Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa
(tropik) dan terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis
tumbuhan, tetapi potensi ini belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan
industri khususnya tumbuhan berkasiat obat. Masyarakat Indonesia secara
turun-temurun telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan untuk bahan obat
tradisional baik sebagai tindakan pencegahan maupun pengobatan terhadap
berbagai jenis penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus
berlangsung terutama sebagai obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat
daerah yang sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan modern. Dalam masa krisis
ekonomi seperti saat ini, penggunaan obat tradisional lebih menguntungkan
karena relatif lebih mudah didapat, lebih murah dan dapat diramu sendiri, selain
itu bahan bakunya dapat ditanam di halaman rumah sebagai penghias taman
ataupun peneduh halaman rumah (Sulianti et al, 2005).
Penemuan berbagai senyawa obat baru dari bahan alam semakin
memperjelas peran penting metabolit sekunder tanaman sebagai sumber bahan
baku obat. Metabolit sekunder adalah senyawa hasil biogenesis dari metabolit
primer. Umumnya dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi, yang bukan
merupakan senyawa penentu kelangsungan hidup secara langsung, tetapi lebih
sebagai hasil mekanisme pertahanan diri organisma. Aktivitas biologi tanaman
dipengaruhi oleh jenis metabolit sekunder yang terkandung didalamnya.
Aktivitas biologi ditentukan pula oleh struktur kimia dari senyawa. Unit struktur
atau gugus molekul mempengaruhi aktivitas biologi karena berkaitan dengan
mekanisme kerja senyawa terhadap reseptor di dalam tubuh (Lisdawati et al.,
2007).
Pada tahun tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan
telah berkembang menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri, berada di antara
kimia organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan erat
dengan keduanya.
Bidang
perhatiaanya
ialah
aneka
ragam
senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai
struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya.
Fitokimia | 1
BAB 2
ISI
2.1. Pengertian Fitokimia
Fitokimia berasal dari kata phytochemical . Phyto berarti tumbuhan
atau tanaman dan chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang
terdapat pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi
karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air.
Jadi apakah fitokimia itu? Setiap tumbuhan atau tanaman mengandung sejenis
zat yang disebut fito kimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam
tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu.
Sampai saat ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar
10.000 terkandung dalam makanan.
Fitokimia
adalah
ilmu
yang
mempelajari
berbagai
senyawa
organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur
kimia, biosintetis, perubahan dan metabolisme, serta penyebaran secara alami
dan fungsi biologis dari senyawa organik. Fitokimia atau kadang disebut
fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang
diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.
Fitokimia | 2
Fitokimia saponin banyak terdapat pada kacang-kacangan dan daundaunan. Penelitian mengungkapkan bahwa saponin dapat sebagai anti
kanker, anti mikroba, meningkatkan system imunitas, dan dapat menurunkan
kolesterol.
4.
Fitokimia glukosinolat
Fitokimia glukosinolat banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti kol
dan brokoli. Jika sayuran dimasak dapat menurunkan kadar glukosinolat
sebesar 30-60%. Termasuk dalam glukosinolat ini meliputi fitokimia lain
seperti isothiosianat,thiosianat dan indol. Peneliti- an menunjukkan bahwa
glukosinolat dapat bersifat anti mikroba, anti kanker dan menurunkan
kolesterol.
5. Fitokimia polifenol
Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah-buahan sayur-sayuran
hijau seperti salada dan pada gandum dll. Penelitian pada hewan dan
manusia menunjukkan polifenol dapat mengatur kadar gula darah, sebagai
anti kanker, antioksidan, anti mikroba, anti inflamasi. Termasuk polifenol
adalah asam fenol dan flavonoid
6. Fitokimia inhibitor protease
Fitokimia inhibitor protease merupakan fitokimia yang banyak terdapat pada
biji-bijian dan sereal seperti padi-padian, gandum dsb, yang dapat membantu
kerja enzim dalam system pencernaan manusia. Dapat sebagai anti oksidan ,
mencegah kanker dan mengatur kadar gula darah.
7. Fitokimia monoterpen
Fitokimia monoterpen banyak terdapat pada pada tanaman beraroma seperti
mentol (peppermint), biji jintan, seledri, peterseli, rempah-rempah dan sari
jeruk. Berkhasiat mencegah kanker dan anti oksidan.
8. Fitokimia fitoestrogen
Fitokimia fitoestrogen banyak terdapat pada kedelai dan produk kedelei
seperti tempe, tahu dan susu kedelei. Memiliki aktifitas seperti hormon
estrogen. Senyawa aktif fitoestrogen terdiri dari isoflavonoid dan lignan.
9. Fitokimia sulfida
Fitokimia sulfida banyak terdapat pada bawang putih, bawang bombai,
bawang merah dan bawang daun. Senyawa fitokimia aktif pada bawang
putih adalah dialil sulfida (allicin). Menurut peneliti sulfida bekerja sebagai
anti kanker, anti oksidan, anti mikroba, meningkatkan daya tahan, anti
radang, mengatur tekanan darah dan menurunkan kolesterol.
10.Fitokimia asam fitat
Fitokimia | 3
Fitokimia asam fitat terdapat pada kacang polong, gandum. Berfungsi sebagai
anti oksidan yang dapat mengikat zat karsinogen dan mengatur kadar gula
darah.
Senyawa kimia berdasarkan asal biosintesis, sifat kelarutan, gugus fungsi
digolongkan menjadi :
Fitokimia | 4
2.4. Ekstraksi
Simplisia dapat digunakan secara langsung atau diolah menjadi suatu
bentuk sediaan herbal. Untuk memudahkan dalam proses produksi sediaan
herbal dilakukan suatu proses ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses pemisahan
bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Dengan melalui
ekstraksi, zat-zat aktif yang ada dalam simplisia akan terlepas. Terdapat
beberapa istilah yang perlu dietahui berkaitan dengan proses ekstraksi antara
lain:
Ekstraktan/menstrum: pelarut/campuran pelarut yang digunakan dalam proses
ekstraksi
Rafinat: sisa/residu dari proses ekstraksi
Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk
mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh
pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform
Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik
untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut
dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai
jenis minyak. Contoh: heksana, eter
Fitokimia | 7
Soxhletasi
Refluks
Coque : Penyarian dengan cara menggodok simplisia menggunakan
api langsung. Hasil godokan setelah mendidih dimanfaatkan
sebagai obat secara keseluruhan (termasuk ampas) atau hanya
digunakan hasil godokannya saja tanpa menggunakan ampasnya.
Seduhan : Dilakukan dengan menggunakan air mendidih, simplisia
direndam dengan menggunakan air panas selama waktu tertentu
(5-10 menit) seperti halnya membuat teh seduhan.
Proses Ekstraksi
Proses saat ekstraksi menentukan hasil ekstrak. Beberapa proses ekstraksi
menghendaki kondisi yang terlindung dari cahaya, ini terutama pada
proses ekstraksi bahan-bahan yang mengandung kumarin dan kuinon.
Ekstraksi bisa dilakukan secara bets per bets atau secara kontinu. Pada
ekstraksi skala industri, umumnya dilakukan secara kontinu. Ekstraksi bisa
dilakukan secara statik (tanpa pengadukan) atau dengan proses dinamik
(dengan pengadukan).
Jenis-jenis Ekstrak
Terdapat beberapa jenis ekstrak baik ditinjau dari segi pelarut yang
digunakan ataupun hasil akhir dari ekstrak tersebut.
o Ekstrak air : Menggunakan pelarut air sebagai cairan pengekstraksi.
Pelarut air merupakan pelarut yang mayoritas digunakan dalam
proses ekstraksi. Ekstrak yang dihasilkan dapat langsung digunakan
atau diproses kembali seperti melalui pemekatan atau proses
pengeringan.
o Tinktur : Sediaan cari yang dibuat dengan cara maserasai ataupun
perkolasi simplisia. Pelarut yang umum digunakan dalam proses
Fitokimia | 8
Metode Ekstraksi
Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik, antara
lain:
o
Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan
simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope
(umumnya terpotong-terpotong atau berupa serbuk kasar)
disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman
tersebut disimpan terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi
yang dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok berulangulang (kira-kira 3 kali sehari). Waktu lamanya maserasi berbedabeda, masing-masing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Secara
teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya
ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap
cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh
(Voight, 1995).
Perkolasi
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbenruk silindris atau kerucut
(perkulator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai.
Bahan pengekstaksi yang dialirkan secara kontinyu dari atas, akan
mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya
berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara
kontinyu, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak. Jika pada
maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia
oleh karena akan terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan
dalam seldengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi
melalui simplisia bahan pelarut segar perbedaan kosentrasi tadi
selalu dipertahnkan. Dengan demikian ekstraksi total secara teoritis
dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi
mencapai 95%) (Voight,1995).
Sokletasi
Sokletasi dilakukan dengan cara bahan yang akan diekstraksi
diletakkan dalam kantung ekstraksi (kertas, karton, dan
sebagainya) dibagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja
kontinyu (perkulator). Wadah gelas yang mengandung kantung
ndiletakkan diantar labu penyulingan dengan pendingin aliran balik
dan dihubungkan dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi
bahan pelarut yang menguap dan mencapai kedalam pendingin
Fitokimia | 10
2. 5. Fraksinasi
Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa senyawa
berdasarkan tingkat kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan
menjadi fraksi berbeda beda tergantung pada jenis tumbuhan. Pada
prakteknya dalam melakukan fraksinasi digunakan dua metode yaitu dengan
menggunakan corong pisah dan kromatografi kolom.
Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang
digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen
dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang
takcampur.
Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya
berupa pelarut
organik lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroform,
atau pun etil asetat. Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air keculai
pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen.
Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola. Ia
mempunyai penyumbat di atasnya dan keran di bawahnya. Corong pemisah
yang
digunakan
dalam
laboratorium
terbuat
dari kaca
borosilikat dan kerannya terbuat
dari kaca ataupun Teflon.
Ukuran
corong
pemisah bervariasi antara 50 mL sampai 3 L. Dalam skala industri, corong
pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.
Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut dimasukkan ke
dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian
ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur.
Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan
uap yang berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara
dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua
fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.
Destilasi bertingkat atau fraksinasi adalah proses pemisahan destilasi ke
dalam bagian-bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi yang
selanjutnya pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang.
Destilasi bertingkat merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana zat
pencampurnya berupa senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak
berbeda jauh dengan titik didih senyawa yang akan dimurnikan. Dengan
perkataan lain, destilasi ini bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa dari
suatu campuran yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih
relatif kecil. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran asetonmetanol, karbon tetra klorida-toluen, dll. Pada proses destilasi bertingkat
digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada labu destilasi. Tujuan dari
penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap campuran senyawa cair
yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda. Sebab dengan adanya
Fitokimia | 11
penghalang dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik didihnya sama
akan sama-sama menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik
terus hingga akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan
senyawa yang titik didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga titik
didihnya maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam labu destilasi,
yang akhirnya jika pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga titik
didihnya. Senyawa tersebut akan menguap, mengembun dan turun/menetes
sebagai destilat.
Macam macam proses fraksinasi:
a) Proses Fraksinasi Kering (Winterization)
Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat
molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah
dibandingkan dengan proses yang lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya
rendah.
b) Proses Fraksinasi Basah (Wet Fractination)
Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat
pembasah
(Wetting
Agent)
atau
disebut
juga
proses Hydrophilization atau detergent proses. Hasil fraksi dari proses ini
sama dengan proses fraksinasi kering.
c) Proses
Fraksinasi
dengan
menggunakan
Solvent
(pelarut)/ Solvent
Fractionation
Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Dimana
pelarut yang digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal
dibandingkan dengan proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan
pelarut.
d) Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation)
Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada
titik didih dari suatu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan
kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya
yang cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat dan kemurniannya lebih
tinggi.
2.6. Kromatografi
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling
kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya
yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif.
Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk
semua cuplikan , dan kromatografi preparatif hanya dilakukan juka
diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi
dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika
umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat ialah :
Fitokimia | 12
KLT Preparatif
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang terjadi
berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari
komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran
eluen oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak
sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda
sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan (4).
Tujuan: mengisolasi
KLT 2 Dimensi
KLT 2 arah atau 2 dimensi bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel
ketika komponen-komponen solute mempunyai karakteristik kimia yang
hampir sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam
asam-asam amino. Selain itu, 2 sistem fase gerak yang sangat berbeda
dapat digunakan secara berurutan sehingga memungkinkan untuk
melakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang
berbeda.
Sampel ditotolkan pada lempeng lalu dikembangkan dengan satu sistem
fase gerak sehingga campuran terpisah menurut jalur yang sejajar
Fitokimia | 13
Sinar tampak
2.
Sinar UV
3.
Pereaksi warna
Metode penyulingan
o Penyulingan dengan air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami
kontak langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di
atas air atau terendam secara sempurna, tergantung pada berat
jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas model ini yaitu
adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh
karena itu, sering disebut penyulingan langsung.Penyulingan
dengan
cara
langsung
ini
dapat
menyebabkan
banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling) dan
terjadi pula penurunan mutu minyak yang diperoleh.
o Penyulingan dengan uap
Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak
langsung. Pada prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan
langsung. Hanya saja, air penghasil uap tidak diisikan bersamasama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap
jenuh atau uap kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1
atmosfer.
o Penyulingan dengan air dan uap
Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling
diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel
penyulingan diisi dengan air sampai permukaannya tidak jauh dari
bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam
keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman
yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak
dengan air panas (Lutony & Rahmayati, 1994).
Metode pengepresan
Ekstraksi
minyak
atsiri
dengan
cara
pengepresan
umumnya
dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki
kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan,
maka sel-sel yang mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak
atsiri akan mengalir ke permukaan bahan. Contohnya minyak atsiri dari
kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara ini (Ketaren, 1985).
Proses
ini
umumnya
digunakan
untuk
mengekstraksi
bungabungaan, untuk mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang
tinggi. Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi
dan maserasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa
organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur
kimia, biosintetis, perubahan dan metabolisme, serta penyebaran secara alami
dan fungsi biologis dari senyawa organik. Fitokimia atau kadang disebut
fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang
diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala
jenis zat
kimia atau nutrien yang
diturunkan
dari
sumber tumbuhan,
termasuk sayuran dan buah-buahan. Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu
tentang
struktur
kimia,
biosintetis, perubahan
dan
metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa
organik.
Langkah-langkah dalam analisis fitokimia meliputi pemisahan, pemurnian
dan identifikasi. Tahap pemisahan dapat dilakukan dengan kromatografi.
Ekstraksi dan Fraksionasi diperuntukan dalam tahap pemurnian sedangkan uji-uji
fitokimia dilakukan untuk identifikasi lebiih lanjut.
Fitokimia | 16
DAFTAR PUSTAKA
Habib. 2014. Cara Isolasi Minyak Atsiri. Available online at
http://farmacyku.blogspot.com/2012/10/cara-isolasi-minyak-atsiri.html
Iskandar, Y., dan Susilawati, Y. 2012. Panduan Praktikum Fitokimia. Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran: Jatinangor.
Lisdawati,Vivi., Sumali Wiryowidagdo., L dan Broto S. Kardono. 2007. Isolasi Dan
Elusidasi Struktur Senyawa Lignan Dan Asam Lemak Dari Ekstrak Daging Buah
Phaleria Macrocarpa. Jurnal dan Buletin Penelitian Kesehatan; Puslitbang
Biomedis dan Farmasi Badan Litbangkes. Vol. 35.
Nurhari, Ogi. 2010. Uji Fitokimia-Terpenoid. Sekolah Tinggi Farmasi: Bandung.
Pipit. 2009. Labu Kuning dan Khasiatnya. Available online at
http://www.kabarinews.com/article/Berita_Indonesia/Kesehatan/Labu_Kuning_dan
_Khasiatnya/33968. [ Diakses pada tanggal 23 Maret 2012]
Praptiwi, Puspa Dewi dan Mindarti Harapini, Nilai Peroksida Dan Aktivitas Anti
Radikal Bebas Diphenyl Picril Hydrazil Hydrate (Dpph) Ekstrak Metanol Knema
laurina, Majalah farmasi indonesia, 17(1), 32 36.
Tasbih, Muh. 2011. Fitokimia. Available online at
http://tasbihgen.wordpress.com/2011/11/27/paper-fitokimia/
Thalib, ali. 2012. Fraksinasi. Available online at
http://darknessthe.blogspot.com/2012/01/fitokim-fraksinasi.html
Fitokimia | 17
Fitokimia | 18