Você está na página 1de 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BBLR

( BERAT BADAN LAHIR RENDAH )


A.

KONSEP DASAR BERAT BADAN LAHIR RENDAH


1.

Pengertian
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram.
Dahulu bati baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan
2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada
kongres Euripean Perinatal medicine ke II di London (1970) telah
disusun defenisi sebagai berikut :
a.

Bayi kurang bulan : bayi dngan masa kehamilan kurang dari 37


minggu (259 hari)

b.

Bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu


sampai sengan 42 minggu (259-293 hari)

c.

Bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu


atau lebih (294 hari atau lebih)
Dengan pengertian diatas maka bayi dngan brat badan lahir rendah

dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : prematuritas dan dismaturitas.


Prematuritas adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk
masa kehamilan, atau disebut Neonatus kurang bulan- sesuai masa
kehamilan (NKB SMK).
Dismatur adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan. Dismatur dapat terjadi dalam pretem term dan post term. Dismatur ini dapat disebut juga : Neonatus jurang
bulan, kecil untuk masa kehamilan (NKB KMK). Neonatus cukup bulankecil masa kehamilan (NCB KMK), neonatus lebih bulan-kecil masa
kehamilan (NLB - KMK).

2.

Etiologi
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu :
1)

Factor Ibu
a. Penyakit
1.

Toksemia gravidarum

2.

Perdarahan antepartum

3.

Trauma fisik dan psikologis

4.

Nefritis akut

5.

Diabetes militus

b. Usia Ibu
1.

Usia < 16 tahun

2.

Usia > 35 tahun

3.

Multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat

c. Keadaan Sosial
1.

Golongan sosial ekonomi rendah

2.

Perkawinan yang tidak sah

d. Sebab Lain :
1.

Ibu yang perokok

2.

Ibu peminum alkohol

3.

Ibu pecandu narkotik

2)

Factor janin
a. Hidramnion
b. Kehamilan ganda
c. Kelainan kromosom

3)

Factor lingkungan
a. Tempat tinggal didataran tinggi
b. Radiasi
c. Zat-zat racun

3.

Karakteristik keadaan yang dijumpai


a)

Prematuritas Murni
1.

Berat badan kurang dari 2500 gram, PB kurang dari


45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari
30 cm.

2.

Masa gestasi kurang dari 37 minggu

3.

Kulit tipis dan transparan, nampak mengkilat dan


licin

4.

Kepala lebih besar dari badan

5.

Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga,


dan lengan

6.

Lemak subkutan kurang

7.

Ubun-ubun dan sutura lebar

8.

Rambut tipis, halus

9.

Tulang rawan dan telinga immature

10.

Putting susu belum terbentuk dengan baik

11.

Pembuluh darah banyak terlihat, peristaltic usus


dapat terlihat

12.

Genetalia belum sempurna, labia minora belum


tertutup oleh labia mayora (pada wanita), testis belum turun (pada
laki-laki).

13.

Bayi masih posisi fetal

14.

Otot masih hipotonik

15.

Pergerakan kurang dan lemah

16.

Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum


teratur dan sering mengalami serangan apnoe

17.

Refleks tonik neck lemah

18.

Refleks menghisap dan menelan belum sempurna

b)

Dismatur
Pre term : sama dengan bayi prematuritas murni
Post term :

B.

1.

Kulit pucat/ bernoda, kering keriput, tipis

2.

Vernix caseosa tipis/ tidak ada

3.

Jaringan lemak di bawah kulit tipis

4.

Bayi nampak gesit, aktif dan kuat

5.

Tali pusat berwarna kuning kehijauan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BBLR


I. Pengkajian
1.

Pemeriksaan Fisik
Apakah ada perubahan pada fisik bayi berat badan bayi, apakah
defermitas.

2.

System pernafasan
Bentuk dada simetris atau tidak, otot-otot pernafasan cuping
hidung, retraksi intercostae, subclavicula, frekuensi pernafasan, bunyi
nafas ada ronchi atau tidak.

3.

Sistem cardiovaskuler
Irama dan frekuensi denyut jantung, warna kulit : sianosis, pucat,
tekanan darah.

4.

Sistem pencernaan
Tentukan apakah ada distensi abdominal, adakah regurgitasi, muntah :
warana, bau, konsistensi, peristaltic.

5.

Sistem perkemihan
Jumlah, warna, abnormalitas genetalia.

6.

Sistem neuro muskuler


Gerakan tubuh, sikap/ posisi bayi fleksi, extensi, reflek menghisap,
tingkat respon, respon pupil.

7.

Sistem integument
Tekstur kulit, ada lesi/ rash, iritasi atau tidak.

II. Diagnosa keperawatan dengan implementasi


1)

Diagnosa I

Potensial terjadi hipotermi b/d tidak mampu mengontrol suhu tubuh


d/d sedikitnya lemak didalam tubuh, area permukaan tubuh luas,
kebutuhan metabolisme tinggi.
Tujuan : Agar suhu tubuh bayi normal
Rencana :
-

Rawat bayi diruang isolasi


Rasional : suhu ruang isolasi lebih tinggi 2 dari suhu tubuh dan
merupakan ruang yang netral bagi bayi.

Monitor temperature axila, observasi, catat dan laporkan


perubahan suhu klien.
Rasional : memantau tingkat perkembangan bayi dalam mengelola
suhu badannya.

Observasi distensi abdomen, perubahan warna pada


dinding abdomen
Rasional : melihat sejauh mana bayi mengalami hipotermi karena
bayi masih melakukan nafas perut.

2)

Diagnosa II
Potensial infeksi b/d imunitas tubuh rendah
Tujuan : tidak terjadi infeksi/ infeksi dapat di kurangi
Rencana :
-

Kaji, perhatikan lokasi dan infeksi.


Rasional : menetukan pilihan tindakan yang dilakukan pada bayi.

Rawat luka bayi


Rasional : mencegah terjadinya komplikasi lenjut pada bayi.

Atur posisi bayi (terlentang)


Rasional : dengan posisi terlentang menghindarkan tekanan pada
daerah infeksi.

3)

Diagnosa III
Pola nafas tidak efektif b/d perkembangan jaringan paru kurang baik
d/d cairan surfaktan kurang, otot-otot pernafasan lemah.
Tujuan : pola nafas teratur

Rencana :
-

Observasi

dan laporkan bila ada perubahan frekuensi

pernafasan, retraksi pada dada, cuping hidung, ekspansi dada


menurun atau tidak.
Rasional : melihat sejauh mana kesulitan bayi bernafas serta
memudahkan dalam menentukan tindakan.
-

Pertahankan jalan nafas dalam keadaan bersih. (lakukan


secsion).
Rasional : dengan seksion jalan nafas bayi menjadi bersih dan bayi
dapat bernafas dengan baik.

4)

Diagnosa IV
Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d berat badan
menurun d/d kurang mampu menghisap, volume lambung kecil,
menurunnya motilitas gaster
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Rencana :
-

Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.


Rasional : air susu ibu sangat baik untuk pertumbuhan bayi dan
merupakan kebutuhan paling utama untuk bayi.

Berikan informasi tentang pentingnya asi untuk bayi.


Rasional : membantu memahami tujuan dari apa yang dilakukan
dan mengurangi masalah karena ketidaktahuan klien tentang
pentingnya/ manfaat asi untuk bayi.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An S


DENGAN DIAGNOSA MEDIS BBLR DI RUANG NICU
RUMAH SAKIT UMUM MATARAM
TANGGAL 14 MARET 2005

I. PENGKAJIAN
A.

Identitas Data
Nama Klien

: An S

Nama Ayah

: S (30 th)

Umur

: 2 hari

Nama Ibu

: M (26 th)

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan Ayah : Swasta

Agama/Suku

: Islam/Sasak

Pekerjaan Ibu : IRT

Pendidikan

: -

Agama

: Islam

Alamat

: Langko, Duman

Pendidikan

: SMA/SMP

Alamat

: Langko, Duman

Lingsar, Lobar

Lingsar, Lobar
B.

Keluhan Utama
Lahir dengan berat badan lahir rendah dan tidak langsung menangis.

C.

Riwayat Perjalanan Penyakit


Bayi lahir dengan Sectio cecaria di Rumah Sakit Umum Mataram tanggal
11 4 2005 jam 04.40 WITA dengan BB = 800 gram, TB = 32cm,
LK=25 cm, anus +, serta apgar score 5-6, ibu APB (Placenta Previa) dan
posisi bayi letak sungsang, pucat, tangis pelan, bayi prematur, napas tidak
teratur, S = 36OC, DJJ = 124x/menit umur kehamilan 30-32 minggu. Dan
sekarang dirawat di ruang NICU RSU Mataram dengan berat badan yang
naik turun.

D.

Riwayat Penyakit Sebelumnya


Karena umur bayi baru 2 hari, maka tidak ada riwayat penyakit bayi yang
pernah di alami sebelumnya.

E.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


1.

Prenatal (Hamil)
Selama kehamilan ibu klien tidak pernah menderita penyakit yang
membahayakan atau mengganggu kehamilannya seperti hiperremis
gravidarum, tetapi setelah Umur kehamilan 32 minggu ibu
memeriksakan diri karena terjadi perdarahan pervagina yang dicurigai
adanya plasenta previa sehingga ibu diindikasikan untuk menjalani
operasi sectio cesaria.

2.

Natal (Lahir)
Umur kehamilan pada saat melahirkan 30-32 minggu pada tanggal
11/4/2005, ibu mengalami perdarahan pervagina, dan diindikasikan
untuk menjalani SC, ibu langsung di bawa ke ruang Operasi jam 04.00
wita, dan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah. BB = 800 g, TB =
32 cm, LK = 23 cm, AS = 5-6.

3.

Postnatal
Setelah bayi lahir dilakukan pembersihan jalan napas, pemeriksaan
apgar score dengan nilai 5-6, DJJ = 124 x/menit, suhu = 36 oC, bayi
langsung dibawa ke ruang NICU dan langsung dilakukan pemanasan
dan pemasangan oksigen, infuse dextrose 10 % 6 tetes/menit,
dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan anus +, rambut lebat dan
terdapat banyak lanugo, pembentukan putting susu belum sempurna.

F.

Riwayat \Penyakit Keluarga


Ibu mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang mengalami hal yang
serupa dengan klien yaitu lahir dengan berat badan yang sangat rendah
seperti yang dialami klien saat ini, dan dalam keluarga tidak ada anggota
keluarga yang sedang menderita penyakit menurun serta menular lainnya
seperti DM, Hypertensi, TBC dan lain-lain yang membuat keluarga sampai
rawat inap.

G.

Riwayat tumbuh kembang.


1.

Pemeriksaan fisik
Pada saat pengkajian keadaan umum bayi lemah, berat badan bayi
menurun menjadi 1000 gram yang mulanya 1300 gram, dengan
panjang badan, panjang badan 32 cm, lemak dalam tubuh bayi sedikit.

2.

perkembangan.
-

Motorik kasar : aktifitas klien masih lemah dan bila dirangsang


belum ada respon yang adekuat.

Motorik halus : belum dapat berfungsi secara optimal karena umur


klien baru 2 hari.

Bahasa

: belum mampu berkomunikasi dengan baik secara

langsung, bahasa bayi adalah menangis


H.

Social

: interaksi dengan lingkungan terbatas.

Psikologi keluarga
Ibu terlihat tenang dan menerima keadaan bayinya, seringkali ibu
mengelus-elus bayinya dan menggendong bayinya memakai system
kanguru dengan penuh rasa kasih sayang

I.

Pola kebiasaan sehari-hari


1.

Pola respirasi
Frekuensi pernapasannya 48x/menit, tidak didapat pernapasan cuping
hidung dan tarikan dinding dada, terpasang oksigen 1 liter/menit.

2.

Nutrisi
Bayi belum dapat minum karena reflek menelan dan menghisap masih
lemah, sementara untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi di penuhi
melalui pemasangan sonde lambung 10 cc/2jam dan infuse KA EN
1B 6 tetes/menit, dan juga dilakukan transfuse plasma yang terakhir
dilakukan pada tanggal 28/4/2005 jam 09.00 Wita.

3.

Eliminasi
Abdomen tidak kembung, buang air besar dan kecil lancar. BAB
kurang lebih 3 kali sehari berwarna hitam dan konsistensi lembek, dan
BAK kurang lebih 10 kali/hari berwarna jernih.

4.

Aktifitas
Aktifitas masih lemah dan bila sedikit dirangsang dapat sedikit
bergerak spontan

5.

Istirahat tidur
Jumlah tidur bayi sekitar 18-20 jam/hari selalu dalam keadaan tidur
kecuali bayi dalam keadaan lapar atau kain popok basah oleh urine
atau feses.

6.

Suhu tubuh
Suhu tubuh bayi pada saat pengkajian 36,9 oC

7.

Personal hygiene
Bayi dimandikan dengan diseka 1 kali sehari dan kebersihan bayi
dibantu oleh perawat dan ibu, popok diganti setiap kali popok basah
oleh urin dan feses.

J.

Pemeriksaan Fisik.
a.

Reflek moro

b.

Reflek menggenggam : lemah

c.

Refleks menghisap

: lemah

d.

Tonus otot/aktifitas

: lemah

e.

Kekuatan menangis

: lemah

f.

Kapala/leher

Fontanela anterior : lebar

Lingkar kepala

: 25 cm

Gambaran wajah

: jelas

Leher

: tidak ada kelainan (pembesaran kelenjar tiroid/distensi


vena jugolaris)

K.

Terapi.
IVFD : KA-EN 1B
Sonde : 10 CC/ 2 jam (ASI/PASI)

II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a)
NO
1.|

Analisa Data
Ds : Do :
-

SYMPTOM

ETIOLOGI
Tidak
mampu
mengontrol
suhu
tubuh

PROBLEM
Potensial
terjadi
hipotermi

2.

Ds :
Do :

Imunitas
rendah

Potensial
infeksi

Ds :

Do :

Sedikitnya lemak didalam


tubuh bayi.
- Area permukaan tubuh luas
Kebutuhan metabolisme tinggi
K/u lemah
S : 36,50C N : 160 x/mnt RR
= 48x/mnt
perawat ruangan mengatakan
jika klien diberi ASI/PASI
melalui sonde lebih dari
10cc/2jam maka klien terlihat
biru
K/u lemah
- Refleks
menghisap
dan
menelan bayi masih lemah.
- Berat badan bayi turun
menjadi 1000 g, yang
semulanya 1300 g
Terlihat adanya pemasangan
sonde (10cc/2jam)

b)

tubuh

Refleks menelan dan


menghisap
yang
masih lemah serta
terdapatnya retensi
(sisa
pemberian
sonde setelah 2 jam
pemberian)

terjadinya

Potensial perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

Diagnosa Keperawatan
1.

Potensial terjadi hipotermi


b/d Tidak mampu mengontrol suhu tubuh

d/d

Sedikitnya lemak

didalam tubuh bayi, area permukaan tubuh luas, kebutuhan


metabolisme tinggi.
2.

Potensial terjadinya infeksi


b/d Imunitas tubuh rendah d/d keadaan umum lemah, S : 36,50C N :
160 x/mnt RR = 48x/mnt

3.

Potensial perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan b/d Refleks menelan dan menghisap yang masih
lemah serta terdapatnya retensi (sisa pemberian sonde setelah 2 jam
pemberian). d/d perawat ruangan mengatakan jika klien diberi

ASI/PASI melalui sonde lebih dari 10cc/2jam maka klien terlihat biru
K/u lemah, refleks menghisap dan menelan bayi masih lemah, berat

badan bayi turun menjadi 1000 g, yang semulanya 1300g, terlihat


adanya pemasangan sonde (10cc/2jam)

III.

Rencana Keperawatan
a)

Prioritas Masalah
1) Potensial terjadi hipotermi b/d Tidak mampu mengontrol suhu tubuh.
2) Potensial terjadinya infeksi b/d Imunitas tubuh rendah
3) Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

b/d Refleks

menelan, menghisap yang masih lemah serta terdapatnya retensi (sisa


pemberian sonde setelah 2 jam pemberian)
b)

Rencana Keperawatan
N
Hr/tgl
o
1 Senin
14-03-05

Tujuan
Setelah
dilakukan
tindakan 1x24 jam
diharapkan
hipotermi
tidak
terjadi
dengan
kriteria :
Suhu tubuh
masih
dalam
batas-batas
normal 36-37oC

D
x
I

Rencana Tindakan
1)

Observasi vital
sign setiap 8 jam atau
lebih sering

2)

Monitor suhu
incubator setiap 3
jam atau lebih sering.

3)

Senin
14-03-05

Setelah
dilakukan
tindakan selama 2 x
24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi
dengan kriteria :
keadaa
umum klien baik
serta tanda-tanda
vital dalam batas-

Anjurkan pada
ibu agar kooperatif
dalam
perawatan
bayinya.

II
1)

Monitor
keadaan umum serta
tanda-tanda
vital
klien
2)
Observasi ada
atau tidaknya tandatanda infeksi pada
daerah-daerah bekas

Rasionalisasi
1) Tanda-tanda
vital
merupakan acuan untuk
mengetahui
keadaan
umum klien dan untuk
mendeteksi
kejadian
hipotermi
sedini
mungkin
2) Suhu
incubator
berperan penting dalam
menjaga agar bayi
tidak hipotermi.
3) Ibu yang kooperatif
sangat
membantu
dalam
perawatan
anaknya
sehingga
tujuan perawatan yang
ingin dicapai dapat
dicapai secara oprtimal.
1) Keadaan umum dan
pemeriksaan
tandatanda
vital
sangat
mendukung
untuk
mengetahui
adanya
infeksi secara dini.
2) salah satu cara untuk
mengetahui secara dini
adanya infeksi adalah

Senin
14-03-05

batas normal.
Tidak
terdapatnya tandatanda
infeksi
(demam,
nyeri,
kemerahan
dan
bengkak
pada
daerah
tempat
dilakukanya
tindakan)

Setelah
dilakukan
tindakan
selama
2x24
jam
di
harapkan potensial
perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
tidak terjadi dengan
criteria:
-

tempat dilakukannya
tindakan.
3)
Jaga
keadaan
nutrisi klien.

mengkaji adanya tandatanda infeksi.


3) Nutrisi
yang
baik
sangat
berpengaruh
dalam
mencegah
terjadinya infeksi

1)
III

1)

Anjurkan ibu
untuk
mengeluarkan
ASInya untuk di
berikan
melalui
sonde.
2)
Berikan
bayi
ASI yang telah di
sediakan ibunya.
3)
Cek
adanya
residu

Karena
refleks
hisap dan menelan
bayi masih lemah
maka salah satu cara
pemberiannya
yaitu
melalui sonde.
2)
ASI merupakan
makanan yang terbaik
untuk bayi
3)
Menandakan
bahwa tubuh sudah
dapat
menerima
makanan dan diserap
dengan baik.

IV.

Implementasi
Hari
tgl,/Jam
Senin
2-5-05
09.30
12.00

Dx
I

Tindakan
1)

Memonitor suhu incubator


setiap 2 jam sekali atau lebih
sering.

2)

Mengobservasi vital sign


setiap 8 jam atau lebih sering
meliputi :
Suhu : RR : DJJ : -

3)

Menganjurkan pada ibu dan


keluarga agar kooperatif dalam
perawatan bayinya :
- Setiap masuk ruang perawatan
anjurkan ibu memakai baju
pengunjung
yang
telah
disediakan.
- Melarang keluarga yang lain
memasuki ruang perawatan

10.00

Senin
2-5-05
10.30

II
Memonitor ada atau tidaknya
tanda-tanda infeksi pada daerahdaerah bekas tempat dilakukannya
tindakan. Seperti :
Adanya
kemerahan,
bengkak
ataupun rasa hangat dan rasa nyeri.
2)
Menjaga
keadaan
nutrisi
klien.dengan selalu memberikan
bayi ASI/PASI melalui sonde
lambung
3)
Mengkaji keadaan umum serta
tanda-tanda vital klien yang
meliputi :
DJJ :
Suhu :
RR :

12.00

III
1)

09.00

12.00

1)

Incubator dalam keadaan


hidup dengan suhu berkisar
antara 37-38 OC
2)
Dari hasil observasi
didapatkan nilai-nilai vital
sign sebagai berikut :
DJJ : 160 x/menit
Suhu : 36,9 OC
RR : 48 x/menit.
3)
Ibu dan keluarga tampak
kooperatif dalam perawatan
bayinya terlihat setiap ibu
dan keluarga yang masuk
memakai baju pengunjung
yang telah disediakan di
dekat pintu bagian dalam
sebelah kiri.

1)

Tidak ada tanda-tanda


infeksi yang ditemukan pada
saat pengkajian.

2)

Sonde telah diberikan 10


cc dalam 2 jam

3)

Dari hasil observasi


didapatkan nilai-nilai vital
sign sebagai berikut :
DJJ : 160 x/menit
Suhu : 36,9 OC
RR : 48 x/menit

1)

Ibu dapat mengeluarkan


ASInya sebanyak 20 cc

2)

Terdapat residu 2 cc dan


bayi tidak muntah setelah
diberikan sonde ASI

3)

Terdapat residu 2 cc dan


bayi tidak muntah setelah
diberikan sonde ASI

1)

11.00

Senin
2-5-05
08.30

Respon Hasil

Menganjurkan pada ibu untuk


mengeluarkan ASInya untuk di
berikan pada bayi melalui sonde
dengan pemberian

2)

Mengecek adanya residu dan


memberikan sonde 10 cc

3)

Memberikan sonde 10 cc dan


sebelumnya mengecek adanya
residu.

Selasa.
3-5-05
21.00

05.00

Selasa
3-5-05
21.00

1)
2)

Menganjurkan pada ibu dan


keluarga agar kooperatif dalam
perawatan bayinya :
- Setiap masuk ruang perawatan
anjurkan ibu memakai baju
pengunjung
yang
telah
disediakan.
- Melarang keluarga yang lain
memasuki ruang perawatan
3)
Mengobservasi vital sign
setiap 8 jam atau lebih sering
meliputi :
Suhu : RR : DJJ : 1)

23.00

Mengobservasi
ada
atau
tidaknya tanda-tanda infeksi pada
daerah-daerah
bekas
tempat
dilakukannya tindakan. Seperti :
Adanya
kemerahan,
bengkak
ataupun rasa hangat dan rasa nyeri.

2)

Menjaga
keadaan
nutrisi
klien.dengan selalu memberikan
bayi ASI/PASI melalui sonde
setiap 2 jam sekali

3)

Mengkaji keadaan umum serta


tanda-tanda vital klien yang
meliputi :
DJJ :
Suhu :
RR :

05.00

Selasa
3-5-05
21.00

Memonitor suhu incubator

1)

Menganjurkan pada ibu untuk


mengeluarkan ASInya untuk di
berikan pada bayi melalui sonde
dengan pemberian 10 cc

Incubator dalam keadaan


hidup dengan suhu berkisar
antara 37-38 OC
2)
Ibu dan keluarga tampak
kooperatif dalam perawatan
bayinya terlihat setiap ibu dan
keluarga
yang
masuk
memakai baju pengunjung
yang telah disediakan di dekat
pintu bagian dalam sebelah
kiri.
3)
Dari hasil observasi
didapatkan nilai-nilai vital
sign sebagai berikut :
DJJ : 160 x/menit
Suhu : 36,9 OC
RR : 48 x/menit.
1)

Tidak ada tanda-tanda


infeksi yang ditemukan pada
saat pengkajian.

2)

Sonde telah diberikan 10


cc dalam 2 jam

3)

Dari hasil observasi


didapatkan nilai-nilai vital
sign sebagai berikut :
DJJ : 160 x/menit
Suhu : 36,9 OC
RR : 48 x/menit

1)

Ibu dapat mengeluarkan


ASInya sebanyak 20 cc dan
diberikan 10 cc, retensi 1,5 cc

2) a)

2) a)

01.00
03.00

Memberikan bayi ASI yang


telah di sediakan ibunya
dengan quantitas pemberian
10 cc/2 jam.
b) Mengecek adanya residu
dengan memeriksa apakah ada
sisa dalam lambung dari
ASI/PASI yang diberikan 2
jam yang lalu.
3)
Mengecek retensi lambung
lalu memberikan sonde ASI/PASI
10cc

1)

Masih terdapat
sebanyak 1,5 cc

residu

b) ASI yang diberikan dapat


masuk semua dengan
jumlah 10 cc
3)

Retensi sebanyak 1,5 cc


dan bayi tidak muntah setelah
pemberian sonde 10 cc
4)
Retensi sebanyak 1,5 cc
dan bayi tidak muntah setelah

05.00
07.00

4)

Mengecek retensi
lalu memberikan sonde
10cc
5)
Mengecek retensi
lalu memberikan sonde
10cc
6)

Rabu
4-5-05
14.00
16.00
1)

lambung
ASI/PASI
lambung
ASI/PASI

Mengecek retensi lambung


lalu memberikan sonde ASI/PASI
10cc

Memonitor suhu incubator

2)

17.00

Rabu
4-5-05
14.00
15.00

Menganjurkan pada ibu dan


keluarga agar kooperatif dalam
perawatan bayinya :
- Setiap masuk ruang perawatan
anjurkan ibu memakai baju
pengunjung
yang
telah
disediakan.
- Melarang keluarga yang lain
memasuki ruang perawatan
3)
Mengobservasi vital sign
setiap 8 jam atau lebih sering
meliputi :
Suhu : RR : DJJ : 1)

16.00
2)

Menjaga
keadaan
nutrisi
klien.dengan selalu memberikan
bayi ASI/PASI melalui sonde
setiap 2 jam sekali

3)

Mengkaji keadaan umum serta


tanda-tanda vital klien yang
meliputi :
DJJ :
Suhu :
RR :

Rabu
4-5-05
15.00
17.00

Mengobservasi
ada
atau
tidaknya tanda-tanda infeksi pada
daerah-daerah
bekas
tempat
dilakukannya tindakan. Seperti :
Adanya
kemerahan,
bengkak
ataupun rasa hangat dan rasa nyeri.

1)

Menganjurkan pada ibu untuk


mengeluarkan ASInya untuk di
berikan pada bayi melalui sonde
dengan pemberian 10 cc

pemberian sonde 10 cc
Retensi sebanyak 1,5 cc
dan bayi tidak muntah setelah
pemberian sonde 10 cc
6)
Retensi sebanyak 1,5 cc
dan bayi tidak muntah setelah
pemberian sonde 10 cc
5)

1)

Incubator dalam keadaan


hidup dengan suhu berkisar
antara 37-38 OC
2)
Ibu dan keluarga tampak
kooperatif dalam perawatan
bayinya terlihat setiap ibu dan
keluarga
yang
masuk
memakai baju pengunjung
yang telah disediakan di dekat
pintu bagian dalam sebelah
kiri.
3)
Dari hasil observasi
didapatkan nilai-nilai vital
sign sebagai berikut :
DJJ : 138 x/menit
Suhu : 36,8 OC
RR : 44 x/menit.
1)

Tidak ada tanda-tanda


infeksi yang ditemukan pada
saat pengkajian.

2)

Sonde telah diberikan 10


cc dalam 2 jam

3)

Dari hasil observasi


didapatkan nilai-nilai vital
sign sebagai berikut :
DJJ : 138 x/menit
Suhu : 36,8 OC
RR : 44 x/menit

1)

Ibu dapat mengeluarkan


ASInya sebanyak 20 cc dan
diberikan 10 cc, retensi 1,5 cc

2)

a)

Masih terdapat
sebanyak 1 cc

residu

b) ASI yang diberikan dapat

2)
19.00

a) Memberikan bayi ASI yang


telah di sediakan ibunya
dengan quantitas pemberian
10 cc/2 jam.
b) Mengecek adanya residu
dengan memeriksa apakah ada
sisa dalam lambung dari
ASI/PASI yang diberikan 2
jam yang lalu.
3)
Mengecek retensi lambung
dengan menarik cairan lambung
lalu memberikan sonde ASI/PASI
10cc

masuk semua
jumlah 10 cc
3)

dengan

Retensi sebanyak 1 cc
dan bayi tidak muntah setelah
pemberian sonde 10 cc

V.

Evaluasi
No
1.

Hari/Tgl/Jam
Kamis

Dx
I

6-05-05

Catatan Perkembangan
S : O : S=36,8 DJJ=138 x/mnt RR=44x/mnt
Suhu incubator berkisar pada suhu 37-38 OC

09.00

A : Resiko hipertermi dapat dicegah


P : Intervensi dilanjutkan
I :

Memonitor suhu incubator setiap 2 jam atau lebih


Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk kooperatif
dalam perawatan anak

2.

Kamis

II

6-05-05

Mengobservasi tanda-tanda vital

S : O : S=36,8 DJJ=138 x/mnt RR=44x/mnt

09.00

Tidak ada tanda-tanda akan terjadi infeksi


Sonde dapat diberikan 10 cc dan bayi tidak muntah
A : Resiko tinggi infeksi dapat dicegah
P : Intervensi dilanjutkan
I : Mengkaji apakah ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi

3.

Kamis
6-05-05
09.00

III

Mempertahankan status nutrisi bayi

Mengobservasi tanda-tanda vital

S : O : - Ibu dapat mengeluarkan ASInya sebanyak 20cc,


diberikan pada bayi sebanyak 10cc dan bayi tidak
muntah
- 2 jam selanjutnya di temukan retensi sebanyak 1cc,
kemudian diberikan ASI sebanyak 10 cc dan bayi tidak
muntah
A : Resiko tinggi perubahan nutrisi dapat dicegah
P : Intervensi dilanjutkan
I :

Menganjurkan pada ibu untuk mengeluarkan ASInya


Memberikan pada bayi ASI yang telah disediakan
ibunya

Mengecek jumlah residu

Você também pode gostar