Você está na página 1de 9

STUDI PENURUNAN TANAH DENGAN METODE GPR DI DESA DOULU

& JARANGUDA,BERASTAGI,SUMATERA UTARA


PROPOSAL

Diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah :


METODOLOGI PENELITIAN

Oleh :
AGUNG REHNINTA BARUS

1104107010026

TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penurunan tanah alami terjadi secara regional yaitu meliputi daerah yang luas atau
terjadi secara lokal yaitu hanya sebagian kecil permukaan tanah, biasanya terjadi di
daerah yang berkapur (Whittaker and Reddish, 1989).
Penurunan tanah merupakan salah satu bencana alam geologi yang paling sering
menimbulkan kerugian, seperti jalan raya rusak, kerusakan tata lahan, bangunan
perumahan. Penurunan tanah dapat diduga kejadiannya dengan melihat gejala-gejala
yang terlihat misalnya tanah ambles, patahan, retakan ,dan tanah longsor.
Secara garis besar Whittaker dan Reddish menyebutkan penurunan tanah biasa
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut :
a. Penurunan muka tanah alami (natural subsidence) yang disebabkan oleh prosesproses geologi oleh aktifitas vulkanik dan tektonik, siklus geologi, adanya rongga di
bawah permukaan tanah dan sebagainya.
b. Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh pengambilan bahan cair dari dalam
tanah seperti air tanah atau minyak bumi.
c. Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh adanya beban-beban berat diatasnya
seperti struktur bangunan sehingga lapisan-lapisan tanah dibawahnya mengalami
kompaksi/konsolidasi. Penurunan muka tanah ini sering juga disebut dengan
settlement.
d. Penurunan muka tanah akibat pengambilan bahan padat dari tanah (aktifitas
penambangan.
Longsor yang sering terjadi di daerah jalan menuju ke Berastagi diperkirakan
terjadi akibat penurunan tanah dan erosi di kawasan hutan sepanjang jalan menuju
Berastagi. Dengan latar belakang sebagai kota wisata, mulai banyak dilakukan
peningkatan di sektor pembangunan. Untuk mengurangi dampak yang di akibatkan oleh
penurunan tanah maka dilakukan studi penurunan tanah di daerah Berastagi.
Dipilihnya metode Ground Penetrating Radar (GPR) pada studi penurunan tanah
ini dikarenakan metode ini menggambarkan kondisi bawah permukaan untuk kedalaman
yang dangkal dengan memanfaatkan penjalaran dari gelombang elektromagnetik tanpa
melakukan pengeboran ataupun penggalian tanah.

1.2 Permasalahan
Penggunaan metode GPR untuk identifikasi penurunan tanah di daerah Berastagi
diperlukan pengambilan data di lapangan, pemrosesan data, pemodelan dan interpretasi.
Kemudian di kombinasikan dengan data geologi untuk mendukung pengukuran di
lapangan.
1.3 Batasan Masalah
1. Pengukuran dilakukan di daerah Berastagi dimana dapat dilihatnya gejala-gejala
penurunan tanah.
2. Evaluasi penurunan tanah sebelum dan sesudah dilakukannya pengukuran.
3. Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode GPR.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari studi ini adalah untuk melakukan usaha-usaha yang mungkin untuk
mencegah terjadinya longsor dan menata pendirian bangunan di daerah yang terjadi
penurunan tanah.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penurunan tanah yang terjadi
di Berastagi, untuk untuk mengurangi resiko terjadinya tanah longsor serta mengurangi
dampak penurunan tanah untuk bangunan, jalan raya, jembatan dan lain-lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penurunan Tanah
Bila suatu lapisan tanah mengalami pembebanan akibat beban di atasnya, maka
tanah di dibawah beban yang bekerja tersebut akan mengalami kenaikan tegangan, ekses

dari kenaikan tegangan ini adalah terjadinya penurunan elevasi tanah dasar. Pembebanan
ini mengakibatkan adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel tanah, dan keluarnya
air pori dari tanah yang disertai berkurangnya volume tanah. Hal inilah yang
mengakibatkan terjadinya penurunan tanah.
Secara umum, penurunan dapat diklasifikasikan menjadi 3 tahap, yaitu :
a.Immediate Settlement (penurunan seketika)
Diakibatkan dari deformasi elastis tanah kering, basah, dan jenuh air, tanpa
adanya perubahan kadar air. Umumnya, penurunan ini diturunkan dari teori elastisitas.
Parameter tanah yang dibutuhkan untuk perhitungan adalah undrained modulus dengan
uji coba tanah yang diperlukan seperti SPT, Sondir (dutch cone penetration test),
dan Pressuremeter test.
Penurunan seketika / penurunan elastic terjadi dalam kondisi undrained(tidak ada
perubahan volume). Penurunan ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat saat dibebani
secara cepat. Besarnya penurunan elastic ini tergantung dari besarnya modulus elastisitas
kekakuan tanah dan beban timbunan diatas tanah.
b. Primary Consolidation Settlement (penurunan konsolidasi primer)
Primary Consolidation Settlement yaitu penurunan yang disebabkan perubahan
volume tanah selama periode keluarnya air pori dari tanah. Pada penurunan ini, tegangan
air pori secara kontinyu berpindah ke dalam tegangan efektif sebagai akibat dari
keluarnya air pori. Penurunan konsolidasi ini umumnya terjadi pada lapisan tanah kohesif
(clay / lempung). Pada tanah lempung jenuh air, penambahan total tegangan akan
diteruskan ke air pori dan butiran tanah. Hal ini berarti penambahan tegangan total ()
akan terbagi ke tegangan efektif dan tegangan air pori.
Proses terdisipasinya air pori secara perlahan, sebagai akibat pembebanan yang
disertai dengan pemindahan kelebihan tegangan air pori ke tegangan efektif, akan
menyebabkan terjadinya penurunan yang merupakan fungsi dari waktu (time-dependent
settlement). Suatu tanah di lapangan pada kedalaman tertentu telah mengalami tegangan
efektif maksimum akibat beban tanah diatasnya (maximum effective overburden

pressure) dalam sejarah geologisnya. Tegangan ini mungkin sama, atau lebih kecil dari
tegangan overburden pada saat pengambilan sample.
Berkurangnya tegangan di lapangan tersebut bisa diakibatkan oleh beban hidup.
Pada saat diambil, contoh tanah tersebut terlepas dari tegangan overburden yang telah
membebani selama ini. Sebagai akibatnya, tanah tersebut akang mengalami
pengembangan. Pada saat dilakukan uji konsolidasi pada tanah tersebut, suatu
pemampatan yang kecil (perubahan angka pori yang kecil) akan terjadi bila beban total
yang diberikan pada saat percobaan adalah lebih kecil dari tegangan efektif
overburden maksimum (maximum effective overburden pressure) yang pernah dialami
sebelumnya.
Apabila beban total yang dialami pada saar percobaan lebih besar dari maximum
effective overburden pressure, maka perubahan angka pori yang terjadi akan lebih besar.
Ada 3 definisi dasar yang didasarkan pada riwayat geologis dan sejarah tegangan pada
tanah, yaitu :

Normally consolidated (Terkonsolidasi secara normal), dimana tegangan efektif


overburden saat ini merupakan tegangan maksimum yang pernah dialami oleh

tanah selama dia ada.


Overconsolidated, dimana tegangan efektif overburden saat ini lebih kecil
daripada tegangan yang pernah dialami oleh tanag tersebut. Tegangan
efektif overburden maksimum yang pernah dialami sebelumnya dinamakan

tegangan prakonsolidasi. (preconsolidation pressure / PC).


Underconsolidated, dimana tegangan efektif overburden saat ini belum mencapai
maksimum, sehingga peristiwa konsolidasi masih berlangsung pada saat sample
tanah diambil.

c. Secondary Consolidation Settlement (penurunan konsolidasi sekunder)


Secondary Consolidation Settlement adalah penurunan setelah tekanan air pori
hilang seluruhnya. Hal ini lebih disebabkan oleh proses pemampatan akibat penyesuaian
yang bersifat plastis dari butir-butir tanah. Pada konsolidasi primer (setelah tegangan air
pori U = 0), penurunan pada tanah masih tetap terjadi sebagai akibat dari penyesuaian

plastis butiran tanah. Tahapan konsolidasi ini dinamakan konsolidasi sekunder.


Penurunan yang diakibatkan konsolidasi sekunder sangat penting untuk semua jenis tanah
organik dan tanah anorganik yang sangat mampu mampat (compressible).

2.2 Pemilihan Penggunaan Metode GPR


Pengukuran dengan menggunakan GPR ini merupakan metode yang tepat untuk
mendeteksi benda benda kecil yang berada di dekat permukaan bumi (0,1-3 meter)
dengan resolusi yang tinggi yang artinya konstanta dielektriknya menjadi rendah.
GPR terdiri dari sebuah pembangkit sinyal, antena transmitter dan receiver
sebagai pendeteksi gelombang EM yang dipantulkan. Signal radar ditransmisikan sebagai
pulsa-pulsa yang tidak terabsorbsi oleh bumi tetapi dipantulkan dalam domain waktu
tertentu. Mode konfigurasi antena transmitter dan receiver pada GPR terdiri dari mode
monostatik dan bistatik. Mode monostatik yaitu bila transmitter dan receiver digabung
dalam satu antena. sedangkan moded bistatik bila kedua antena memiliki jarak pemisah.
Transmitter membangkitkan pulsa gelombang EM pada frekuensi tertentu sesuai
dengan karaketristik antena tersebut (10 MHz 4 GHz). Receiver diatur untuk
melakukan scan yang secara normal. Setiap hasil scan ditampilkan pada layar monitor
(real-time) sebagai fungsi waktu two-way traveltime, yaitu waktu yang dibutuhkan
gelombang EM menjalar dari transmitter, target dan ke receiver. Tampilan ini disebut
radargram.
Persamaan Maxwel adalah landasan berpikir dari perambatan gelombang
elektromagnet. Pada material dielektrik murni suseptibilitas magnetik () dan
permitivitas listrik () adalah konstan dan tidak terdapat atenuasi dalam perambatan
gelombang. Tidak sama halnya jika berhadapan dengan material dielektrik yang ada.
Sifat-sifat dari material bumi bergantung dari komposisi dan kandungan air material
tersebut. Keduanya ini mempengaruhi cepat rambat perambatan gelombang dan atenuasi
gelombang elektromagnet.
Keberhasilan dari metoda GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang
dapat menyebabkan gelombang tertransmisikan. Perbandingan energi yang direfleksikan

disebut koefisien refleksi (R) yang ditentukan oleh perbedaan cepat rambat gelombang
elektromagnet dan lebih mendasar lagi adalah perbedaan dari konstanta dielektrik relatif
dari media yang berdekatan.
Besar amplitudo rekaman georadar r(t) akan tampak pada penampang rekaman
georadar berupa variasi warna. Refleksi atau transmisi di sekitar batas lapisan
menyebabkan energi hilang. Jika kemudian ditemukan benda yang memiliki dimensi
yang sama dengan panjang gelombang dari sinyal gelombang elektromagnet maka benda
ini menyebabkan penyebaran energi secara acak. Absorbsi ( mengubah energi
elektromagnet menjadi energi panas ) dapat menyebabkan energi hilang. Penyebab yang
paling utama hilangnya energi karena atenuasi fungsi kompleks dari sifat lstrik dan
dielektrika media yang dilalui sinyal radar. Atenuasi () tergantung dari konduktifitas (),
peermeabilitas magnetik (), dan permitivity () dari media yang dilalui oleh sinyal dan
frekuensi dari sinyal itu sendir (2f). Sifat bulk dari material ditentukan oleh sifat fisik
dari unsur pokok yang ada dan komposisinya.
Dalam sistem GPR, peralatan yang digunakan terdiri dari control unit ( control
unit) antena pengirim (transmitter), antenna penerima (receiver), penyimpanan data yang
sesuai dan peralatan display. Sistem GPR terdiri atas pengirim transmitter yaitu antenna
yang terhubung ke sumber pulsa dan sebagai penerima (receiver) yaitu antenna yang
terhubung ke unit pengolahan sinyal(control unit) dan citra(display). GPR memiliki cara
kerja yang sama dengan radar konvensional. GPR mengirim pulsa energi antara 10
sampai 2000 MHz

kedalam tanah dari suatu antena dan kemuadian merekam

pemantulannya dalam waktu yang sangat singkat.


Unit kontrol radar menghasilkan pulsa trigger yang tersinkronisasi ke pengirim
dan penerima elektronik di antena. pulsa ini mengendalikan pengirim dan penerima
elektronik untuk menghasikan sample gelombang dari pulsa radar yang di pantulkan.
Antena merupakan tranduser yang mengkonversikan arus elektrik pada antena logam
untuk mengirimkan gelombang Elektromagnetik yang akan di propagasikan ke dalam
material.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Pengukuran ini dilakukan di dua titik, yaitu di desa Doulu dan di desa Jaranguda,
Berastagi. Lokasi yang berada di desa Doulu berada pada titik koordinat 312'46.08" LU
dan 9832'28.28"BT, tepat berada pada sisi jalan raya yang menghubungkan MedanBerastagi. Lokasi yang berada di desa Jaranguda berada pada koordinat 312'1.74"LU
dan 9830'21.73"BT, berada di lapangan yang dekat dengan area padat penduduk.
3.2 Prosedur Penelitian

Rancangan pengukuran yang akan dilakukan dengan menggunakan GPR (Ground


Penetrating Radar) dimulai dengan mempelajari teori-teori dari Ground Penetrating
Radar

yang berhubungan dengan pergerakan tanah yang menurun. Kemudian

dilanjutkan dengan melakukan survey ke lapangan dengan melakukan observasi terhadap


daerah yang akan diteliti, melakukan pengecekan terhadapa alat yang akan di pakai pada
pengukuran dan menentukan lintasan pengukuran pada daerah yang akan diteliti.
Selanjutnya pengambilan data di lapangan, melakukan pengolahan data dari hasil
pengukuran dan interpretasi data
3.3 Bahan dan Peralatan Penelitian
1. 1 unit georadar,
Toughbook CF-19 PC
Radar Contol Unit ( DAD )
Antena IDS RIS TR 200MHz , wheel Kit (WHE 50 ) dan Cabel metric Weel
Kabel LAN
Cabel Batterai
Cabel AC 300cm
Batterai Kering
Antena
2. GPS untuk menentukan koordinat
3. Kamera digital
4. Laptop, untuk interpretasi data dengan software Ramac dan Rad
Explorer

DAFTAR PUSTAKA
Bowles, Joseph E. 1986. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Edisi
Kedua. Erlangga
Milson, John. 2003. Field Geophysics, Edisi Ketiga. London: John Wiley & Sons Ltd
Tobing dkk. 2000. Penyelidikan Geoteknik Land Subsidance Semarang Jawa Tengah.
Bandung: Departemen Pertambangan dan Energi

Você também pode gostar