Você está na página 1de 17

Alkaloid

1. Kimia dan penyebaran


Alkaloid, sekitar 5500 telah diketahui, merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang
terbesar. Tidak ada satu pun istilah alkaloid yang memuaskan, tetapi pada umumnya
alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi
manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan
secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tanwarna, sering kali bersifat optis
aktif, kebanyakan berbentuk Kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya
nikotina) pada suhu kamar.
Uji sederhana, tetapi yang sama sekali tidak sempurna, untuk alkaloid dalam daun atau buah
segar adalah rasa pahitnya di lidah. Misalnya, alkaloid kuinina adalah zat yang dikenal paling
pahit dan pada konsentrasi molar 1x10-3 memberikan rasa pahit yang berarti.
Suku tumbuhan yang didalamnya terdapat lebih dari 50 alkaloid
Suku tumbuhan Sumber khusus

Alkaloid khusus

Jenis kimia

Dikotiledon
Apocynaceae

Vinca rosea

Ajmalisina

Compositae
Leguminosae
Loganiaceae
Menispermaceae

Senecio jacobaea
Cytisus laburnum
Strychnos nux-vormica
Archangelisia flava

Papaveraceae

Papaver somniferum

Senesionina
Sitisina
Strikhinina
Berberina
Morfina, kodeina,

Ranunculaceae

Aconitum napellus
Cinchona officinalis kulli

Pubiaceae
Rutaceae
Solanaceae

kina
Uragoga ipecacuanha
Skimmia japonica
Solanum tuberosum
Atropa belladona
Nicotiana tabacum

tebaina
Akonitin

Narcissus pseudonarcissus

a
Pirolizidina
Kuinolizidina
Protoberberina
Morfina
Diterpena

Kuinina

Kuinolina

Emetina
Skimianina
Solanina, Khakonina
Atropin
Nikotina

Jenis emetina
Kuinolina
Steroid
Tropana
Piridina

Monokotiledon
Amaryllidaceae

Benzilisokuinolin

Galantamina,
Tazetina

Liliaceae
Colchicum autumnale
Kolkisina
Tropolon
Prazat alkaloid yang paling umum adalah asam amino, meskipun, sebenarnya, biosintesis
kebanyakan alkaloid lebih rumit. Secara kimia, alkaloid merupakan suatu golongan
heterogen. Ia berkisar dari senyawa sederhana seperti koniina, yaitu alkaloid utama Conium
maculatum, sampai ke struktur pentasiklik seperti strikhnina, yaitu racun kulit Strychnos.
Amina tumbuhan (misalnya meskalina) dan basa purina dan pirimidina (misalnya kafeina)
kadang-kadang digolongkan sebagai alkaloid dalam arti umum. Kendati demikian, dalam
buku ini mereka dibahas secara terpisah.
Banyak alkaloid bersifat terpenoid dan beberapa (misalnya solanina, alkaloid-steroid kentang,
Solanum tuberosum) sebaiknya ditinjau dari segi biosintesis sebagai terpenoid termodifikasi.
Yang lainnya terutama berupa senyawa aromatik (misalnya kolkhisina, alkaloid-tropolon
umbi crocus musim gugur) yang mengandung gugus basa sebagai gugus rantai samping.
Banyak sekali alkaloid yang khas pada suatu suku tumbuhan atau beberapa tumbuhan
sekerabat. Jadi, nama alkaloid sering kali diturunkan dari sumber tumbuhan penghasilnya,
misalnya alkaloid Atropa atau alkaloid tropana, dan sebagainya. Untuk menggambarkan
keperiadaanya secara alamiah, beberapa alkaloid yang lebih umum dikemukakan, berkaitan
dengan penemuannya dalam tumbuhan tertentu.
Harus diingat bahwa penyebaran alkaloid sangat tidak merata dan banyak suku tumbuhan
tidak mengandungnya sama sekali. Pada umumnya alkaloid tidak ditemukan atau tidak sering
terdapat dalam gymnospermae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.
Berikut adalah struktur beberapa alkaloid yang lebih umum.

Koniina

Nikotina

Solanina

Tebaina

Strikhnina

Atropina

Kuinina

Sitisina

Morfina

Berberina

Kodeina

Kolkisina

Fungsi alkaloid dalam tumbuhan masih sangat kabur, meskipun masing-masing senyawa
telah dinyatakan terlibat sebagai pengatur tumbuh atau penghalau atau penarik serangga.
Teori yang menyatakan bahwa alkaloid merupakan bentuk penyimpanan nitrogen dalam
tumbuhan, sekarang ini tidak lagi diterima.

2. Cara yang dianjurkan


2.1Deteksi pendahuluan

Karena secara kimia alkaloid begitu heterogen dan begitu banyak, mereka tidak dapat
diidentifikasi dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan kromatografi tunggal. Pada
umumnya, sukar mengidentifikasi suatu alkaloid dari sumber tumbuhan baru tanpa
mengetahui kira-kira jenis alkaloid apa yang mungkin ditemukan dalam tumbuhan tersebut.
Di samping itu, karena kelarutan dan sifat lain alkaloid sangat berbeda-beda, cara penjaringan
umum untuk alkaloid dalam tumbuhan mungkin tidak akan berhasil mendeteksi senyawa
khas.
Sebagai basa, alkaloid biasanya diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut alcohol yang
bersifat asam lemah (HCl 1M atau asam asetat 10%), kemudian diendapkan dengan ammonia
pekat. Pemisahan pendahuluan demikian dari bahan tumbuhan lainnya dapat diulangi, atau
pemurnian selanjutnya dilaksanakan dengan ekstraksi pelarut (ekstraksi cair-cair). Adanya
alkaloid pada ekstral nisbi kasar yang demikian dapat diuji dengan menggunakan berbagai
pereaksi alkaloid. Tetapi sebaiknya, dilakukan KKT dan KLT dalam beberapa pengembang
umum yang dapat digunakan, dan kemudian kertas serta pelat disemprot dengan penampak
bercak untuk alkaloid.

2.2 Langkah kerja


Ekstraksi jaringan kering dengan asam asetat 10% dalam etanol, biarkan sekurang-kurangnya
empat jam. Pekatkan ekstrak sampai seperempat volume asal dan endapkan alkaloid dengan
meneteskan NH4OH pekat. Kumpulkan endapan dengan pemusingan, cuci dengan NH4OH
1%. Larutkan sisa dalam beberapa tetes etanol atau kloroform.
Kromatografi sebagian larutan pada kertas-dapar sitrat dalam n-butanol-larutan asam sitrat
dalam air. Kromatografi sebagian lain pada pelat silika gel G dalam metanol- NH4OH pekat
(200:3). Deteksi adanya alkaloid pada kertas dan pelat, mula-mula dengan fluorosensi di
bawah sinar UV, kemudian menggunakan tiga penyemprot: pereaksi Dragendorff,
Iodoplatinat dan Marquis.

Harga RF dan warna dari 12 alkaloid yang paling umum.

RF (x100) **
Alkaloid
*

Dibawah sinar

pada
Kertas

KLT

Sitisina
Nikotina
Tomatina
Morfina
Solanina
Kodeina
Berberina

3
7
8
14
15
16
25

32
57
62
34
52
35
7

Strikhnina
Tebaina
Atropina
Kuinina
Konuna

30
32
37
46
56

22
41
18
52
26

UV
Biru
Menyerap
Tak tampak
Menyerap
Tak tampak
Menyerap
Fluorosensi

Penampak bercak
yang dianjurkan
***
Dragendorff

(nm)
dalam H2SO4
0,1 M
303
260

Iodoplatinat
284
Marquis
284

kuning
Menyerap

Spektrum maks

Iodoplatinat

Biru terang
Tak tampak

228
254
284
258
250
268

*Alkaloid dalam urutan RF pada kertas. Data diambil dari Clarke (1970) yang memberikan data sejenis
untuk lebih dari 150 alkaloid umum.
** Pengembang pada kertas (sebelumnya didapar dengan natrium dihidrogen sitrat 5%); n-BuOH-asam
sitrat dalam air (870 ml : 4,8 g asam sitrat dalam 130 ml air); pengembang pada silika gel: MeOH-NH 4OH
(200:3).
*** Dragendorff: bercak coklat jingga berlatar belakang kuning; Marquis: bercak kuning sampai merah
lembayung; Iodoplatinat: sederetan warna.

Pastikan adanya alkaloid khas (tertentu) dengan mengukur spektrum UV suatu cuplikan yang
dilarutkan dalam H2SO4 0,1M. Harga maksimum khas berkisar dari 250 sampai 303 nm (lihat
tabel 5.6). alkaloid yang bercincin aromatik pada strukturnya dapat juga menyerap pada sinar
bergelombang lebih panjang, misalnya kolkhisina maks 243 dan 351 nm, berberina maks 265
dan 343 nm. Uji ini tidak dapat ditetapkan jika dalam ekstrak yang diperiksa terdapat lebih
dari satu alkaloid utama.

2.3 Pereaksi alkaloid


a.Pereaksi Dragendrof :
-

0,6 gram Bismutsubnitrat dalam 2 ml HCl pekat dan 10 ml air

6 gram Kalium iodida dalam 10 ml air.

Larutan persediaan ini dicampur dengan 7 ml HCl pekat dan 15 ml air.

b. Untuk menyemprot kertas


-

dengan 7 ml Iodoplatinat

10 ml larutan Platina klorida 5% dicampur dengan 240 ml Kalium iodida 2% dan


diencerkan dengan air sampai 500ml.

c. Untuk menyemprot pelat,campurkan 10ml platina klorida 5%,5ml HCl pekat dan 240ml
kalium iodida 2%.
d. Pereaksi Marquis: utk pelat KLT dan terdiri atas 1ml formaldehida dalam 10ml H2SO4
pekat.

2.4 Identifikasi selanjutnya


Bila jenis alkaloid dalam sumber tumbuhan telah ditentukan,selanjutnya diisolasi basanya
yang agak banyak, dan dibandingkan dengan cuplikan autentik dengan sederatan cara
kromatografi dan spektrofotometri (UV,IM,SM,RMI). Secara klasik alkaloid dipisahkan dari
kandungan tumbuhan lainnya sebagai garamnya dan sering diisolasi sebagai kristal
hidroklorida atau pikrat. Dalam laboratorium mutakhir, alkaloid dipisahkan dan diisolasi
dengan beberapa gabungan cara: KKT,KLT, kolom, atau KGC. Kromatografi kolom pada
asam silikat,biasa dilakukan,tetapi cara mana yang dipakai tergantung terutama pada jenis
alkaloid yang diperiksa. Alkaloid tembakau atau Cytisus, yang lebih bersifat atsiri, mungkin
paling baik dipisahkan secara KGC, sedangkan alkaloid berbobot molekul tinggi dari opium
atau Scale cornutum (ergot) paling baik diperiksa secara KLT.
Beberapa gagasan dan cara yang didapat diterapkan pada lima golongan diberikan dalam
tabel 5.7; data diambil dari Macek(1967) yang dapat dirujuk lebih lanjut.
Tabel 5.7 Cara kromatografi untuk memisahkan golongan alkaloid khusus
Kertas

KLT

KGC

Golongan
Alkaloid
Tembakau

Sebagai garam dalam t-

Pada silika gel dalam

Pada penyangga

AmOH jenuh air atau dapar

MeOH-CHCL3 (3:17)

ploietilenglikol

asetat.

5,6%(kolom
2mmx5mm) suhu
170-200C.

Tropana

Dalam EtAc-HCO2H 25%

Pada silika gel G

Pada 1%

(4:3) ;Bejana dijenuhkan

dicampur dengan

dimetilpolisiloksana

dulu dengan fase air selama

KOH 0,5M dalam Et-

JXR dalam kolom

14jam

OH 70%-NH4OH

yang telah dikemas

25%(99:1)

pada kromatogram
suhu 12C/menit
dari 100-300c.

Opium

Ergot

Rauwolfia

Dalam iso BuOH-toluena

Pada silika gel G

(1:1) jenuh air pada kertas

dicampur dengan

didapar dengan Kolthoff Ph

KOH 0,5M dalam

3,5

CHCl3-EtOH (4:1)

Dalam benzena-

Pada selulosa

sikloheksana

dicampur dengan

(1:1)/formaldehida

romamida 15% dalam

ditambah amonium format

EtOAc-n-heptana-

pengembang banjiran

NHEt2(5:6:0,2)

Dalam heptana-

Pada silika gel G

MeCOEt(1:1)/formaldehida

dalam CHCl3NHEt2(9:1)

2.5 Penentuan kuantitatif


Dahulu , berbagai cara yang sering didasarkan pada terjadinya warna telah dirancang
untuk menganalisa masing-masing alkaloid. Satu cara khas telah ditemukan dalam bagian
5.4.3 untuk menganalisa alkaloid steroid,solanina. Pada penelitian yang lebih mutakhir, KGC
atau KCKT digunakan untuk alkaloid yang lebih atsiri. KGC sering digabung dengan SM
untuk bermacam-macam penentuan kuantitatif dan identifikasi alkaloid, misalnya untuk seri
pirolizidina. Cara SM baru telah ditentukan contohnya , SM berurutan dua (tandem) yang
mengidentifikasi langsung masing- masing komponen dalam campuran alkaloid sejenis. Cara
ini cukup peka untuk mendeteksi cuplikan yang beratnya dibawah ini ukuran mikrogram
(lihat Philopson,1982).
KCKT analitik telah digunakan untuk kebanyakan golongan alkaloid, dan cara untuk
memisahkan beberapa golongan yang lebih dikenal, ditunjuk pada tabel 5.8. Semua ini
didasarkan pada pemisahan isokratik dengan pendetksian UV, tetapi pengelusian bertahap dan
cara deteksi telah digunakan juga.
Tabel 5.8 Cara KCKT untuk analisis kuantitatif beberapa alkaloid umum

Golongan alkaloid

Jenis dan ukuran

(contoh khas)

kolom

Pengembang

Deteksi dengan UV
panjang gelombang

Kuinolizidina
(mis:sistina)

LiChrosorb SI 100

MeOH 15% dalam


Et2O-NH4OH

(500x0,3cm)

2,5%(50:1)

220 dan 310

Jenis morfina
(mis:morfina)

Silika gel berpori

Heksana-CHCl3-

5m (30x0,39cm)

EtOH-Et2NH
(60:6:8:0,1)

310
285

Indol
(mis:harman)

Merck RP-87m

MeOH-H2O-

(25x0,2cm)

HCOH2H (166:34:1)
didapar dengan Et2N

330

sampai pH 8,5
Jenis emetina
(mis:emetina)

Merckesorb SI 60

CHCl3-MeOH(17:3)

(20x 0,2cm)
254
Steroid
(mis:solanidina)

Zorbax SIL

Heksana-MeOH-

(50x0,46cm)

Me2CO (18:1:1)
213

Protoberberina
(mis:magnoilorina)

ToyaSoda LS 1,0

H2O-MeCN-Et2N-

(60x0,40cm)

HOAc (75:25:0,8:0,3)
254

2.6 Penjaringan tumbuhan untuk mendapatkan alkaloid


Berbagai macam cara untuk mendeteksi alkaloid dalam jaringan tumbuhan telah
dikemukakan. Kesemuanya menggarap secara ekonomis berbagai jenis tumbuhan tinggi
untuk mendapatkan bahan obat yang bermanfaat. Boleh jadi lebih banyak tumbuhan sudah
diteliti untuk memeriksa adanya alkaloid,dibandingkan dengan untuk memeriksa adanya
kandungan sekunder lain.

Ada cara khas yang digunakan oleh Hultin dan Torssell(1965) untuk menjaring 200 suku
tumbuhan Swedia. Mereka melakukan ekstraksi pendahuluan 4g jaringan kering setiap
cuplikan dengan metanoi bagl. Larutan air dari bagian yang larutan asam dari fraksi metanol
ini dibasakan dengan NH4OH pekat, kemudian diekstraksi dengan kloroform etanol.
Ekstrak kemudian diuji akan adanya alkaloid dengan memakai enam pereaksi,dan adanya
alkaloid hanya dicatat bila keenam pereaksi itu semuanya memberikan reaksi positif.

2.7 Pembanding autentik


Hampir semua cuplikan alkaloid tumbuhan yang sudah dikenal dapat dbeli.

3. Percobaan Laboratorium
a. Deteksi alkaloid dalam jaringan tumbuhan
Pengalaman dalam KLT dan KKT alkaloid dengan mudah dapat diperoleh. Caranya, ekstraksi
sederetan bahan tumbuhan yang dipilih dengan menggunakan langkah kerja umum yang telah
diuraikan di atas. Kemudian, kromatografi ekstrak pekat pada kertas dan perlu lapis tipis, dan
dibandingkan dengan pembanding alkaloid autentik. Sebagai contoh, pada ekstraksi
tembakau dalam rokok, dengan alkohol panas dihasilkan nikotina yang cukup untuk dideteksi
pada pelat KLT dengan pereaksi Dragendroff. Sumber tumbuhan lain yang cocok adalah buah
dan tunas kentang (untuk solanina), tomat mentah (untuk tomatina), akar Berberis (untuk
berberina), biji Cytisus atau laburnum (untuk sistina), buah Atropa belladona (untuk
atropina), dan Conium maculatum (untuk koniina).
Akibat cemaran dalam ekstrak kasar, harga RF alkaloid ini mungkin tidak selalu tepat sesuai
dengan senyawa pembanding.

b. Mengisolasi dan menentukan solanina dalam jaringan kentang


Solanina, suatu glikosida steroid adalah alkaloid utama tanaman kentang. Sifat racunnya nisbi
rendah dan jumlah sesepora yang terdapat dalam umbi kentang yang dibudidayakan tidak
cukup untuk memberikan efek fisiologi. Tetapi , konsentrasi solanina dapat sangat tinggi
dalam umbi yang warnanya kehijauan, yang tumbuh dekat permukaan tanah. Meski jarang,
kematian dapat terjadi akibat makan kentang kehijauan itu, terutama pada ternak. Karena
pada konsentrasi tinggi solanina merupakan racun, maka isolasi dan penentuan kandungan
solanina dalam kentang,penting. Secara praktis, jauh lebih mudah mengisolasi solanina dari

tunas, buah, atau bunga tanaman kentang mengandung alkaloid dengan konsentrasi tinggi
(sering mematikan, tunas mengandung sekitar 0,04% dari bobot segar). Tetapi, uji dapat saja
dilakukan pada umbi (kandungan kimia solanina kira-kira 0,001%) bila jaringan lain tidak
tersedia.
Isolasi
1. Ekstraksi jaringan secara maserasi dengan asam asetat 5% (15-20 bagian), lalu saring ekstrak
itu untuk memisahkan serpihan sel. Panaskan sampai 70C dan tambahkan amonia pekat tetes
demi tetes sampai pH 10.
2. Pusingkan ekstrak, lalu beningnya dibuang. Endapan dicuci dengan NH4OH 1% dan
dipusingkan lagi.
3. Kumpulkan, kering dan timbang solanina kasar yang diperoleh. Ini dapat dimurnikan dengan
melarutkannya dalam metanol mendidih (di dalamnya melarut sedikit), menyaring dan
memekatkannya sampai alkaloid mulai mengkristal.
Penentuan
1. Sejumlah alkaloid kasar ditimbang, lalu dilarutkan dalam etanol 90%-H2SO4 20% (1:1)
sehingga konsentrasi alkaloid antara 0,2 dan 0,3 mmol/L (bobot molekul solanina 868,04).
2. Tanpa pendingin khusus, campurkan 1ml larutan alkaloid dengan 5ml H2SO4 60%. Lima
menit kemudian tambahkan 5ml larutan formaldehida 0,5% dalam H2SO4 60%. Biarkan
selama 180 menit, kemudian ukur serapannya pada 565-570nm.
3. Jumlah alkaloid sebenarnya dalam isolat kasar dapat ditentukan dengan mengacukannya pada
serapan larutan alkaloid murni yang diperlukan sama memakai formaldehida dalam H2SO4
1M.
Kemudian solanina dapat juga diperiksa secara KCKT dalam etilasetat piridina-air (3:1:3)
atau KLT pada silika gel G dalam asam asetat etanol (1:3) (Rf 46).
a. Berberina dari Berberis
Alkaloid kuning berberina, suatu garam amonium kuartener, menunjukkan sifat antimikroba
dan sitotoksik. Berberina terdapat dalam banyak bagian tumbuhan Berberis. Adanya senyawa
itu nyata dari warna kuning yang diberikannya pada jaringan. Senyawa ini mudah diisolasi
secara elektroforesis kertas dan ditentukan kadarnya secara spektrofotometri.
Langkah Kerja
1. Timbang (5-10g) berbagai jaringan Berberis (kayu, batang, daun,bunga), lalu diekstraksi
secara terpisah dengan 100ml etanol-asam asetat panas (9:1). Pekatkan ekstrak itu pada
penguap putar dan masing-masing dijadikan volume yang diketahui (2-5ml).

2. Totolkan sebagian (misalnya 0,4ml) ekstrak sepanjang bagian tengah kertas Whatman
3MM (25x 13cm) dan lakukan elektroforesis dalam dapar asetat/format pH 2,2 pada
20V/cm selama 1,5jam, menggunakan alat bertegangan listrik rendah.
3. Pita kationik kuning, yang bergerak sekitar 3,5cm dari garis awal, dipotong dan dielusi
secara terpisah dengan etanol-asam asetat (9:1) yang volumenya diketahui (5-10ml).
Ukur serapan pada 350nm dan hitung jumlah nisbi berberina dalam kayu,batang,dan
daun.
4. Identifikasi isolat sebagai berberina dengan mengukur spektrum keseluruhan dalam
EtOH-HCAc: terdapat puncak pada 267, bahu pada 340, puncak lagi pada 350, dan
puncak lemah pada 435nm. Akhirnya, kokromatografi dengan :cuplikan berberian
autentik dalam beberapa pengembang, misalny pada silika gel dalam metanol-NH4OH
(200:3) di dapat RF 14 pada pelat selulosa dalam asam asetat 15% dalam air didapat RF
40, dan dalam n-butanol-asam asetat-air (4:1:5),RF 67.

International Journal of PHARMACEUTICAL AND BIOMEDICAL RESEARCH

Isolasi dan Karakterisasi Parsial Alkaloid dari Kulit Batang

Nyctanthes arbor-tristis
Bhavya Bandi, K. Venkatesan*, Ujwala Mannarapu, M. Keerthi
Department of Biotechnology, SRM University, Kattankulatur, Chennai, Tamil Nadu, 603 203, India

1. Pendahuluan
Nyctanthes abortristis Linn. (Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo:
Lamiales; Family: Oleaceae), umumnya dikenal dengan nama Harsinger atau Night
jasmine merupakan tanaman yang cukup terkenal. Tanaman ini merupakan tanaman asli

India, tersebar luas di bagian sub-Himalaya dan juga ditemukan di taman orang-orang
India sebagai tanaman hias. N- arbor-tristis umumnya dicirikan dengan adanya turunan
phenilethanoid dan glikosida. Bagian yang berbeda dari N. arbor-tristis diketahui dapat
menyebabkan berbagai penyakit pada suku utama orang-orang india di pedalaman selama
digunakan dengan sistem pengobatan Ayurveda, Sidha, dan Unani. Tanaman ini
digunakan dalam obat ttradisional sebagai obat sakit perut, karminatif, intestinal
adstringen, ekspektoran, pada gangguan empedu, wasir,dan berbagai penyakit kulit dan
juga sebagai hair tonic. Hasil dekok dari daun digunakan secara luas dalam pengobatan
ayurvedic untuk pengobatan sciatica dan arthritis. Ini juga memiliki efek hepatoprotektif,
anti leishmanial, antibakteri, antivirus, dan aktivitas antijamur dan aktivitas analgetik,
antipiretik, dan ulcerogenik. Akarnya digunakan untuk pelangsing dan kulit batang
digunakan untuk mengobati disentri, ulcer pada langit-langit mulut dan luka internal.
Meskipun banyak studi yang dilakukan pada keseluruhan tanaman, tetapi sangat sedikit
penelitian pada kulit batang. Oleh karena itu, studi ini menginvestigasi turunan alakloid
pada kulit batang.

2. Bahan dan Metode


2.1 Penyiapan ekstrak metanol
Kulit batang dari N. arbor-tristis dikumpulkan di kampus SRM dikeringkan dan
diserbuk kasarkan. 100g serbuk kulit batang disuspensikan dalam 250ml etanol 80%
v/v selama lebih dari 7hari pada temperatur kamar.
Suspensi ini kemudian disaring dengan lapisan cheese-cloth diikuti dengan
sentrifugasi pada 5000rpm selama 10menit. Solvent dari supernatan dipisahkan
dengan pengurangan tekanan pada suhu 40 . Residu berwarna coklat
dikeringkan dengan pengulangan penambahan dan evaporasi dari metanol 80% v/v
untuk membuat residu dari labu mudah dituang. Hasilnya dalah ekstrak metanol.
2.2 Analisis fitokimia
Analisis fitokimia merupakan analisis persiapan kualitatif. Ekstrak metanol dari kulit
batang N. arbor-tristis diperiksa untuk uji fitokimia seperti tanin, karbohidrat, gula
pereduksi, alkaloid, glikosida, flavonoid, protein, saponin dan steroid.
2.3 Isolasi crude ekstrak alkaloid

Ekstrak metanol yang diperoleh kemudian digunakan untuk isolasi crude ekstrak
alkaloid. Ekstraksi metanol dilanjutkan sampai bahan tanaman memberikan hasil
negatif pada uji untuk alakloid ( reaksi Meyer). Setelah penyaringan, pelarut
dipisahkan di bawah penurunan tekana pada suhu 40 , untuk meminimalkan
adanya degradasi alkaloid. Campuran crude alkaloid kemudian dipisahkan dari bahan
netral dan asam, dan zatv yang larut dalam air dengan ekstraksi dengan larutan asam
asetat (CH3COOH) diikuti dengan ektraksi dengan diklorometana dan kemudian
dibasakan dengan larutan air vdan diklorometana.
2.4 Karakterisasi alkaloid
Karakterisasi dari crude alkaloid ekstrak dari kulit batang N. arbor-tristis dengan TLC,
HPTLC, dan 2D-NMR
2.4.1

Analisis TLC
Disiapkan plat TLC dengan silika gel-G sebagai fase diam (stationary phase)
dengan ketebalan sekitar 0.5mm. 20L dari larutan crude alakloid diratakan pada
plat silika gel-G (5x15cm). plat TLC dikembang jenuhkan dalam chamber
kromatografi mengandung n-butanol: asam asetat: air (15:3:5). Reagen
Dragendroffs digunakan sebagai spray reagen.

2.4.2

Analisis HPTLC
Plat precoated aluminum sheets silica gel G60 F 254 [E. Merck], 10x10cm
digunakan dalam studi ini.crude alakloid ekstrak digunakan untuk analisis. Plat
dikembangkan dalam Camag Twin Trough chamber menggunakan sistem pelarut
seperti pada TLC. Setelah dikembangkan plat dikeringkan dan diamati di bawah
UV chamber (Camag TLC Scanner). Plat yang telah dikembangkan di scan
menggunakan densitometric [Range 200-400]. Kromatogram dari ekstrak
ditunjukkan pada kromatogram HPTLC.

2.4.3

Analisis 2D-NMR
Spektra 2D-NMR dicatat pada spektrometer Bruker Avance 400 FT. Chemical
shift ditunjukkan dalam part per nillion (ppm). LC-ESIMS spektra ditentukan
dalam positif ion mode pada PE Bio-sistem API 165 single quadruple instrumen

HRESIMS (positif ion mode) spektra dicatat pada Thermofiniga MAT 95XL mass
spektrometer.

3. Hasil dan Diskusi


3.1 Uji Fitokimia
Uji fitokimia dianalis dan berbagai macam fitokimia berada di dalam ekstrak etanol. Analisis
fitokimia dari ekstrak metanol menunjukan adanya alkaloid, streoid, flavanoid, glikosida dan
karbohidrat (Tabel 1).

3.2 Analisis KLT


Di dalam percobaan, sistem pelarut yang berbeda dicoba untuk mengetahui komponen
ekstrak metanol dari N. Arbor-tristis. Plat KLT ekstrak metanol menggunakan sistem pelarut
n-butanol : asam asetat : air (15:3:5) dan divisualisasikan menggunakan reagen Dragendorff
sebagai reagen semprot. Warna titik kuning terang mempunyai nilai Rf 0,80 ditunjukan pada
gambar dibawah.

3.3 Analisis HPTLC


HPTLC saat ini digunakan untuk mendapatkan pola sidik jari dari formulasi herbal, hitungan
bahan aktif, dan juga deteksi pemalsuan. Kromatogram HPTLC dikembangkan untuk kedua
ekstrak tanaman menggunakan pemanfaatan sistem pelarut yang sama untuk KLT. Tabel
kromatogram HPTLC dan grafik ditunjukan di tabel 2 fig 2.

3.4 Analisis 2D NMR


2D NMR dicatat pada spektrofotometer Bruker Avance 400 FT. Chemical shift di nyatakan
dalam ppm. Pada 3.352 ppm chemical shift dinyatakan dan didapatkan 3 puncak yang
mempunyai kelompok metil hidroksil. Oleh karena itu studi NMR dari kulit batang derivat
alkaloid dari N arbor trisitis menunjukan keberadaan kelompok metil hidroksil. Nama dan
struktur dari senyawa alkaloid di investigasi untuk percobaan selanjutnya. Grafik NMR
ditunjukan pada fig 3.

4. Kesimpulan
Skrinning fitokimia dari kulit batang N arbor tristis menunjukan keberadaan alkaloid. Sejak
alkaloid mempunyai beberapa manfaat pengobatan, studi saat ini di konsentrasikan untuk
identifikasi tipe alkaloid yang ada pada kulit batang N arbor trisitis. Oleh karena itu, KLT
dilakukan untuk memisahkan alkaloid crude, dan kromatogram HPTLC digunakan untuk
mengukur kemurnian alkaloid yaitu 47,84%. Selanjutnya, karakterisasi parsial dilakukan
dengan 2D NMR, yang mana menunjukan adanya kelompok metil hidroksil baru dari
alkaloid dalam kulit batang N arbor tristis. Nama dan struktur dari kelompok metil hidroksil
dari alkaloid belum ditentukan.

Você também pode gostar