Você está na página 1de 36

Bab

5
ANALISA HIDROLOGI DAN IRIGASI

5.1

Umum

Pada Bab ini akn diuraikan hasil analisa perhitungan, baik analisa hidrologi,
irigasi, debit pembuangan (drainasi) dengan menggunakan metodologi yang telah
lazim digunakan dalam perencanaan irigasi. Secara lebih rinci analia selanjutnya
akan disajikan pada Laporan Hidrologi dan Laporan Nota Perhitungan.

5.2

Analisa Hidrologi

Maksud dan tujuan dari analisa hidrologi adalah untuk menghitung potensi air
yang ada pada lokasi rencana Daerah Irigasi yang akan dimanfaatkan,
dikembangkan untuk kepentingan masyarakat sekitarnya. Analisa hidrologi ini
sangat penting artinya dalam tahap disain khususnya untuk perencanaan
bangunan pengairan.

5.2.1 Analisa Data Hujan


Pencatatan muka air di sungai-sungai yang ada di rencana lokasi pekerjaan
belum ada, maka untuk menganalisa debit digunakan data hujan dari stasiun
yang terdekat. Data hujan di daerah irigasi yang dipakai untuk keperluan
hitungan / analisa hujan dipakai stasiun hujan terdekat dan relatif lebih lengkap
dengan karakteristik daerah yang mewakili DAS di sekitar lokasi pekerjaan yaitu
Stasiun Hujan Malinau periode pencatatan sepuluh tahun. Data hujan rerata
bulanan stasiun Malinau ditunjukkan pada Bab II.

5.2.1.1

Curah Hujan Rencana

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan


air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan dan perhitungan
modulus pembuang khususnya desain saluran pembuang. Perhitungan curah
hujan rencana akan dilakukan untuk curah hujan rencana 1 harian maksimum
dan curah hujan 3 harian maksimum.

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-1

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Tabel 5.1 Curah Hujan Maksimum

1
/
n
L

o
)
o
(Sx
o
g
X
b)2

(X
L
g
X

b
)

.
S

x
o2

Curah Hujan
1 harian maks
3 harian maks
214
294
123
199
98
178
125
168
106
233
115
160
101
128
141
199
111
156
99
175

Tahun

1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001

Sumber : Dinas Pertanian Prop. Kalimantan Timur, 2004

5.2.1.2

Uji Abnormalitas

Pemeriksaan penyingkiran/penghapusan data hanya berlaku untuk harga-harga


yang maksimum atau minimum. Harga abnormalitas dan laju abnormalitasnya
(rate of abnormality) adalah , maka harga penyingkirannya yang terbatas 0
yang sesuai dengan laju risiko 0 , dinyatakan dengan persamaam :

Harga abnormalitas diperkirakan dengan menggunakan rumus Iwai :

Dimana :

Pemeriksaan data dilakukan pada nilai curah hujan 214 mm dan 294 mm
diperoleh :
Tabel 5.2 Perhitungan Uji Abnormalitas Curah Hujan 1 Harian Maksimum

(%)

0.05
0.25
0.50
1.25
2.50
5.00
12.50
25.00

99.95
99.75
99.50
98.75
97.50
95.00
87.50
75.00

2000
400
200
80
40
20
8
4

4.423
3.582
3.204
2.700
2.309
1.892
1.293
0.744

Sx.
0.859
0.696
0.622
0.524
0.448
0.367
0.251
0.145

Log (X + b)

X + b

2.2929
2.1296
2.0562
1.9584
1.8824
1.8013
1.6850
1.5785

196.2956
134.7731
113.8157
90.8723
76.2797
63.2904
48.4198
37.8916

279.50
217.98
197.02
174.07
159.48
146.49
131.62
121.09

0 = 0,568 %
= 0,297 %
<0 --> Laju resiko untuk tidak menggunakan X = 214 adalah lebih kecil dari 5
%, maka data harus disingkirkan.

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-2

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Tabel 5.3 Perhitungan Uji Abnormalitas Curah Hujan 3 Harian Maksimum

(%)

0.05
0.25
0.50
1.25
2.50
5.00
12.50
25.00

99.95
99.75
99.50
98.75
97.50
95.00
87.50
75.00

2000
400
200
80
40
20
8
4

4.423
3.607
3.224
2.715
2.320
1.899
1.297
0.746

Sx.
0.258
0.210
0.188
0.158
0.135
0.111
0.076
0.043

Log (X + b)

X + b

2.4853
2.4378
2.4154
2.3858
2.3628
2.3382
2.3032
2.2711

305.6970
274.0013
260.2794
243.1008
230.5550
217.8953
200.9910
186.6783

305.70
274.00
260.28
243.10
230.56
217.90
200.99
186.68

0 = 0,568 %
= 0,356 %
<0 --> Laju resiko untuk tidak menggunakan X = 294 adalah lebih besar dari 5
%, maka data harus disingkirkan.

5.2.1.3

Analisis Frekuensi

Analisis frekuensi dilakukan untuk mencari distribusi yang sesuai dengan data
yang tersedia dari pos-pos hujan yang dipakai sebagai dasar perhitungan. Dalam
kaitannya dengan perencanaan lokasi studi jenis distribusi frekuensi yang dipakai
adalah Distribusi Gumbel, Log Pearson III, dan Log Normal.
Distribusi Log Normal
Distribusi log normal merupakan transpormasi dari distribusi normal, yaitu
dengan mengubah variat X menjadi nilai logaritma variat X. Secara sistematis
distrbusi log-normal ditulis sebagai berikut :
1
P(X) =
. exp (log X X)2
(logX).S (2)
S

Nilai rerata, dengan persamaan :


1
i=n
Ln X =
(ln Xi)
i=1
n

Standard deviasi, dengan persamaan :


i =n

(ln Xi - lnX)2

i=1

S =
n1

Koefisien kepencengan (skewnes), dengan persamaan :


i=n

(ln Xi - lnX)2

i=1

Cs =

(n 1) (n 2) .S13
Koefisien kepuncaan (kurtosis), dengan persamaan :
i=n

n2.

(ln Xi - lnX)2

i=1

Cs =

(n 1) (n 2)(n - 3) .S4

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-3

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Keragaman sample (variasi), dengan persamaan :


S
Cv =
Ln Xi
Ln X dengan persamaan :
Ln X = ln Xi + G. S

Antiln X

X = anti ln X
Dimana :
P(X) = Probabilitas log normal
X
= Nilai variat pengamatan
X
= Nilai rata-rata dari logaritmik variat X
S
= Simpangan baku
Distribusi Log Pearson Type III
Keistimewaan metode Log Pearson Type III adalah dapat digunakan untuk semua
sebaran data. Adapun langkah-langkah analisis frekuensi dengan metode Log
Pearson Type III adalah sebagai berikut :

Nilai rerata, dengan persamaan :


1 i=n
Log X =
(log Xi)
n i=1

Standard deviasi, dengan persamaan :


i =n

(log Xi - logX)2

i=1

S =

n1

Koefisien kepencengan (skewnes), dengan persamaan :


i=n

(log Xi - logX)2

i=1

Cs =

(n 1) (n 2) .S13
Koefisien kepuncaan (kurtosis), dengan persamaan :
i=n

n2.

(log Xi - logX)2

i=1

Ck =
(n 1) (n 2)(n - 3) .S4
Keragaman sample (variasi), dengan persamaan :
S
Cv =
Log Xi

Logaritma X dengan persamaan :

Log X = log Xi + G. S

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-4

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Antilog X

X = anti log X
Dimana :
Log X
Log X
Log Xi
G

=
=
=
=

S1
Cs
Ck
Cv
n

=
=
=
=
=

Logaritma debit atau curah hujan


Logaritma rerata dari debit atau curah hujan
Logaritma debit atau curah hujan tahun ke I
Konstanta Log Pearson Type III, berdasarkan
kepencengan
Simpangan baku
Koefisien kepencengan
Koefisien kurtosis
Keragaman sample (variasi)
Jumlah data

koefisien

Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel dinyatakan dengan persamaan:
XTr

=X + Sx (0,78 y - 0,45)

dengan:

Sx

(Xi X )
(n 1)

T 1
Y Ln Ln

T

dimana :
XTr
=
X
=
Sx
=
y
=
n
=
Xi
=
T
=

Curah hujan dengan kala ulang Tr tahun


Curah hujan tahunan rata-rata
Simpangan baku
Perubahan reduksi
Jumlah data
Data curah hujan
Kala ulang dalam tahun

Bentuk lain dari persamaan Gumbel adalah :


XTr

X + Sx . K

dengan:

Yt Yn
Sn

dimana :
K
Yt
Y n & Sn

= Konstanta
= Reduksi sebagai fungsi dari probabilitas
= Besaran yang merupakan fungsi dari jumlah data (n)

Tabel 5.4
Yt

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

Harga Yt Sebagai Fungsi dari T


T
Yt

5-5

Analisa Hidrologi dan Irigasi

1,01
1,58
2,00
5,00
10,00

-1,53
0,00
0,37
1,50
2,25

20
50
100
200

2,97
3,90
4,60
5,30

Tabel 5.5 Simpangan Baku Tereduksi, Sn


N

10
20
30
40
50
60
70
80
90
100

0,94
1,06
1,11
1,14
1,16
1,17
1,18
1,19
1,20
1,20

0,96
1,06
1,11
1,14
1,16
1,17
1,18
1,19
1,20

0,98
1,07
1,11
1,14
1,16
1,17
1,18
1,19
1,20

0,99
1,08
1,12
1,14
1,16
1,17
1,18
1,19
1,20

1,00
1,08
1,12
1,14
1,16
1,18
1,18
1,19
1,20

1,02
1,09
1,12
1,15
1,16
1,18
1,18
1,19
1,20

1,03
1,09
1,13
1,15
1,16
1,18
1,19
1,19
1,20

1,04
1,10
1,13
1,15
1,17
1,18
1,19
1,19
1,20

1,04
1,10
1,13
1,15
1,17
1,18
1,19
1,19
1,20

1,05
1,10
1,13
1,15
1,17
1,18
1,19
1,20
1,20

Tabel 5.6 Rata-rata Tereduksi, Yn


N

10
20
30
40
50
60
70
80
90
100

0,495
0,523
0,536
0,543
0,548
0,552
0,554
0,556
0,558
0,560

0,499
0,525
0,537
0,544
0,549
0,552
0,555
0,557
0,558

0,503
0,526
0,538
0,544
0,549
0,552
0,555
0,557
0,558

0,507
0,528
0,538
0,545
0,549
0,553
0,555
0,557
0,559

0,510
0,529
0,539
0,545
0,550
0,553
0,555
0,557
0,559

0,512
0,530
0,540
0,546
0,550
0,553
0,555
0,558
0,559

0,515
0,532
0,541
0,546
0,550
0,553
0,556
0,558
0,559

0,518
0,533
0,541
0,547
0,551
0,554
0,556
0,558
0,559

0,520
0,534
0,542
0,547
0,551
0,554
0,556
0,558
0,559

0,522
0,535
0,543
0,548
0,551
0,554
0,556
0,558
0,559

Berdasarkan persamaan distribusi frekwensi di atas, maka curah hujan rancangan


(R1 maks dan R3 maks) untuk tiap kala ulang dengan berbagai distribusi dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.7 Perhitungan Analisis Frekuensi (R1) Metode Log Normal
No
1

Tahun
1993

X
123

Ln X
4.81

Tr
2

Z
0.000

Ln Xt
4.722

Xt
112

1994

98

4.58

-0.1375

1995

125

4.83

0.1058

0.0189

0.842

4.826

125

0.0112

10

1.282

4.880

1996

106

4.66

132

-0.0590

0.0035

25

1.751

4.938

140

1997

115

1998

101

4.74

0.0224

0.0005

50

2.054

4.975

145

4.62

-0.1074

0.0115

100

2.326

5.009

1999

150

141

4.95

0.2263

0.0512

200

2.576

5.040

154

2000

111

4.71

-0.0130

0.0002

1000

3.090

5.103

165

2001

99

4.60

-0.1274

0.0162

0.0000

0.1213

Rata-rata

( Ln X Ln X) ( Ln X Ln X)2
0.0897
0.0080

42.50

Jumlah

42.50

Tabel 5.8 Perhitungan Analisis Frekuensi (R1) Metode Log Pearson III
No Tahun

Log X (LogX-LogX) ( Ln X Ln X)2

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

( Ln X Ln X)3

Tr

Xt

5-6

Analisa Hidrologi dan Irigasi

1993

123

2.09

0.0390

0.0015

0.0001

-0.105

111.00

1994

98

1.99

-0.0597

0.0036

-0.0002

0.796

124.03

1995

125

2.10

0.0460

0.0021

0.0001

10

1.330

132.45

1996

106

2.03

-0.0256

0.0007

0.0000

25

1.949

142.95

1997

115

2.06

0.0097

0.0001

0.0000

50

2.377

150.67

1998

101

2.00

-0.0466

0.0022

-0.0001

100

2.780

158.35

1999

141

2.15

0.0983

0.0097

0.0009

200

3.165

2000

111

2.05

-0.0056

0.0000

0.0000

2001

99

2.00

-0.0553

0.0031

-0.0002

0.0000

0.0229

0.0006

Rata-rata

2.051

Jumlah

18.46

No
1

1000 3.980

Tabel 5.9 Perhitungan Analisis Frekuensi (R1) Metode Gumbel


Tahun
X
Data Terurut
Tr
YT
1993
123
141
2
0.3665

166.03
183.55

XT
110.86

1994

98

125

1.4999

123.55

1995

125

123

10

2.2504

131.96

1996

106

115

25

3.1985

142.57

1997

115

111

50

3.9019

150.45

1998

101

106

100

4.6001

158.26

1999

141

101

200

5.2958

166.05

2000

111

99

1000

6.9073

184.09

2001

99

98

Parameter Statistik
14.36

Simpangan Baku (Sx)

113.22

Rata-rata ( X )

Denga cara yang sama , maka untuk analisis frekwensi hujan 3 harian maksimum
adalah sebagai berikut :
Tabel 5.10 Perhitungan Analisis Frekuensi untuk Hujan 3 Harian Maks
Tr
2

Log Normal
175

Log Pearson III


176

Gumbel
172

202

203

199

10

218

217

217

25

236

234

239

50

249

245

256

100

261

255

272

200

272

265

289

1000

298

306

327

Berdasarkan ke-3 analisis frekwensi di atas mempunyai syarat parameter statistik


untuk masing-masing metode yaitu :
EJ. Gumbel
: Ck=5.4, Cs = 1.14
Log Normal
: Cs =3.Cv
Log Pearson III
: bebas
Dari hasil perhitungan , maka diperoleh nilai parameter statistik untuk analisis
frekwensi etode Log Normal dan Gumbel yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 5.11 Hasil Perhitungan Parametr Staistik untuk Hujan 1 Hr Maks


System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-7

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Parameter
Simpangan Baku (S)
Skewnes (Cs)
Kutosisi (Ck)
Variasi (Cv)
3.Cv

Log Normal
0.12
0.64
3.75
0.03
0.09

Gumbel
14.36
0.84
4.22
1.60
4.80

Berdasarkan Perhitungan penentuan parameter statistik untuk hujan maksimum


1 harian, maka diperoleh kesimpulan distribusi Log Normal dan Distribusi Gumbel
tidak dapat dipakai, sehingga yang dipakai adalah distribusi Log Pearson III.

5.2.1.4

Uji Kesesuaian Distribusi

Pemeriksaan uji kesesuaian distribusi ini dimaksudkan untuk menentukan apakah


data curah hujan harian maksimum tersebut benar-benar sesuai dengan distribusi
teoritis yang dipakai. Pengujian kesesuaian distribusi yang akan dipakai adalah
Chi-Kuadrat (Chi-Square) dan Smirnov-Kolmogorov.
A.
Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji kesesuaian Smirnov-Kolmogorov ini digunakan untuk menguji simpangan
secara mendatar. Uji ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
Data curah hujan diurutkan dari kecil ke besar
Menghitung besarnya harga probabilitas dengan persamaan Weilbull:

P( x )

m
x 100%
( n 1 )

Dimana :
P
=
m
=
n
=

Probabilitas (%)
Nomor urut data
Jumlah data
Tabel 5.12 Nilai kritis ( cr) dari Smirnov-Kolmogorov
Jumlah
Kerajat Kepercayaan ()
Data
0.20
0.10
0.05
0.01
(n)
5
0.45
0.51
0.56
0.67
10
0.32
0.37
0.41
0.49
15
0.27
0.30
0.34
0.40
20
0.23
0.26
0.29
0.36
25
0.21
0.24
0.27
0.32
30
0.19
0.22
0.24
0.29
35
0.18
0.20
0.23
0.27
40
0.17
0.19
0.21
0.25
45
0.16
0.18
0.20
0.24
50
0.15
0.17
0.19
0.23

N > 50

1.07
n

1.22
n

1.36
n

1.63
n

Tabel 5.13 Uji Smirnov-Kolmogorov Log Pearson III Hujan1 harian Maks.

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-8

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Log X

X terurut

P(x)
= m/(n+1)

P(x<)

f(x)
= (x-x).s

P'(x)

P'(x<)

2.090

2.149

0.100

0.900

1.838

0.967

0.033

0.067

1.991

2.097

0.200

0.800

0.860

0.805

0.195

0.005

2.097

2.090

0.300

0.700

0.729

0.767

0.233

0.067

2.025

2.061

0.400

0.600

0.182

0.572

0.428

0.028

2.061

2.045

0.500

0.500

-0.105

0.458

0.542

0.042

2.004

2.025

0.600

0.400

-0.480

0.316

0.684

0.084

2.149

2.004

0.700

0.300

-0.872

0.192

0.808

0.108

2.045

1.996

0.800

0.200

-1.034

0.150

0.850

0.050

1.996

1.991

0.900

0.100

-1.117

0.132

0.868

0.032

Maks.

0.108

Rerata, X
Simpangan Baku, s

2.05
0.05

Untuk n =9 dengan derajat kepercayaan = 5 % didapat kritis = 0,440, maka


Maks < Kritis distribusi Log Pearson III dapat dipakai.
Tabel 5.14 Uji Smirnov Kolmogorov Log Pearson III Hujan 3 harian Maks.
m

Log X

X terurut

P(x)
= m/(n+1)

P(x<)

f(x)
= (x-x).s

P'(x)

P'(x<)

5.293

5.451

0.100

0.900

1.665

0.952

0.048

0.052

5.182

5.293

0.200

0.800

0.747

0.772

0.228

0.028

5.124

5.293

0.300

0.700

0.747

0.772

0.228

0.072

5.451

5.182

0.400

0.600

0.098

0.539

0.461

0.061

5.075

5.165

0.500

0.500

-0.001

0.499

0.501

0.001

4.852

5.124

0.600

0.400

-0.239

0.406

0.594

0.006

5.293

5.075

0.700

0.300

-0.523

0.300

0.700

0.000

5.050

5.050

0.800

0.200

-0.671

0.251

0.749

0.051

5.165

4.852

0.900

0.100

-1.822

0.034

0.966

0.066

Maks.

0.072

5.17

Rerata, X
Simpangan Baku, s

0.17

Untuk n =9 dengan derajat kepercayaan = 5 % didapat kritis = 0,440, maka


Maks < Kritis distribusi Log Pearson III dapat dipakai.
B.
Uji Chi-Kuadrat
Uji kesesuaian Chi-Kuadrat merupakan suatu ukuran mengenai perbedaan yang
terdapat antara frekuensi yang diamati dan yang diharapkan. Uji ini digunakan
untuk menguji simpangan secara tegak lurus, yang ditentukan dengan rumus :

(oi ei )

ei

2
Hit

Dimana :
2hit =
ei
oi

Parameter Chi-Kuadrat terhitung


=
Frekuensi teoritis
=
Frekuensi pengamatan

Uji ini akan sangat baik dilakukan apabila frekuensi pengamatan minimal 5 buah.
Apabila frekuensi amatan lebih kecil dari 5 buah maka dilakukan penggabungan
kelas interval.
Langkah perhitungan :

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-9

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Menentukan interval kelas


Dari analisis frekuensi diketahui nilai rata-rata, (X); simpangan baku, Sx
Harga 2cr didapat dari Tabel, dengan menentukan taraf signifikan () dan
derajat kebebasannya (Dk), sedangkan derajat kebebasan dapat dihitung
dengan persamaan :
Dk = k ( p + 1)
Dimana :
Dk = Harga derajat kebebasan
k = Jumlah interval data (n = 9)
p = Parameter (2)
Bila harga 2Hit< 2cr maka dapat disimpulkan bahwa penyimpangan yang
terjadi masih dalam batas-batas yang diijinkan.

DK

Tabel 5.15 Harga Kritis 2 cr untuk Berbagai Tingkat Kepercayaan

0,95

0,75

0,5

0,2

0,1

0,05

0,01

0,004

0,102

0,455

1,642

2,706

3,841

6,635

0,103

0,575

1,386

3,219

4,605

5,991

9,210

0,352

1,213

2,366

4,642

6,251

7,815

11,345

0,711

1,923

3,357

5,989

7,779

9,488

13,277

1,145

2,675

4,351

7,289

9,236

11,070

15,086

Tabel 5-16 Uji Chi Kwadrat Log Pearson III Hujan 1 Harian Maks.
m

LogX

Log X terurut

P =1/T

T=1/P

Log X

Xt

2.090

2.149

0.750

1.333

-0.773

2.010

102.233

1.991

2.097

0.500

2.000

-0.105

2.045

111.000

2.097

2.090

0.250

4.000

0.496

2.077

119.526

2.025

2.061

2.061

2.045

Probabilitas
< 102,233

EF
3.00

OF
2.25

EF-OF
0.75

(EF-OF)2/EF
0.19

2.004

2.025

102.233 - 111.000

2.00

2.25

-0.25

0.03

2.149

2.004

111.000 - 119.526

1.00

2.25

-1.25

1.56

2.045

1.996

> 119,526

3.00

2.25

0.75

0.19

1.996

1.991

Total

9.00

9.00

0.00

1.97

Rerata, X
Simpangan Baku, s

2.051
0.053

X2 =(Ef-Of)2/Ef

1,97

X2 hitung = 1,97 pada derajat kebebasan 4-2-1 = 1.Berdasarkan Tabel Distribusi Chi
Kwadrat, besarnya peluang untuk mencapai x2 lebih dari 50 70 %, oleh karena
besarnya peluang lebih besar 5%, maka distribusi Log Pearson III dapat diterima,
atau untuk untuk DK = K (P+1) = 4-(2+1) = 1 dengan derajat kepercayaan =
5% didapat X2 kritis = 3.841 > X2 hit distribusi Log Pearson III dapat diterima.
Tabel 5.16 Uji Chi Kwadrat Log Pearson III Hujan 3 Harian Maks.
m

LogX

Log X terurut

P =1/T

T=1/P

Log X

Xt

2.299

2.367

0.750

1.333

-0.736

2.188

154.251

2.250

2.299

0.500

2.000

0.028

2.245

175.893

2.225

2.299

0.250

4.000

0.575

2.286

193.220

2.367

2.250

Probabilitas

EF

OF

EF-OF

(EF-OF)2/EF

2.204

2.243

< 154,251

1.00

2.25

-1.25

1.56

2.107

2.225

154,251 - 175.893

4.00

2.25

1.75

0.77

2.299

2.204

175,893 - 193.220

1.00

2.25

-1.25

1.56

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-10

Analisa Hidrologi dan Irigasi

2.193

2.193

> 193,220

3.00

2.25

0.75

0.19

2.243

2.107

Total

9.00

9.00

0.00

4.08

Rerata, X

2.266

Simpangan Baku, s

0.100

X2 =(Ef-Of)2/Ef

3,08

X2 hitung = 3,08 pada derajat kebebasan 4-2-1 = 1.Berdasarkan Tabel Distribusi Chi
Kwadrat, besarnya peluang untuk mencapai x2 lebih dari 50 70 %, oleh karena
besarnya peluang lebih besar 5%, maka distribusi Log Pearson III dapat diterima,
atau untuk untuk DK = K (P+1) = 4-(2+1) = 1 dengan derajat kepercayaan =
5% didapat X2 kritis = 3.841 > X2 hit distribusi Log Pearson III dapat diterima.

5.2.1.5

Distribusi Hujan

Distribusi hujan (agihan hujan) jam-jaman ditetapkan metode empiris, karena di


lokasi studi
tidak terdapat data hujan jam-jaman. Pola distribusi hujan
ditetapkan dengan mengacu pada tabel yang diambil dari PSA 007. Distribusi
hujan disusun dalam bentuk genta (bell shape), dimana hujan tertinggi
ditempatkan di tengah, tertinggi kedua disebelah kiri, tertinggi ketiga disebelah
kanan dan seterusnya.
Tabel 5.17 Intensitas Hujan Dalam % yang Disarankan PSA 007
Durasi Hujan (jam)

Kala Ulang
(tahun)

0,50

0,75

12

24

32

41

48

60

67

79

88

100

32

41

48

59

66

78

88

100

10

30

38

45

57

64

76

88

100

25

28

36

43

55

63

75

88

100

50

27

35

42

53

61

73

88

100

100

26

34

41

52

60

72

88

100

200

26

34

41

51

59

71

88

100

1.000

25

32

39

49

57

69

88

100

10.000

22

28

35

45

53

65

88

100

PMP

20

27

34

45

52

64

88

100

Sedangkan durasi hujan terpusat diasumsikan selama 6 jam.

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-11

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Distribusi Hujan Jam -jam an


80
70

Inte ns itas (%)

60
50
40
30
20
10
0
1

Waktu (jam )
Gambar 5.1 Distribusi Hujan Jam-Jaman Berdasarkan PSA 007

5.2.1.6

Limpasan Langsung

Limpasan langsung adalah bagian dari curah hujan total yang menghasilkan
limpasan langsung (dirrect run-off). Jadi limpasan langsung adalah curah hujan
total dikurangi kehilangan pada awal hujan turun akibat intersepsi dan infiltrasi.
Infiltrasi diperkirakan dengan menggunakan Metode Horton.
Fp

= fc + (f0-fc) e-kt

Dimana :
fp
: kapasitas infiltrasi pada waktu t (mm)
fc
: harga akhir dari infiltrasi
f0
: kapasitas infiltrasi permulaan yang tergantung dari hujan sebelumnya,
dapat diperkirakan 50-80 % dari curah hujan total
k
: konstanta yang tergantung dari tekstur tanah
t
: waktu sejak mulai hujan
Tabel 5.18 Hasil Perhitungan Limpasan Langsung Berdasarkan Infiltrasi Metode Horton
t

TR (tahun)

(jam)
0

(mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam)


0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

10

25

50

100

200

1000

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

1.77

2.09

2.57

3.10

3.42

3.77

4.03

0.00
4.74

11.62

13.09

14.71

16.56

17.75

19.00

20.04

22.74

77.17

85.75

89.66

95.36

99.00

103.06

107.46

117.01

6.71

7.60

8.58

9.69

10.41

11.17

11.79

13.43

3.25

3.75

4.28

4.89

5.29

5.71

6.06

6.96

Sumber : Hasil Perhitungan

5.2.2 Analisa Debit Banjir Rancangan

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-12

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Debit banjir yang dipergunakan dalam studi ini adalah berdasarkan data-data
hujan dari Stasium Nunukan. Dari analisa curah hujan yang telah diuraikan
sebelumnya dapat ditentukan bahwa curah hujan dengan periode ulang T tahun
untuk masing-masing daerah aliran sungai. Data curah hujan tersebut
selanjutnya dipakai sebagai dasar perencanaan debit banjir.
Dalam SID ini dipergunakan metode debit banjir rancangan cara hidrograf satuan
sintetik Nakayasu.
Rumus hidrograf satuan sintetik dari Nakayasu adalah sebagai berikut:

Qp

C . A.Ro
3,6(0,3T p

Dengan:
Qp =
C
=
Ro =
Tp
=
T0,3

T0,3 )

debit puncak banjir (m3/detik)


koefisien pengaliran
hujan satuan (mm)
tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam)
waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak.

Tenggang waktu:
Tp = tg + 0,8 tr
Untuk: L
<
15 km tg = 0,21 L0,7
L
>
15 km tg = 0,4 + 0,058 L
tr
=
0,5 tg sampai tg
T0,3
=
.tg
Dengan:
L
=
panjang alur sungai (km)
tg
=
waktu konsentrasi (jam)
Untuk:
daerah pengaliran biasa = 2
bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat = 1,5
bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat = 3
i

tr
tr

0.8tr
t

tg
Lengkung turun

Lengkung naik

Qp

0.3Q
0.3

Tp

0,3

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

1.5 T 0,3

Qp
t

5-13

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Persamaan lengkung hidrograf satuan Nakayasu adalah sebagai berikut:


2 ,4
t

Qa Q p
T
p
dimana:
Qa
= limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/detik)
t
= waktu (jam)
Bagian lengkung turun (decreasing limb)
t-T p
T0,3

Qd 0,3Q p : Qd Q p . 0,3

1-Tp 0,5T
0,3
2

0,3Q p Qd 0,3 Q p : Qd Q p . 0,3

2T0,3

1-T p 1,5T
0,3
2

0,3 Q p Qd : Qd Q p . 0,3

2T0,3

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-14

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Gambar 5.2

Gambar DAS di Site Embung Kaliamok & Semelandung

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-15

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Gambar 5. 3 Gambar DAS di Site Embung Bengaris

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-16

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Gambar 5.4 Hidrograf Satuan Sintetis DAS Kaliamok

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-17

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Gambar 5.5 Hidrogaraf Satuan Sintetik DAS Semelandung

Gambar 5.6 Hidrogaraf Satuan Sintetik Nakayasu DAS Bengaris

DAS

Tabel 5.19 Hasil Perhitungan Debit Banjir


Debit Maksimun (m3/dt)
Tr2
Tr5
Tr10 Tr25 Tr50 Tr100 Tr200 Tr1000

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-18

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Kaliamok
Semelandung
Bengaris

11.83 12.86 13.33


7.10 7.80 8.13
22.35 24.40 25.39

14.02
8.60
26.81

14.47
8.90
27.72

14.96
9.23
28.72

15.49
9.59
29.79

16.64
10.38
32.14

Sumber : Hasil Perhitungan

5.3

Analisa Irigasi

Dalam analisa irigasi ini dilakukan analisa dan perhitungan yang meliputi analisa
evapotranspirasi, pola tanam, analisa kebutuhan air, analisa ketersediaan air,
analisa kesetimbangan air (water balance) dan analisa debit pembuang di areal
irigasi. Penentuan alternatif pola tanam dilakukan guna menentukan kebutuhan
air tanaman yang selanjutnya akan digunakan dalam menentukan neraca air di
waduk, pada prinsipnya dalam menentukan neraca air di waduk diupayakan
kebutuhan air irigasi sepanjang waktu dapat terpenuhi dengan debit andalan
yang telah ditentukan dalam pekerjaan in adalah 80% kejadian. Berdasarkan
pertimbangan ini, maka dalam menentukan waktu/masa tanam dilakukan coba
banding (trial & eror) sehingga diperoleh hasil yang optimal dalam memanfaatkan
debit andalan.

5.3.1 Evapotranspirasi
Besaran evapotranspirasi
dihitung memakai cara Penman modifikasi (FAO),
dengan masukan data iklim berikut: letak lintang, temperatur, kelembaban relatif,
kecepatan angin dan lama penyinaran matahari.
Persamaan Penman dirumuskan sebagai berikut:
Eto
=
c [ W . Rn + (1-W). f(u). (ea-ed) ]
dengan:
Eto
= evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
W
= faktor temperatur
Rn
= radiasi bersih (mm/hari)
f(u)
= faktor kecepatan angin
(ea-ed
= perbedaan antara tekanan uap air pada temperatur rata-rata
dengan tekanan uap jenuh air (m bar)
c
= Angka koreksi Penman
Untuk kondisi iklim Indonesia dimana RH cukup tinggi dan kecepatan angin
antara rendah dan sedang, harga c tersebut berkisar antara 0,86 sampai dengan
1,1. Menggunakan perkiraan data rerata tersebut dan angka perbandingan
kecepatan angin siang dan malam tidak terlalu berbeda, harga c untuk Indonesia
disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.20 Angka Koreksi Penman
Bln

Jan

Peb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sep

Okt

Nop

Des

1,10

1,10

1,00

0,90

0,90

0,90

0,90

1,00

1,10

1,10

1,10

1,10

dengan:
W=

_______
+

0.386

P
L

L =595 - 0.51T
System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-19

Analisa Hidrologi dan Irigasi

P =1013 - 0.1055E

=2(0.00738T+0.8072)T-0.00116
Rn =Rns - Rn1
Rns =( 1 - ) Rs
Rs =( a + b n/N ) Ra
Rn1 =f (t) f (ed) f(n/N)
Ed =ea Rh
Ea
0.000019(1.8T+48)+0.001316 ))
Ud =

U 2 Ur
43.2 1 Ur

Ur =

Ud
Un

=33.8639((0.00738Tc+0.8072)8-

dimana :
E
= elevasi diatas muka laut
Ur
= kecepatan rasio
Ud
= kecepatan angin siang
Un
= kecepatan angin malam

= Albedo atau faktor pantulan


Tabel 5.21 Besarnya Albedo
0.06
0.12 0.15
0.08 0.09
0.2

Air terbuka
Batu
Rumput
Tanaman hijau
Nilai fungsi-fungsi :
f (u)

0.27 ( 1+ u/100)
11.25 . 1.0133T

f (T)
=
f (ed)
=
0.34 - 0.044 ed
f (n/N)
=
0.1 + 0.9 n/N
Reduksi pengurangan temperatur karena ketinggian elevasi daerah pengaliran
diambil menurut rumus:
T

(X - 0.006 H)C

dengan :
T
=
suhu udara (C)
X
=
suhu udara di daerah pencatatan klimatilogi (C)
H
=
perbedaan elevasi antara lokasi dengan stasiun pencatat (m)
Koreksi kecepatan angin karena perbedaan elevasi pengukuran diambil
menurut rumus:
Ul
=
Up * (Ll /Lp )1/7
Dengan :
Ul
=
Up
Ll

=
=

kecepatan angin dilokasi perencanaan


kecepatan angin dilokasi pengukuran
elevasi lokasi perencanaan

Lp
=
elevasi lokasi pengukuran
Reduksi terhadap lama penyinaran matahari untuk lokasi perencanaan mengikuti
rumus berikut:
n/Nc =
n/N - 0.01 ( Ll - Lp )
dengan :
n/Nc =
lama penyinaran matahari terkoreksi
System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-20

Analisa Hidrologi dan Irigasi

n/N
Ll

=
=

Lp
=
a dan b =

lama penyinaran matahari terukur


elevasi lokasi perencanaan
elevasi lokasi pengukuran
Konstanta yang tergantung kepada letak suatu tempat di atas
bumi
Untuk daerah tropik dapat diambil nilai untuk a =0.28; b=0.48

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-21

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Tabel 5.22 Evapotranspirasi Metode Penmann Modifikasi


No

U RAIAN

Temp. rata bulanan

Ea

Kelembaban relatif, RH

Ed

(Ea-Ed)

Kecepatan Angin. U
Kecepatan Angin. U

f(u)

B U LAN

Satuan

Keterangan

data

26.70 26.60 26.90 27.60 27.80 27.00 26.90 26.90 27.30 27.00 27.80 27.00

m bar

tabel

34.83 34.83 35.25 36.94 37.37 35.66 35.25 35.25 36.09 35.66 37.37 35.66

data

83.00 84.00 84.00 84.00 84.00 83.00 86.00 84.00 83.00 84.00 82.00 86.00

m bar

Jan

Peb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sep

Okt

Nop

Des

Ea(RH/100) 28.91 29.26 29.61 31.03 31.39 29.60 30.32 29.61 29.95 29.95 30.64 30.67

m bar

hitung

km/hari

data

5.92

5.57

5.64

5.91

5.98

6.06

4.94

5.64

6.14

5.71

6.73

4.99

26.69 22.24 22.24 22.24 22.24 22.24 22.24 22.24 22.24 22.24 22.24 22.24

m/det

hitung

0.31

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

km/hari

hitung

0.34

0.33

0.33

0.33

0.33

0.33

0.33

0.33

0.33

0.33

0.33

0.33

tabel

0.761 0.761 0.763 0.771 0.773 0.765 0.763 0.763 0.767 0.765 0.773 0.765
0.239 0.239 0.237 0.229 0.227 0.235 0.237 0.237 0.233 0.235 0.227 0.235

(1-W)

mm/hari

hitung

10

Ra

mm/hari

tabel

12

Penyinaran Matahari, n/N

13

(0,25+0,54n/N)

14

14.5

15.2

15.6

15.4

14.8

14.3

14.5

14.5

15.3

15.2

14.7

14.3

data

hitung

0.50

0.40

0.53

0.50

0.51

0.44

0.46

0.43

0.50

0.39

0.47

0.46

Rs=Ra(0,25+0,54 n/N)

mm/hari

hitung

7.31

6.00

8.17

7.73

7.59

6.28

6.66

6.29

7.71

5.85

6.91

6.56

15

Rns=(1-A)Rs ,A=0,25

mm/hari

hitung

5.48

4.50

6.13

5.80

5.69

4.71

4.99

4.72

5.78

4.39

5.18

4.92

16

f(t)

tabel

17

f(Ed)

hitung

0.10

0.10

0.10

0.09

0.09

0.10

0.10

0.10

0.10

0.10

0.10

0.10

18

f(n/N)

hitung

0.52

0.34

0.56

0.52

0.54

0.42

0.45

0.41

0.52

0.33

0.47

0.45

19

Rn1=f(t) f(Ed) f(n/N)

hitung

0.87

0.56

0.90

0.81

0.82

0.67

0.71

0.66

0.84

0.52

0.74

0.70

20

tabel

1.10

1.10

1.00

0.90

0.90

0.90

0.90

1.00

1.10

1.10

1.10

1.10

25

ETo=C [W.(Rns Rn1) + (1-W).f(u).(Ea-Ed)

mm/hari

hitung

4.04

3.48

4.43

4.25

4.17

3.51

3.62

3.54

4.31

3.45

3.99

3.66

26

ETo =(25) x bulan

mm/bln

hitung

125.3

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

47.00 27.00 51.00 47.00 49.00 35.00 39.00 34.00 47.00 25.00 41.00 39.00

16.02 16.02 16.06 16.22 16.26 16.10 16.06 16.06 16.14 16.10 16.26 16.10

97.4 137.3 127.6 129.2 105.3 112.1 109.7 129.3 106.9 119.7 113.4

5-22

Analisa Hidrologi dan Irigasi

5.3.2 Analisa Ketersediaan Air


Perhitungan ketersediaan air/debit andalan pada Daerah Aliran Sungai di lokasi
D.I Kaliamok menggunakan metoda perhitungan : Simulasi DR FJ. Mock. Metode
Simulasi Mock ini memperhitungkan data curah hujan, evapotranspirasi, dan
karakteristik hidrologi daerah pengaliran sungai, dengan asumsi dan data yang
diperlukan. Untuk lebih jelasnya, komponen-komponen perhitungan simulasi
Mock, dapat dilihat sebagai berikut :
Evapotranspirasi Terbatas
Evapotranspirasi
terbatas
adalah
:
evapotraspirasi
aktual
dengan
mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta curah hujan.
Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas ini diperlukan data:

Curah hujan setengah bulanan (P)

Jumlah hari hujan setengah bulanan (n)

Jumlah permukaan kering setengah bulanan (d), dihitung dengan asumsi


bahwa tanah dalam satu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu
menguap sebesar 4 mm. (Dalam referensi Mock, SMC sekitar 150 200 mm
per bulan).

Exposed surface (m %), ditaksir dari peta tata guna tanah, atau dengan
asumsi:
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat
m = 0% pada akhir musim hujan dan bertambah 10% setiap bulan kering
untuk lahan sekunder
m = 10-40% untuk lahan yang terisolasi
m = 20-50% untuk lahan pertanian yang diolah.

Persamaan Evapotranspirasi terbatas sebagai berikut:


Et=Ep-E. (1)
Er=Ep(d/30)..... (2)
Dari data n dan d stasiun hujan di sekitar proyek akan diperoleh persamaan
sebagai berikut:
d=an+b . (3)
Dimana a dan b adalah konstanta akibat hubungan n (jumlah hari hujan) dan d
(jumlah permukaan kering)
Substitusi dari persamaan (3) dan (2), diperoleh:
Er/Ep=m/30.(a.n+b)......(4)
Keseimbangan Air di Permukaan Tanah
Keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh jumlah air yang masuk ke dalam
permukaan tanah dan kondisi tanah itu sendiri. Data yang diperlukan adalah:

P - Et , adalah perubahan air yang akan masuk ke permukaan tanah.

Soil storage, adalah perubahan volume air yang ditahan oleh tanah yang
besarnya tergantung pada (P-Et), soil storage bulan sebelumnya.

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-23

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Soil Moisture, adalah volume air untuk melembabkan tanah yang besarnya
tergantung (P-Et), soil storage, dan soil moisture bulan sebelumnya.

Kapasitas soil moisture, adalah volume air yang diperlukan untuk mencapai
kapasitas kelengasan tanah.

Water Surplus, adalah volume air yang akan masuk ke dalam permukaan
tanah, yaitu : water surplus = (P-E t) - soil storage, dan 0 jika (P-E t)< soil
storage.

Ground Water Storage


Nilai run off dan ground water besarnya tergantung dari keseimbangan air dan
kondisi tanahnya. Data yang diperlukan adalah:
Koefisien infiltrasi = I diambil 0,2 - 0,5
Faktor resesi aliran air tanah = k, diambil 0,4-0,7
Initial storage, adalah volume air tanah yang tersedia di awal perhitungan.
Persamaan:
In
= Water Surplus x I
V
= k. V(n-1) + 0,5 (1+k) In
A
= Vn - Vn-1
dimana:
In
= infiltrasi volume air yang masuk ke dalam tanah
V
= volume air tanah
Vn
= perubahan volume air tanah bulan ke-n
V(n-1) = volume air tanah bulan ke (n-1)
I
= koefisien infiltrasi
A
= volume tampungan per bulan
Aliran Sungai

Interflow
Direct Run Off
Base Flow
Run Off

=
=
=
=

Infiltrasi - Volume air tanah (mm)


Water Surplus - Infiltrasi (mm)
Aliran sungai yang selalu ada sepanjang tahun(m3/dt)
Interflow + Direct Run Off + Base Flow (m3/dt)

Perhitungan ketersediaan air untuk masing-masing DAS menggunakan debit


andalan dengan peluang keandalan 80 % terpenuhi dan 20 % tidak terpenuhi /
gagal. Hasil perhitungan debit andalan Q80 adalah sebagai berikut :
Tabel 5.23

Hasil Analisa Debit Andalan (Q 80)


Debit Andalan (Q80)

Nama Sungai

Jan

Peb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nop

Des

S. Kaliamok

0.019

0.006 0.005 0.017 0.008 0.014 0.008 0.029 0.011 0.028 0.026 0.026

S. Semelandung

0.009

0.006 0.007 0.012 0.005 0.011 0.008 0.013 0.011 0.025 0.011 0.019

S. Bengaris

0.045

0.029 0.032 0.056 0.025 0.053 0.038 0.063 0.053 0.118 0.051 0.089

5.3.3 Kebutuhan Air Irigasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air irigasi adalah :
a. Penyiapan lahan.
b. Penggunaan konsumtif.
c. Perkolasi dan rembesan.
d. Penggantian genangan air

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-24

Analisa Hidrologi dan Irigasi

e. Efisiensi irigasi
d. Curah hujan effektif

5.3.3.1 Penyiapan Lahan


Air diperlukan selama fase penyiapan lahan untuk mempermudah pembajakan
dan menyiapkan kelembaban tanah guna pertumbuhan tanaman. Untuk
menghitung kebutuhan air selama penyiapan lahan berdasarkan rumus Van de
Goor/Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada kebutuhan air untuk
mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi disawah, yang sudah
dijenuhkan selama periode penyiapan lahan 30 hari, dengan tinggi genangan air
250 mm. Atau 8.33 mm/hari (berdasarkan KP 01).
Nilai rata untuk Indonesia diperoleh berdasarkan persamaan sebagai berikut :
IR M e k / e k 1

dengan :
IR
=
M
=
K
T
S

Kebutuhan air disawah (mm/hari).


E0 + P = (1,1 ET0 + P) (mm/hari), ini adalah kebutuhan air puncak
(evaporasi + perkolasi).
MT/S
Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
Kebutuhan air untuk penjenuhan.

=
=
=

5.3.3.2 Penggunaan Konsumtif


Penggunaan konsumtif (kebutuhan air tanaman) adalah sejumlah air yang
dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Air dapat
mengguap melaui permukaan air maupun melalui daun-daunan tanaman. Bila
kedua proses penguapan tersebut terjadi bersama-sama, terjadilah proses
evapotranspirasi, yaitu gabungan antara penguapan air bebas (evaporasi) dan
penguapan melalui tanaman (transpirasi). Dengan demikian besarnya kebutuhan
air tanaman adalah sebesar jumlah jumlah air yang hilang akibat proses
evapotranspirasi.
Penggunaan konsumtif adalah kebutuhan air aktual. Penggunaan konsumtif
dihitung dengan persamaan :
ETC = kC x ETO
dengan :
ETC
=
ETO
=
KC

Penggunaan konsumtif (mm/hari)


Evapotranspirasi potensial (mm/hari), besarnya dihitung dengan
metode Pennman (Pennman Metode).
Koefisien tanaman, yang besarnya tergantung pada jenis, macam dan
umur tanaman.
Tabel 5.24

Koefisien Tanaman

Periode Setengah
Bulan
1

Padi

Palawija

1.10

0.40

1.10

0.45

1.10

0.50

1.10

0.60

0.95

0.45

0.95

0.50

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-25

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Evapotranpirasi untuk tanaman (rumput pendek) ET dapat dihitung dengan


Metode Pennman, berdasar data klimatologi setempat.

5.3.3.3 Perkolasi dan Infiltrasi


Infiltrasi merupakan proses masuknya air dari permukaan tanah ke dalam tanah
(daerah tidak jenuh). Sedangkan perkolasi adalah masuknya air dari daerah tidak
jenuh ke dalam daerah jenuh, pada proses ini, air tidak dapat dimanfaatkan oleh
tanaman. Untuk tujuan perencanaan, tingkat perkolasi standar 3,0 mm/hari
dipakai untuk mengestimasi kebutuhan air pada daerah produksi padi.

5.3.3.4 Penggantian Lapisan Air


Saat memproduksi padi, untuk pemupukan dan pelaksanaan penyiangan,
digunakan praktek penurunan muka air disawah. Berdasarkan perlakuan ini,
lapisan air harus diganti. Untuk menghitung praktek penggantian tersebut, suatu
cadangan sebesar 50 mm (3,33 mm/hari) pada setiap tengah bulanan kedua dan
keempat, yaitu setelah pemindahan (transplanting). Kebutuhan ini tidak berlaku
untuk tanaman palawija sehubungan dengan praktek kultural yang berbeda.

5.3.3.5 Effisiensi Irigasi


Efisiensi irigasi digunakan untuk menentukan efektivitas dari sistem irigasi dan
pengelolaannya dalam memenuhi permintaan penggunan konsumtif (evapotranspirasi) tanaman selama pertumbuhan. Variasi temporer pada kebutuhankebutuhan ini terjadi selama produksi tanaman dan analisis beberapa proyek
pada banyak lokasi juga menyatakan bahwa efisiensi irigasi juga bervariasi
bergantung pada tahap pertumbuhan tanaman, yang berbeda halnya dengan
kondisi klimatologi.
Pada dasarnya, kehilangan yang mempengaruhi efisiensi irigasi adalah yang
terjadi selama angkutan air dari sumber ke daerah persawahan, dan saat
penggunaan sawah. Pada studi ini, efisiensi irigasi dibagi dalam dua bagian :
Efisiensi saluran pembawa (conveyance effciency), yang dihitung sebesar
kehilangan air dari saluran utama dan saluran sekunder.
Efisiensi sawah (on farm efficiency) yang dihitung dari saluran tersier dan di
sawah.
Total efisiensi irigasi termasuk (conveyance efficiency dan farm efficiency) untuk
padi diasumsikan 65% (KP-01). Estimasi ini dibagi menjadi efisiensi saluran
utama 90%, efisiensi saluran sekunder 80% dan estimasi efisiensi saluran tersier
90%. Efisiensi irigasi untuk palawija adalah 75% efisiensi di sawah 65% farm
efficiency, menurut rekomendasi oleh FAO, untuk efisiensi irigasi secara
menyeluruh yang digunakan pada kajian ini adalah 65%.

5.3.3.6 Hujan Effektif


Data untuk memperoleh hujan efektif diperoleh dari pemetaan data stasiun yang
terdekat. Hujan bulanan diperoleh dengan satuan dari lima tahun terendah dan
perhitungannya digunakan 80 percent probability dari periode ulang, R80. Hujan
efektif harian adalah 70% dari 80% probabilitas untuk tanaman padi :
Hujan efek. Padi = 0.7 x R80
Untuk hujan efektif palawija menggunakan (R50) yang dihubungkan
dengan curah hujan rata-rata bulanan dan evapotranspirasi tanaman rata-rata
bulanan.
System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-26

Analisa Hidrologi dan Irigasi

5.3.3.7 Waktu Mulai Tanam


Dari hasil perhitungan kebutuhan air sesuai dengan pola tanam Padi-PadiPalawija dan disimulasikan dengan ketersediaan air , maka diperoleh dasar
penentuan pola tata tanam pada D.I Kaliamok adalah padi musim hujan (bulan
oktober s/d bulan januari), padi musim kemarau (bulan pebruari s/d bulan mei)
dan palawija pada musim kemarau (bulan juni s/d bulan september). Didalam
daerah irigasi dimana air tidak mencukupi untuk mengairi sepenuhnya pada
musim kemarau , maka jenis tanaman yang ada harus disesusaikan untuk
menentukan tanaman musim kemaru yang realistis. Pemilihan alternatif pola
tanam yang diusulkan berdasarkan atas pertimbanganpertimbangan sebagai
berikut :
Pola musim setempat
Waktu selektif untuk kegiatan pertanian
Kondisi sosial petani setempat
Jadwal tanam yang sudah ada dan dikehendaki
Keberadaan tenaga / buruh tani
Kondisi agriculture setempat
Ketersediaan debit pada sumber air
Waktu mulai tanam dan pola tata tanam dapat dilihat pada tabel perhitungan
dibawah ini :

Jan
I

Peb
II

Mar
II

Apr
II

LP

C2

0.95

C1

1.05 0.95

LP

C1

1.0 0.48

LP

Okt
I

LP

WLR1
WLR2
WLR

Jun
II

Jul
II

PADI

Agt
II

Sep
II

Okt
II

0.25 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45

LP

1.10 1.10 1.05 1.05 0.95

0.25 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45

LP

LP

1.1 1.08 1.05 1.0 0.48

0.5 0.88 1.0 0.91 0.64 0.23

Jan
II

3.3

Peb
II

Mar
II

Apr
II

Mei
II

3.3
3.3

LP

Jun
II

Nop
II

3.3

II

LP

1.10 1.10 1.05 1.05

LP

LP 1.10 1.10 1.05

LP

LP

II

1.1 1.08 1.05

Agt

Sep
II

3.3

1.65 1.65 1.65 1.65

PADI

Jul
II

Des
II

LP

LP

PALAWIJA

1.10 1.10 1.05 1.05 0.95

Des
II

LP

Nop
II

Mei
II

II

3.3
3.3

3.3

1.65 1.65 1.65 1.65

Gambar 5.7 Skema Pola Tanam

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-27

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Tabel 5.25 Kebutuhan Air Pola Tanam Daerah Irigasi Kaliamok

PERIODE

Jan

Peb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sep

Okt

Nov

Des

ETO

Re

WLR

mm/hr Mm/hr mm/hr mm/hr

4.04

1.31

II

4.04

3.48

II

1.65

0.47

Etc

NFR

DR

mm/hr

mm/hr

l/dt/ha

1.90

4.24

0.32

2.45

0.00

0.00

0.00

1.35

0.00

0.65

0.05

3.48

1.35

LP

13.00

13.65

1.03

4.43

2.38

LP

13.60

13.22

0.99

II

4.43

1.79

1.10

4.87

5.08

0.38

4.25

3.83

1.65

1.07

4.55

4.37

0.33

II

4.25

3.97

1.65

1.05

4.47

4.15

0.31

4.17

2.66

1.65

1.00

4.17

5.16

0.39

II

4.17

2.80

1.65

0.47

1.96

2.81

0.21

3.51

0.33

0.00

1.67

0.13

II

3.51

4.16

0.25

0.88

0.00

0.00

3.62

6.03

0.62

2.24

0.00

0.00

II

3.62

6.03

0.87

3.15

0.00

0.00

3.54

5.96

1.00

3.54

0.00

0.00

II

3.54

5.96

0.91

3.22

0.00

0.00

4.31

4.12

0.63

2.72

0.60

0.05

II

4.31

4.12

0.22

0.95

0.00

0.00

3.45

3.69

LP

13.00

11.31

0.85

II

3.45

5.47

LP

13.00

9.53

0.72

3.99

4.01

1.10

4.39

2.38

0.18

II

3.99

1.17

1.65

1.07

4.27

6.75

0.51

3.66

3.03

1.65

1.05

3.84

4.46

0.34

II

3.66

5.16

1.65

1.00

3.66

2.14

0.16

Sumber : Hasil Perhitungan

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-28

Analisa Hidrologi dan Irigasi

5.3.4 Kesetimbangan Air (Water Balance)


Untuk pengembangan jaringan irigasi, perhitungan neraca air harus dibuat untuk
mengetahui apakah kebutuhan pengambilan air irigasi telah terpenuhi oleh debit
andalan yang ada. Perhitungan optimasi kebutuhan air dipengaruhi oleh alternatif
pola tanam yang kita pilih, luas areal yang dapat diairi dan sistem pemberian air
yang ada.
Keseimbangan air waduk dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
St+1 = St + It +Rt Et - Ot - Qst
Dengan :
St+1
: tampungan air pada periode ke t+1
St
: tampungan air pada periode ke t
It
: inflow ke waduk pada periode ke t
Rt
: curah hujan yang masuk ke dalam tampungan waduk periode t
Et
: kehilangan air akibat evaporasi di waduk pada periode t
Ot
: outflow waduk pada periode t
Qst
: spill aou waduk periode t
Simulasi waduk dimuali dengan asumsi pada saat waduk penuh dan berakhir juga
pada saat waduk dalam kondisi penuh kembali.
Inflow adalah aliran sungai yang masuk ke waduk, sedangkan outflow terdiri dari
pelepasan waduk untuk air irigasi dan kehilangan air. Besarnya lepasan waduk
untuk air irigasi ditentukan dengan cara coba banding sehingga akan diperoleh
kemampuan waduk sebagai sarana penyedia air irigasi tersebut. Perubahan
tampungan waduk adalah besarnya perubahan volume waduk yang mengacu
pada lengkung kapasitas waduk yang bersangkutan.
Melalui simulasi waduk ini ini dapat diperoleh parameter-parameter perencanaan
antara lain :
Luas areal yang dapat diairi atau kemampuan waduk
Kapasitas tampungan efektif waduk
Kapasitas tampungan mati waduk
Elevasi cres spilway
Fluktuasi muka air waduk
Operasi minimum waduk
Hasil simulasi pemanfaatan waduk pada masing-masing embung dapat dilihat
pada tabel berikut:

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-29

Analisa Hidrologi dan Irigasi

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-30

Analisa Hidrologi dan Irigasi

-----------------simulasi waduk ----------!!!

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-31

Analisa Hidrologi dan Irigasi

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-32

Analisa Hidrologi dan Irigasi

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-33

Analisa Hidrologi dan Irigasi

5.4

Analisa Debit Pembuang

a.
Pembuang dari areal sawah
Debit saluran pembuangan dari areal sawah tanaman padi dihitung berdasarkan
KP-03, dengan data hujan 3 hari berturut-turut dengan periode ulang 5 th,
dengan menganggap bahwa tanaman padi tergenang air maksimum sedalam 20
cm selama jangka waktu 3 hari.
a.1 Areal sawah < 200 ha
Untuk areal sawah yang lebih kecil dari dari 200 ha dipakai drainasi modul seperti
pada tabel berikut:
Tabel 5.25 Modulus Pembuang untuk Areal Sawah < 200 ha
R5
(mm)

Rata-rata R5
Untuk Desain (mm)

Modulus Pembuang
Dm (lt/dt/ha)

< 120
120 150
150 200

115
135
175

60
70
90

a.2
Areal sawah 200 400 ha
Untuk areal ini harga Dm dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
{R(3)5 + 3 (IR - ET- P) S }
= ----------------------------------( 3 x 8,64)
dimana:
Dm
= modulus pembuang (l/dt/ha)
R(3)5 = curah hujan 3 hr dengan periode ulang 5 tahun (mm)
IR
= pemberian air irigasi pada waktu tersebut
ET
= evapotranspirasi
P
= perkolasi
S
= tampungan tambahan
Dm

Besarnya debit pembuang adalah :


Qd
= Dm x A
Dimana :
A
= luas areal tangkapan
Dari hasil perhitungan hidrologi diperoleh harga R(3) 5 = 221 mm dan ET rata-rata
=3.87 mm. Untuk perhitungan drainasi modul areal sawah (low land), komponenkomponen tersebut dapat diambil asumsi sebagai berikut :
Pemberian air irigasi (IR) selama pembuangan dihentikan (IR=0)
Tambahan air untuk penggenangan 50 mm
Perkolasi =0
ET merupakan evapotranspirasi rata-rata

Dm

=
=

221 + 3 ( 0 - 3,87 0 ) - 50
3 x 8,64
6,15 lt/dt/ha

a3.
Areal sawah > 400 ha
Qd
= 1,62 Dm x A0,92
Dimana:
System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-34

Analisa Hidrologi dan Irigasi

Qd
Dm
A

= debit pembuangan (l/dt)


= modulus pembuang (l/dt/ha)
= areal pembuang (ha)

b.
Areal pembuang untuk non sawah
Debit pembuang untuk daerah tangkapan yang non sawah dihitung dengan
menggunakan rumus :
Qd
= 0,116 x C . R(1)5 A0,92
Dimana :
Qd
= debit rencana (l/dt)
C
= koefisien limpasan
R(1)5 = curah hujan harian dengan kala ulang 5 tahun
A
= luas areal pembuang
Tabel 5.26 Harga Koefisien Limpasan Air Hujan
Penutup Tanah
Nilai C
Hutan lebat
0,60
Hutan tidak lebat
0,65
Tanaman ladang (daerah terjal)
0,75
Dari hasil perhitungan hidrologi diperoleh harga R(1)5 = 139 mm. Untuk
perhitungan drainasi modul areal non sawah (upland) tersebut diambil asumsi
sebagai berikut :
Tidak diizinkan adanya tampungan di upland
Hujan dibuang dalan sehari
Perkolasi = 0
Koefisien limpasan hutan tidak lebat = 0,65
0,65 x 139
Dm =

1 x 8,64
= 10,45 lt/dt/ha

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-35

Analisa Hidrologi dan Irigasi

System Planning
Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau

5-36

Você também pode gostar