Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam percakapan sehari-hari, istilah psikologi abnormal sering ditemukan
namun pengertiannya terutama secara tekhnik tidak selalu menunjukkan maksud dan
tujuan yang sama atau seragam. Hal ini bias menimbulkan masalah ketika kita
menggunakannya untuk keperluan yang lebih spesifik dari pada sekedar wacana saja.
Istilah psikologi abnormal atau sering disebut juga perilaku abnormal atau abnormal
behavior adalah perilaku maladaptive kemudian ada juga menyebutnya mental
disorder. Istilah yang paling lazim kita temukan adalah perilaku abnormal dan
psikopatologi sebagaimana ditulis dalam kurikulum pendidikan psikologi saat ini.
Psikofisiologi adalah studi mengenai hubungan dari fenomena mental atau
behavioral dengan proses-proses jasmani, khususnya studi mengenai aktivitas spontan
dari bermacam-macam organ jasmaniah seperti dari otak, jantung, dan otot-otot
ketika berlangsung perilaku.
Gangguan somatofom adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki
gejalafisik (sebagai contohnya :nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak dapat
ditemukan penjelasan medis. Pada setiap gangguan tersebut, tubuh mengekspresikan
konflik psikologis dan stress dengan cara yang tidak biasa dan terkadang aneh.
Kondisi ini memiliki penting dalam sejarah psikologi abnormal karena telah
memberikan peringatan kepada komunitas medis pada tahun 1800-anbahwa factor
psikologis dapat memberikan peran terhadap munculnya simtom yang tidak dapat
dijelaskan. Gangguan somatoform dan disosiatif, berkaitan dengan gangguan
kecemasan. Pada gangguan somatoform, individu mengeluhkan gejala- gejala
gangguan fisik, yang terkadang berlebihan, tapi pada dasarnya tidak terdapat
gangguan fisiologis. Pada gangguan disosiatif, individu mengalami gangguan
kesadaran, ingatan, dan identitas. Munculnya kedua gangguan ini biasanya berkaitan
dengan beberapa pengalaman yang tidak menyenangkan, dan terkadang gangguan ini
muncul secara bersamaan.
B. RumusanMasalah
1. Apa pengertian dari gangguan psikofisiologis?
2. Apa pengertian tentang gangguan somatoform ?
3. Apa pengertian tentang gangguan disosiatif ?
C. Tujuan
1. untuk mengetahui tentang gangguan psikofisiologis
2. Untuk mengetahui tentang gangguan somatoform
3. Untuk mengetahui tentang gangguan disosiatif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gangguan Psikofisiologis
1. Pengertian gangguan psikofisiologis
Psikofisiologi adalah studi mengenai hubungan dari fenomena mental atau
behavioral dengan proses-proses jasmani, khususnya studi mengenai aktivitas spontan
dari bermacam-macam oragan jasmaniah seperti dari otak, jantung, dan otot-otot
ketika berlangsung perilaku. Gangguan psikofisiologis merupakan gangguan
kesehatan yang umum dijumpai di populasi, namun seringkali menimbulkan kesalah
pahaman dibidang medis.
Gangguan psikofisiologis itu sendiri tidak tercantum dalam DSM-IV-TR,
meskipun sebelumnya tercantum dalam versi-versi DSM terdahulu. Implikasi
penempatan ini adalah gangguan psikofisiologis bukan merupakan gangguan mental.
Sebelumnya gangguan psikofisiologis secara umum dianggap hanya
mencakup bebrapa penyakit (psikosomatik klasik, seperti magh, sakit kepala,
hipertensi, dan asma). Diagnosis baru dapa6 diterapkan terhadap penyakit apapun
sebagaimana anggapan deawsa ini bahwa semua penyakit dipengaruhi oleh faktorfaktor psikologis seperti stres.
2. Macam-macam gangguan psikofisiologis
a. Gangguan Kardiovaskular
Gangguan kardiovaskular adalah penyakit pada jantung dan sistem sirkulasi
darah. Dua macam penyakit kardiovakular yang dipengaruhi oleh stres adalah
hipertensi dan penyakit jantung koroner
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi, memicu seseorang mengalami
atherosclerosis (penyumbatan pembulu darah arteri, serangan jantung, dan
infeksi virus, zat-zat alergen, polusi, asap, olahraga, kedinginan, dan kondisi
emosional.
B. Gangguan Somatofrom
1. Pengertian gangguan somatoform
Kata somatoform ini di ambil dari bahasa Yunani soma, yang berarti tubuh.
Dalam gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada
gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan
penyebabnya. Gangguan somatoform berbeda dengan malingering, atau kepurapuraan simtom yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang jelas. Gangguan ini
juga berbeda dengan gangguan factitious yaitu suatu gangguan yang ditandai oleh
pemalsuan simtom psikologis atau fisik yang disengaja tanpa keuntungan yang jelas.
Selain itu gangguan ini juga berbeda pula dengan sindrom Muchausen yaitu suatu
tipe gangguan factitious yang ditandai oleh kepura-puraan mengenai simtom medis.
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki
gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat
5
ditemukan penjelasan medis. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk
menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada
kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu
diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor
psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala.
Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau
gangguan buatan.
2. Macam-macam Gangguan Somatoform
Pada bagian ini akan dibahas tentang berbagai gangguan somatoform, antara
lain gangguan somatisasi, gangguan nyeri (pain disorder), hipokondriasis, gangguan
konversi, dan gangguan dismorfik.
1. Gangguan somatisasi
Gangguan somatisasi adalah gangguan dengan karakteristik berbagai keluhan
atau gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat dengan menggunakan
hasil pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Diagnosis gangguan somatisasi
digunakan untuk individu-individu yang banyak menagalami keluhan-keluhan
somatic, berulang-ulang dan berlangsung lama, yang jelas bukan karena suatu
penyebab fisik yang actual. Individu-individu dengan gangguan ini menolak
pandangan bahwa penyebab dari keluhan-keluhan mereka adalah factor psikologis
dan mereka tetap mencari pengobatan. Gangguan ini sifatnya kronis (muncul selama
beberapa tahun dan terjadi sebelum usia 30 tahun), dan berhubungan dengan stres
psikologis yang signifikan, hendaya dalam kehidupan sosial dan pekerjaan, serta
perilaku
mencari
pertolongan
medis
yang
berlebihan
(Kaplan,dkk
dalam
Fausiah,widuri, 2007).
Adapun menurut DSM IV gejala-gejala yang muncul harus meliputi (APA, 1994):
Empat simtom nyeri pada lokasi yang berbeda (misalnya kepala, pundak,
lutut, kaki).
Dua simtom gastrointestinal (misalnya diare, mual)
Satu simtom seksual yang berbeda dan rasa sakit/ nyeri (misalnya
ketidakmampuan ereksi)
Satu simtom pseudoneurologis seperti pada gangguan konversi, Menurut
(Davison & Neale 2001 dalam Fausiah,widuri, 2007) gangguan ini diduga
terjadi karena pasien terlalu sensitif dengan sensasi fisik, terlalu berlebihan
dalam memperhatikan sensasi tersebut, atau menginterpretasikannya secara
berlebihan. Pandangan behavioral menganggap bahwa gangguan ini adalah
Frustasi tertentu sebagai faktor pencetus. Misalnya, seorang gadis yang tibatiba mengeluh menderita macam-macam penyakit sesudah putus hubungan
dengan tunangannya.
Perkuatan yang diperoleh dari lingkungan sosial. Misalnya, karena
mendapatkan pengalaman yang menyenangkan waktu menderita sakit,
selanjutnya seorang anak mulai mengeluh menderita macam-macam penyakit
Anestesi yaitu
konsep
stereotip
tentang
kecantikan.
Sedangkan
menurut
model
emosional pada bagian tubuh yang tidak berhubungan. Mekanisme defensif yang
digunakan adalah represi, disosiasi, distorsi, simbolisasi, dan proyeksi (Kaplan,dkk,
1994 dalam Fausiah,widuri, 2007).
3. PandanganTeoritis Somatoform
Teori yang membahas somatoform adalah teori psikodinamika, teori belajar
dan teori kognitif.
a) Teori Psikodinamika
Menurut teori psikodinamika simtom histerikal memiliki fungsi memberikan
orang tersebut keuntungan primer dan keuntungan sekunder. Keuntungan primer yang
didapat adalah memungkinkan individu untuk mempertahankan konflik internal
direpresi. Orang tersebut sadarakan simtom fisik yang muncul namun bukan konflik
yang diwakilinya. Dalam kasus-kasus seperti simtom merupakan symbol dari dan
memberikan orang tersebut pemecahan sebagian untuk konflik yang mendasarinya.
Misalnya, kelumpuhan histerikal dari sebuah lengan dapat menyimbolkan dan juga
mencegah individu untuk mengekspresikan impuls seksual (contoh :masturbasi) atau
agresif (membunuh) yang tidak dapat diterima dan telah direpresi Keuntungan
sekunder dapat memungkinkan individu untuk menghindari tanggungjawab yang
membebani dan untuk mendapatkan dukungan dan bukan celaan dari orang-orang
disekitar mereka. Misalnya, tentara terkadang mengalami kelumpuhan yang tiba-tiba
pada tangan mereka, yang mencegah mereka untuk menembakkan senapannya dalam
pertempuran. Mereka kemudian dapat dikirimkan kerumah sakit dan bukan
mengahadapi tembakan musuh.
b) TeoriBelajar
Dalam pandangan teori belajar, simtom dari gangguan konversi dan gangguan
somatoform lain juga membawa keuntungan atau hal-hal yang me-reinforcing, pada
peran sakit. Orang dengan gangguan konversi dapat terbebaskan dari tugas atau
10
tanggungjawab seperti pergi kerja atau melakukan tugas rumah tangga.Menjadi sakit
juga biasanya menimbulkan simpati dukungan. Sejumlah teoritikus belajar
menghubungkan hipokondriasis dan gangguan dismorfik tubuh dengan gangguan
obeik kompulsif. Pada hipokondriasis orang terganggu oleh pikiran-pikiran obesif
menjadi sering berkonsultasi dari satu dokter ke dokter yang lain yang dapat
menghilangkan kecemasan mereka secara temporer. Namun bila pikiran-pikiran yang
mengganggu muncul kembali, mereka akan terdorong untuk melakukan konsultasi
berulang lagi. Seperti itu juga orang-orang dengan gangguan dismorfik tubuh, berdan
dan terus menerus untuk memperbaiki kekurangan fisik yang dapat memberikan
kebebasan secara parsial dari kecemasan. Namun perbaikan yang dilakukannya tidak
pernah cukup menghilangkan kekhawatiran yang mendasarinya sepenuhnya
c) Teori Kognitif
Teori kognitif telah berspekulasi bahwa beberapa kasushipokondriasis dapat
mewakili sebuah tipe dari strategi self-handicaping, suatucaramenyalahkankinerja
yangrendahpadakesehatan yang bururk. Pada kasus-kasus lain, mengalihkan perhatian
pada keluhan fisik dapat menjadi suatu cara untuk menghindari berfikir tentang
masalah kehidupan yang lain. Penjelasan kognitif yang lain berfokus pada peran dari
pikiran yang terdistori. Orang dengan hipokondriasis cenderung membesar-besarkan
signifikansi
dari
keluhan
fisik
yang
minor.Simtomringan
yang
muncul
dinterpretasikan sebagai tanda dari sakit yang serius. Teori kognitif berspekulasi
bahwa hipokondriasis dan gangguan panic mempunyai penyebab yang sama yaitu
mengartikan perubahan kecil dalam sensasi tubuh sebagai tanda dari bencana yang
terjadi. Perbedaan antara kedua gangguan itu terletak pada apakah interpretasi yang
salah dari tanda-tanda tubuh membawa sebuah persepsi tentang ancaman yang
akansegera terwujud dan lalu menyebabkan terjadinya kecemasan yang berputarcepat
(gangguan panic) ataukah tentang ancaman dengan kisaran yang lebihpanjang dalam
bentuk proses penyakit yang mendasarinya (hipokondriasis).
11
12
Ketika kita sering memikirkan sesuatu, kemungkinan besar hal tersbut akan
terwujud. Jika kita khawatir akan membuat kesalahan, peluang kesalahan tersebut
bisa terjadi semakin besar. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan apa yang kamu
pikirkan. Ingat tentang kekuatan pikiran. Daripada memikirkan hal yang negatif,
pikirkan cara mendapatkan jalan keluar dari masalah.
4.
Kendalikan Pikiran
Kita sering khawatir tentang penilaian orang lain terhadap diri kita. Kita khawatir
tidak dapat memenuhi harapan orang lain. Pemikiran seperti ini yang membuat diri
angkuh karena terus-menerus mencari penghargaan dan kekaguman dari orang lain.
Diperlukan kepercayaan diri yang tinggi dan ketenangan batin untuk tidak khawatir
terhadap penilaian orang lain.
13
C. GANGGUAN DISOSIATIF
1. Pengertian Gangguan Diasosiatif
Disosiasi
psikologis
adalah
perubahan
kesadaran
mendadak
yang
Amnesia disosiatif adalah hilangnya memori setelah kejadian yang penuh stres.
Seseorang yang menderita gangguan ini tidak mampu mengingat informasi pribadi
yang penting, biasanya setelah suatu episode yang penuh stres. Pada amnesia total,
penderita tidak mengenali keluarga dan teman- temannya, tetapi tetap memiliki
kemampuan bicara, membaca dan penalaran, juga tetap memiliki bakat dan
pengetahuan tentang dunia yangtelah diperoleh sebelumnya.
14
Fugue Disosiatif
Fugue disosiatif adalah hilangnya memori yang disertai dengan meninggalkan rumah
dan menciptakan identitas baru. Dalam fugue disosiatif, hilangnya memori lebih
besar dibanding dalam amnesia disosiatif. Orang yang mengalami fugue disosiatif
tidak hanya mengalami amnesia total, namun tiba-tiba meninggalkan rumah dan
beraktivitas dengan menggunakan identitas baru.
Gangguan Depersonalisasi
Gangguan identitas disosiatif suatu kondisi dimana seseorang memiliki minimal dua
atau lebih kondisi ego yang berganti-ganti, yang satu samalain bertindak bebas.
Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan disosiatif (GID) dapat ditegakkan bila
seseorang memiliki sekurang-kurangnya dua kondisi ego yang terpisah, atau berubahubah, kondisi yang berbeda dalam keberadaan, perasaan dan tindakan yang satu sama
lain tidak saling mempengaruhi dan yang muncul serta memegang kendali pada
waktu yang berbeda. Secara singkat kriteria DSM-IV-TR untuk gangguan
setiap kepribadian hanya untuk kenyaman, bukan sebagai cara untuk menegaskan
eksistensi kepribadian yang terpisah dan otonom. Seluruh kepribadian harus
diperlakukan secara adil. Terapis harus mendorong empati dan kerjasama diantara
berbagai kepribadian. Diperlukan kelembutan dan dukungan berkaitan dengan trauma
masa kanak-kanak yang mungkin telah memicu munculnya berbagai kepribadian.
Tujuan setiap pendekatan terhadap GID haruslah untuk meyakinkan penderita
bahwa memecah diri menjadi beberapa kepribadian yang berbeda tidak lagi
diperlukan untuk menghadapi berbagai trauma, baik trauma di masa lalu yang
memicu disosiasi awal, trauma di masa sekarang atau trauma di masa yang akan
datang.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Gangguan
psikofisiologis merupakan gangguan kesehatan yang umum dijumpai di populasi,
namun seringkali menimbulkan kesalah pahaman dibidang medis. Macam-macam
gangguan psikofiologis diantaranya Gangguan Kardiovaskular, dan Asma. Cara
penanganannya dengan mengurangi kecemasan, depresi, atau kemarahan, analisis
mimpi oleh terapis, dan latihan relaksasi.
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki
gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat
ditemukan penjelasan medis. Macam-macam gangguan somatofon yakni Gangguan
somatisasi, Hipokondriasis, gangguan konversi. Terapi yang dapat digunakan pada
gangguan ini yaitu
Gangguan Disosiatif (dissociative disorder) mencakup gangguan identitas
disosiatif, amnesia disosiatif, fugue disosiatif, dan gangguan depersonalisasi. Macammacam gangguan ini diantaranya amnesia disosiatif, Fugue Disosiatif, Gangguan
Depersonalisasi, gangguan identitas disosiatif. Terapi yang dilakukan oleh ahli
psikoanalisis untuk gangguan ini dengan cara Hipnotis.
18
Daftar Pustaka
Davidson, Neale, Kring. 2006. Psikologi Abnormal Edisi Ke-9. Raja Grafindo
Persada: Jakarta
Nevid, S. J., Rathus, SS., & Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal/Edisi Kelima/Jilid
I Alih Bahasa Abnormal Psychology In A Changing Whord/Fifth Edition.
Erlangga: Jakarta.
Supratiknya, Dr. A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Kasinus: YogyakartaDurand
V. Mark & David H. BarlowI.2006. Intisari Psikologi Abnormal. Pustaka pelajar:
Yogyakarta
19