Você está na página 1de 41

ASUHANKEBIDANAN

KEBIDANAN
ASUHAN
KEGAWATDARURATANMATERNAL
MATERNAL
KEGAWATDARURATAN
NEONATAL(BD.305)
(BD.305)
NEONATAL

DETEKSI DINI KELAINAN, KOMPLIKASI


DAN PENYAKIT MASA KEHAMILAN
TRIMESTER I,
TRIMESTER II DAN TRIMESTER III

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLITEKNIK KARYA HUSADA
JAKARTA
2015

Mata

Kuliah

: Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal & Neonatal

Kode

: Bd. 305

Beban Study

: 4 SKS (T=2, P=2)

Sasaran/P.Study

: Mahasiswa Diploma III Kebidanan KHJ

Alokasi Waktu

: 1 x 60 menit

Pokok bahasan
Dosen

: Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi Dan


Penyakit Masa Kehamilan
: Gusti Ayu Nyoman Supraba Udayani

SUB POKOK BAHASAN


SUB POKOK BAHASAN
Anemia Kehamilan
Hyperemisis Gravidarum
Abortus
KET
Mola Hydatidosa
Hipertensi Kehamilan
Pre-eklampsia
Eklampsia
Perdarahan Antepartum

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


2

TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN

Dengan diskusi mahasiswa mengetahui tentang kelainan,komplikasi


dan penyulit pada masa kehamilan.

Dengan tanya jawab mahasiswa dapat menjelaskan kelainan,


komplikasi dan penyulit kehamilan Trimester I dan Trimester II.

Dengan tanya jawab mahasiswa dapat menjelaskan kelainan,


komplikasi dan penyulit pada masa kehamilan Trimester III.
REFERENSI
REFERENSI

Evelyn C. Pearce. Anatomi dan Fisiologi. Gramedia. Jakarta; 2002


E. Albert Reece and John C. Hobbins. Clinical Obstetrics The Fetus and
Mother, Third edition. Blackwell Publishing; Jakarta; 2007
F. Garry Cunningham, Obstetri Williams, EGC. Jakarta; 2006
Manuaba dkk. Pengantar Kuliah Obstetri EGC. Jakarta. 2006
Salmah, dkk. Asuhan kebidanan Antenatal. EGC.Jakarta
Mochtar. Sinopsis Obstetri.EGC. Jakarta; 1998
Prawirohardjo. Ilmu kebidanan. Yayasan Balai Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; Jakarta; 1998

METODE DAN MEDIA


METODE DAN MEDIA
Metode : ceramah, tanya jawab, diskusI.
Media : power point, laptop.

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


3

PENDAHULUAN

Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya


10-12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi
kehamilan patologis. Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak
karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan
berangsur-angsur. Deteksi dini dari gejala dan tanda bahaya selama kehamilan
merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap
kehamilan maupun kesehatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit
serta komplikasi juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya
maksimal untuk mencegah gangguan yang berat terhadap kehamilan dan keselamatan
Ibu maupun bayi yang dikandungnya.
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan dibawah 20 minggu,
umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12% kehamilan akan berakhir
dengan keguguran yang pada umumnya (60-80%) disebabkan oleh kelainan
kromosom yang ditemui pada spermatozoa ataupun ovum. Penyebab yang sama dan
menimbulkan gejala perdarahan pada kehamilan muda dan ukuran pembesaran uterus
yang di atas normal, pada umumnya disebabkan oleh mola hydatidosa. Perdarahan
ada kehamilan muda dengan uji kehamilan yang tidak jelas, pembesaran uterus yang
tidak sesuai (lebih kecil) dari usia kehamilan dan adanya masa di adneksa biasanya
disebabkan oleh kehamilan ektopik.

DETEKSI DINI KELAINAN, KOMPLIKASI DAN PENYAKIT PADA


KEHAMILAN TM I & TM II
1.

Pengertian
Yang dimaksud dengan deteksi dini adalah suatu mekanisme yang berupa
pemberian informasi secara tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang
dipilih, agar masyarakat/individu di daerah rawan mampu mengabil tindakan
menghindari atau mengurangi risiko dan mampu bersiap-siap untuk
merespon secara efektif. Atau dapat juga dikatakan bahwa deteksi dini

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


4

merupakan upaya memberitahukan kepada seorang klien yang berpotensi


dilanda suatu masalah atau penyakit untuk menyiagakan mereka dalam
menghadapi kondisi dan situasi suatu masalah (Yulianti,2002). Dapat
disimpulkan bahwa prinsip deteksi dini terhadap kelainan, komplikasi dan
penyakit yang lazim terjadi pada ibu asa kehamilan merupakan kebenaran
yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak seorang bidan dalam suatu
mekanisme berupa memberikan informasi secara tepat waktu dan efektif,
melalui institusi yang dipilih, agar masyarakat ataupun individu (ibu selama
masih reproduksi) mampu mengambil tindakan menghindari atau mengurangi
risiko dan mampu bersiap-siap untuk merespon secara efektif terhadap
kelainan, komplikasi dan penyakit yang lazim terjadi pada ibu semasa
kehamilan.
Prinsip deteksi dini terhadap faktor risiko kehamilan sangat diperlukan,
walaupun secara evidence based dikatakan menurut beberapa penelitian yang
dilakukan, bahwa semua wanita selama kurun reproduksi, terutama saat
hamil selalu diwaspadai mengalami risiko, walau kita ketahui bahwa
kehamilan adalah sifatnya fisiologis artinya semua wanita yang sehat dan
telah menikah akan mengalami proses kehamilan. Kehamilan dikatakan
fisiologis dan tetap harus waspada karena kehamilan berisiko jatuh ke
keadaan yang membahayakan baik terhadap diri ibu maupun terhadap janin
yang dikandungnya.
1.1 Komplikasi dan Penyulit Kehamilan Trimester I dan Trimester II
a.
Anemia Kehamilan
1) Definisi
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit dan jumlah eritrosit di bawah nilai normal. Pada penderita
anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah
(Hemoglobin/Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena
kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat
dan vitamin B 12. Tetapi yang sering terjadi adalah aneia karena
kekurangan zat besi.
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
5

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya


zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis
tidak cukup yng ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrommikrositer, kadar besi serum (serum iron), dan jenuh transferin menurun,
kapasitas besi total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang
serta di tempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya anemia defisiensi
besi, antara lain kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan,
adanya gangguan absorpsi di usus, perdarahan akut maupun kronis, dan
meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa
pertumbuhan dan masa penyembuhan dari penyakit.
2) Anemia Defisiensi zat Besi pada Kehamilan
Anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil merupakan problema
kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama di Negara
berkembang (Indonesia).

WHO melaporkan bahwa prevalensi wanita

hamil yang mengalami defisiensi sekitar 35-75% serta semakin meningkat


seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Menurut WHO 40%
kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia pada
kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh
defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling
berinterksi.
3) Patofisiologis Anemia Pada kehamilan
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh
karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta da
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada
trimester II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan
meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta
kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan
volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan
sekresi aldesteron.
4) Etiologi Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


6

Hipervolemia

menyebabkan

terjadinya

pengenceran

darah,

pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma,


kurangnya zat besi dalam makanan, kebutuhan zat besi meningkat.
5) Gejala Klinis Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi,
bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dsarnya yang
menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala aneia bersama-sama dengan
gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing,
palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan
system neuro muscular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran
kelenjar limpha. Bila kadar Hb < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tandatanda anemia akan jelas.
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status
anemia didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 ditetapkan 3 kategori
yaitu : normal > 11 gr/dL, ringan 8-11 gr/dL, berat < 8 gr/dL.
6) Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi pada Kehamilan
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko menurut penelitian,
tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga
menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak
cukup

mendapat

pasokan

oksigen.

Pada

wanita

hamil,

anemia

meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko


kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah dan
angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan post
partum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis tidak dapat
mentolerir kehilangan darah.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang
sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan
(abortus, Partus premature), gangguan proses persalianan (inertia, atonia),
gangguan pada masa nifas (sub involusi, produksi ASI rendah) dan
gangguan pada janin (PJT, kematian perinatal, dll).
b. Hyperemisis Gravidarum
1) Definisi
Wiknjosastro (2005) mengatakan bahwa Hyperemisis gravidarum adalah
mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil. Seorang ibu menderita
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
7

Hyperemisis gravidarum jika seorang ibu memuntahkan segala yang


dimakan dan diminumnya hingga berat badan ibu sangat turun, turgor kulit
kurang, diurese kurang dan timbul aseton dalam air kencing.
Hiperemisis gravidarum juga dapat diartikan keluhan mual muntah yang
dikategorikan berat jika ibu hamil selalu muntah setiap kali minum
ataupun makan. Akibatnya, tubuh sangat lemas, muka pucat dan frekuensi
buang air kecil menurun drastis, aktivitas sehari-hari menjadi terganggu
dan keadaan umum menurun. Meski begitu tidak sedikit ibu hamil yang
masih mengalami mual muntah sampai trimester III (Cuningham, 2005).
Salah satu masalah yang terjadi pada masa kehamilan yang bisa
meningkatkan derajat kesakitan adalah terjadinya gestosis pada masa
kehamilan, dan salah satu gestosis pada masa kehamilan adalah
Hiperemisis gravidarum (Sastrawinata, 2004).
2) Etiologi
Penyebab hiperemisis gravidarum belum diketahui secara pasti.Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik juga tidak
ditemukan kelainan biokimia, perubahan-perubahan anatomis yang terjadi
pada otak, jantung, hati dan susunan saraf. Beberapa faktor predisposisi
dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa sebagai berikut:
(a) Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada
mola hydatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa
faktor hormon memegang peranan penting karena pada kedua keadaan
tersebut

hormone

korionik

gonadotropin

dibentuk

berlebihan

( Wiknjosastro, 2005).
(b) Masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini merupakan faktor organic (Wiknjosastro,
2005).
(c) Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga
disebut sebagai salah satu faktor organik (Wiknjosastro, 2005).
(d) Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang rentak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
8

dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat


menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup Wiknjosastro, 2005).
Kurangnya penerimaan terhadap kehamilan dinilai memicu perasaan
mual dan muntah ini. Pada waktu hamil muda, kehamilan dinilai tidak
diharapkan, apakah karena kegagalan kontrasepsi ataupun karena
hubungan di luar nikah. Hal ini bisa memicu penolakan ibu terhadap
kehamilannya tersebut (cuningham, 2005).
(e) Faktor adaptasi dan hormonal. Pada wanita hamil yang kekurangan
darah lebih sering terjadi hiperemisis gravidarum. Wanita primi gravid
dan over distensi rahim pada hamil ganda dan mola hydatidosa, jumlah
hormone yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya
hiperemisis gravidarum (manuaba, 1998). Peningkatan hormone
estrogen dan hormone chorionic gonadotropin (HCG). Pada kehamilan
dinilai terjadi perubahan juga pada system endokrinologi, terutama
untuk hormone esterogen dan HCG yang dinilai mengalami
peningkatan. Sejalan dengan yang diungkapkan pada poin pertama,
bahwa pada kehamilan Mola hydatidosa dan kehamilan ganda,
memang terjadi pembentukan hormone yang berlebihan ( Cuningham,
2005).
3) Patologis
Menurut Prawirohardjo (2005) bedah mayat pada wanita yang meninggal
karena hiperemisis gravidarum menunjukan kelainan-kelainan pada
berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat ditemukan pada malnutrisi
oleh beberapa macam sebab adalah :
a) Pada hati tampak degenerasi lemak tanpa nekrosis yang terletak
sentrilobuler , kelainan ini nampaknya tidak menyebabkan kematian
dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus-menerus. Tetapi
separuh penderita yang meninggal karena hiperemisis gravidarum
menunjukan gambaran mikroskopik hati yang normal.

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


9

b) Pada jantung menjadi tampak lebih kecil dari biasanya dan beratnya
atrofi jaringan dan sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang
dtemukan perdarahan sub-endokardial.
c) D otak dapat ditemukan ensefalopati Wernicke yaitu dilatasi kapiler
dan perdarahan kecil-kecil didaerah corpora mamilaria ventrikel ketiga
dan keempat.
d) Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada
tubuli kontorti.
4) Patofisiologis
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar hormone esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi
pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormone esterogen ini tidak
jelas, mungkin berasal dari system saraf pusat akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita
hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulanbulan (Wiknjosastro, 2005). Hiperemisis gravidarum yang merupakan
komplikasi mual muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus
dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya
terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologis merupakan
faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastic dengan gejala tidak
suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih
berat (Wiknjosastro, 2005).
Hiperemisis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energy. Karena oksidasi lemak
yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam asetonasetik, asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan

yang

diminum dan kehilangan

cairan

yang

dimuntahkan menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan


plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun demikian pula
khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemekonsentrasi,
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
10

sehingga aliran darah ke

jaringan berkurang.. Hal ini menyebabkan

jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertibunnya zat
metabolic

yang

toksik.

Disamping

dehidrasi

dan

terganggunya

keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lender


esofagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan
gastro intestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat
berhenti sendiri. Jarang samapi diperlukan transfuse atau tindkan oeratif
(Wiknjosastro, 2005).
5) Tanda dan Gejala
Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik
dengan hiperemisis gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntahyang
menimbulkan gangguan pada kehidupan atau aktvitas sehari-hari dan
dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah memerlukan
perawatan yang intensif.
Menurut Winkjosastro (2005), hiperemisis gravidarum berdasarkan berat
ringannya gejala dapat dibag ke dalam tiga tingkatan.
a) Tingkat I. Ringan. Ditandai dengan muntah terus menerus yang
mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu
makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri epigastrium, Nadi
meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun,
turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
b) Tingkat II. Sedang. Penderita terlihat lebih lemah dan apatis, turgor
kulit lebih mengurang, lidah mongering dan tampak kotor, nadi kecil
dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat
badan turun dan mata cekung, tensi tururn, hemokonsentrasi, oliguria
dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam pernafasan, karena
mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
c) Tingkat III. Berat. Keadaa umum lebih parah, muntah berhenti,
kesadaran menurun dari somnolen samapai koma, nadi kecil dan cepat,
suhu tubuh meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi
pada susunan saraf yang dikenal dengan ensefalopati wernicke, dengan
gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini akibat
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
11

sangat kekurangan zat makanan, terasuk vitamin B komplek.


Timbulnya ikterus menunjukan adanya payah hati.
6) Diagnosis
Umumnya tidak sukar untuk menegakan diagnose

Hiperemisis

Gravidarum. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dengan mual dan


muntah yang terus menerus, sehingga berpengaruh terhadap keadaan
umum dan juga dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat
mempengaruhi perkembangan janin sehingga pengobatan perlu segera
diberikan. Juga bisa dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium yang
menunjukan adanya keton dalam urine (Winkjosastro, 2005). Namun harus
dipikirkan

juga

kemungkinan

kehamilan

muda

dengan

penyakit

Pielonefritis, Hepatitis, Ulkus Ventrikulli dan Tumor Serebri yang bisa


memberika gejala muntah (Cuningham, 2005).
7) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ibu dengan hiperemisis gravidarum dimulai dengan:
(a) Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemisis gravidarum perlu dilaksanakan
dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan
persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik. Memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan bebetapa bulan, menganjurkan mengubah makanan seharihari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
Makanan yang berbinyak dan berlemak sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau
dingin. Defekasi yang teratur harusnya dapat dijamin, menghindarkan
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh
karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
(b) Obat-obatan

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


12

Apabila dengan gejala tersebut di atas keluhan dan gejala tidak


berkurang maka doerlukan pengobatan. Sedativa yang sering diberikan
adalah Phenobarbital, vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan
B2 yang berfungsi untuk mempertahankan kesehatan syaraf, jantung,
otot serta meningkatkan Pertumbuhan dan perbaikan sel dan B6
berfungsi menurunkan keluhan atau gangguan mual muntah bagi ibu
hamil dan juga membantu dalam sintesa lemak untuk pembentukan sel
darah merah, antihistaminika juga dianjurkan. Pad akeadaan lebih
berat diberikan antimimetik seperti disklomin, hidokloride, Avomin
(Wiknjosastro, 2005).
(c) Isolasi
Isolasi dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peredaran udara
yang baik hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar
sampai muntah berhenti dan pasien mau makan. Kadang-kadang
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
(d) Terapi psikologik
Perlu diyakinkan

kepada

penderita

bahwa

penyakit

dapat

disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi


pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
menjadi latar belakang penyakit ini (Winkjosastro, 2005). Bantuan
positif dalam mengatasi permasalahan psikologis dan social dinilai
cukup signifikan memberikan kemajuan keadaan umum .
(e) Diet
Ciri diet hyperemisis adalah penekanan karbohidrat kompleks terutama
pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan gorenggorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Diet pada hiperemisis
bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol
asidosis secara berangsur memberi makanan berenergi dan zat gizi
yang cukup (Dinar, 2008). Diet hiperemisis gravidarum memiliki
beberapa syarat, diantaranya adalah karbohidrat yang tinggi, yaitu 7580% dari kebutuhan energy total, lemak rendah, yaitu < 10% dari
kebutuhan energy total, protein sedang yaitu 10-15% dari kebutuhan
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
13

energy total, makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian


cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas/hari,
makanan mudah dicerna, tidak merangsang saluran pencernaan dan
diberikan sering dalam porsi kecil, bila makan pagi sulit diterima,
pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam,
makanan secara berangsur ditingkatkan dalm porsi dan nilai gizi sesuai
c.

dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien (Dinar, 2008).


Abortus
1) Definisi
Abortus didefinisikan sebagai keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau
umur kehamilan kurang dari 28 minggu (Manuaba,1998). Abortus biasanya
ditandai dengan terjadinya perdarahan pada wanita hamil. Sampai saat ini
janin yang terkecil dilaporkan dapat dilaporkan di luar kandungan,
mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir, akan tetapi karena janin
yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus
maka definisi abortus yaitu : berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibatakibat tertentu) pada waktu sebelum ke hamilan tersebut berusia 22 minggu
atau buah kehamilan belum mampu hidup di luar kandungan (Ilmu
kebidanan, 2006).
2) Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum
sendiri, faktor ibu dan faktor bapak.
(a) Kelainan Ovum
(b) Kelainan genetalia Ibu
Misalnya pada Ibu yang menderita :
- Anomali congenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis dan lain-lain)
- Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
- Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari
ovum yang telah dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau
esterogen, endometritis, mioma submukosa.
- Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda,mola)
- Distorsi uterus, misalnya karena terdorong oleh tmor pelvis.
(c) Gangguan sirkulasi plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi,
toksemia gravidarum, anomali plasenta.

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


14

(d) Penyakit-penyakit pada Ibu


Misalnya pada :
- Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti
-

pneumonia, thypoid
Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alcohol
Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolism

(e) Antagonis Rhesus


Pada antagonis rhesus darah Ibu yang melalui plasenta merusak darah
fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya
fetus.
(f) Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis ; atau faktor
serviks, yaitu inkompetensi serviks, sevisitis.
(g) Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
(h) Penyakit Bapak : umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC,
dekompensasi kordis, malnutrisi
3) Frekuensi
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antar 10-15%. Namun
demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena
abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila terjadi
komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala
dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit.
4) Patologi
Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil
konsepsi terlepas. Karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi
untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil
konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili kolrialis belum menembus
desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, telah
masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi tertinggal,
karena itu akan banyak terjadi perdarahan.
5) Klasifikasi
Abortus dapat dibagi atas 2 golongan :
(a) Abortus Spontan
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
15

Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor


mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktorfaktor alamiah.
(b) Abortus Provokatus (induced abortion)

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan


maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :
(i) Abortus Medisinalis (abortus therapiutica)
Adalah abortus karena tindakan medis, dengan alasan bila
kehamilan
(berdasarkan

dilanjutkan,
indikasi

dapat
meds).

membahayakan
Biasanya

jiwa

Ibu

perlu mendapatkan

persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.


(ii) Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang
tidak lagi legal atau tidak berdasarkan indikas medis.
6) Klinis Abortus Spontan
Dapat dibagi atas :
(a) Abortus Kompletus (keguguran lengkap) : artinya seluruh hasil
konsepsi di keluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim
kosong.
Terapi ; hanya uterotonika
(b) Abortus inkompletus (keguguran bersisa) : hanya sebagian dari
hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau
plasenta.
Gejala : Didapati antara lain amenorea, sakit perut dan mulas-mulas ;
perdarahan yang biasa sedikit atau banyak dan biasanya berupa stolsel
(darsh beku), sudah ada keluar fetus atau jaringan, pada abortus yang
sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan oleh
orang yang tidak ahli sering terjad infeksi. Pada pemeriksaan dalam
(V.T) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, kadangkadang dapat diraba sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum
uteri.
Terapi : Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian
cairan dan transfuse darah.

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


16

(c) Abortus Insipiens (Keguguran yang sedang berlangsung) : adalah


abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan
ketuban yang teaba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
(d) Abortus Imminens (keguguran membakat) : keguguran membakat
dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah
dengan memberikan obat-obatan hormonal dan antipasmodika serta
istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka
perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau 2 kali
berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
(e) Missed abortion : Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi
tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau
lebih.Fetus yang meninggal ini bisa keluar dengan sendirinya dalam
2-3 bulan sesudah fetus mati, bisa direabsorpsi kembali sehingga
hilang.
Gejala : Dijumpai amenorea, perdarahan sedikit-sedikit yang
berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak
bertambah tinggi, malahan tambah rendah. Kalau tadinya ada tandatanda kehamilan, belakangan menghilang, diiringi dengan reaksi
kehamilan yang menjadi negative pada 2-3 minggu sesudah fetus
mati. Pada pemeriksaan dalam, servkis tertutup dan ada darah sedikit.
Sesekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.
Komplikasi : Bila timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang sudah
mati begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk
dilakukan kuretase.
(f) Abortus Habitualis (keguguran berulang) : adalah keadaan dimana
penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi
pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis.Kesalahankesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum,
kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan
progesterone sesudah korpus luteum atrofis.
(g) Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik : adalah keguguran yang
disertai infeksi genital. Abortus septic adalah keguguran disertai
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
17

infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam


peredaran darah atau peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada
abortus inkompletus, atau abortus buatan, terutama yang kriminalis
tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan antisepsis.
Diagnosis : adanya amenorea, perdarahan, keluar jaringan yang telah
ditolong di luar rumah sakit, pemeriksaan kanalis servikalis terbuka,
teraba jaringan, perdarahan dan sebagainya, demam, nadi cepat,
perdarahan berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan, leukositosis.
7) Komplikasi
Komplikasi Abortus
(a) Perdarahan (hemorrhage)
(b) Perforasi ; sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak kompeten
(c) Infeksi dan tetanus
(d) Payah ginjal akut
(e) Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan yang banyak ,
d.

infeksi yang berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik.
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
1) Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur yang telah
dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri (Ilmu
Kebidanan, 2002). Dalam keadaan normal kehamilan terjadi di
intrauterine, nidasi akan terjadi pada endometrium korpus uteri. Dalam
keadaan abnormal implantasi hasil konsepsi terjadi di luar endometrium
rahim. Lebih dari 95 % kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba
Fallopii). Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi
menjadi 5 berikut ini:
- Kehamilan tuba meliputi lebih dari 95 %
- Kehamilan ektopik lain (<5%) antara lain terjadi di serviks uterus,
ovarium atau abdominal.
- Kehamilan intraligamenter
- Kehamilan heterotopik
- Kehamilan ektopik bilateral
2) Etiologi
Kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


18

pembuahan telur di bagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus


telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba atau
nidasinya di tuba dipermudah.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi
embrio ke endometrium diduga menjadi penyebab kehamilan ektopik.
Faktor-faktor yang disebutkan adalah sebgai berikut:
(a) Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu. Adanya tumor di sekitar saluran tuba, misalnya
mioma uteri atau tumor ovarium.
(b) Faktor abnormalitas dari zigot
(c) Faktor ovarium
(d) Faktor hormonal
(e) Faktor lain
Termasuk di sini antara lain adalah pemakai IUD di mana proses
peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping
dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur
penderita yang sudah menua dan faktor perokok juga sering
dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik.

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


19

3) GambaranKlinis

Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas,


dan penderita maupun dokternya biasanya tidak mengetahui adanya
kelainan dalam kehamilan, sampai terjadinya abortus atau rupture tuba.
Pada umumnya penderita menunjukan gejala-gejala kehamilan muda, dan
mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah. Pada pemeriksaan
vaginal uterus membesar dan lembek dan tidak sebesar usia kehamilan.
Apabila kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi rupture
pada tuba tempat nidasi kehamilan ini akan memberikan gejala dan tanda
yang khas yaitu timbulnya sakit perut mendadak yang kemudian disusun
dengan syok atau pingsan Ini adalah pertanda khas terjadinya ektopik
terganggu.Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik
terganggu. Pada rupture tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tibatiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan
penderita pingsan dan masuk ke dalam syok.
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada
kehamilan ektopik yang terganggu. Hal ini menunjukan kematian janin,
dan berasaldari kavum uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan yang
berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna cokelat tua. Pada
kehamilan ektopik terganggu ditemukan pada pemeriksaan vaginalbahwa usaha menggerakan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri, yang
disebut dengan nyeri goyang (+). Demikia pula cavum douglass menonjol
dan nyeri pada perabaan oleh karena berisi darah.
4) Diagnosis
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu seringkali keliru dengan
abortus insipiens atau abortus inkompletus yang kemudian dilakukan
kuretase. Kuldosintesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui
apakah dalam cavum douglass ada darah atau tidak. Teknik kuldosintesis
dapat dilaksanakan dengan urutan berikut :
- Penderita dibaringkan dalam posisi litoto
- Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
20

- Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam


serviks, dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak.
- Jarum spinal no 18 ditusukan ke dalam kavum douglass dan dengan
semprit 10 ml dilakukan pengisapan.
- Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan
pada kain kasa dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan
merupakan :
- Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan
membeku, darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.
- Darah tua berwarna cokelat sampai hitam yang tidak membeku, atau
yang berupa bekuan kecil-kecil, darah ini menunjukan adanya
hematokel retouterina.
5) Pemeriksaan USG Pada Kehamilan Ektopik Terganggu
Pada kehamilan normal struktur kantong gestasi intrauterine dapat
dideteksi mulai kehamilan 5 minggu, di mana diameternya sudah
mencapai 5-10 mm. Bila dihubungkan dengan kadar Human Chorionic
Gonadotropin (hCG), pada saat it kadarnya sudah mencapai 6000-6500
mIU/ml. dari kenyataan ini bisa juga diartikan bahwa bila pada kadar
hCG yang lebih dari 6500 mIU/ml tidak dijumpai adanya kantong gestasi
intrauterine, maka kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan.
Gambar USG kehamilan ektopik sangat bervariasi bergantung pda
usia kehamilan, ada tidakny agangguan kehamilan (rupture, abortus),
serta banyak dan lamanya perdarahan intra abdomen. Diagnosis pasti
kehamilan ektopik secar USG hanya bisa ditegakkan bila terlihat kantong
gestasi berisi mudigah/janin hidup yang letaknya di luar kavum uteri.
Namun gambaran ini hanya dijumpai pada 5-10% kasus. Sebagian besar
kehamilan ektopik tidak memberikan gambaran yang spesifik. Uterus
mungkin besarnya normal, atau mengalami sedikit pembesaran yang tidak
sesuai dengan usia kehamilan.
e.
Mola Hydatidosa
1) Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di
mana tidak ditemukan janin dan hamper seluruh vili korialis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidropobik. Secara makroskopik, mola
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
21

hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih,


tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari
beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm.
2) Gejala dan Tanda
Pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan
kehamilan biasa, yaitu mual, muntah, pusing dan lain-lain, hanya saja
derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih
pesat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur
kehamilan. Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan
perdarahan inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit.
Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama rata-rata 12
minggu.
3) Diagnosis
Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan
amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya
kehamilan dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen
dan detak jantung anak. Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan kadar Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah
ataupun urine. Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG,
dimana kasus mola menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa badai
salju atau gambaran seperti sarang lebah.
4) Pengelolaan Mola Hydatidosa
Pengelolaan Mola Hidatidosa terdiri dari 4 tahap berikut ini :
(a) Perbaikan keadaan umum, yang termasuk usaha ini misalnya
pemberian transfuse darah untuk memperbaiki syok atau anemia dan
menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeclampsia atau
tirotoksikosis.
(b) Pengeluaran jaringan mola:
Vakum kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase tanpa
pembiusan.

Untuk

memeperbaiki

kontraksi

diberikan

pula

uterotonika. Vakum kuretase dilanjutkan dengan kuretase dengan


menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul. Tindakan kuret
cukup dilakukan 1 kali saja, asal bersih. Kuret kedua hanya
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
22

dilakukan bila ada indikasi. Sebelum tindakan kuret sebaiknya


disediakan darah untuk menjaga apabila terjadi perdarahan banyak.
Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur
dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi
ialah karena umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor
predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai
adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa
pada

sediaan

histerektomi

bila

dilakukan

pemeriksaan

histpatologik sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa


mola invasif/koriokrsinoma.
5) Pemeriksaan Tidak Lanjut
Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah
mola hidatidosa. Tes HCG harus mencapai normal 8 minggu setelah
evakuasi. Lama pengawasan sekitar 1 tahun. Untuk tidak mengacaukan
pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu
dengan menggunakan kondom, diafragma atau pantang berkala.

DETEKSI DINI KELAINAN, KOMPLIKASI DAN


PENYAKIT PADA KEHAMILAN TRIMESTER III

a. Kehamilan Dengan Hipertensi


1) Definisi
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of The
national High blood Pressure Education Program Working group on High
blood Pressure in Pregnancy tahun 2001 adalah sebagai berikut :

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


23

(a) Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur


kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12
minggu pasca persalinan.
(b) Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan protein urine.
(c) Eklampsia adalah preeclampsia yang disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma.
(d) Hipertensi kronik dengan superimposed pre eklampsi adalah
hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeclampsia atau hipertensi
kronik disertai proteinuria.
(e) Hipertensi gestasional (disebut transient hypertension) adalah
hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan.
2) Patofisiologi
Menurut
Corwin (2001): Peningkatan kecepatan denyut jantung,
peningkatan curah jantung yang bermasalah, peningkatan tekanan perifer
yang berlangsung lama.
3) Manifestasi Klinik
Gejala yang biasanya muncul pada ibu yang biasanya mengalami
hipertensi pada kehamilan harus diwaspadai jika ibu mengeluh : nyeri
kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual, muntah akibat
peningkatan

tekanan

intrakranium,

penglihatan

kabur,

nokturia,pembengkakan atau odema.


4) Pencegahan Penyakit Hipertensi
Pencegahan kejadian hipertensi secara umum agar terhindar dari tekanan
darah tinggi adalah dengan mengubah kearah gaya hidup sehat, tidak
terlalu banyak
5) Pengobatan Penyakit Hipertensi
Jika seserang dicurigai hipertensi, maka dilakukan beberapa pemeriksaan
yaitu wawancara (anamnesa) adalah keluarga yang mrnderita hipertensi.
Dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pengobatan
nonfarmakologik, mengurangi berat badan bila terdapat kelebihan,
membatasi alcohol, menghentikan rokok serta mengurangi makanan
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
24

berkolesterol/lemak jenuh, menghentikan konsumsi kopi yang berlebih,


berolahraga ringan, mengurangi asupan nutrium.
Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium adekuat, perbanyak
unsur kalium (buah-buahan), tidak banyak pikiran, istirahat yang cukup.
6) Pengobatan Farmasi
Dianjurkan minum obat yang tidak banyak efeksamping dan minum obat
yang berfungsi ganda, obat yang berfungsi ganda adalah obat yang dapat
menormalisasikan tekanan darah pada pembuluh darah,jantung, ginjal,
otak dan mata. Berikan obat anti hirpetensi apabila tekanan darah ibu
sudah turun atau sudah tidak 140/90 mmHg. Berikan obat luminal
sesudah makan 30 gram peroral 3x sehari dalam jangka waktu 8 jam dari
pemberian sebelumnya (sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal).
b. Pre Eklampsia
1) Definisi
Pre eklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan protein urine. Pre eklampsia adalah penyakit
dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi trimester 3 kehamilan,
tetapi dapat juga terjadi sebelumnya misalnya pada mola hydatidosa
(Prawirohardjo, 2005).
Pre eklampsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi,
proteinurine dan edema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai
koma, ibu tersebut tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vascular atau
hipertensi sebelumnya.
2) Etiologi
Penyebab pre eklampsia saat ini tak bisa diketahui dengan pasti,
walaupun penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian
maju. Semuanya baru didasarkan pada teori yang dihubung-hubungkan
dengan kejadian. Itulah sebab pre eklampsia disebut juga disease of
theory gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori. Adapun teoriteori tersebut antara lain :
(a) Peran Protasiklin dan Tromboksan
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
25

Pada pre eklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada


endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan fungsi prostasiklin (PGI
2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi pengumpulan
dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti thrombin dan plasmin.
Trombin akan mengkonsumsi antithrombin III, sehingga terjadi
deposit

fibrin.

Aktivasi

trombosit

menyebabkan

pelepasan

tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan


kerusakan endotel.
(b) Peran Faktor Imunologis
Pre eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak
timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan
bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies
terhadapa antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna
pada kehamilan berikutnya.
(c) Faktor Genetik
Beberapa bukti yang menunjukan peran faktor genetic pada kejadian
Pre eklampsia dan eklampsia antara lain : 1. Pre eklampsia hanya
terjadi pada manusia, 2. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya
frekuensi pre eklampsia dan eklampsia pada anak-anak dari Ibu yang
menderita Pre eklampsia dan eklampsia, 3. Kecenderungan
meningkatnya frekuensi P.E dan Eklampsia pada anak dan cucu ibu
hamil dengan riwayat P.E dan Eklampsia dan bukan pada ipar
mereka, 4. Peran Renin-Angiostensin-Aldosteron Sstem (RAAS).
Yang jelas pre eklampsia merupakan salah satu penyebab kematian
pada ibu hamil, disamping infeksi dan perdarahan. Oleh sebab itu
bila ibu hamil sudah ketahuan berisiko, terutama sejak awal kehailan,
dokter kebidanan dan kandungan akan memantau lebih ketat kondisi
kehamilan tersebut.
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat
menunjang terjadinya pre eklampsia dan eklampsia. Faktor-faktor
tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran
darah ke rahim. Faktor resiko terjadinya pre eklampsia, umumnya
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
26

terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja


dan kehamilan pada wanita di atas 40 tahun. Faktor risiko yan lain
adalah riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan,
riwayat

mengalami

pre

eklampsia

sebelumnya,

kegemukan,

kehamilan ganda, kelainan ginjal dan rheumatoid atritis.


3) Patofisiologi.
Vasokontriksi merupakan dasar pathogenesis Pre eklampsia dan
Eklampsia. Vasokontriksi menimbulkan peningkatan total perifer
resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokontriksi juga akan
menimbulkan hipoksia pada endotel setempat. Pada pre eklampsia dan
eklampsia serum anti-oksidan kadarna menurun dan plasenta menjadi
sumber terjadina perioksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil
normal, serumnya mengandung trasferin. Rusaknya sel-sel endotel
tersebut akan mengakibatkan antara lain : agresi trombosit, gangguan
permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma, terlepasnya enzim
lososom, terjadi hipoksia plasenta.
4) Jenis-Jenis Pre eklampsia
(a) Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan adalah timbulna hipertensi disertai protein urine
dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera
setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan
20 minggu pada penyakit trofoblas. Penyakit ini dianggap sebagai
maladaptation syndrome akibat vasospasme general dengan segala
akibatnya.
Gejala klinis Preeklampsia Ringan meliputi : (1) kenaikan tekanan
darah systole 30 mmHg atau lebih, diatole 15 mmHg atau lebih dari
tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih
atau systole 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg, diastole 90
mmHg sampai kurang dari 110 mmHg, (2) Protein urine secara
kuantitatif lebih dari 0,3 gr/ltr dalam 24 jam atau seacara kualitatif
+2 (positif 2), (3) Edema pada pretibia, dinding abdomen,
lumbosakral, wajah atau tangan.
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
27

Pemeriksaan diagnosis untuk menunjang keyakinan bidan atas


kemungkinan ibu mengalami Preeklampsia ringan jika ditandai
dengan : kehamilan usia lebih dari 20 minggu, kenaikan tekananan
darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan dua kali selang
6 jam dalam keadaan istirahat, edema tekan pada tungkai/pretibia,
dinding perut, lumbosakral, wajah atau tangan, Protein urine 0,3
gr/liter/24 jam, kualitatif positif 2 (+2).
Penanganan Preeklampsia Ringan dapat dilakukan dengan dua
cara tergantung gejala yang timbul yakni :
(1) Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeclampsia ringan dengan
cara: ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring),
diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam,
pemberan sedative ringan: tablet Phenobarbital 3x30 mg atau
diazepam 3x2 mg peroral selama 7 hari (atas instruksi dokter),
roborantia, kunjungan ulang setiap 1 inggu, pemeriksaan
(2) laboratorium, hemoglobin, hematokrit, trombosit, urin lengkap,
asam urat darah, fungsi hati, fungsi gnjal.
(3) Penatalaksanaan rawat inap pasien preeclampsia

ringan

berdasarkan kriteria: setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan


tidak

menunjukan

adanya

perbaikan

dari

gejala-gejala

preeclampsia; kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih


perminggu selama 2 kali berturut-turut (2 minggu); timbul salah
satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeclampsia berat
Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka
preeclampsia ringan dianggap sebagai preeclampsia berat. Jika dalam
perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu
dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2
hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuiakan dengan
perawatan rawat jalan.
(b) Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinurine dan/atau edea pada kehamilan 20 minggu atau lebih
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
28

Gejala dan tanda preeclampsia berat: tekanan darah sistolik >160


mmHg; tekanan darah diastolik > 110 mmHg; peningkatan kadar
enzim hati atau/dan ikterus, trombosit < 100.000/mm3, oliguria < 400
ml/24 jam, proteinuria > 3 gr/liter, nyeri epigastrium, skotoma dan
gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina,
odema pulmonum.
Penyulit lain juga bisa terjadi, yaitu kerusakan organ-organ tubuh
seperti gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan
pembekuan darah, sindroma HELLP, bahkan dapat terjadi kematian
pada janin, ibu atau keduanya bila pre-eklampsia tidak segera diatasi
dengan benar.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkebangan gejala-gejala
preeclampsia berat selama perawatan maka perwatan dibagi menjadi:
(1) perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medicinal; (2) Perawatan konservatif yaitu
kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal.
(1) Perawatan aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada
setiap penderitadilakukan pemeriksaan fetal assessment yakni
pemeriksaan Nonstress test (NST) dan Ultrasonografi (USG),
dengan indikasi salah satu atau lebh yakni :
(a) Ibu : usia kehamilan 37 minggu atau lebih ; adanya tanda atau
gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif
yaitu setelah 6 jam pengobatan terjadi kenakan desakan darah
atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala
status quo (tidak ada perbaikan).
(b) Janin : hasil fetal assessment jelek (NST & USG) : adanya
tanda intra uterin growth retardation (IUGR).
(c) Hasil laboratorium : Adanya HELLP Syndrome (hemolisis
dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia).
(2) Pengobatan medisinal pasien preeclampsia berat ( dilakukan di
rumah sakit dan atas instruksi dokter) yaitu : segera masuk rumah
sakit; tirah baring miring kesatu sisi; Tanda vital diperiksa setiap
30 menit, reflex patella setiap jam; infuse dextrose 5 % dimana
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
29

setiap 1 liter diselingi dengan infuse RL (60-125 cc/jam) 500 cc:


berikan antasida; diet cukup protein; rendah karbohidrat lemak
dan garam ; Pemberian obat anti kejang MgSO4: diuretikum
tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka.
(3) Antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolis lebih dari 180
mmHg, diastole lebih dari 110 mmHg. Sasaran pengobatan
adalah tekanan diastole kurang dari 105 mmHg (bukan kurang
dari 90 mmHg0 karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis
antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumna.
(4) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, diberikan
obat-obatan antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres
injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan
infuse atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
(5) Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal
4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat
yang sama mulai diberikan secara oral.
(6) Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda
menjurus ke payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan
cedilanid D.
(7) Lain-lain : konsul dengan penyakit dalam/jantung, mata; obatobatan antipiretik diberikan bila suhu rectal lebih 38,5 0C dapat
dibantu dengan pemberian kompres dingin, antibiotic diberikan
atas dasar indikasi. Diberikan ampicilin 1 gr/6 jam/IV/hari;
antinyeri bila penderita kesakita atau gelisah karena kontraksi
uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja,
selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
(c) Eklampsia
1) Definisi
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam
persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya
kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologic) dan/atau koma
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
30

dimana sebelumnya

sudah menunjukan gejala-gejala pre

eklampsia (Erlina, 2008).


2) Gejala dan Tanda
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburknya
preeclampsia dan terjadnya gejala-gejala nyeri kepala di daerah
frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium, dan
hiperefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak diobati
akan timbul kejang terutama pada persalinan bahaya ini besar.
Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkatan yaitu :
a) Tingkat awal atau aura. Keadaan ini berlangsung kira-kira 30
detik. Mata terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar
demikian pula tangannya, dan kepala diputar ke kanan atau
kekiri.
b) Kemudian timbul tingkat kejang tonik yang berlangsung
kurang lebih 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi
kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggemgam, dan
kaki membengkok ke dalam. Pernafasan berhenti, muka
mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
c) Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejang klonik
yang

berlangsung

antara

1-2

menit.

Spasmus

tonik

menghilang. Semua otot berkontraksi berulang-ulang dalam


tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah
dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut keluar
ludah dan berbusa, muka menunjukan kongesti dan sianosis.
Penderita menjadi tidak sadar. Kejang klonk ini dapat
demikian hebatnya, sehingga penderita data terjatuh dari
tempat tidurnya. Akhirnya kejangan terhenti dan penderita
menarik nafas secara mendengkur.
d) Sekarang asuk tingkat koma. Lamanya ketidaksadaran tidak
selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar
lagi, akan tetapi dapat terjadpula bahwa sebelum ini timbul
serangan baru yang berulang, sehingga ia tetap dalam
keadaan koma.
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
31

e) Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi epat dan suhu


meningkat samapai 400 C. Sehingga akibat serangan dapat
terjadi komplikasi seperti lidah tergigit, sehingga terjadi
perlukaan dan fraktura, gangguan pernapasan, solusio
plasenta dan perdarahan otak (prawirohardjo, 2005).
3) Diagnosis
Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran.
Dengan adanya tanda dan gejala preeclampsia yang disusul
dengan serangan kejang seperti yang telah diuraikan, maka
diagnosis eklampsia sudah tidak diragkan.
4) Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha
utama adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita
preeclampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah
ini biasanya terjadi pada preeclampsia berat dan eklampsia
a) Solution plasenta
b) Hipofrinogenemia
c) Hemolisis
d) Perdarahan otak
e) Kelainan mata
f) Edea paru
g) Nekrosis hati
h) Sindroma HELLP
i) Kelainan ginjal
j) Komplikasi lain
k) Prematuritas.
5) Pencegahan Eklampsia
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau
frekuensinya

dikurangi.

Usaha-usaha

untuk

menurunkan

frekuensi eklampsia terdiri atas : meningkatkan jumlah balai


pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita
hamil memeriksakan diri sejak hamil muda, mencari pada tiap
pemeriksaan tanda-tanda pre-eklampsia dan mengobatinya segera
apabila ditemukan, mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada
kehamilan 37 minggu keatas apabila dirawat tanda-tanda
preeclampsia tidak juga dapat hilang (Prawirohardjo, 2005).
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
32

c. Perdarahan Antepartum
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dinggap berbahaya. Perdarahan
pada kehamilan muda disebut dengan keguguran atau abortus sedangkan
pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir
setelah kehamilan 22 minggu. Perdarahan setelah 22 minggu biasanya
lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehami lan 22
minggu. Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan antepartu dibagi
sebagai berikut:
(a) Solusio plasenta
1) Definisi
Solusio plasenta merupakan terlepasnya plasenta yang letaknya
normal pada korpus uteri yang terlepas dar perlekatannya sebelum
janin lahir. Kejadian ini sering terjadi dalam kehamilan trimester
ketiga dan bisa juga pada setiap kehamilan > 22 minggu dengan
berat janin > 500 gram disertai dengan pembekuan darah.
2) Jenis-Jenis Solutio Plasenta
Menurut cara terlepasnya dibagi menjadi : solusio plasenta
parsialis, dimana hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang
terlepas dari tempat perlekatannya, solusio plasenta totalis atau
komplet, dimana plasenta terlepas seluruhnya dari tempat
perlekatannya.
Jenis-Jenis Solusio Plasenta
1) Solusio Plasenta Ringan
Yakni rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil
plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak
mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya. Dengan gejala
perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sikit
sekali, perut terasa agak sakit terus menerus agak tegang.
2) Solusio Plasenta Sedang
Dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetai belum
samapai dua pertiga luas permukaannya, ditandai dengan
perdarahan pervaginam yang kehitam-hitaman, perut mendadak
sakit terus-menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan
perdarahan

pervaginam

walaupun

tampak

sedikit

tetapi

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


33

kemungkinan lebih banyak perdarahan di dalam, ddinding uterus


teraba terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian janin sulit
diraba, apabila janin masih hidup bunyi jantung sukar didengar
dengan stetoskop biasa harus dengan stetoskop ultrasonic.
3) Solusio Plasenta Berat
Plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya lepas. Terjadinya
sangat tiba-tiba biasanya ibunya syok dan janinnya telah
meninggal, uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri,
perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan
syok ibu, perdarahahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi
besar kemungkinan telah terjadi kelainan pebekuan darah.
(b) Etiologi
Solusio plasenta hingga kini belum diketahui penyebabnya dengan
jelas, walaupun beberapa keadaan tertentu dapat menyertai seperti
umur ibu yang tua ( > 35 tahun), karena kekuatan rahim ibu berkurang
pada multi paritas, penyakit hipertensi menahun, karena peredaran
darah ibu terganggu, sehingga suplai darah ke janin tidak ada, trauma
abdomen, seperti jatuh telengkup, tendangan anak yang sedang
digendong, karena pengecilan yang tiba-tiba pada hidramnion dan
gemeli, tali pusat yang pendek, karena pergerakan janin yang banyaka
atau bebas, setelah versi luar sehingga terlepasnya plasenta, karena
tarikan tali pusat.
(c) Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus
yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak
dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang
kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta. Biasanya perdarahan
akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi
menghentikan perdarahannya.
(d) Komplikasi-Komplikasi
Perdarahan pada ibu, syok, koma.
Gangguan pembekuan darah
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
34

Oliguria
Pada janin : asfiksia ringan sampai berat, kematian janin
(e) Cara Melakukan Deteksi Terhadap Kemungkinan
Plasenta

Solusio

Anamnesis : ibu mengeluh terjadi perdarahan disertai rasa nyeri


yang tiba-tiba di perut untuk menentukan tempat terlepasnya
plasenta. Perdarahan pervaginam dengan berupa bekuan darah,
kepala terasa lemah dan pusing, gerakan janin menurun.
Periksa pandang (inspeksi). Pasien tampak gelisah, pucat,
sianosis dan keringat dingin terlihat darah keluar pervaginam.
Palpasi didapatkan hasil fundus teraba naik karena terbentuknya
retroplasenta

hematoma,

uterus

tidak

sesuai

dengan

usia

kehamilan, uterus teraba tegang dank eras seperti papan.


Auskultasi sulit. Karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin
terdengar biasanya diatas 140x/menit, kemudian turun dibawah
100x/menit dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas dari
sepertiganya.
Pada pemeriksaan dalam terba serviks biasanya lebih terbuka
atau masih tertutup. Kalau serviks sudah terbuka, maka ketuban
dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun luar
his.
Hasil pemeriksaan umum. Tekanan darah semula mungkin tinggi
karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi
lambat laun turun dan pasien jatuh syok, nadi cepat dan kecil.
Pemeriksaan Laboratorium. Urin : Protein (-) dan reduksi (-);
albumin (+) pada pemeriksaan sedimen terdapat silider dan lekosit;
darah : hemoglobin (Hb) anemi, pemeriksa golongan darah, kalau
bisa cross match tests.
Pemeriksaan Penunjang : Ultrasonografi (USG), akan dijumpai
perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen.
b. Plasenta Previa
1) Definisi

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


35

Adalah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali


sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum.
Implantasi plasenta yang normal adatau dinding belakang rahim pada
dinding depan atau dinding belakang rahim di daerah fundus uteri.
2) Tingkatan Plasenta Previa
Plasenta previa dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan
tergantung dimana lokasi penempelan plasenta berinsersi antara lain :
Plasenta previa totalis jika seluruh ostium uteri internum tertutup oleh
plasenta; plasenta previa lateralis yakni hanya sebagian dari ostium
tertutup oleh plasenta; plasenta previa marginalis jika hanya pada
pinggir ostium terdapat jaringan plasenta.
3) Etiologi
Perdarahan tanpa alas an dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama
dan pertama dari plasenta previa. Dengan bertambah tuanya
kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi dan serviks
akan lebih membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah
uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang
saxz melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding
uterus, pad saat itulah mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna
merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan oleh solusio
plasenta yang kehitam-hitaman.
4) Gambaran klinik
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi enderita
tidur atau bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak,
sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan tetapi, perdarahan berikutnya
hampir selalu lebih banyak daripada sebelumnya, apalagi kalau
sebelumnya

telah

dilakukan

pemeriksaan

dalam.

Walaupun

perdarahannya sering dikatakan terjad pada trimester ketiga, akan


tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena
sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah uterus
telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Makin rendah letak
plasenta, makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu, perdarahan
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
36

pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta
letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.
5) Diagnosa
Untuk menegakan diagnose pasti plasenta previa maka hal-hal di
bawah ini harus dilakukan antara lain :
a) Anamnesis : perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22
minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan terutama pada
multigravida. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang
lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan menimbulkan penyulit
pada ibu maupun janin dalam rahim.
b) Inspeksi : dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam,
banyak sedikit atau darah beku (stolsel), bila terjadi berdarah
banyak maka ibu terlihat pucat atau anemis.
c) Pemeriksaan fisik ibuk : tekanan darah nadi dan pernapasan dalam
batas normal, tekanan darah, nadi dan pernapasan meningkat,
daerah akral menjadi dingin tampak anemis.
d) Pemeriksaan khusus kebidanan
Palpasi abdomen didapatkan ; janin belum cukup bulan, tinggi
fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan, bagian terendah
janin masih tinggi, karena plasenta berada disegmen rahim, bila
cukup pengalaman bisa dirasakan suat bantalan pada segmen
bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus.
Pemeriksaan denyut jantung janin : bervariasi dari normal
sampai asfiksia dan kematian dalam rahim.
Pemeriksaan inspekulo : dengan memakai speculum secara hatihati, , dilihat dari mana asal perdarahan, apakah dari dalam
uterus atau dari kelainan serviks serviks, vagina, varises pecah.
Pemeriksaan penunjang , sitografi
Pemeriksaan dalam : dilakukan diatas meja operasi dan siap
untuk segera mengambil tindakan.
c. Insersio Velamentosa
1) Definisi
Adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi
pada selaput janin sehingga pembuluh darah umbilikalis berjalan

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


37

diantara amnion dan korion menuju plasenta (Sarwono, Ilmu


Kebidanan.2005).
2) Etiologi
Insersi velamentosa ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda/gemeli,
karena pada kehamilan ganda sumber makanan yang ada pada plasenta
akan menjadi rebutan oleh janin, sehingga dengan adanya rebutan
tersebut akan mempengaruhi penanaman tali pusat.
3) Patofisiologi
Pada insersio velamentosa tali pusat yang dihubungkan dengan
plasenta oleh pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dalam selaput
janin. Kalau pembuluh darah tersebut berjlan di daerah ostium uteri
internum maka disebut vasa previa. Hal ini dapat berbahaya bagi janin
karena bila ketuban pecah pad permukaan persalinan pembuluh darah
dapat ikut robek sehingga terjadi perdarahan intrapartum dan jika
perdarahan banyak kehamilan harus segera diakhiri.
4) Tanda dan Gejala
Tanda dan gejalanya belum diketahi secara pasti, perdarahan pada
insersi velamentosa ini terlihat jika telah terjadi vasa previa yaitu
perdarahan segera setelah ketuban pecah dank arena perdarahan ni
berasal dari anak dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk bisa
juga menyebabkan bayi tersebut meninggal.
Satu-satunya cara mengetahui adanaya insersi velamentosa ini sebelum
terjadinya perdarahan adalah dengan cara USG. Jadi sebaiknya pada
ibu dengan kehamilan gemeli dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan
USG, karena untuk mengantisipasi dengan segala kemungkinan
penyulit yang ada, salah satunya insersio velamentosa ini.
d. Ruptur Sinus Marginalis
1) Definisi
Adalah dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak
berdarah banyak. Apabila trjadi perdarahan pervaginam, warnanya
akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit.
2) Predisposisi

Faktor trauma

Faktor usia Ibu

Faktor penggunaan kokain


[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
38

Faktor kebiasaan merokok


Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Pengaruh lain seperti anemia, malnutrisi,
Semakin tuanya usia kehamilan.

3) Diagnosis
a) Anamnesis : perasaan sakit tiba-tiba di perut
b) Inspeksi : terlihat pasien gelisah, sering mengerang karena
kesakitan, sianosis dan berkeringat dingin
c) Palpasi : teraba tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan tuanya usia
kehamilan, uterus tegang dank eras seperti papan, bagian-bagian
janin masih mudah diraba.
d) Pemeriksaan dalam : serviks uteri terbuka atau tertutup, kalau
terbuka aka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik
sewktu his maupun diluar his.
e) Auskultasi dapat dilakukan walau uterus tegang.
f) Pemeriksaan umum didapatkan tekanan darah semula mungkin
tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,
tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok, nadi
cepat, kecil.
g) Pemeriksaan laboratorium : albumin (+) hemoglobin menurun,
karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan
darah

hipofibrinogenemia,

maka

diperiksa

pula

COT(Clot

Observation Test) tiap 1 jam.


h) Pemeriksaan plasenta
i) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) ditemukan antara lain : terlihat
daerah terlepasnya plasenta, janin dan kandung kemih ibu, darah,
tepian plasenta.
4) Prognosis
Prognosis pada ibu sangat tergantung pada luasnya plasenta yang
terlepas dari dinding uterus. Prognosis janin pada rupture sinus
marginalis kematian janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas dari dinding uterus dan tuanya kehamilan (Sarwono, 2005).
5) Manifestasi Klinik
Perut mungkin terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang.
Uterus yang agak tegang ini harus diwaspadai atau diawasi terus[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
39

menerus apakah akan menjadi lebih tegang karena perdarahan terumenerus. Bagian-bagian janin masih mudah diraba.
6) Komplikasi

Syok perdarahan

Gagal ginjal

Kelainan pembekuan darah


e. Plasenta sirkumvalata
Selama perkembangan korion dan amnion melipat ke belakang di
sekeliling tepi-tepi plasenta. Dengan demikian korion ini masih
berkesinambungan dengan tepi plasenta tetapi perlekatannya melipat
kebelakang pada permukaan foetal.
Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih.
Cincin putih ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di
sebelah luarnya terdiri dari villi yang timbul ke samping, di bawah
desidua. Sebagai akibatnya pinggir plasenta mudah terlepas dari dinding
uterus dan perdarahan ini menyebabkan perdarahan antepartum. Hal ini
tidak dapt diketahui sebelum plasenta diperiksa pada akhir kehamilan.

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


40

EVALUASI
EVALUASI
1. Di bawah ini yang merupakan kelainan dan komplikasi kehamilan TM I
adalah
a. Solutio plasenta
b. Insersi velamentosa
c. Abortus
d. Plasenta previa
Jawab : C
2. Hipertensi yang timbul saat kehamilan tanpa disertai proteinuria adalah.
a. Hipertensi kronik
b. Hipertensi
c. Hipertensi gestasional
d. Pre-eklampsia
Jawab : C
3. Berikut ini gejala klinis dari pre-eklampsia berat, kecuali..
a. TD sistolik > 160 mmHg
b. TD diastolic > 110 mmHg
c. Protein urin tidak ada
d. Trombosit < 100.000 mm3
Jawab : C

[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page


41

Você também pode gostar