Você está na página 1de 35

BAB V

ANALISIS DATA
Pada bab ini menjelaskan mengenai analisis data dari hasil analisis
produk eksisting, analisis QFD, analisis penyusunan konsep re-design,
analisis DFMA, analisis desing for quality, dan analisis design for supply
chain.
5.1

Analisa Produk Eksisting


Pada bagian berikut digunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi
produk kursi kuliah eksisting dengan mempertimbangkan kepentingan
pengguna kursi ini. Dengan mempertimbangkan kepentingan pengguna,
maka dapat dilakukan perbaikan dan perubahan pada desain meja kursi
kuliah yang lebih inovatif ini namun tetap memperhatikan sisi biaya.
Untuk menganalisis kondisi eksisting dari produk meja kursi kuliah ini
telah dilakukan pengambilan data seperti VOC (Voice of Customer)
5.1.1 Identifikasi Voice of Customer (VOC)
Pengindentifikasian tahapan VOC ini dilakukan melalui sebuah
survei kepada masyarakat berupa kuisioner. Kuisoner ini berisikan tentang
pertanyaan umum seputar spesifikasi produk yang akan ditawarkan,
macam-macam atribut pendukung produk, dan nilai kepentingan pada
tiap atribut. Penentuan VOC ini sendiri akan dilakukan FGD (Forum Group
Discussion) pada mahasiswa Perguruan Tinggi di Indonesia yang akan
dijadikan sebagai calon customer dari produk ODDEX ini. Pada VOC ini
nantinya akan diambil sampel sebanyak 30 responden yang terdiri dari
orang tua yang mempunyai anak-anak dan mahasiswa yang mempunyai
adik atau saudara kandung yang masih pelajar. Jumlah 30 ini merupakan
angka minimal sampel dari suatu populasi. Untuk suatu penelitian
deskriptif, sampelnya 10% dari populasi. Pedoman penentuan jumlah
sampel sebaiknya di antara 30 sampai dengan 500 elemen (Roscoe,
1975).
Kuisioner ini sendiri memiliki segmentasi dalam pengisiannya, yaitu
mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Kuisioner ini nantinya terdapat tiga
bagian utama, yaitu gambar dan penjelasan singkat tentang produk,
nama dan usia pengisi kuisioner, serta pertanyaan dan atribut dalam
pengisian kuisioner. Pada aspek atribut terdapat dua elemen besar, yaitu
atribut keinginan yang diukur serta atribut kebutuhan. Atribut ini diukur
melalui pengisian kuisioner ini dengan cara pengisi kuisioner
mengidentifikasi penting tidaknya atribut tersebut melekat pada produk
yang ditawarkan. Berikut ini akan ditampilkan tabel tingkat kepentingan

atribut. Tingkat kepentingan ini diukur dengan menggunakan skala 1-5


dimana:
*Keterangan:
1
: Tidak Penting
4
: Penting
2
: Kurang Penting
5
: Sangat Penting
3
: Cukup Penting

Penentuan atribut ini kemudin digunakan sebagai acuan untuk


membuat kuisioner yang nantinya akan disebar kepada user produk
tersebut. Berikut ini merupakan contoh dari kuisioner yang ditujukan
kepada responden.

Jumlah kuisioner yang disebar kepada responden berjumlah 30


sesuai jumlah minimal yang disarankan. Berikut akan ditampilkan rekapan
dari hasil pengambilan data melalui kusioner ini.
SOAL 1
Menurut anda, apakah meja kursi
perkuliahan saat ini butuh inovasi?
JAWABAN
JUMLAH
Membutuhkan
30
SOAL 2
Desain Produk seperti apakah yang
anda inginkan dalam produk ini?
JAWABAN
JUMLAH

Minimalis
Menarik
Multifungsi

1
7
22

SOAL 3
Apakah anda setuju bahwa produk
ini terdiri dari bahan utama plastik?
JAWABAN
JUMLAH
Setuju
17
Tidak Setuju
13
SOAL 4
Menurut anda, apa yang anda
inginkan agar produk ini nyaman
untuk digunakan?
JUMLA
JAWABAN
H
Dimensi Kursi Lebar
15
Meja Lebar
7
Bantalan Kursi Nyaman
8
Lainnya
0
SOAL 5
Berdasarkan pemilihan bahan
utama pembuatan produk di
pertanyaan nomor 3, berapakah
umur pakai produk yang anda
inginkan?
JAWABAN
JUMLAH
< 3 tahun
2
3-4 tahun
17
> 4 tahun
11
Lainnya
0
SOAL 6
Setujukah anda apabila meja
tersebut dilengkapi dengan
adjuster (pengatur ketinggian)?
JAWABAN
JUMLAH
Setuju
23
Tidak Setuju
7
SOAL 7
Apakah anda setuju bila pada
kerangka kursi terdapat pola tulang
punggungnya?
JAWABAN
JUMLAH

Setuju
Tidak Setuju

30
0

Atribut/
Respon
den

Desain
Produk

Masa Pakai

Ketahanan
Produk

Kenyamana
n

Fungsi

Dimensi

Inovasi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

3
3
5
4
3
4
3
5
3
5
4
5
3
5
3
5
3
3
4
4

4
5
3
4
3
4
5
4
4
4
3
4
4
5
3
5
3
5
4
5

3
5
5
5
4
4
5
4
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
5
5

4
5
4
4
5
3
4
5
4
4
4
3
3
3
4
4
3
5
4
5

5
4
5
4
4
4
4
5
4
5
4
5
4
3
5
4
5
4
5
4

2
3
3
4
3
1
3
1
4
1
4
3
3
4
2
3
2
4
2
1

5
4
2
5
5
3
4
2
2
2
5
5
4
5
5
3
2
2
5
5

A/R

Desain
Produk

Masa Pakai

Ketahanan
Produk

Kenyamana
n

Fungsi

Dimensi

Inovasi

Setelah dilakukan perekapan pada bagian kuisioner pertama,


selanjutnya akan dilakukan perekapan kusioner bagain kedua. Pada
bagian ini bertujuan untuk mengetahui atribut apa yang harus melekat
pada produk dengan cara mendapatkan terlebih dahulu apa yang
diinginkan dari konsumen. Berikut ini merupakan hasil rekapan nilai
atribut dengan menggunakan skala 1 5.

21
22
23
24
25
26

3
3
3
4
5
3

3
5
3
3
4
4

5
4
5
5
4
5

3
3
4
4
4
4

5
3
3
5
5
5

2
1
1
3
4
2

2
4
3
4
2
3

27
28
29
30
Rata
-Rata

4
5
5
5

3
5
5
3

4
5
5
5

4
3
5
4

4
4
5
4

2
4
2
3

4
5
3
5

3.90

3.97

4.60

3.93

4.33

2.57

3.67

Dengan menggunakan skala 1 5, maka nilai tengah atribut adalah


2,5. Sehingga jika dilihat pada tabel rekapan atribut, maka semua atribut
produk berdasarkan keinginan konsumen harus dipertimbangkan pada
saat proses pembuatan produk, baik itu mulai proses design ataupun pada
saat proses-proses yang lain.
5.2

Analisa QFD
Quality Function Deployment (QFD) pertama kali diperkenalkan di
Negara Jepang pada tahun 1996 oleh Dr. Yoji Akao. Menurut Akao, QFD
adalah suatu metode untuk mentransformasikan permintaan dari user
menjadi sebuah design quality untuk menyebarkan function forming
quality dan menyebarkan metode-metode ke dalam sistem, bagian
komponen, dan elemen-elemen spesifik dalam proses manufaktur. QFD
sendiri didesain untuk membantu perencana agar dapat fokus
mendapatkan karakteristik dari produk maupun layanan (jasa) yang
berasal dari sudut pandang segmentasi pasar, perusahaan, atau
kebutuhan pengembangan teknologi.
QFD dimulai dengan pemahaman tentang kebutuhan dan
keinginan para calon pelanggan. Pemahaman ini diterjemahkan dalam
bentuk baris pada matriks, sedangkan kolom mempresentasikan sebuah
proses yang didesain untuk menyediakan produk atau jasa agar mencapai
keinginan
konsumen.
Berikut
merupakan
tahap-tahap
dalam
mengimplementasikan QFD.
1. Tahap perencanaan dan persiapan
Pada tahap ini perencanaan dan persiapan, terdapat beberapa
poin penting, yaitu:
a Menetapkan dukungan dari seluruh organisasi
b Mengetahui
kebutuhan
dan
keinginan
konsumen,
mendokumentasikan seluruh keputusan dan asumsi selama
interpretasi secara ringkas dalam bentuk House of Quality.
c Memutuskan siapa yang akan menjadi target konsumen.
d Menetapkan horizon waktu untuk menjaga perencanaan yang
realistis.
2. Tahap Pengumpulan Voice of Customer (telah dilakukan pada sub
bab 5.1.1)
Pada tahap ini akan dilakukan sebuah survei kepada calon
pelanggan yang menjadi target pasar dengan beberapa cara, di

antaranya adalah melakukan wawancara, ethnography, dan focus


group discussion (FGD). Tahapan VOC ini juga menterjemahkan
needs dari pelanggan ke dalam bentuk atribut yang nantinya akan
di breakdown lagi ke dalam respon teknik untuk mengetahui
hubungan antara keduanya.
3. Tahap Pembuatan House of Quality (HOQ)
Pada tahap ini terdapat enam ruang yang digunakan untuk
mengkuantitatifkan atribut dari setiap needs customers. HOQ ini
juga digunakan untuk mengetahui hubungan antar respon teknis
dari setiap atribut.
5.2.1 Evaluasi Produk
Pada bagian berikut ini akan dilakukan pengevaluasian produk
eksisting sebelum dilakukan perbaikan. Untuk mengevaluasi produk, maka
diperlukan produk pembanding atau dengan kata lain melakukan
benchmarking dengan produk meja kursi kuliah yang telah dilakukan redesign. Produk re-design ini sendiri merupakan meja kursi kuliah yang
telah terbaru berdasarkan keinginan konsumen yang hasilnya didapatkan
dari VOC (Voice of Customer). Pada tabel berikut terdapat empat kolom
yang berisi atribut, nilai benchmarking dengan skala 1 5, evaluation
score, dan target value. Evaluation score sendiri merupakan nilai dari
produk meja kursi kuliah eksisting sebelum dilakukan perbaikan.
Sedangkan target value merupakan nilai yang akan diberikan pada produk
meja kursi kuliah yang telah di re-design. Nilai-nilai ini disesuaikan dengan
tiap atribut yang telah disesuaikan dengan needs dari customer. Berikut
merupakan tabel hasil evaluasi produk terhadap produk benchmarking.
N
o.
1
2
3
4

Atribut
Desain
Produk
Masa
Pakai
Ketahana
n Produk
Kenyama
nan

Benchmarki
ng
1 2 3 4 5

Evaluat
ion
Score

Targe
t
Value

Fungsi

Dimensi

Inovasi

Produk Eksisting
Produk Benchmark (re-design)
5.2.2 Objektif Produk
Bagian berikut ini merupakan kelanjutan dari sub bab evaluasi
produk dimana pada penentuan objektif produk akan dilakukan
perhitungan nilai important rate (IR), relative important index (RII), weight
serta presentase weight itu sendiri. Berikut ini akan ditunjukkan hasil
perhitungan untuk tiap elemen tersebut.

N
o.

Atribut

Benchmarki
ng

Evaluat
ion
Score

Targ
et
Value

IR

RII

Weig
ht

1.00

3.90

3.90

0.80

3.97

3.17

1.00

4.60

4.60

1.25

3.93

4.92

Weig
ht
(%)

1 2 3 4 5
Desain
Produk
Masa
Pakai
Ketahan
an
Produk
Kenyama
nan

1
2
3
4

12.98
%
10.56
%
15.31
%
16.36
%
24.04
%

Fungsi

1.67

4.33

7.22

Dimensi

1.00

2.57

2.57

8.54%

Inovasi

1.00

3.67

3.67

12.20
%

Berikut merupakan contoh perhitungan pada atribut desain produk dari


tabel tersebut.
Important Rate (IR)
Important Rate merupakan perbandingan antara nilai dari
target value dengan evaluation score pada tiap atribut. Berikut ini
merupakan formulasi dari important rate.
target value
IR=
evaluationscore
IR=

4
4

IR=1

Relative Important Index (RII)


Formulasi dari RII sendiri dihitung dengan cara mencari ratarata nilai tiap atribut berdasarkan hasil dari voice of customer

melalui
penyebaran
kuisioner
kepada
responden.
Berikut
merupakan formulasi dari weight untuk atribut desain produk.
RII =

nilai kepentingan atribut


total responden

RII =

117
30

RII =3,90

Weight
Weight merupakan bobot dari tiap atribut. Bobot ini sendiri
dapat dihitung dengan cara melakukan perkalian antara hasil IR
dengan RII. Berikut merupakan formulasi untuk weight.
Weight=IR x IRR
Weight=1,00 x 3,90

Weight=3,90

Weight (%)
Untuk presentase weight (dalam persen) sendiri didapatkan dengan
formulasi sebagai berikut.
Weight=

Weight
x 100
total weight

Weight=

3,90
x 100
30,05

Weight=12,98
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa tiga nilai
presentase bobot terbesar terdapat pada atribut fungsi, ketahanan
produk, dan desain produk. Hal ini dapat menjadi acua pada saat akan
dilakukan proses produksi karena beberapa atribut dapat mempengaruhi
hasil akhir produk. Pada produk meja kursi tentu pemilihan material akan
sangat berpengaruh terhadap ketahanan produk. Selain itu, fungsi tentu
tetap menjadi alas an utama pengguna mau menggunakan meja kursi
kuliah tersebut. Selain itu, desain yang menarik dan tidak kuno tentu
terdapat nilai tambah tersendiri, terutama untuk produk meja kursi kuliah.

5.2.3 Penentuan Respon Teknis


Penentuan respon teknis ini akan menjawab setiap atribut produk
meja kursi kuliah yang ada. Respon teknis sendiri adalah kriteria-kriteria
yang secara teknis akan menjadi penentu dalam menjawab needs dari
customer. Respon teknis ini selanjutnya akan masuk ke dalam matriks
house of quality.

N
o.
1
2
3
4

Atribut
Desain
Produk
Masa
Pakai
Ketahana
n Produk
Kenyama
nan

Fungsi

Dimensi

Inovasi

Respon Teknis
Desain yang berestetika
Desain simple
Material yang kuat
Kebiasaan Pengguna
Material yang kuat
Jumlah material penyusun produk
Desain yang ergonomis
Menggunakan bantalan punggung
Fungsi hanya menjadi kursi saja
Terdapat adjuster
Ukuran yang proporsional
berdasarkan tubuh manusia secara
umum
Mempunyai lebih dari satu fungsi
Desain sederhana

5.2.4 Matriks House of Quality (HOQ)


Tahap selanjutnya adalah membuat matriks HOQ setelah
sebelumnya menentukan respon teknis yang terkait dengan atribut.
House of Quality (HOQ) adalah tahap pertama dalam penerapan
metodologi QFD yang merupakan upaya untuk mengkonversi voice of
costumer secara langsung terhadap persyaratan teknis atau spesifikasi
teknis dari produk atau jasa yang dihasilkan. HOQ adalah matrik
perencanaan produk yang menggambarkan kebutuhan pelanggan, target
perusahaan, dan evaluasi produk pesaing (Cohen, 1995). Matriks interaksi
ini sendiri terdapat nilai dimana %weight dikalikan dengan tingkat
hubungan interaksi. Tingkat hubungan interaksi ini terdiri tiga indikator,
yaitu kuat, sedang, dan lemah. Untuk tingkat hubungan akan bernilai 9
(dilambangkan lingkaran), sedang bernilai 3 (dilambangkan kotak), dan
lemah bernilai 1 (dilambangakan segitiga). Berikut ditunjukkan hasil
penilaian dalam bentuk matriks interaksi.

5.3

Penyusunan Konsep Re-Design


Dalam sub bab ini akan dijelaskan tentang analisa dalam melakukan
perubahan terhadap desain dari kursi eksisting menjadi kursi Oddex.
Penyusunan konsep baru berdasar pada aspek yang dikehendaki
konsumen yang di generate dengan menggunakan pedekatan QFD.
Berdasar QFD yang dilakukan didapatkan variabel perbaikan yang
diinginkan oleh konsumen. QFD memetakan permintaan konsumen yaitu,
fungsi utama dari produk, kenyamanan, ketahanan, dan desain produk
yang simpel dan sederhana. Berdasar pada QFD Oddex didesain dengan
memperhatikan segala aspek yang diinginkan oleh konsumen.
Berikut merupakan desain Oddex dengan memperhatikan aspek
yang diinginkan oleh konsumen

(Gambar kursi dari dara)


Gambar.. menggambarkan desain Oddex berdasar pada berdasar
pada QFD, terdapat banyak perbaikan yang dilakukan dibandig dengan
kursi eksisting. Desain Oddex dibuat lebih sederhana tetapi tetap mampu
memenuhi fungsinya sebagai kursi kuliah pada umumnya. Kerangka
utama pada produk eksisting terbuat dari dua komponen, Oddex
menyederhanakan menjadi satu komponen yaitu kerangka utama yang
berfungsi sebagai kursi sekaligus sandaran kursi.
Penyederhaan ini berdampak pada berkurangknya material dan
mempermudah proses assembly produk yang secara otomatis
mengurangi biaya manufactur produk. Sandaran meja dibuat lebih
sederhana dengan hanya menggunakan satu batang pipa berdiameter
2cm dan tebal 2mm sebagai sandaran utama yang ditopang oeleh
adjuster kursi yang berfungsi untuk menaik turunkan meja kursi.
Pengurangan tersebut dapat memotong biaya produksi sehingga harga
jual Oddex lebih bersaing dari pada produk eksisting.
Berikut merupakan boom tree yang menggambarkan proses
manufaktur Oddex dari awal sampai dengan selesai.

Dari gambar... menunjukkan boom tree Oddex, hal ini


menggambarkan komponen-komponen yang menjadi penyusun dari
Oddex. Kursi dan meja merupakan dua komponen utama penyusun
Oddex. Kursi mempunyai tiga komponen penyusun yang terdiri dari
kerangka utama, alas duduk, sandaran kursi. Meja mempunyai dua
komponen penyusun yang terdiri dari meja utama dan sandaran meja.
Berikut merupakan tabel yang menunjukkan spesifikasi komponen yang
menjadi penyusun produk eksisting yang dibandingkan dengan Oddex.

N
o

Ukuran (cm)
Nama Part

Bahan

Produk Eksisting
Kaki
kursi
1 depan
Kaki
kursi
2 belakang

hollow
cylinder
carbon steel
44
hollow
cylinder
carbon steel
75
4.
3 Meja utama
Solid block plastic
9
Sandaran
Solid block carbon
4 belakang
steel
45
Sandaran
hollow
cylinder
5 meja
carbon steel
60
Alas tempat Solid block carbon
6 duduk
steel
42
Produk Perbaikan
Solid block carbon
1 Alas duduk
steel
45
Kerangka
hollow
cylinder 47
2 utama
carbon steel
9
3
4
5

Meja utama
Sandaran
kursi
Sandaran
meja

2.
5
3
4

Diame
ter

0.1

1.07

0.1

1.75
0.07
36.4
5

0.1

4
2

2.
5
5
3
40 0

Solid block plastic


Solid block carbon
steel
hollow
cylinder
87
carbon steel

Teb
al

0.
2
0.
1

4
0

Wak
tu
Pros
es
per
Part
(s)

0.1
0.
1

15.4
23.4
5
51.3
4

0.1

0.
2
0.
1

3.08
0.07
2.73

0.1

4.01

Boom tree dijadikan acuan oleh penulis dalam penyusunan OPC


(Operational
Process
Chart).
Berikut
merupakan
OPC
yang
menggambarkan proses produksi Oddex. OPC menggambarkan diagram
alir proses produksi Oddex dari bahan baku sampai menjadi produk jadi.

Gambar... menunujukan alur proses produksi Oddex, Terdapat lima


komponen penyusun yang akan dikerjakan, meja utama, sandaran meja,
sandaran kursi, alas duduk, dan kerangka utama yang dikerjakan secara
paralel. Dalam proses produksi dilakukan bebrapa proses manufaktur
untuk membentuk material sesuai dengan desain dan spesifikasi yang
diinginkan.
5.4

Analisis DFMA
Pada analisis DFMA (Design for Manufacturing and Assembly) ini,
dijelaskan dalam dua bagian yaitu DFM (Design for Manufacturing) dan
DFA (Design for Assembly). Pada bagian DFM, dilakukan perhitungan dan
analisa dengan tujuan untuk meminimalkan biaya produksi yang diikuti
dengan TTM (Time to Market) yang cepat. Kedua tujuan tersebut akan
dicapai namun sisi lain harus tetap memperhatikan kualitas hasil akhir
pada produk hingga mencapai konsumen. Untuk meminimumkan biaya
produksi dan mempercepat time to market, maka pada DFM tahapan yang
dilakukan adalah dengan cara meminimumkan jumlah part yang
digunakan dalam membuat produk serta memilih proses operasi produksi
yang cocok dalam pembuatan produk. Pemilihan operasi proses
manufaktur nantinya akan disesuaikan dengan part yang sesuai bahkan
part yang tidak diperlukan dapat dihilangkan dari produk tersebut.
Penghilangan part tersebut tetap berdasarkan beberapa pertimbangan
agar fungsi produk tetap normal sehingga kualitas yang dihasilkan sama.
Selain menghilangkan part yang dirasa tidak perlu, pada DFM
terdapat pengaturan akan material yang diinginkan pada produk.
Pemilihan material ini tentu dapat berpengaruh langsung terhadap biaya
produksi serta proses manufaktur sehingga waktu produksi juga akan turut
dipengaruhi oleh pemilihan material tersebut. Pada desain meja kursi
kuliah ini, terdapat beberapa material yang dihilangkan dari produk
eksisting seperti mur dan baut serta penggantian material plastik yang
digunakan. Berikut tahapan-tahapan dalam menghitung biaya pada DFM
dari produk meja kursi kuliah ini.
1. Memasukkan data-data yang diperlukan pada bagian part. Bagian
tersebut antara lain adalah nama part yang akan di-redesign ulang,
jumlah part, volume, dimensi part, dan bentuk part yang diinginkan
sebelum dilakukan assembly.
2. Selanjutnya klik pada bagian select process and material.
3. Setelah itu, memilih proses operasi yang diinginkan serta bahan baku
yang akan digunakan dalam proses produksi.
4. Output biaya akan ditampilkan setelah pemilihan material dan proses.
5. Hasil tersebut hanya untuk satu unit part saja, sehingga diperlukan
setiap part penyusun produk tersebut harus dibuat DFM-nya.
Sedangkan untuk DFA atau Design for Assembly digunakan untuk
menyatukan semua part yang telah dibentuk pada fase DFM menjadi

sebuah sub produk hingga end produk. Berikut merupakan tahapantahapan dalam DFA.
1. Memasukkan data part yang akan dilakukan assembly.
2. Melakukan pengaturan satuan mata uang rupiah terhadap USD. Pada
pembuatan produk ini diasumsikan untuk $1 mempunyai nilai tukar
setara dengan Rp xxx. Untuk jumlah produksi yang digunakan
diasumsikan sebanyak 10000 unit
3. Melakukan modifikasi dan pengaturan ulang untuk material yang dapat
disubstitusikan dengan proses atau material lainnya. Pada pembuatan
produk meja kursi kuliah ini, modifikasi yang dilakukan antara lain
adalah menggabungkan kerangka kursi menjadi satu part dari yang
sebelumnya harus dilakukan assembly terlebih dahulu. Selain itu juga
perubahan material dan proses produksi yang digunakan.
4. Melakukan perbandingan antara desain eksisting dengan desain
perbaikan/modifikasi. Standar perbandingan yang dilakukan adalah dari
segi biaya dan DFA Index.
Pada pembuatan produk meja kursi kuliah ini, terdapat enam part,
yaitu alas tempat duduk, kaki kursi belakang, kaki kursi depan, meja
utama, sandaran kursi, dan sandaran meja. Volume produksi yang
digunakan dalam pengerjaan produk ini adalah sebesar 100.000 unit
dengan batch size sebesar 12.500 unit. Berikut hasil report pengerjaan
part eksisting pada DFMA.
1. Alas Tempat Duduk
Pada hasil report untuk part alas tempat duduk, didapatkan
total biayanya adalah Rp 20.593,94. Material yang digunakan pada
pengerjaan part ini adalah low carbon steel, cold rolled, commercial
quality. Sedangkan proses pengerjaannya menggunakan mesin
pemotong (machined/cut from stock).

2. Kaki Kursi Belakang


Pada hasil report untuk part alas tempat duduk, didapatkan
total biayanya adalah Rp 5.428,30. Material yang digunakan pada
pengerjaan part ini adalah generic medium carbon steel. Sedangkan
proses
pengerjaannya
menggunakan
mesin
pemotong
(machined/cut from stock).

3. Kaki Kursi Depan


Pada hasil report untuk part alas tempat duduk, didapatkan
total biayanya adalah Rp 3.621,69. Material yang digunakan pada
pengerjaan part ini adalah generic medium carbon steel. Sedangkan
proses
pengerjaannya
menggunakan
mesin
pemotong
(machined/cut from stock).

4. Meja Utama
Pada hasil report untuk part alas tempat duduk, didapatkan
total biayanya adalah Rp 820,88 dengan biaya per part adalah Rp
341,41 dan biaya investasi peralatan awal adalah Rp 47.947.020.
Material yang digunakan pada pengerjaan part ini adalah ABS
plastic. Sedangkan proses pengerjaannya menggunakan extrusion,
plastic.

5. Sandaran Kursi
Pada hasil report untuk part alas tempat duduk, didapatkan
total biayanya adalah Rp 25.146,89. Material yang digunakan pada
pengerjaan part ini adalah generic medium carbon steel. Sedangkan
proses
pengerjaannya
mencggunakan
mesin
pemotong
(machined/cut from stock).

6. Sandaran Meja
Pada hasil report untuk part alas tempat duduk, didapatkan
total biayanya adalah Rp 6.211,67. Material yang digunakan pada
pengerjaan part ini adalah generic medium carbon steel. Sedangkan
proses
pengerjaannya
mencggunakan
mesin
pemotong
(machined/cut from stock).

Dan berikut ini merupakan hasil report untuk total biaya, DFA index,
dan output lainnya pada produk eksisting.

Berdasarkan hasil report DFA, didapatkan DFA index sebesar 5,2 dan
total biaya per produk sebesar Rp166.574,73. Setelah menentukan
masing-masing material, proses, dan biaya per part pada produk eksisting
kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan pada tiap part pada DFMA.
Berikut akan ditampilkan report hasil perbaikan pada DFMA
1. Alas Duduk
Pada hasil report untuk part alas tempat duduk, didapatkan
total biayanya adalah Rp 719,79. Material yang digunakan pada
pengerjaan part ini adalah generic medium carbon steel. Sedangkan
proses
pengerjaannya
menggunakan
mesin
pemotong
(machined/cut from stock).

2. Kerangka Utama
Pada hasil report untuk part alas tempat duduk, didapatkan
total biayanya adalah Rp 33.703,44. Material yang digunakan pada
pengerjaan part ini adalah generic medium carbon steel. Sedangkan
proses
pengerjaannya
menggunakan
mesin
pemotong
(machined/cut from stock).

3. Meja Utama
Pada hasil report untuk part alas tempat duduk, didapatkan
total biayanya adalah Rp 823,93 dengan biaya per part sebesar Rp
343,67 serta biaya investasi peralatan awal sebesar Rp 48.025,156.
Material yang digunakan pada pengerjaan part ini adalah ABS
plastic. Sedangkan proses pengerjaannya menggunakan extrusion,
plastic.

4. Sandaran Kursi
Pada hasil report untuk part alas tempat duduk, didapatkan
total biayanya adalah Rp 623,54. Material yang digunakan pada
pengerjaan part ini adalah generic medium carbon steel. Sedangkan
proses
pengerjaannya
menggunakan
mesin
pemotong
(machined/cut from stock).

5. Sandaran Meja
Pada hasil report untuk part alas tempat duduk, didapatkan
total biayanya adalah Rp 7.295,19. Material yang digunakan pada
pengerjaan part ini adalah generic medium carbon steel. Sedangkan
proses
pengerjaannya
menggunakan
mesin
pemotong
(machined/cut from stock).

Dan berikut ini merupakan hasil report untuk total biaya, DFA index,
dan output lainnya pada produk perbaikan.

Berdasarkan hasil report DFA, didapatkan DFA index sebesar 17,6


dan total biaya per produk sebesar Rp 152.173,89. Berikut ini akan
ditampilkan grafik
Sedangkan berikut ini merupakan analisis perbandingan antara produk
eksisting dan produk perbaikan.

Factor
Total cost for manufactured items
(including tooling)

Produk
Eksisting
(Rp)

Produk
Perbaikan
(Rp)

103.107,26

151.571,41

Total assembly labor cost


Other operation cost per product
Total manufacturing piece part cost
Total cost per product without tooling
Assembly tool or fixture cost per product
Manufacturing tooling cost per product
Total cost per product
Factor
Theoritical minimum number
of items
Total assembly labor time, s
DFA Index

60.225,02
3.242,45
102.627,79
166.095,25
0,00
479,47
166.574,73

602,49
0,00
151.091,14
151.693,64
0,00
480,25
152.173,89

Produk
Eksisting

Produk
Perbaikan

511,91
5,2

171,71
17,6

Berdasarkan tabel perbandingan antara produk eksisting dengan


produk perbaikan, dapat dilihat bahwa total biaya per produk pada produk
eksisting sebesar Rp 166.573,73 dengan DFA Index sebesar 5,2.
Sedangkan pada produk perbaikan didapatkan total biaya per produk
sebesar Rp 152.173,89 dengan DFA Index sebesar 17,6 atau meningkat
sebesar 238,4%. Besarnya nilai DFA Index ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi nilainya semakin baik pula kemudahan produk tersebut
untuk dilakukan assembly sehingga waktunya menjadi cepat dan mudah
yang akan berdampak pada time to market juga semakin cepat.
Sedangkan berdasarkan total biaya per produk terjadi penurunan sebesar
8,67% dari harga semula. Hal ini akan berdampak pada profit margin yang
akan diperoleh oleh perusahaan. Sehingga dengan desain perbaikan yang
baru, diharapkan perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal.
5.5

Analisis Design for Quality


Dalam sub bab ini akan dijelaskan tentang analisa yang
berhubungan dengan kualitas produk, hal-hal yang berpengaruh terhadap
kualitas produk. Kualitas merupaka aspek utama yang harus diperhatikan
dalam mendefinisikan sebuah produk. Kualitas mendefinisikan branding
dari produk terkait, sehingga kualitas berhubungan erat dengan pelanggan
yang secara langsung menggunakan produk.
Kualitas sebuah produk didefinisikan dengan berbagai aspek, jumlah
komplain dari pelanggan, jumlah komponen atau produk cacat dalam
proses produksi. Dalam memenuhi kualitas yang baik, maka produk
didesain dengan spesifikasi tertentu dengan harapan dapat mengurangi
jumlah komplain dari pelanggan dan defect produk dalam proses produksi.
Berikut merupakan beberapa aspek kualitas dalam pemenuhan
spesifikasi kualitas produk :
Material Produk

Material
merupakan
aspek
kualitas
pertama
yang
mampu
mendefinisikan kualitas sebuah produk, pemilihan material erat
hubungannya dengan kekuatan dan bentuk dari produk yang didapatkan
dari voice of costumer. Kerangka utama terbuat dari material carbon stell,
hal ini dimaksudkan untuk mengakomodir kebutuhan konsumen terkait
dengan kualitas apabila dilihat dari segi ketahanan produk. Carbon steel
merupakan material yang tahan lama dengan harga yang relatif rendah,
selain itu carbon steel mempunyai nilai ticknes yang relatif rendah
sehingga sesuai apabila digunakan sebagai material utama kerangka kursi
yang mempunyai fungsi sebagai penyangga kursi secara keseluruhan.
Carbon steel dengan ketebalan 2mm juga diguanakan sebagai lapisan
untuk alas duduk dan sandaran kursi.
Plastik jenis ABS digunakan sebagai material utama yang digunakan
untuk meja, plastik jenis ABS dengan ketebalan 4mm cukup kuat untuk
menahan beban, sehingga meja tetap kuat dan dapat digunakan sebagai
mana fungsi utamanya, yaitu sebagai alas untuk menulis dan aktivitas
lainnya.
Busa dan vinil digunakan sebagai material pelapis untuk alas duduk
dan sandaran kursi, hal ini untuk menunjang aspek ergonomis kursi,
dikarenakan sandaran dan alas duduk merupakan salah saru kompnen
yang berpengaruh terhadap fatigue dari pengguna kursi.
Desain Produk
Desain merupakan salah satu aspek yang menggambarkan kualitas dari
sebuah produk. Desain yang baik menggambarkan kualitas yang baik
pula, sehingga produk dapat diterima oleh konsumen dan mengurangi
komplain dari konsumen. Desain dari produk simpel tapi tetap memenuhi
fungsi sebagai temat duduk dan tulis, kerangka utama menjadi satu
dengan kursi dengan material pipa carbon steel sehingga hanya perlu
dilakukan proses bending untuk membentuk komponen keranga utama.
Desain ini menghemat penggunaan material dan proses produksi.
Proses Produksi
Proses produksi berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan,
kualitas di definisikan jumla defect dan komplain dari pelanggan, sehingga
proses produksi berpengaruh terhadap desan dari produk. Proses produksi
terdiri dari beberapa aktivitas manufaktur untuk membuat produk,antara
lain welding,bending,cutting,dan proses manufaktur yang lain. Proses
manufaktur mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan, semakin baik
proses manufaktur untuk masin-masing departemen, maka semakin
sedikit defect yang dihasilkan dalam proses produksi, hal ini
mengindikasikan kualitas produk yang baik.
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
FMEA digunakan sebagai sala satu tools dalam mengontrol kualitas,
dari FMEA diketahui proses yang paling berpotensi mengakibatkan defect
untuk produk, dan selanjutnya diakukan analisa terkait dengan potensi

dan proses yang paling kritis untuk dilakukan perbaikan. Tujuan dari
penggunaan metode FMEA adalah meningkatkan kualitas, keandalan
sebuah proses (Rachmad Firdaus, 2011).
Berikut merupakan tingkat severity dari masing-masing proses
manufaktur yang dilakukan untuk memproduksi.

Dari gambar dapat dijelaskan tiga belas proses yang dilakukan,


masing-masing
proses
berpotensi
terjadi
kegagalan.
Severity
menggambarkan intensitas terjadi kegagalan dalam proses tersebut,
sehingga nilai severity terbesar menunjukkan bahwa proses tersebut
paling berpotensi untuk mengakibatkan losses terbesar dalam proses
produksi. Dalam prose selanjutnya proses yang mempunyai severity paling
besar akan dilakukan analisa yang lebih fokus terhadap bending besi dan
drilling material.

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan severity, occurence, dan


detection untuk masing masing penyebab dari proses bending dan drilling
material. Severity menggambarkan intensitas kejadian kegagalan,
Occurence menggambarkan dampak yang diakibatkan dari proses

tersebut, dan detection menggambarkan nilai detector akibat kegagalan.


Nilai RPN menunjukkan permasalahan yang paling besar dan harus segera
diperbaiki. Outputan dari analisa ini adalah prioritas dalam melakukan
perbaikan terhadap proses yang dilakukan dalam memproduksi kursi.
5.6

Analisis Design for Supply Chain


Design for Supply Chain merupakan salah satu elemen penting
dalam men-deliver produk untuk sampai kepada customer. Supply chain
dipertimbangkan karena dapat mempengaruhi keberlangsungan bisnis
dan sistem produksi sehingga tidak terjadi disintermediate supply chain.
Desing for Supply Chain secara umum dapat didefinisikan sebagai metode
yang digunakan dalam pelaksanaan desain produk sehingga dapat
mempermudah keberlanjutan proses dari penerimaan material hingga
sampai proses pengiriman kepada customer. Design Supply Chain ini
sendiri dapat menjadi nilai tambah bagi produk jika dapat diaplikasikan
dengan tepat dan baik. Adapun dalam melakukan design for supply chain
sendiri
terdapat
aspek-aspek
yang
mendukung
keberhasilan
implementasinya.
a. Pemilihan supplier
Pemilihan supplier merupakan hal yang sangat penting dalam
implementasi design for supply chain. Supplier yang menjadi
kandidat untuk dipilih tentunya harus dapat mengakomodasi
permintaan perusahaan. Selain itu, adanya sharing informasi juga
antara perusahaan dengan suppier juga harus dilakukan agar tidak
terjadi kesalahan sehingga time to market dapat lebih cepat.
Adapun kriteria lain untuk supplier yang harus diperhatikan adalah
harga material, kapasitas produksi, lead time, kualitas, dan aspek
penting lainnya. Pada pemilihan supplier ini, metode yang dapat
digunakan adalah dengan melakukan analisis AHP dengan terlebih
dahulu membobotkan antar kriteria. Untuk pengambilan keputusan
digunakan bantuan software expert choice. Berikut merupakan
contoh perhitungan pembobotan sederhana dari pemilihan supplier.

Kriteria
Harga Jual
Jarak
Kualitas
Lead Time
Kapasitas
Produksi
Fleksibilitas
Total

0.2
0.2
0.3
0.2

PT
Interplas
t
Pratama
Jaya
4
2
4
3

0.05

0.05
1

1
3.15

3
3.0525

2
3.1

Bobot
(Weig
ht)

PT
Abadi
Metal
Utama

PT
Wahana
Sentra
Niaga

3
4
3
3

3
4
3
3

b. Pemilihan material
Proses desain produk tentu tidak terlepas dalam hal pemilihan
material. Pemilihan material ini harus dapat mengintegrasikan antar
tiap departemen pada suatu perusahaan serta supplier yang dapat
mengakomodasi jenis material ini. Sehingga diharapkan dalam
material yang dipilih adalah material yang umum sehingga pada
saat pemilihan supplier juga tidak sulit. Material ini sendiri juga akan
berpengaruh terhadap proses produksi yang dipilih karena beberapa
material sendiri juga berbeda keandalan, kekuatan, kemudahan
proses, dan lain sebagainya. Pada saat melakukan delivery kepada
customer, material juga berpengaruh terhadap proses distribusi.
Material yang memiliki tingkat resiko tinggi juga akan
mempengaruhi moda transportasi yang digunakan.
c. Desain produk
Desain produk yang tidak berukuran besar tentu akan
memudahkan proses distribusi. Untuk meja kursi kuliah ini, rangka
kursi digabungkan menjadi satu dengan tujuan meminimalkan biaya
distribusi dan kemudahan dalam melakukan assembly. Sebelum
digabungkan akan muncul biaya tambahan dalam melakukan
packaging untuk tiap satuan kerangka kursi. Dengan modifikasi yang
dilakukan, biaya packaging akan menjadi satu sehingga dapat
meminimalkan total biaya produksi.
d. Desain packaging produk
Pada saat melakukan proses packaging produk, sebaiknya
dilakukan secara terpisah dengan tujuan memaksimalkan kapasitas
dari moda trasportasi yang akan digunakan. Selain itu tujuan
maksimal kapasitas ini tidak lain karena produk meja kursi kuliah ini
termasuk dalam produk efisiensi sehingga total pengeluaran biaya
harus diminimalkan sebaik mungkin.

Você também pode gostar