Você está na página 1de 10

Saponifikasi

Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang


berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan
alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun
merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang.
Reaksi dibawah ini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / trigliserida.

Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin


Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty
Acid (FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol),
karena saat proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah dipisahkan tersendiri

Gambar 2.2 Reaksi saponifikasi Asam lemak


Selain dari minyak atau lemak dan NaOH pada pembuatan sabun
dipergunakan bahan-bahan tambahan sebagai berikut:

a Cairan pengisi seperti tepung tapioka, gapleh dan lain-lain.


b Zat pewarna
c Parfum, agar baunya wangi.
d Zat pemutih, misal natrium sulfat
Sabun
Sejarah Sabun
Produk

sabun

sebenarnya

tidak

pernah

ditemukan,

tetapi

secara

berkesinambungan dapat dikembangkan dari campuran alkali kuat dan bahan


berlemak (fatty material). Sekitar tahun 1800, sabun dipercaya sebagai hasil
campuran mekanis untuk memperoleh sabun kasar dan sabun lunak telah
dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses. Bahan mentah yang
tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan sabun sintesis dan
deterjen (detergent). Proses ini dilaksanakan dengan mengkomposisi reaksi
sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yang merupakan zat
pembasah (wetting agent).
Pengertian Sabun
Sabun adalah salah satu karbon yang sangat komersial baik dari sisi
penggunaan dalam kehidupan sehari-hari maupun persaingan harga produk yang
memberikan pengembangan yang cukup baik. Sabun merupakan surfaktan yang
digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya
berbentuk padatan yang tercetak seperti batangan.
Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari
reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya
basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol.
Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.

Gambar 2.3 Struktur Asam Laurat

Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air.
Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk
mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh. Minyak
goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh yang
ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam
laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak goreng adalah
asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asam
alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).
Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur
273,15 K (0 C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan
banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat
tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipoldipol) antara molekul-molekul air.
Bahan baku pembuatan sabun, antara lain:
a Minyak kelapa sawit
Mengandung asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam myfistat.
b Minyak Zaitun
Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.
c Minyak Kelapa

Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.


Mengapa minyak dapat larut dengan bantuan sabun dalam media air?
Dari penjelasan di atas, pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan mudah.
Fenomena tersebut tidak lepas dari gaya tarik menarik molekul. Gaya tarik antara
dua molekul polar ( gaya tarik dipol-dipol) menyebabkan larutan polar larut dalam
larutan polar. Molekul polar mempunyai dipol yang permanen sehingga
menginduksi awan elektron non polar sehingga terbentuk dipol terinduksi, maka
larutan nonpolar dapat larut dalam non polar. Hal tersebut dapat menjelaskan
proses yang terjadi saat kita mencuci tangan. Saat pencucian tangan, air yang
merupakan senyawa polar menginduksi awan elektron sabun sehingga dapat
membantu larutnya asam lemak yang juga merupakan senyawa non polar. Maka
dari itu, bila kita mencuci tangan dengan menggunkan sabun, lemak yang
menempel pada tangan akan melarut bersama sabun dengan bantuan air.
Minyak
Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan
makhluk hidup.
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan
lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya
larutnya dalam pelarut organik (misalnya ether, benzene, chloroform) atau
sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air.
Kelompok lipida dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkan
struktur kimia tertentu.
a. Kelompok Trigliserida ( lemak,minyak,asam lemak dan lain-lain ).
b. Kelomok turunan asam lemak ( lilin,aldehid asam lemak dan lain-lain ).
c. Fosfolipida dan serebrosida ( termasuk glikolipida ).
d. Sterol-sterol dan steroida.

e. Karotenoida.
f. Kelompok lipida lain.
Trigliserida merupakan kelompok lipida yang paling banyak dalam jaringan
hewan dan tumbuhan. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnya
tergantung dari tingkat kegemukan seseorang dan dapat mencapai beberapa
kilogram.
Fosfolipida, glikolipida, sterol dan steroida terdapat dalam jaringan hewan dan
tumbuhan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada trigliserida. Dalam tubuh
manusia, kelompok ini hanya merupakan beberapa persen saja dari bahan lipida
seluruhnya.
Karotenoida dalam tubuh manusia lebih sedikit lagi jumlahnya, biasanya
dalam seluruh tubuh manusia hanya terdapat kurang dari 1 gram. Dalam jaringan
tanaman, karotenoida terdapat dalam jumlah lebih banyak.
Secara Dentitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat larut
dalam pelarut organik yang mempunyai kecenderungan nonpolar.
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian
terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi
satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.

Gambar 2.4 Reaksi kimia asam lemak dengan gliserol


Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu
ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang
dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas
untuk membedakan minyak dan lemak.
Reaksi dan sifat kimia pada minyak atau lemak:
1 Esterifikasi
Proses Esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,
menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi
kimia yang disebut interifikasi atau penukaran estar yang didasarkan pada
prinsip trans-esterifikasi Fiedel-Craft.
2 Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol, proses ini dibantu adanya asam, alkali, uap air,
panas, dan eznim lipolitik seperti lipase. Reaksi hidrolisis mengakibatkan
kerusakan lemak dan minyak yaitu hydrolytic rancidity yaitu terjadi flavor
dan rasa tengik pada lemak atau minyak. Hal ini terjadi karena terdapat
sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.

Gambar 2.5 Reaksi Hidrolisa pada trigliserida

3 Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada
trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung
gliserol dipisahkan dan kemudian gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
4 Enzimatis
Enzim yang dapat menguraikan lemak atau minyak dan akan menyebabkan
minyak tersebut menjadi tengik, ketengikan itu disebut Enzimatic
rancidity Lipase yang bekerja memecah lemak menjadi gliserol dan asam
lemak serta menyebabkan minyak

berwarna gelap. Enzim peroksida membantu proses oksidasi minyak sehingga


menghasilkan keton.

Gambar 2.6 Reaksi Enzimatis


5 Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan
mengakibatkan bau tengik kepada minyak atau lemak Oxidative rancidity.
6 Hidrogenasi

Proses Hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai dari


karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses Hidrogenasi
selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan penyaringan.
Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada
derajat kejenuhan.
Sifat fisika lemak dan minyak :
1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil- amin dari
lecitin
2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatur
kamar
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan
untuk pengujian kemurnian minyak.
4. Minyak atau lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (Coaster oil),
sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter, karbon
disulfide dan pelarut halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang
rantai karbon.
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami juga terjadi karena
asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada
kerusakan minyak atau lemak
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau
minyak dengan pelarut lemak
8. Titik lunak dari lemak atau minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan
minyak atau lemak
9. Shot Melting point adalah temperatur pertama saat terjadi tetesan pertama
dari minyak/lemak.

10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta
pengaruh kehadiran komponen-komponennya.
Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alam penting yang dapat
dipelajari secara lebih dalam dan relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan
senyawa makro nutrien lain. Kemudahan tersebut diakibatkan oleh:
1 molekul lemak relatif lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan
karbohidrat atau protein.
2 molekul lemak dapat disintesis di laboratorium menurut kebutuhan.
Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan ,dapat digolongkan dalam
tiga kelompok tujuan berikut:
1 Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam
bahan makanan atau pertanian.
2 Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan
dengan proses ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan
misalnya penjernihan, penghilangan bau, penghilangan warna dan
sebagainya.
3 Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat
minyak tertentu.
Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar lemak dalam
suatu bahan. Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak pada umumya tidak
larut air tatapi dalam pelarut organik.
Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida,
sterol, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen lain. Karena itu hasil analisanya
disebut lemak kasar (crude fat).
Ada dua cara penentuan kadar lemak berdasarkan jenis bahan
1 Bahan Kering

Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dilakukan terputus-putus atau


berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dilakukan dengan soklet.
Sedangkan secara berkesinambungan dengan alat goldfish.
2 Bahan Cair
Penentuan kadar lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock
atau dengan Mojoinner.
Jenis Minyak dan lemak dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan sifatsifatnya. Pengujian sifat-sifat minyak tersebut salah satunya adalah penentuan
angka penyabunan dan penentuan angka asam.
Angka penyabunan dapat diartikan sebagai banyaknya (mg) KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram asam lemak atau minyak. Angka
penyabunan sendiri dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak
secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti
mempunyai berat molekul relatif kecil akan mempunyai angka penyabunan yang
besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul besar mempunyai angka
penyabunan relatif kecil.
Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH atau NaOH yang
diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram
minyak atau lemak.
Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar yang berasal
dari hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin
tinggi angka asam makin rendah kualitasnya.
https://www.academia.edu/2042797/PENYABUNAN_New 1 maret 2015

Você também pode gostar