatan ini berasal dari aspek biologi, meliputi
fosil dan homologi struktur. Riset pada bidang paleontologi yang mempelajari
fosil mendukung gagasan bahwa semua organisme berkerabat. Fosil memberikan
bukti bahwa perubahan yang berakumulasi pada organisme dalam periode waktu
yang lama telah mengakibatkan keanekaragaman bentuk kehidupan seperti yang
kita lihat sekarang. Fosil sendiri menyingkap struktur organisme dan hubungan
antara spesies sekarang dengan spesies yang telah punah. Namun evolusi makhluk
hidup dari sudut pandang evolusi biologis masih banyak yang debatable. Hal ini
karena bukti evolusi yang ditemukan tidak cukup memberikan penjelasan tentang
evolusi makhluk hidup (Nusantari, 2013).
Evolusi sebagai suatu teori telah mengalami perkembangan yang amat
pesat. Perkembangan teori evolusi tidak lepas dari perkembangan bidang ilmu
yang lain terkait dengan genetika, biokimia, biologi molekuler, fisiologi dan
lainnya.
2. Perkembangan Teori Evolusi Menurut Para Ahli
Teori evolusi berkembang sejalan dengan perubahan zaman dalam arus
globalisasi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka teori evolusi

mengalami perkembangan. Menurut Henuhili dkk (2012) adapaun perkembangan


teori evolusi sesuai dengan kurun waktu yakni sebagai berikut.
1) Masa Teori Fixisme
Pada abad ke 18 atau sebelumnya para ilmuwan masa ini beranggapan
bahwa sautu jenis organisme adalah tetap dan tidak mengalami perubahan. Setiap
jenis makhluk hidup atau spesies yang sempurna adalah stabil tidak lagi
mengalami perubahan. Menurut pandangan Aristoteles telah terjadi proses
penyempurnaan di bumi oleh kekuatan supernatural, kekuatan yang membimbing
penyempurnaan sehingga terdapat ragam makhluk hidup. Sekalipun dalam sistem
klasifikasi Aristoteles,

makhluk

hidup

digolongkan

berdasarkan

derajat

kesempurnaan dan ciri yang dimiliki setiap makhluk hidup dalam suatu skala
nature. Aristoteles tidak mengemukakan pendapatnya tentang adanya hubungan
satu kelompok dengan kelompok lainnya. Atau dengan kata lain pada masa itu
tidak pernah dipersoalkan menganai hubungan kekerabatan antara satu organisme
dengan organisme yang lain. Penganut teori ini adalah A.V.Leewenhoek,
Aristoteles, Linnaeus, dll.
2) Teori Evolusi Sebelum Darwin
Erasmus Darwin pada tahun 1731-1802 menyatakan dalam bukunya
Zoonomia bahwa kehidupan bermula dari asal mula yang sama. Gagasan
tersebut pula yang kemudian mengilhami Charles Darwin dalam mengemukakan
gagasannya pada tahun 1859. Dikemudian hari gagasan tentang diwariskannya
sifat yang didapat dimunculkan oleh Jean Baptis Lamarck (1744-1829) dalam
bukunya "Philosophie Zoologique", dan dikenal dengan teori adaptasitransformasi. Ahli lain yang sejalan dengan pendapat Lamarck adalah Count de
Buffon yang menyatakan bahwa proses evolusi itu berlandaskan pada
diwariskannya sifat yang di dapat.
Teori ini didasarkan atas kenyataan bahwa tidak ada satupun makluk hidup
yang identik. Ada dua konsep evolusi yang dikemukakan oleh Lamarck yaitu
sebagai berikut.
Pertama, spesies berubah dalam waktu lama menjadi spesies baru. Konsep ini
yang sangat berbeda dengan teori Darwin. Lamarck berpendapat bahwa dalam
suatu periode tertentu suatu spesies dapat berubah bentuk akibat suatu
kebiasaan atau latihan.
Kedua, perubahan yang terjadi tersebut dapat diturunkan.
3) Teori Evolusi J.B.Lamarck

Jean Baptiste Lamarck (1774-1829) adalah seorang ahli biologi dari


Perancis, merupakan orang pertama yang secara tegas menyatakan bahwa
kehidupan berkembang dari tumbuhan menuju binatang, dan dari binatang
menuju manusia. Namun, pandangannya pada waktu itu belum mendapat banyak
perhatian. Teori Lamarck dikenal dengan paham "use and disuse" dari buku
"Philosophie Zoologique" diterbitkan pada tahun 1809. Dalam bukunya lamarck
menjelaskan teorinya dengan inti sari sebagai berikut.
1. Makhluk hidup sederhana adalah nenek moyang dari makhluk hidup yang
sempurna/modern dengan tingkat kompleksitas yang tinggi.
2. Makhluk hidup akan senantiasa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya dengan menggunakan organ tubuhnya.
3. Organ tubuh yang sering dipakai atau digunakan akan berkembang ke taraf
yang lebih baik, sedangkan organ yang jarang ataupun yang tidak pernah
digunakan akan menghilang.
4. Perubahan organ tubuh akan diwariskan dan diturunkan ke generasi
berikutnya atau keturunannya.
J.B. Lamarck mengungkapkan "teori evolusinya sebagai berikut:
makhluk hidup merupakan tingkat perkembangan kehidupan, sedangkan manusia
berada pada puncak perkembangan tertinggi. Perkembangan kehidupan menuju
arah kesempurnaan ini banyak dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga akhirnya
kebiasaan tersebut akan menyebabkan perubahan struktur tubuh (anatomi) yang
dapat diwariskan kepada keturunannya. Lamarck berpendapat bahwa perubahan
yang terjadi pada makhluk hidup disebabkan oleh penggunaan suatu organ dalam
lingkungannya. Contoh yang digunakan oleh Lamarck pada saat itu adalah
jerapah. Menurut Lamarck, jerapah pada mulanya berleher pendek. Akan tetapi,
karena digunakan untuk menggapai pucuk dedaunan yang makin tinggi maka
leher jerapah menjadi panjang, dan hal ini diwariskan kepada generasi berikutnya.
Beberapa postulat penting yang dikemukakan oleh Lamarck tentang evolusi dalam
bukunya yang berjudul Philosophie Zoologigou yakni:
a. Ukuran organisme cenderung berkembang ke arah yang makin kompleks.
b.
Munculnya organ baru pada tubuh makhluk hidup adalah sebagai respons
terhadap kebutuhan baru atau rsspons terhadap tuntutan lingkungan.
c. Hukum "use and disuse" yang menyatakan bahwa organ yang digunakan akan
makin berkembang dan makin efektif penggunaannya, sedangkan yang tidak
digunakan akan mengalami kemunduran (regenerasi).

4) Teori Evolusi Weismann


Pendapat Weismann ini adalah menentang pendapat Lamarck, Weismann
menyatakan bahwa perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak
diwariskan. Untuk membuktikan pendapatnya tersebut, Weismann melakukan
percobaan sebagai berikut: mengawinkan 2 ekor tikus yang masing-masing
dipotong ekornya. Ternyata anaknya tetap berekor. Anak tikus itu setelah dewasa
dipotong ekornya dan dikawinkan sesamanaya, ternyata anak-anaknya tetap
berekor. Percobaan tersebut dilaksanakan 21 kali, ternyata hasilnya tetap (Amin,
2009). Dari percobaan yang dilakukan tersebut maka akhirnya Weismann menarik
kesimpulan seperti berikut.
1. Perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan kepada
generasi berikutnya.
2. Evolusi merupakan masalah genetika, artinya evolusi adalah gejala seleksi
alam terhadap faktor genetika.
5) Teori Evolusi Darwin
Charles Darwin (1809-1882) memiliki nama panjang Charles Robert
Darwin adalah ahli zoologi yang berasal dari negara Inggris. Charles Darwin
disebut sebagai bapak evolusi karena memiliki data yang lebih lengkap untuk
menguatkan teori evolusi. Dalam bukunya On the Origin of Species by Means of
Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in The Struggle for Life.
Dalam bukunya ini ditekankan bahwa untuk dapat bertahan hidup agar tidak
punah perlu adanya perjuangan untuk hidup. Buku ini diterbitkan pada tahun
1859.
Menurut Darwin, asal-usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep
"adaptasi pada lingkungan". Gagasannya menyatakan bahwa individu yang
beradaptasi pada habitatnya, akan menurunkan sifat mereka pada keturunannya.
Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi dan mengubah
suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek
moyangnya. Asal mula spesies telah dipermasalahkan dengan pengertian bahwa
apa yang dinamakan spesies (baru) terjadi melalui seleksi alam, dan lingkungan
hidup telah diperhitungkan. Suatu kelebihan dibandingkan dengan para
pendahulunya, Charles Darwin telah menyadari bahwa makhluk hidup tidak dapat
lepas dari lingkungannya.

Teori evolusi Darwin merupakan teori yang didasar atas fakta hasil
observasi baik dari lingkungan sekitarnya maupun dari peristiwa alam yang
sesunggguhnya. Sebelumnya pada tahun 1858 Yoseph Hoken menerbitkan
bukunya yang berjudul On the Tendency of Species to Form Variation, and on the
Perpetuation of Varieties and Species by Natural Mean of Sleection. Buku ini
diterbitkan sebagai upaya menggabungkan pendapat Charles Darwin dan Alfred
Wallace.
Dalam ekspedisi ini yang dikerjakan oleh Darwin adalah mengoleksi
burung Finch yang terdapat atau hidup di kepulauan Galapagos. Kenyataan yang
dilihat Darwin, bahwa terdapat variasi paruh burung Finch dari satu pulau dengan
pulau yang lain di kepulauan Galapagos. Awalnya, Darwin menduga bahwa semua
burung Finch yang terdapat di kepulauan Galapagos adalah satu spesies, tetapi
kenyataannya setiap pulau memiliki spesies berbeda. Ia menduga bahwa burungburung Finch mengalami perubahan dari suatu nenek moyang yang sama. Dari
kenyataan ini Darwin menerima ide yang menyatakan bahwa spesies dapat
berubah.
6) Masa teori genetika
Jawaban yang benar tentang timbulnya keanekaragaman baru diketahui
setelah enam tahun, yaitu oleh seorang ahli dalam bidang genetika Johann Gregor
Mendel mengemukan teori genetika yang menyangkut adanya sejumlah sifat yang
dikode oleh satu macam gen. Teori genetika dapat menerangkan bagaimana
persamaan dan variasi diturunkan dan juga dapat menjelaskan dari masa
keanekaragaman tersebut timbul. Hasil eksperimen terhadap berbagai varietas
Pisum sativum (ercis). Pembastaran dua induk tumbuhan yang berbeda
varietasnya dapat menghasilkan ciri baru pada keturunannya. Peristiwa
pembastaran atau hibridisasi dapat dipandang sebagai suatu petunjuk evolusi.
Tumbuhan berwarna merah dikawinkan dengan tumbuhan berwarna putih
menghasilkan tumbuhan berbunga merah dan ungu. Apa yang dikemukakan
darwin mengenai adanya variabilitas, menjadi penting dengan bantuan genetika.
Di dalam ilmu genetika menunjukkan adanya variasi genetik yang mempunyai arti
penting dalam menjelaskan evolusi. Sebab variasi genetik inilah yang
menjelaskan timbulnya ciri baru yang bisa diwariskan pada generasi berikutnya
(inhereted characterics). Tetapi pekerjaan Mendel inipun baru mendapatkan

pengukuan pada permulaan abad ke 20 dan disadari kegunaannya untuk


menerangkan teori lain.
De Vries mengemukkan bahwa evolusi disebabkan adanya mutasi pada
makhluk hidup. De Vries melengkapi gagasannya dengan hasil pengamatan
terhadap

tumbuhan

perkawinannya

Oenothera

menghasilkan

lamarckiana,
keturunan

yang

yang

ternyata

mengalami

dari

hasil

mutasi

dan

menghasilkan spesies baru. Pada beberapa spesies baru ini dijumpai perubahan
kromosom yaitu triploid, tetraploid, dan aneuploidi. Sebagian besar spesies baru
menunjukkan susunan gen resesif yang homozigot.

Gambar 1.
Mendel
Heredity Law
Morgan
seorang
hadiah

pemenang
nobel

adanya mutasi

menunjukkan
pada

Drosophila, Mutan Droshopila tersebut memiliki kelainan yang merugikan


makhluk hidup tersebut, misalnya cacat pada sayap, mata warna tubuh, bahkan
beberapa mutasi bersifat letal. Mutasi mungkin terjadi dalam proses replikasi
kromosom dan gen, saat pembentukan sel baru dari sel induk sehingga dapat
dimengerti bahwa kemungkinan gen pada sel anak tidak seluruhnya identik
dengan sel induk. Dari hasil penelitian ini dapat diterima pendapat bahwa mutasi
yang memiliki nilai terhadap kejadian evolusi adalah mutasi gen dan mutasimutasi kromosom. Selain itu mutasi tersebut adalah mutasi yang menguntungkan
yang mengakibatkan keturunan memiliki ciri yang lebih baik sehingga lolos dari

seleksi alam. Sehingga walaupun jumlah makhluk hidup yang mengalami mutasi
yang menguntungkan sedikit, nantinya akan berlipat ganda jumlahnya dalam
generasi berikutnya.
7) Masa Neo-Darwinian
Pandangan yang mengatakan peristiwa seleksi alam bukanlah sebab utama
evolusi organik, tetapi hanya berperan sebagai faktor yang menentukan arah
perubahan tersebut dan juga merupakan faktor penuntun, adalah hasil
pengembangan dan penyempurnaan Teori Seleksi Alam Darwin yang dikenal
sebagai Non Darwinisme. Pada periode ini, para ahli menemukan bahwa ilmu
genetika sangat perlu dalam menerangkan proses evolusi.
Ilmuwan yang bernama Johansen (1909) menunjukkan bahwa peristiwa
seleksi alam tidak akan berpengaruh terhadap populasi pada berbagai generasi
turunan populasi tidak akan berubah karena peristiwa seleksi alam. Beberapa ahli
genetika berpendapat bahwa justru peristiwa mutasi dapat digunakan untuk
menjelaskan peristiwa evolusi. Jadi peristiwa seleksi alam bukan merupakan
penyebab evolusi, namun hanya sebagai faktor yang mengukuhkan varian yang
sesuai dan bukan merupakan faktor yang menjadi sebab timbulnya varia baru.
Darwin dan yang mengetahui bahwa variasi benar-benar ada, namun pada
saat tersebut tidak ada yang mengetahui variasi genetik. Variasi sekarang
dihubungkan dengan kejadian yang terjadi selama meiosis dan rekombinasi dari
gamet, dan mutasi. Mutasi tidak dapat diprediksi dan biasanya merugikan. Selain
itu mutasi yang terjadi bermanfaat dan menciptakan adaptasi yang lebih baik.
Mutasi yang tidak menguntungkan akan segera tumbang dan tentunya yang baik
akan menjadi awal dari evolusi.
Hal yang penting adalah bagaimana mutasi memberikan dampak pada
gene pool dari populasi daripada memberikan dampak pada anggota tunggal.
Variasi dari anggota populasi berdasarkan pada gen yang mereka warisi dari gene
pool dari suatu populasi. Proporsi yang besar dari gen mutan pada pool akan
menyebabkan lebih banyak variasi pada populasi daripada frekuensi yang rendah
dari gen mutan.
Darwin melihat bahwa jumlah keturunan yang diproduksi lebih besar
daripada yang dapat bertahan hidup adalah benar. Sekarang telah diketahui bahwa
spesies memiliki mekanisme untuk membatasi jumlah mereka.

8) Masa Evolusi Modern


Pada masa ini para ilmuwan mulai berpikir untuk mengadakan pendekatan
molekuler, fisiologis, perkembangan dan banyak pendekatan lainya terhadap teori
evolusi.

Penggunaan

pendekatan

ini

misalnya

dilakukan

dengan

cara

membandingkan protein darah dari spesies yang berbeda dengan cara


kromatografi atau elektroforesis.
Konsep evolusi tidak hanya dikembangkan dengan ilmu genetika namun
juga tinjauan tentang struktur DNA. Saat ini telaah tentang DNA mengungkapkan
bahwa ada mekanisme perubahan pada tingkat molekul DNA, sehingga membawa
pemahaman yang lebih baik pada proses perubahan organisasi makhluk hidup.
Selain itu juga ditemukan adanya gen yang tidak banyak berubah selama proses
evolusi. Sehingga dapat dilakukan perbandingan DNA untuk menentukan derajat
persamaan antara speises yang berbeda. Dengan demikian dapatlah ditentukan
bahwa suatu makhluk hidup memiliki kekerabatan dekat atau jauh terhadap
makhluk hidup lainnya.
3. Proses Terjadinya Evolusi
Proses evolusi dapat terjadi karena variasi genetik dan seleksi alam.
Adanya variasi genetik akan memunculkan sifat baru yang akan diturunkan.
Variasi genetik ini disebabkan karena adanya mutasi gen. Seleksi alam juga
merupakan mekanisme evolusi. Individu akan beradaptasi dan berjuang untuk
mempertahankan hidupnya, sehingga individu mengalami perubahan morfologi,
fisiologi, dan tingkah laku. Faktor yang bepengaruh didalam mekanisme evolusi
antara lain seperti berikut.
a) Seleksi alam
Seleksi alam menyatakan bahwa makhluk hidup yang lebih mampu
menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan kondisi alam habitatnya akan
mendominasi dengan cara memiliki keturunan yang mampu bertahan
hidup.
Sebaliknya, makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi akan
punah. Sebagai contoh sekelompok rusa yang hidup di bawah ancaman
hewan pemangsa (seperti macan, harimau, singa, dan citah), secara
alamiah rusa yang mampu berlari kencang dapat bertahan hidup dan

berketurunan. Sebaliknya, rusa yang lemah, sakit-sakitan, dan tidak dapat


berlari kencang akan mati dan tidak melanjutkan keturunan.
Seleksi alam sebenarnya merupakan proses alamiah yang telah
dikenal ahli biologi sebelum Darwin. Para ahli biologi waktu itu
mendefinisikan seleksi alam sebagai mekanisme yang menjaga agar
spesies tidak berubah tanpa menjadi rusak. Namun, Darwinlah orang
pertama yang mengemukakan bahwa seleksi alam mempunyai kekuatan
evolusi. Selanjutnya, Darwin mengemas teori Evolusi melalui seleksi alam
dalam bukunya The Origin of Spesies, by Means of Natural Selection yang
diterbitkan pada tahun 1859.
Darwin menyatakan bahwa seleksi alam merupakan faktor
pendorong terjadinya evolusi. Pernyataannya itu didasarkan pada
pengamatannya terhadap populasi alami dunia. Dia mengamati adanya
beberapa kecenderungan berikut: jumlah keturunan yang terlalu besar
(over reproduction), jumlah populasi yang selalu konstan (tetap), adanya
faktor pembatas pertumbuhan populasi, dan perbedaan keberhasilan
berkembang biak.
Setiap spesies mempunyai kemampuan untuk menghasilkan banyak
keturunan setelah dewasa. Melalui proses reproduksi, populasi makhluk hidup
dapat

meningkat

secara

geometrik.

Setiap

individu

hasil

perkawinan

memungkinkan mempunyai variasi warna, bentuk, maupun kemampuan bertahan


diri di lingkungan. Varian yang adaptif akan tetap hidup dan berkembang, tetapi
spesies yang tidak adaptif akan punah.
Beberapa faktor pembatas di alam yang mempengaruhi populasi di
antaranya adalah makanan, air, cahaya, tempat hidup, dan sebagainya. Akibatnya,
makhluk hidup harus berkompetisi dengan makhluk hidup lain untuk
mendapatkan sumber daya yang terbatas tersebut. Beberapa faktor pembatas
lainnya yang cukup serius pengaruhnya terhadap pertumbuhan populasi yaitu
predator, organisme penyebab penyakit, dan cuaca yang tidak menguntungkan.
Tingkat kesuksesan perkembangbiakan juga menentukan pertumbuhan
populasi makhluk hidup dan merupakan kunci dalam seleksi alam. Makhluk hidup
yang paling adaptif adalah individu yang berhasil dalam perkembangbiakan.
Sebaliknya, yang tidak berhasil akan mati prematur atau menghasilkan sedikit
keturunan.

Lebih jauh dalam bukunya itu, Darwin mengemukakan bahwa


individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka dengan baik akan
mewariskan sifat-sifat unggul kepada generasi berikutnya. Darwin
menyatakan bahwa sifat-sifat unggul atau menguntungkan ini lama-lama
terakumulasi dan mengubah suatu kelompok individu menjadi spesies
yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya. Berdasarkan proses
inilah akan terbentuk spesies baru.
Suatu contoh proses seleksi alam paling terkenal pada masa itu
adalah mengenai populasi ngengat (Biston betularia) selama revolusi
industri di Inggris. Pada awal revolusi industri di Inggris, kulit batang
pohon di sekitar Manchester berwarna cerah. Hal ini mengakibatkan
ngengat (Biston betularia) berwarna cerah yang hinggap pada kulit batang
tidak mudah tertangkap burung pemangsa. Itulah sebabnya pada awal
revolusi industri, populasi ngengat berwarna cerah lebih banyak daripada
ngengat berwarna gelap. Keadaan itu berubah 180 setelah terjadi revolusi
industri.
b) Mutasi
Peristiwa mutasi akan mengakibatkan terjadinya perubahan
frekuensi gen, sehingga akan mempengaruhi fenotipe dan genotipe. Mutasi
dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Sifat menguntungkan
maupun merugikan tersebut terjadi jika:
a. dapat menghasilkan sifat baru yang lebih menguntungkan,
b. dapat menghasilkan spesies yang adaptif,
c. memiliki peningkatan daya fertilitas dan viabilitas.
Bagaimana peristiwa mutasi dapat menyebabkan terjadinya
evolusi? Setiap sel makhluk hidup dapat mengalami mutasi setiap saat,
tetapi tidak semua mutasi dapat diwariskan pada keturunannya. Mutasi
yang terjadi pada sel soma (sel tubuh) tidak akan diwariskan. Setelah
individu yang mengalami mutasi meninggal maka mutasi yang terjadi juga
akan menghilang bersamanya.

Sementara itu, mutasi yang terjadi pada sel-sel kelamin akan


diwariskan pada keturunannya. Adanya bahan-bahan mutagen dalam
gonad dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada sel kelamin jantan
(sperma) dan sel kelamin betina (ovum). Dengan demikian, gen yang
bermutasi akan selalu ada dalam setiap sel keturunan.
Setiap spesies makhluk hidup memiliki sifat genotip dan fenotip
(fisik) yang berbeda. Gen-gen yang menentukan fenotip individu
tersimpan di kromosom dalam nukleus. Gen-gen sendiri tersusun dalam
DNA (asam deoksiribonukleat). Sementara itu, DNA disusun oleh
nukleotida yang terdiri dari basa nitrogen, gula deoksiribosa, dan fosfat.
Perubahan yang terjadi pada susunan kimia DNA dapat mengakibatkan
perubahan sifat individu. Perubahan ini disebut mutasi gen.
Sebagian besar mutasi bersifat merugikan karena mutasi dapat
mengubah atau merusak posisi nukleotida-nukleotida yang menyusun
DNA.

Perubahan-perubahan

akibat

mutasi

banyak

menyebabkan

kematian, cacat, dan abnormalitas, seperti yang dialami penduduk


Hiroshima, Nagasaki, dan Chernobyl.
Kadang-kadang mutasi pada sel kelamin dapat mengakibatkan
timbulnya sifat baru yang menguntungkan. Bila sifat baru tersebut dapat
beradaptasi dengan lingkungannya maka individu tersebut akan terus
hidup dan mewariskan mutasi yang dialaminya kepada keturunannya.
Berdasarkan anggapan bahwa terdapat mutasi yang menguntungkan,
muncullah teori Evolusi baru yaitu Teori Evolusi Sintetis Modern. Pada
intinya teori ini memasukkan konsep mutasi pada teori Seleksi Alam
Darwin. Oleh karena itu, teori ini juga dikenal sebagai Neodarwinisme.
Teori ini berkembang pada 19301940.
Jika mutasi selalu terjadi pada sel kelamin dari generasi ke generasi
dapat menyebabkan susunan gen dalam kromosom generasi pendahulu
sangat berbeda dengan generasi berikutnya. Peristiwa itu memungkinkan
timbulnya individu atau spesies baru yang sangat berbeda dengan generasi
pendahulunya. Menurut pendapat beberapa ilmuwan (evolusionis),
perubahan pada struktur kromosom yang bersifat menguntungkan akan
mengakibatkan munculnya spesies baru.

Kemunculan spesies baru yang lebih baik ini tergantung dari angka
laju mutasi. Angka laju mutasi adalah angka yang menunjukkan jumlah
gen yang bermutasi yang dihasilkan oleh suatu individu dari suatu spesies.
Besarnya angka laju mutasi sebuah alel gen sebesar 110 untuk setiap
100.000 pembelahan sel.

c) Frekuensi Gen dalam Populasi


Frekuensi gen adalah frekuensi kehadiran suatu gen pada suatu
populasi dalam hubungannya dengan frekuensi semua alelnya. Dalam
genetika, populasi berarti kelompok organisme yang dapat saling kawin
dan menghasilkan keturunan yang fertil.
Misalnya dalam suatu populasi terdapat gen dominan (A) dengan
alel gen resesif a. Perkawinan antara induk galur murni AA dengan aa,
menghasilkan keturunan F1 dengan genotip Aa. Pada keturunan F2
menghasilkan perbandingan genotip atau keseimbangan frekuensi gen
dalam populasi (F2) = AA (homozigot dominan) : Aa (heterozigot) : aa
(homozigot resesif) = 25% : 50% : 25% atau 1 : 2 : 1. Pada keturunan
berikutnya (F3) ternyata menghasilkan perbandingan genotip seperti
keturunan F2, yaitu AA : Aa : aa = 1 : 2 : 1.
Jadi, apabila setiap individu dari berbagai kesempatan melakukan
perkawinan yang sama, yang berlangsung secara acak serta setiap genotip
mempunyai viabilitas yang sama, perbandingan antara genotip yang satu
dengan yang lainnya dari generasi ke generasi tetap sama.
Perbandingan frekuensi gen dapat mengalami perubahan sehingga
perbandingan frekuensi gen tidak dalam keadaan seimbang. Perubahan
perbandingan frekuensi gen di dalam suatu populasi dapat disebabkan oleh
mutasi, seleksi alam, emigrasi dan imigrasi, rekombinasi dan seleksi,
isolasi reproduksi, dan domestikasi.
Variasi genetik dalam populasi alamiah sempat membingungkan
Darwin. Hal ini terjadi karena reproduksi sel belum dikenal. Akan tetapi,
pada tahun 1908 kebingungan itu terjawab oleh G.H. Hardy seorang
matematikawan Inggris dan G. Weinberg seorang fisikawan Jerman. Hardy

dan Wienberg menyatakan bahwa dalam populasi besar di mana


perkawinan terjadi secara random dan tidak adanya kekuatan yang
mengubah perbandingan alela dalam lokus, perbandingan genotip alami
selalu konstan dari generasi ke generasi.
Pernyataan tersebut dikenal dengan hukum Perbandingan HardyWeinberg. Adanya perubahan keseimbangan frekuensi gen dalam suatu
populasi memberi petunjuk adanya evolusi. Hukum Hardy-Weinberg
berlaku jika memenuhi beberapa persyaratan berikut.
a. Tidak terjadi mutasi.
b. Terjadi perkawinan secara acak.
c. Tidak terjadi aliran gen baik imigrasi maupun emigrasi.
d. Populasi cukup besar.
e. Tidak ada seleksi alam
Secara matematis hukum Hardy-Weinberg dirumuskan sebagai berikut.
(p + q)2 = p2 + 2pq + q2 = 1
Sebagai contoh alela gen A dan a, maka menurut persamaan di atas:
p2 = frekuensi individu homozigot AA
2pq = frekuensi individu heterozigot Aa
q2 = frekuensi individu homozigot aa
d) Hubungan Waktu Dengan Perubahan Sifat Organisme
Di depan telah dijelaskan bahwa evolusi terjadi melalui beberapa
mekanisme, yaitu seleksi alam dan mutasi gen. Menurut teori Evolusi,
pada awalnya makhluk hidup tercipta tidak sempurna atau dalam kondisi
primitif. Seiring dengan berjalannya waktu, makhluk hidup purba itu
mengalami kemajuan-kemajuan. Kemajuan-kemajuan itu diperoleh karena
adanya variasi genetik dalam populasinya.
Variasi itu diperoleh melalui proses perkawinan. Individu-individu
yang kebetulan mewarisi sifat unggul dari induknya akan tetap hidup dan
dapat melangsungkan kehidupannya. Sebaliknya, individu yang tidak
mewarisi sifat unggul akan tersisih dalam persaingan. Akibat paling parah
dari individu ini akan mati dan akhirnya punah. Hal ini menunjukkan
bahwa faktor seleksi alam sangat menentukan keberlangsungan hidup
suatu individu.
Umur bumi diperkirakan hingga saat ini berkisar 5.000-an juta
tahun. Selama itu pula di muka bumi terjadi perkembangan berbagai

populasi dari berbagai jenis makhluk hidup. Berbagai jenis makhluk hidup
itu diperkirakan berasal dari satu individu sebagai nenek moyang. Melalui
proses evolusi, suatu populasi mengalami perubahan sifat (misalnya
variasi genetik dan mutasi) sehingga dicapai bentuk makhluk hidup seperti
sekarang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Evolusi adalah suatu perubahan secara bertahap dalam waktu yang lama
akibat seleksi alam terhadap variasi gen dalam suatu individu hingga
menghasilkan perkembangan spesies baru. Spesies baru yang terbentuk
mengalami perkembangan dari sederhana menuju kompleks.
2. Perkembangan evolusi menurut ahli antara lain : Masa teori fixisme,
teori evolusi sebelum Darwin, teori evolusi J.B.Lamarck, teori evolusi
Weismann, teori evolusi Darwin, masa teori genetika, masa NeoDarwinian, dan masa evolusi Modern.
3. Proses terjadinya evolusi : Seleksi alam, mutasi, frekuensi gen dalam
populasi, dan hubungan waktu dengan perubahan sifat organisme.
B. Saran
Saran untuk pemakalah selanjutnya, lebih banyak membaca referensireferensi mengenai evolusi. Karena makalah yang kami sajikan masih
banyak kekurangannya, dan apabila ada kesalahan tulis maupun cetak
kami selaku pemakalah mohon maaf.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Moh. 2009. Evolusi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Campbell, Reece & Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Pope, & Geoffrey. 1984. Antropologi Biologi. Jakarta:CV.Rajawali.
Waluyo, & Lud. 2005. Evolusi Organik. UMM Press. Malang.
Widodo,dkk.2003. Panduan Belajar Evolusi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Henihili V, dkk. 2012. Evolusi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Nusantari. E, 2013. Kesalahan Memahami Mutasi Terhadap Penolakan Teori
Evolusi dan Mempersiapkan Pembelajaran Evolusi Masa Depan. Jurnal
Penelitian Kependidikan Tahun 23 Nomor 1.

Você também pode gostar