Você está na página 1de 10

PENGERTIAN

Alergi merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan respon


sistim imun (sistim kekebalan) yang tidak tepat atau berbahaya terhadap suatu
zat (substance) terutama protein yang masuk tubuh. Respon imun tersebut akan
memunculkan gejala dan atau tanda yang merugikan/mengganggu mulai dari
derajat ringan sampai berat. Alergi bukan merupakan suatu penyakit tetapi
lebih merupakan fitur genetik tubuh manusia, yaitu apakah manusia memiliki
fitur alergi atau tidak. Dengan kata lain alergi adalah reaksi imun terhadap
sesuatu yang mana pada sebagian besar orang tidak terjadi.
FAKTOR KETURUNAN/GENETIK

Dalam alergi dikenal istilah atopi yaitu seseorang yang memiliki fitur genetik
untuk membentuk antibodi IgE terhadap paparan allergen. Rhinitis alergi, asma
dan dermatitis atopi merupakan manifestasi yang paling sering dari atopi.
Meskipun begitu atopi juga bisa tidak bergejala. Karena alergi merupakan fitur
genetik maka ia dapat diturunkan. Berikut adalah gambar kemungkinan alergi
diturunkan dari orangtua

Bagaimana Alergi Diturunkan

Induksi dari atopi (munculnya atopi, red) tergantung dari faktor genetik dan faktor
lingkungan. Sedangkan atopi ini akan bermanifestasi menjadi suatu gejala/penyakit
dipengaruhi oleh kelainan pada organ dan adanya pencetus. (trigger) Gambar
berikut menerangkan hal ini

Bagaimana Alergi Terjadi

BAHAN-BAHAN YANG MENYEBABKAN ALERGI


Pada prinsipnya semua benda bisa menyebabkan alergi atau bersifat allergen. Akan
tetapi yangpaling sering menyebabkan alergi adalah sebagai berikut:
1.

Alergen hirupan: tungau debu rumah (house dust mite), tepung sari (pollen),
binatang, spora jamur.
2.
Alergen makanan:

Telur, susu sapi, kedelai, terigu/gandum (untuk anak dibawah 3 tahun)

Kacang, ikan, udang (untuk anak diatas 3 tahun)


3.
Alergen injeksi: obat, racun serangg
4.
Alergen kontak: obat, makanan, bahan pakaian.
Alergen makanan biasanya terkait dengan gangguan saluran cerna tetapi juga bisa
bermanifestasi pada kulit. Manifestasi pada saluran napas (terutama pilek) lebih
sering disebabkan alergen hirupan.
MEKANISME ALERGI
Berikut adalah pembagian reaksi hipersensitivitas Gell & Coombs yang masih sering
dipakai walaupun dianggap terlalu menyederhanakan;

Tipe-I: hipersensitif anafilaktif


IgE pada sel Mast mengikat Antigen bebas
Tipe-II: hipersensitif sitotoksik

Antigen pd Membran bereaksi dg Antibodi bebas

Tipe-III: hipersensitif kompleks imun

Kompleks imun Ag-Ab & aktivasi Komplemen

Tipe-IV: hipersensitif cell mediated (tipe lambat)

Sel Limfosit tersensitisasi bereaksi dg Antigen.

Mekanisme alergi dimulai dari


masuknya allergen kedalam tubuh (dihirup, dimakan, kontak dengan kulit). Atas
kehadiran allergen, sel limfosit B bereaksi dengan membentuk Ig E yang spesifik
terhadap allergen tersebut. Ig E yang dibentuk beredar didalam darah akan
menempel pada bermacam2 sel, salah satunya adalah sel mast. Paparan berikutnya,
bila ada alergen yang sama akan menempel pada IgE yang ada pada permukaan sel
mast, yang kemudian sel mast pecah mengeluarkan berbagai molekul (a.l histamin)
yang menyebabkan radang (inflamasi). Radang oleh reaksi alergi paling sering pada
hidung (rhinitis), paru (asma) dan kulit (dermatitis).
MANIFESTASI ALLERGI
Seseorang yang memiliki fitur/konstitusi alergi memiliki risiko untuk berkembang
menjadi beberapa penyakit alergi. Akan tetapi kapan muncul dan jenis penyakit
alerginya tidak bisa diprediksi. Manifestasi klinis penyakit meliputi banyak organ.
Perjalanan manifestasi alergi paling awal muncul pada biasanya adalah gambaran
alergi pada kulit bayi (gambaran kemeran kasar pada muka) dan alergi makanan.

Manifestasi Alergi Dermatitis Atopi

Manifestasi Alergi Angiodema

Manifestasi Alergi Urtikaria/Biduran

DIAGNOSIS ALERGI
Diagnosis alergi terutama ditegakkan dengan mempelajari gambaran klinis penyakit
dan riwayat paparan alergen. Gambaran klinis penyakit yang berulang dan disertai
dengan paparan allergen yang sama akan sangat mendukung dugaan manifestasi

alergi. Uji kulit dan IgE spesifik serum merupakan pemeriksaan penunjang
disarankan, sedangkan beberapa uji yang lain kurang memberikan hasil yang
memuaskan.

Allergy Laboratory Test

PENATALAKSANAAN ALERGI
Menghindari Alergen (Avoidance)
Menghindari allergen merupakan upaya utama untuk menghindari bagaimana para
penderita alergi dapat bebas/mengurangi gejala klinis alergi. Meskipun terlihat
mudah, akan tetapi pelaksanaanya tidak sederhana. Apalagi bila terkait kebutuhan
nutrisi anak. Alergen dari binatang dapat membutuhkan waktu beberapa bulan untuk
hilang dari ruangan setelah binatang tersebut tidak ada. Tidak ada satu tindakan
penghindaran dari allergen yang efektif akan tetapi lebih pada tindakan
komprehensif.
Farmakoterapi
Obat-obatan pada penanganan alergi berguna untuk mencegah munculnya
gejala/tanda alergi dan atau meredakan. Beberapa obat untuk meredakan
manifestasi penyakit alergi menjadi mutlak harus segera diberikan (misal pada
anafilaksis dan serangan asma) oleh karena dapat mengancam nyawa.
Imunoterapi

Imuunoterapi adalah satu-satunya penanganan kuratif untuk alergi pelaksanaannya


membutuhkan waktu cukup lama dan harus memperhatikan manfaat dan
keruganya.
Pencegahan
Pencegahan meliputi:

Primer: bayi dengan risiko tinggi alergi dan belum mengalami sensitisasi.
Dengan cara pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, (tidak perlu pantang
makan bagi ubu hamil), susu hidrolisat parsial, menghindari rokok, polusi udara

Sekunder: bayi yang sudah mengalami sensitisasi namun belum mengalami


gejala atau mencegah perkembangan manifestasi alergi (alergi march).
Misalnya pada bayi dengan dermatitis atopi pencegahan sekunder dengan
menghindari allergen untuk manifestasi asma.

Tersier: bayi yang sudah mengalami gejala atau sudah terdiagnosis alergi.
Misalnya pada alergi susu sapi yang tidak memungkinkan asi dapat diberikan
susu hidrolisat, formula asam amino atau formula kedelai
Beberapa hal tidak spesifik yang dapat mendukung respon alami
(mengurangi resiko alergi)

Tinggal di daerah pertanian/perkebunan

Penggunaan probiotik

Konsumsi buah dan sayur segar

Konsumsi susu segar

Olah raga/aktifitas outdoor

Penggunaan makanan yang difermentasi bakteri


Edukasi
Satu yang sangat penting dalam penanganan penyakit terutama penyakit kronik
adalah pemahaman pasien dan keluarga akan penyakit/kelainan yang diderita.
Daftar pustaka:
1.
Toit, G.D, Meyer, R., dkk, 2010, Identifying and managing cows milk protein
allergy, Arch Dis Child Educ Pract Ed 95: 134-144
2.
Mackay, I.A., & Rosen F.S, 2001, Allergy and Allergic Diseases: First of two
parts N Engl J Med344 (1): 30-36
3.
Mackay, I.A., & Rosen F.S, 2001, Allergy and Allergic Diseases: Allergic
Diseases and Their Treatment, N Engl J Med 344 (2): 109-113
4.
Caffarelli, C., Baldi, F., dkk, 2010, Cows Milk Protein Allergy in Children: A
Practical Guide,Journal of Pediatrics 36 (5)
5.
Koletzko, S., Niggeman B, dkk, 2012, Diagnostic Approach and Management
of Cows Milk Protein Allergy in Infants and Children: ESPGHAN GI Committee
Practical Guidelines, JPGN 55(2): 221-229
6.
Hugo, Van Bever, 2009, Allergic Diseases in Children: The Science, the
Superstition, and the Stories, World Scientific
Dr. Ferry Andian Sumirat, Sp.A
KESEHATAN ANAKLEAVE A COMMENT

Ragam Susu Formula Bayi dan Peruntukkannya

January 13, 2012


Penting dibaca!
Artikel berikut tidak serta merta dipandang sebagai dukungan baik implisit maupun
eksplisit terhadap pemberian susu formula. Artikel ini bertujuan pada pemberian
informasi mengenai beragam jenis susu formula agar orangtua yang memutuskan
menggunakan susu formula bersikap bijaksana dalam memilih susu yang tepat
sesuai kondisi bayi dan tidak terjebak pada klaim bombastis manfaat susu formula.

Pendahuluan
Di Indonesia, saat ini begitu banyak beredar berbagai jenis Susu Formula (sufor)
mulai dari yang mahal sampai yang relatif murah. Seringkali ibu-ibu yang terpaksa
menggunakan susu formula bingung memilih susu formula yang tepat bagi bayinya.
Apalagi kadangkala informasi yang didapatkan dari produsen bercampur dengan
informasi dagang yang berlebihan
Definisi
Secara definisi formula bayi adalah makanan yang ditujukan secara khusus untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sebagai pengganti sebagian atau hampir semua
dari ASI yang karena sesuatu hal ASI tidak bisa diberikan secara penuh atau
sebagian. Karena seringkali bayi hanya boleh mendapatkan susu (dibawah 4 6
bulan) maka pembuatan susu formula untuk bayi diawasi dengan ketat. Setiap
penelitian tentang susu formula bayi maka standard emas (golden standard) yang
digunakan
adalah
ASI.
Penggunaan
susu
formula
bayi sangat
berisiko menyebabkan masalah besar pada bayi bahkan dapat menyebabkan
kematian, oleh sebab itu pemasaran bayi diatur dengan ketat (khususnya di negara
maju) dan penggunaannya hanya atas rekomendasi dokter.
Klasifikasi Susu Formula Bayi
A. Standar
1.
Bahan dasar susu sapi. Misalnya: SGM, Lactogen, Similac, Enfamil, Bebelove,
S26
2.
Bahan dasar soya. Misalnya: Isomil, Prosobee, Alsoy, Nutrilon Soya, SGM soya,
Nursoy
3.
Bahan dasar susu kambing
B. Protein hydrolysates
1.
Partially Hydrolyzed Formula (PHF). Misalnya: NAN HA, Nutrilon
Hypoallergenic, Enfamil HA
2.
Extensively Hydrolyzed Formula (EHF). Misalnya: Pregestimil, Nutramigen,
Alimentum
3.
Elemental. Misalnya: Neocate, Elecare
C. Premature. Misalnya: Enfacare, NeoSure, SGM BBLR, PreNAN, Enfamil PF
D. Susu fomula tahap lanjut, untuk batita dan balita
E. Susu formula khusus. Susu yang dimodifikasi khusus untuk penyakit-penyakit
tertentu misalnya: kelainan metabolik, ginjal, kelainan saluran cerna
Berikut adalah bahasan singkat tentang klasifikasi di atas
Standard

Pada prinsipnya seluruh formula bayi yang beredar dipasaran sudah sesuai standar
baku yang ditetapkan baik nasional maupun internasional. Pengawasan terhadap
formula bayi sangat ketat, hal ini disebabkan semua ahli bahwa ketidak tepatan
pemberian nutrisi pada bayi sangat berbahaya bagi kesehatan bayi baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Berbagai produk formula bayi standard
dengan bermacam nama, harga dan promosi. Akan tetapi tidak ada bukti ilmiah
satupun yang menyatakan yang satu lebih baik dari pada yang lain.
Formula bayi berbahan dasar soya/kedelai
Penggunaan formula yang berbahan dasar soya ditujukan apabila didapatkan bukti
adanya alergi protein susu sapi (CMPA/cow milk protein alergi) akan tetapi faktanya
30 64% non-IgE mediated alergy dan 8 14% IgE-mediated alergy juga alergi
terhadap soya. Oleh karena itu formula bayi yang berbahan dasar soya hanya
merupakan pilihan terakhir jenis formula pengganti bagi bayi alergi (pilihan nomor
satu adalah elemental, kedua protein hydrolisat). Formula soya bebas dari laktosa
sehingga dapat digunakan pada intoleransi laktosa dan galaktosemia.
Pernyataan komite nutrisi AAP (American Academy of Pediatric) tentang formula
soya:
Formula soya dapat dipertimbangkan digunakan untuk situasi:

Bayi dengan galaktosemia atau defisiensi emzim lactase

Bayi dengan orang tua vegetarian

Bayi dengan IgE-mediated CMPA


Formula soya tidak bermanfaat pada:

Bayi dengan diare tanpa bukti intoleransi laktosa

Infantil colic

Pencegahan allergy

Bayi dengan enteropathy dan enterocolitis yang diinduksi protein susu sapi
Formula bayi dengan Protein hydrolysates
Partially Hydrolyzed Formula (PHF) ditujukan untuk pencegahan alergi pada bayi
yang memiliki riwayat alergi pada orang tua. Sedangkan Extensively Hydrolyzed
Formula (EHF) ditujukan untuk bayi dengan alergi susu sapi dengan manifestasi
ringan atau sedang. Berdasarkan keriteria AAP hanya EHF yang tergolong susu
hipoalergenik. Kejadian alergi protein susu sapi cukup jarang 2 3 persen, oleh
karena itu AAP menyatakan bahwa penggunaan susu hipoalergenik (EHF dan
Elemental) harus dengan pertimbangan dokter.
Formula bayi Elemental/Asam amino
Formula elemental digunakan pada alergi susu yang berat. Hanya untuk diketahui
susu ini sangat mahal dan sulit dicari.
Formula Premature
Susu formula premature ditujukan agar bayi premature dapat mencapai
pertumbuhan mendekati pertumbuhan didalam kandungan. Formula premature
diberikan pada bayi dengan berat badan lahir 2000 gram. Susu formula premature
sebaiknya dihentikan bila berat badan bayi 2000 gram dikarenakn dapat
menyebabkan kebutuhan nutrisi yang berlebihan. Dinegara maju formula premature
hanya diberikan dirumah sakit, setelah bayi keluar dari rumah sakit diberikan
formula premature transisi. Formula premature transisi memiliki cakupan nutrisi
diantara formula premature dan formula standar/mature. Akan tetapi susu fomula ini

sulit didapatkan di Indonesia dan belum ada bukti ilmiah yang menunjukan
kelebihannya dibanding formula standar.
Penambahan LCPUFA, ARA dan DHA
Long-chain polyunsaturated fatty acids (LCPUFA) meliputi asam lemak essensial,
Linoleic Acid, -Linolenic Acid (ALA), Arachidonic Acid (ARA) and docosahexaenoic
acid (DHA). Hampir semua formula bayi saat ini mempromosikan kandungan ARA
dan DHAnya terutama yang premium. ARA dan DHA terdapat didalam asi dan
merupakan asam lemak utama yang membentuk retina (saraf mata) dan otak.
Penambahan ARA dan DHA pada formula bayi belum memiliki bukti ilmiah yang kuat
memiliki kelebihan dibandingkan formula tanpa ARA dan DHA. Beberapa penelitian
menunjukan manfaat ARA dan DHA, namun setelah dibuat review (meta-analisis)
oleh Cochrane memberikan kesimpulan tidak berbeda, akan tetapi penggunaan ARA
dan DHA cukup aman.
Nucleotida
Nucleotida banyak terkandung dalam ASI, dan merupakan metabolit yang
membentuk ribonucleic acid (RNA), deoxyribonucleic acid (DNA) dan adenosine
triphosphate (ATP). Studi klinik menunjukan manfaat nukleotida pada pertumbuhan
dan modulasi sistim kekebalan tubuh pada bayi kecil menurut masa kehamilan.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
NomorHK.03.1.52.08.11.07235 Tahun 2011 Tentang Pengawasan Formula
Bayi Dan Formula Bayi Untuk Keperluan Medis Khusus
Bila kita membaca peraturan BP POM tersebut terlihat jelas bahwa susu formula bayi
diatur dalam hal kandungan nutrisi dan pemasarannya. Rincian persyaratan
keamanan, mutu dan gizi formula bayi dapat dibaca pada lampiran peraturan
tersebut. Kadar zat yang harus ada diatur kadar minimal dan maksimal, begitupula
zat tambahan yang boleh ditambahkan.
Bila kita lihat pada bab empat berisi tentang larangan:
Pasal 1. Pelaku Usaha dilarang:
a. memproduksi dan/atau memasukkan Formula Bayi dan/atau FormulaBayi Untuk
Keperluan Medis Khusus ke dalam wilayah Indonesia untuk diedarkan yang tidak
sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan ini;
b. mencantumkan klaim gizi dan/atau klaim kesehatan pada label Formula Bayi;
c. mencantumkan klaim kesehatan pada label Formula Bayi Untuk Keperluan Medis
Khusus; dan
d. mengiklankan Formula Bayi dan Formula Bayi Untuk Keperluan Medis Khusus
kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan.
Kandungan nutrisi yang boleh ditambahkan antara lain taurin, nukleotida, DHA,
ARA dan Probiotik. Kenapa tidak diharuskan? Hal ini disebabkan para ahli nutrisi
sendiri terdapat silang pendapat tentang sejauh mana manfaatnya, efek samping
jangka panjang atau bentuk sediaan yang tepat.
Ringkasan.
1.
Untuk bayi sehat dan tidak ada risiko alergi, bila ASI tidak dapat diberikan
maka pemilihan formula bayi bebas (mahal-murah sama saja)
2.
Bila bayi sehat dan ada risiko alergi (ayah/ibu/saudara ada riwayat alergi),
bila ASI tidak dapat diberikan maka pemilihan formula bayi pilihlah yang
Partially Hydrolyzed Formula (PHF) misalnya: NAN HA, Nutrilon Hypoallergenic,
Enfamil HA
3.
Bila bayi menderita alergi protein susu sapi dan ASI tidak dapat diberikan
maka pemilihan formula bayi:

Pertama: Susu formula elemental (mahal, diutamakan yang alergi


berat)

Kedua:
Extensively
Hydrolyzed
Formula
(EHF)
misalnya:
Pregestimil, Nutramigen, Alimentum

Ketiga: Bila kedua formula diatas tidak dapat diakses maka boleh
dicoba dengan formula bayi yang berbahan baku soya.
4.
Untuk bayi dengan masalah kesehatan lain harus dikonsultasikan dengan
dokter anak.
Dr Ferry Andian Sumirat, SpA
Daftar Pustaka
1.
Martinez JA and Ballew MP, Infant Formulas, Pediatrics in Review 2011;32;179
2.
Kliegman RM, Stanton BF, Schor NF, Geme JW dan Berhman RE (editor),
Nelson Textbook of Pediatric, 19th, 2011;161-164
3.
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, Peraturan
NomorHK.03.1.52.08.11.07235 Tahun 2011 Tentang Pengawasan Formula Bayi
Dan Formula Bayi Untuk Keperluan Medis Khusus
4.
U.S. Department of Agriculture, Feeding Infants, A Guide for Use in the Child
Nutrition Programs, 2002.
KESEHATAN ANAK

Você também pode gostar