Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KEBIDANAN
ASUHAN
KEGAWATDARURATANMATERNAL
MATERNAL
KEGAWATDARURATAN
NEONATAL(BD.305)
(BD.305)
NEONATAL
Mata
Kuliah
Kode
: Bd. 305
Beban Study
Sasaran/P.Study
Alokasi Waktu
: 1 x 60 menit
Pokok bahasan
Dosen
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Pengertian
Yang dimaksud dengan deteksi dini adalah suatu mekanisme yang berupa
pemberian informasi secara tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang
dipilih, agar masyarakat/individu di daerah rawan mampu mengabil tindakan
menghindari atau mengurangi risiko dan mampu bersiap-siap untuk
merespon secara efektif. Atau dapat juga dikatakan bahwa deteksi dini
Hipervolemia
menyebabkan
terjadinya
pengenceran
darah,
mendapat
pasokan
oksigen.
Pada
wanita
hamil,
anemia
hormone
korionik
gonadotropin
dibentuk
berlebihan
( Wiknjosastro, 2005).
(b) Masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini merupakan faktor organic (Wiknjosastro,
2005).
(c) Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga
disebut sebagai salah satu faktor organik (Wiknjosastro, 2005).
(d) Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang rentak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan
[Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan] Page
8
b) Pada jantung menjadi tampak lebih kecil dari biasanya dan beratnya
atrofi jaringan dan sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang
dtemukan perdarahan sub-endokardial.
c) D otak dapat ditemukan ensefalopati Wernicke yaitu dilatasi kapiler
dan perdarahan kecil-kecil didaerah corpora mamilaria ventrikel ketiga
dan keempat.
d) Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada
tubuli kontorti.
4) Patofisiologis
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar hormone esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi
pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormone esterogen ini tidak
jelas, mungkin berasal dari system saraf pusat akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita
hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulanbulan (Wiknjosastro, 2005). Hiperemisis gravidarum yang merupakan
komplikasi mual muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus
dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya
terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologis merupakan
faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastic dengan gejala tidak
suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih
berat (Wiknjosastro, 2005).
Hiperemisis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energy. Karena oksidasi lemak
yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam asetonasetik, asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan
yang
cairan
yang
jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertibunnya zat
metabolic
yang
toksik.
Disamping
dehidrasi
dan
terganggunya
Hiperemisis
juga
kemungkinan
kehamilan
muda
dengan
penyakit
kepada
penderita
bahwa
penyakit
dapat
pneumonia, thypoid
Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alcohol
Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolism
dilanjutkan,
indikasi
dapat
meds).
membahayakan
Biasanya
jiwa
Ibu
perlu mendapatkan
infeksi yang berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik.
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
1) Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur yang telah
dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri (Ilmu
Kebidanan, 2002). Dalam keadaan normal kehamilan terjadi di
intrauterine, nidasi akan terjadi pada endometrium korpus uteri. Dalam
keadaan abnormal implantasi hasil konsepsi terjadi di luar endometrium
rahim. Lebih dari 95 % kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba
Fallopii). Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi
menjadi 5 berikut ini:
- Kehamilan tuba meliputi lebih dari 95 %
- Kehamilan ektopik lain (<5%) antara lain terjadi di serviks uterus,
ovarium atau abdominal.
- Kehamilan intraligamenter
- Kehamilan heterotopik
- Kehamilan ektopik bilateral
2) Etiologi
Kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan
3) GambaranKlinis
Untuk
memeperbaiki
kontraksi
diberikan
pula
sediaan
histerektomi
bila
dilakukan
pemeriksaan
tekanan
intrakranium,
penglihatan
kabur,
fibrin.
Aktivasi
trombosit
menyebabkan
pelepasan
mengalami
pre
eklampsia
sebelumnya,
kegemukan,
ringan
menunjukan
adanya
perbaikan
dari
gejala-gejala
dimana sebelumnya
berlangsung
antara
1-2
menit.
Spasmus
tonik
dikurangi.
Usaha-usaha
untuk
menurunkan
c. Perdarahan Antepartum
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dinggap berbahaya. Perdarahan
pada kehamilan muda disebut dengan keguguran atau abortus sedangkan
pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir
setelah kehamilan 22 minggu. Perdarahan setelah 22 minggu biasanya
lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehami lan 22
minggu. Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan antepartu dibagi
sebagai berikut:
(a) Solusio plasenta
1) Definisi
Solusio plasenta merupakan terlepasnya plasenta yang letaknya
normal pada korpus uteri yang terlepas dar perlekatannya sebelum
janin lahir. Kejadian ini sering terjadi dalam kehamilan trimester
ketiga dan bisa juga pada setiap kehamilan > 22 minggu dengan
berat janin > 500 gram disertai dengan pembekuan darah.
2) Jenis-Jenis Solutio Plasenta
Menurut cara terlepasnya dibagi menjadi : solusio plasenta
parsialis, dimana hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang
terlepas dari tempat perlekatannya, solusio plasenta totalis atau
komplet, dimana plasenta terlepas seluruhnya dari tempat
perlekatannya.
Jenis-Jenis Solusio Plasenta
1) Solusio Plasenta Ringan
Yakni rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil
plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak
mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya. Dengan gejala
perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sikit
sekali, perut terasa agak sakit terus menerus agak tegang.
2) Solusio Plasenta Sedang
Dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetai belum
samapai dua pertiga luas permukaannya, ditandai dengan
perdarahan pervaginam yang kehitam-hitaman, perut mendadak
sakit terus-menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan
perdarahan
pervaginam
walaupun
tampak
sedikit
tetapi
Oliguria
Pada janin : asfiksia ringan sampai berat, kematian janin
(e) Cara Melakukan Deteksi Terhadap Kemungkinan
Plasenta
Solusio
hematoma,
uterus
tidak
sesuai
dengan
usia
telah
dilakukan
pemeriksaan
dalam.
Walaupun
pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta
letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.
5) Diagnosa
Untuk menegakan diagnose pasti plasenta previa maka hal-hal di
bawah ini harus dilakukan antara lain :
a) Anamnesis : perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22
minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan terutama pada
multigravida. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang
lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan menimbulkan penyulit
pada ibu maupun janin dalam rahim.
b) Inspeksi : dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam,
banyak sedikit atau darah beku (stolsel), bila terjadi berdarah
banyak maka ibu terlihat pucat atau anemis.
c) Pemeriksaan fisik ibuk : tekanan darah nadi dan pernapasan dalam
batas normal, tekanan darah, nadi dan pernapasan meningkat,
daerah akral menjadi dingin tampak anemis.
d) Pemeriksaan khusus kebidanan
Palpasi abdomen didapatkan ; janin belum cukup bulan, tinggi
fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan, bagian terendah
janin masih tinggi, karena plasenta berada disegmen rahim, bila
cukup pengalaman bisa dirasakan suat bantalan pada segmen
bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus.
Pemeriksaan denyut jantung janin : bervariasi dari normal
sampai asfiksia dan kematian dalam rahim.
Pemeriksaan inspekulo : dengan memakai speculum secara hatihati, , dilihat dari mana asal perdarahan, apakah dari dalam
uterus atau dari kelainan serviks serviks, vagina, varises pecah.
Pemeriksaan penunjang , sitografi
Pemeriksaan dalam : dilakukan diatas meja operasi dan siap
untuk segera mengambil tindakan.
c. Insersio Velamentosa
1) Definisi
Adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi
pada selaput janin sehingga pembuluh darah umbilikalis berjalan
Faktor trauma
3) Diagnosis
a) Anamnesis : perasaan sakit tiba-tiba di perut
b) Inspeksi : terlihat pasien gelisah, sering mengerang karena
kesakitan, sianosis dan berkeringat dingin
c) Palpasi : teraba tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan tuanya usia
kehamilan, uterus tegang dank eras seperti papan, bagian-bagian
janin masih mudah diraba.
d) Pemeriksaan dalam : serviks uteri terbuka atau tertutup, kalau
terbuka aka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik
sewktu his maupun diluar his.
e) Auskultasi dapat dilakukan walau uterus tegang.
f) Pemeriksaan umum didapatkan tekanan darah semula mungkin
tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,
tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok, nadi
cepat, kecil.
g) Pemeriksaan laboratorium : albumin (+) hemoglobin menurun,
karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan
darah
hipofibrinogenemia,
maka
diperiksa
pula
COT(Clot
menerus apakah akan menjadi lebih tegang karena perdarahan terumenerus. Bagian-bagian janin masih mudah diraba.
6) Komplikasi
Syok perdarahan
Gagal ginjal
EVALUASI
EVALUASI
1. Di bawah ini yang merupakan kelainan dan komplikasi kehamilan TM I
adalah
a. Solutio plasenta
b. Insersi velamentosa
c. Abortus
d. Plasenta previa
Jawab : C
2. Hipertensi yang timbul saat kehamilan tanpa disertai proteinuria adalah.
a. Hipertensi kronik
b. Hipertensi
c. Hipertensi gestasional
d. Pre-eklampsia
Jawab : C
3. Berikut ini gejala klinis dari pre-eklampsia berat, kecuali..
a. TD sistolik > 160 mmHg
b. TD diastolic > 110 mmHg
c. Protein urin tidak ada
d. Trombosit < 100.000 mm3
Jawab : C