Você está na página 1de 6

Sequencing Batch Reactor (SBR)

Contoh aplikasi reaktor tadah (batch) pengolah air limbah yang kian luas
diterapkan sekarang adalah SBR. Pada reaktor ini, lumpur aktif diendapkan
setelah terjadi reaksi, efluennya dibuang dan selanjutnya influen baru air limbah
dimasukkan. Periode antara kedua penambahan influen tersebut dinamai siklus
dan berulang terus secara teratur. Pada sistem SBR ini, jumlah tangkinya bisa
hanya satu tapi bisa juga banyak tangki pengolah dan masing-masing memiliki
lima operasi dasar yaitu isi (fill), reaksi (react), endap (settle), buang (draw) dan
siaga (idle).
Pada saat fill, influen air limbah dimasukkan ke dalam biomassa sehingga
volume air di dalam tangki bertambah hingga taraf maksimum. Ada tiga cara fill
yaitu static fill (tanpa pengadukan atau aerasi), mixed fill (pengadukan tanpa
aerasi), dan aerated fill. Tahap fill dihentikan jika tangki sudah penuh. Reaksi
biokimia yang dimulai pada saat fill akan selesai selama tahap react. Reaksi
dibedakan menjadi dua, bergantung pada konsentrasi oksigen terlarut: (1) mixed
react (konsentrasi oksigennya rendah atau kondisi anoxic /anaerobic) (2) aerated
react (konsentrasi oksigennya tinggi). Pembuangan lumpur atau sludge selama
react adalah cara yang sederhana untuk mengendalikan umur lumpur. Akhir dari
fase reaksi ditentukan oleh waktu atau taraf air di dalam tangki.
Berikutnya adalah fase endap (settle). Selama fase ini terjadi pemisahan
lumpur di dalam tangki dengan volume lebih dari 10 kali daripada klarifir
konvensional yang digunakan di dalam activated sludge konvensional. Perlakuan
ini menjamin lapis lumpur (sludge blanket) tetap tertinggal di dalam tangki pada
saat fase buang (draw) dan tidak ikut meluap sebelum proses draw selesai.
Kecuali itu, sludge juga dapat dibuang pada saat proses settle selain selama proses
react. Lumpur yang dibuang pada akhir settle lebih pekat daripada selama react.
Ancaman prosesnya bisanya adalah lumpur apung (rising sludge). Untuk
meniadakan masalah lumpur apung ini, panjang waktu sesi draw sebaiknya jangan
terlalu lama dan dapat digunakan pipa dengan bantuan pompa benam
(submersible).
Setelah draw usai, tangki siap menerima masukan baru air limbah lagi.
Pada beberapa modifikasi SBR, setelah tuntas tahap draw tersebut, tangki harus

menunggu dulu. Jika prosesnya seperti ini maka periodenya disebut siaga (idle).
Begitulah siklus prosesnya. Tampak bahwa SBR dapat berfungsi sebagai sistem
lumpur aktif konvensional kontinu. Perbedaan utama antara kedua sistem tersebut
adalah SBR dapat berfungsi sekaligus sebagai ekualisasi, aerasi dan sedimentasi.
SBR sangat fleksibel sehingga dapat digunakan dalam skala lab maupun skala
lapangan. Begitu pun, SBR mampu mengolah air limbah kaya fosfat yang sulit
dilaksanakan dengan bioproses klasik konvensional.
Fixed Biofilm Reactor
Air limbah domestik merupakan salah satu sumber pencemaran air yang
belum tertangani dengan baik. Salah satu pengolahan limbah yang sederhana,
ekonomis dan ramah lingkungan adalah sistem biofilm. Biofilm merupakan suatu
lingkungan kehidupan yang kusus dari kelompok mikroorganisme yang melekat
pada suatu permukaan padat dalam lingkungan perairan. Pada dasarnya prinsip
kerjanya yaitu lapisan biofilm yang melekat pada medium akan menguraikan
senyawa senyawa polutan yang ada di dalam air limbah misalnya BOD, COD,
ammonia, phosphor dan lainnya. Pada saat bersamaan dengan menggunakan
oksigen yang terlarut di dalam air senyawa polutan tersebut akan diuraikan oleh
mikro-organisme menjadi biomasa.
Pengolahan air limbah dengan proses biofilm mempunyai beberapa
keunggulan antara lain: pengoperasian mudah, lumpur yang dihasilkan sedikit,
dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah maupun
konsentrasi tinggi, tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun fluktuasi
konsentrasi, pengaruh penurunan suhu terhadap efisiensi pengolahan kecil.
Biofilm

didefenisikan

sebagai

material

organik

terdiri

dari

mikroorganisme terlekat pada matriks polimer(materi polimer ekstraseluler) yang


dibuat oleh mikroorgaisme itu sendiri, dengan ketebalan lapisan biofilm berkisar
antara 100 m- 10 mm yang secara fisik dan mikrobiologis sangat kompleks.
Keberadan mikroorganisme yang melekat pada suatu media menyebabkan
elektron aseptor, elektron donor, dan nutrien yang dibutuhkan harus dibawa
kepada mikroorganime melalui mekanisme difusi atau proses transpot massa yang

lain. Kombinasi antara efek transpot massa yang terjadi dibarengi dengan
reaksi(biologis) membuat pemodelan pada sistem biofilm berbeda dan lebih rumit
dibandingkan pemodlan pada sitem pertumbuhan tersuspensi.
Secara konvensional lapisan biofilm ini digambarkan dengan model rata
paralel dengan media pada gambar berikut:

Proses degradasi bahan organik secara aerobik pada biofilm tidak jauh
berbeda dengan mikroorganisme tersuspensi. Degrdasi substrat terjadi akibat
konsumsi substrat dan nutrien oleh mikroorganisme pada biofilm, dengan
menggunakan oksigen sebagai elektron akseptor apabila proses berjalan secara
aerobik. Oleh karena melalui lapisan biofilm, maka konsentrasi substrat terbesar
akan berada pada permukaan biofilm dan menurun dengan penambahan
kedalaman biofilm. Hal ini disebut sebagai diffusion limited. Adanya difusi
terbatas dapat menjadi salah satu kekurangan biomass biofilm di dalam
penyisihan limbah cair.
Pertumbuhan dan Pelepasan Biofilm
Pertumbuhan biofilm sangat tergantung pada jenis mikroorganisme yang
tumbuh pada permukaan media, dan jenis media yang digunakan. Secara umum
ada 3 fase didalam daur hidup biofilm. Fase tersebut adalah pelekatan biofilm

pada media, fase pertumbuhan dan fase pelepsan. Fase pertumbuhan biofilm
terdiri tasa fase induksi, log akumulasi dan plateu.

Pertumbuhan biofilm tidak hanya dipengaruhu oleh biofilm itu sendiri, tetapi juga
kondisi lingkungan yang ada disekitarnya, terutama kondisi alirtan air. Gambar
II.6 menunjukkan interaksi antara komponen partikulat , komponen terlarut, dan
aliran air.

Reaksi yang terjadi pada komponen terlarut menyebabkan pertumbuhan


mikroorganisme, produksi polymer dan kematian mikroorgaisme. Ketiga faktor
ini berhubungan dengan prosess pelepsan dan pelekatan biofilm. Aliran didalam
reaktor ini mempengaruhi proses konveksi, yang merupakan bagian dari
perpindahan massa untuk komponen terlarut.
Proses perpindahan massa(konveksi dan difusi) akan menyebabkan reaksi,
sehingga terjadi proses saling mempengaruhi. Didalam istilah yang umum,proses
pemindahan massa berlangsung bersamaan dengan proes reaksi mikrobial di
dalam biofilm.
Faktor yang mengontrol perkembangan , komposisi dan struktur biofilm adalah:

Kondisi permukaan substrat


Kondisis permukaan mikroorganisme
Kondisi fisika-kimia sebagian besar air(T,pH,salinitas,ion,bahan organik)
Konsentrasi bahan organik yang tersedia sebagai substrat
Morfologi mikroorganisme
Aktivitas fisiologikal mikroorganisme
Lysis organisme biofilm
Konsumsi oleh protozoa
Aktivitas invertebrata
Formasi gelembung gas pada zone anoksik dan anaerobik
Erosi dan sloughing
Usia biofilm
Kondisi hidrolis(laju aliran, gaya geser)
Keberadaan zat anti mikroorganisme

Fase pelepasan dapat disebabkan oleh satu/lebih faktoe yaitu: erosi, abrasi,
sloughing, dan mekanisme predator. Erosi adalah penghilangan materi kecil
biofilm secara kontinyu yang merupakan mekanisme pelepsan yang paling umum
ddidalam proses biofilm. Erosi ini dapat disebakna oleh berbagai macam faktor,
tapi faktor gesekan dari aliran air adalah faktor yang paling utama, oleh karena itu
erosi biofilm sering disebut sebagai shear loss.
Abrasi terjadi apabila partikel bertumbukan dengan biofilm dan melepaskannya
dari media. Hal ini terjadi terutama pada saat backwashing. Sloughing adalah
proses dimana sebagian besar biofilm hilang.

Schulz(2005) mengklasifikasikan reaktor dengan pertumbuhan melekat menjadi:


1. Fixed Bed Reactor: Trickling filter, Submerged fixed bed reactor, biofilter
2. Rotating Biological contactor: rotating disc contactor dan rotating cage
reaktor.
3. Fluidized Bed : Moving Bed dan Fluidized Bed
4. Combined Procesees : Media tenggelam dian dan media bergerak.
Klasifikasi berdasarkan letak media terhadap permukaan air menurut Metcalf &
Eddy (2003) dan von Munch (2004) :
1. Reaktor yang tidak termasuk didalam reaktor petumbuhan melekat
terendam(non-submerged attached growth)
2. Reaktor pertumbuhan tersuspensi dengan fixed film packing
3. Reaktor pertumbuhan melekat tenggelam ( Submerged attached growth)

Você também pode gostar