Você está na página 1de 11

ADA APA DENGAN BUAH ZAKAR zulfan

Pada skenario penderita berumur 19 tahun, karena pada masa remaja banyak
dikaitkan dengan kelainan sistem penyangga testis. Tunika vaginalis yang
seharusnya mengelilingi sebagian dari testis pada permukaan anterior dan
lateral testis, pada kelainan ini tunika mengelilingi seluruh permukaan testis
sehingga mencegah insersi epididimis ke dinding skrotum. Keadaan ini
menyebabkan testis dan epididimis dengan mudahnya bergerak ke kantung
tunika vaginalis dan menggantung pada funikulus spermatikus.
Pasien juga mengatakan bahwa buah zakarnya nyeri sekali pada pagi hari dan
dirasakan terus menerus. Karena pada saat pagi hari, suhu udara menjadi lebih
dingin. Untuk menghangatkan testis,maka skrotum akan mengkerut dan testis
mendekat ke tubuh. Otot dartos yang bertugas untuk mengerutkan skrotum dan
otot kremaster yang menyelubungi funikulus spermatikus berfungsi untuk
mendekatkan testis ke tubuh. Namun karena terjadi refleks yang berlebihan,
akibatnya terjadi rasa sakit dan berlangsung terus-menerus karena plexus
testicularis mendapatkan rangsang yang kontinu dan karena gangguan
peredaran darah.
Nyeri yang dirasakan pada pasien hingga menyebabkan muntah. Hal ini
dikarenakan inervasi dari testis, yaitu plexus testicularis, merupakan
percabangan dari N. Thoracalis X-XII yang merupakan cabang dari ganglion
coeliacum, yang juga merupakan pangkal inervasi dari gaster. Plexus testicularis
juga merupakan percabangan dari N. Lumbal I-II yang merupakan cabang dari
nervus genitofemoralis yang mempercabangkan ganglion mesenterica superior,
yang juga menginervasi jejunum dan ileum.Selain itu ada juga muntah terjadi
oleh karena adanya kondisi dari percabangan saraf nervus vagus. Karena dalam
skenario ada gangguan vaskularisasi dan inervasi akibat terpelintirnya funikulus
spermatikus maka saraf-saraf yang ada didekatnya mengalami destruksi dan
menimbulkan rangsang muntah. Tidak ada demam dan gangguan BAK
menunujukkan bahwa keluhan yang diderita pasien bbukan karena infeksi.
Karena salah satu gejala infeksi adalah demam.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan skrotum kiri lebih besar dan terlihat posisi
testis lebih tinggi dan melintang. Testis terasa nyeri saat disentuh dan nyeri
menetap saat skrotum diangkat atau digerakkan ke arah kranial. Funikulus
spermatikus memuntir dan bertambah pendek, menyebabkan skrotum kiri
tambah tinggi dan berubah posisi menjadi melintang. Terpelintirnya funikulus
spermatikus, menyebabkan terjadinya gangguan vaskularisasi dan innervasi
yang melewati funikulus spermatikus, sehingga apabila diangkat akan tetap saja
terasa sakit.
Dokter juga menyarankan pasien untuk segera dilakukan operasi. Operasi
disarankan untuk mengembalikan posisi testis kearah yang benar. Karena
apabila tidak segera ditangani dalam 6 jam sejak nyeri timbul, maka testis akan
mengalami hipoksia dan akhirnya akan menjadi nekrosis

Pasien merasa takut bisa berpengaruh terhadap kesuburannya. Sesungguhnya


ketakutan infertilisasi dapat disingkirkan jika operasi dilakukan masih dalam
golden period yaitu 6 jam karena testis belum mengalami nekrosis dan masih
bisa di orkidopeksi. Meskipun dilakukannya operasi dapat menimbulkan
komplikasi dan memiliki resiko yang besar pada pasien, tindakan ini harus tetap
dilakukan. Karena jika tidak segera diambil resiko infertilitas akibat nekrosis
jaringan akan lebih besar dan akan menyebabkan gangguan fungsi pada testis
kontralateral

TORSIO TESTIS / TESTICAL TORSION


DES 1
Posted by herrysyu

BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan testis yang cukup sering salah satunya adalah torsio testis ini. Sehingga perlu adanya
pembahasan yang lebih terperinci.
Secara anatomi ,Testis adalah organ genitalia pria yang teletak di skrotum. Ukuran tetstis pada
orang dewasa adalah 4 x 3 x 2.5 cm. dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid. Kedua buah
testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Di luar tunika
albugine terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika
dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis untuk dapat
digerakkan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperature testis agar tetap
stabil.
Secara histopatologis, testis terdiri atas 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli
seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogonia dan sel Sertoli, sedang
di antara tubuli seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-sel spermatogonium pada proses
spermatogenesis menjadi sel-sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makan pada
bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel-sel interstisial testis berfungsi dalam
menghasilkan hormone testosterone.
Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami
pematangan/maturasi di epididimis. Setelah matur (dewasa) sel-sel spermatozoa bersamasama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas
deferens. Sel-sel itu setelah bercampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas deferens dan
vesikula seminalis, serta cairan prostate, membentuk cairan semen atau mani.
Testis mendapat darah dari beberapa cabang arteri, yaitu arteri spermatika interna yang
merupakan cabang dari aorta, arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior, dan

arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika. Pembuluh vena yang
meninggalkan testis berkumpul meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus
Pampiniformis. Pleksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai
varikokel.

(2)

BAB II
PEMBAHASAN
I. DEFINISI
Torsio testis adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan
aliran darah pada testis. Keadaan ini diderita oleh I diantara 4000 pria yang berumur kurang
dari 25 tahun, paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Disamping
itu, tak jarang janin yang masih berada dalam uterus atau bayi baru lahir menderita torsio
testis yang tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan testis baik unilateral maupun
bilateral.(2)

Torsio testis atau terpeluntirnya funikulus spermatikus yang dapat menyebabkan terjadinya
strangulasi dari pembuluh darah, terjadi pada pria yang jaringan di sekitar testisnya tidak
melekat dengan baik ke scrotum. Testis dapat infark dan mengalami atrophy jika tidak
mendapatkan aliran darah lebih dari enam jam. (5)
II. ETIOLOGI
Torsio testis terjadi bila testis dapat bergerak dengan sangat bebas. Pergerakan yang bebas
tersebut ditemukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :
1.
2.
3.

Mesorchium yang panjang.


Kecenderungan testis untuk berada pada posisi horizontal.
Epididimis yang terletak pada salah satu kutub testis. (3)

Selain gerak yang sangat bebas, pergerakan berlebihan pada testis juga dapat menyebabkan
terjadinya torsio testis. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan pergerakan berlebihan itu
antara lain ; perubahan suhu yang mendadak (seperti saat berenang), ketakutan, latihan yang
berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi atau trauma yang mengenai scrotum.
Pada masa janin dan neonatus, lapisan yang menempel pada muskulus dartos masih belum
banyak jaringan penyangganya sehingga testis, epididimis dan tunika vaginalis mudah sekali
bergerak dan memungkinkan untuk terpeluntir pada sumbu funikulus
Terpeluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis ekstravaginal. (2)

spermatikus.

Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan dengan kelainan sistem penyangga
testis. Tunika vaginalis yang seharusnya mengelilingi sebagian dari testis pada permukaan
anterior dan lateral testis, pada keadaan ini tunika mengelilingi seluruh permukaan testis
sehingga mencegah insersi epididimis ke dinding skrotum. Keadaan ini menyebabkan testis dan
epididimis dengan mudahnya bergerak di kantung tunika vaginalis dan menggantung pada
funikulus spermatikus. Keadaan ini dikenal sebagai anomali bell clapper. Keadaan ini
menyebabkan testis mudah mengalami torsio intravaginal. (2)

III. GAMBARAN KLINIS/ sign and sympton


Pasien-pasien dengan torsio testis dapat mengalami gejala sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Nyeri hebat yang mendadak pada salah satu testis, dengan atau tanpa faktor predisposisi
Scrotum yang membengkak pada salah satu sisi
Mual atau muntah
Sakit kepala ringan (7)

Pada awal proses, belum ditemukan pembengkakan pada scrotum. Testis yang infark dapat
menyebabkan perubahan pada scrotum. Scrotum akan sangat nyeri kemerahan dan bengkak.
Pasien sering mengalami kesulitan untuk menemukan posisi yang nyaman. (6)
Selain nyeri pada sisi testis yang mengalami torsio, dapat juga ditemukan nyeri alih di daerah
inguinal atau abdominal. Jika testis yang mengalami torsio merupakan undesendensus testis,
maka gejala yang yang timbul menyerupai hernia strangulata. (3)

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Dalam phisical examination, Testis yang mengalami torsio letaknya lebih tinggi dan lebih
horizontal daripada testis sisi kontralateral. Kadang-kadang pada torsio testis yang baru
terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini
biasanya tidak disertai dengan demam.

(2)

Testis kanan dan testis kiri seharusnya sama besar. Pembesaran asimetris, terutama jika terjadi
secara akut, menandakan kemungkinan adanya keadaan patologis di satu testis. Perubahan
warna kulit scrotum, juga dapat menandakan adanya suatu masalah. Hal terakhir yang perlu
diwaspadai yaitu adanya nyeri atau perasaan tidak nyaman pada testis. (6)Reflex cremaster
secara umum hilang pada torsio testis. Tidak adanya reflex kremaster, 100% sensitif dan 66%
spesifik pada torsio testis. Pada beberapa anak laki-laki, reflex kremaster dapat menurun atau
tidak ada sejak awal, dan reflex kremaster masih dapat ditemukan pada kasus-kasus torsio
testis, oleh karena itu, ada atau tidak adanya reflex kremaster tidak bisa digunakan sebagai
satu-satunya acuan mendiagnosis atau menyingkirkan diagnosis torsio testis. (5)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang berguna untuk membedakan torsio testis dengan keadaan akut
scrotum yang lain adalah dengan menggunakan stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler, dan
sintigrafi testis, yang kesemuanya bertujuan untuk menilai aliran darah ke testis. (2)Sayangnya,
stetoskop Doppler dan ultrasonografi konvensional tidak terlalu bermanfaat dalam menilai
aliran darah ke testis. Penilaian aliran darah testis secara nuklir dapat membantu, tetapi
membutuhkan waktu yang lama sehingga kasus bisa terlambat ditangani. Ultrasonografi
Doppler berwarna merupakan pemeriksaan noninvasif yang keakuratannya kurang lebih
sebanding dengan pemeriksaan nuclear scanning. Ultrasonografi Doppler berwarna dapat

menilai aliran darah, dan dapat membedakan aliran darah intratestikular dan aliran darah
dinding scrotum. Alat ini juga dapat digunakan untuk memeriksa kondisi patologis lain pada
scrotum. (8)
Color Doppler ultrasonogram showing acute torsion affecting the left testis in a 14year-old boy who had acute pain for four hours. Note decreased blood flow in the left testis
compared with the right tstis.
Color Doppler ultrasonogram showing late torsion affecting the right testis in a 16year-old boy who had pain for 24 hours. Note increased blood flow around the right testis but
absence of flow within the substance of the testis
Color Doppler ultrasonogram showing inflammation (epididymitis) in a 16-year-old boy
who had pain in the left testis for 24 hours. Note increased blood flow in and around the left
testis
Pemeriksaan sedimen urin tidak menunjukkan adanya leukosit dalam urin, dan pemeriksaan
darah tidak menunjukkan adanya inflamasi kecuali pada torsio yang sudah lama dan mengalami
keradangan steril.
VI. DIAGNOSIS (8,9)

(2)

Diagnosis torsio testis dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Secara umum, digambarkan pada bagan Alogaritma dan Clinical Pathway Torsio
Testis / Testicular Torsion;

Protocol for the diagnosis and treatment of the acute scrotum. (8)

VII. DIAGNOSIS BANDING (1,2,4,5)


1.
Epididimitis akut. Penyakit ini secara umum sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri
scrotum akut biasanya disertai dengan kenaikan suhu, keluarnya nanah dari uretra, adanya
riwayat coitus suspectus (dugaan melakukan senggama dengan selain isterinya), atau pernah
menjalani kateterisasi uretra sebelumnya. Pada pemeriksaan, epididimitis dan torsio testis,
dapat dibedakan dengan Prehns sign, yaitu jika testis yang terkena dinaikkan, pada
epididmis akut terkadang nyeri akan berkurang (Prehns sign positif), sedangkan pada torsio
testis nyeri tetap ada (Prehns sign negative). Pasien epididimitis akut biasanya berumur
lebih dari 20 tahun dan pada pemeriksaan sedimen urin didapatkan adanya leukosituria dan
bakteriuria.
2.
Hernia scrotalis incarserata. Pada anamnesis didapatkan riwayat benjolan yang dapat keluar
masuk ke dalam scrotum.
3.

Hidrokel

4.

Tumor testis. Benjolan dirasakan tidak nyeri kecuali terjadi perdarahan di dalam testis

5.

Edema scrotum yang dapat disebabkan oleh hipoproteinemia, filariasis, adanya sumbatan
saluran limfe inguinal, kelainan jantung, atau kelainan-kelainan yang tidak diketahui
sebabnya (idiopatik).

Perbedaan antara torsio testis, torsio appendix testis dan epididimitis dapat dilihat pada tabel
di bawah ini. (8)
Diagnosis of Selected Conditions Responsible for the Acute Scrotum

Onset
of
sympto
Condition

ms

Age

Tenderne

Urinaly

Cremaste

Treatme

ss

sis

ric reflex

nt

Surgical
Testicular
torsion

Early
puberty

Acute

Diffuse

explorati
on

Localized

Bed rest
and
+

scrotal
elevation

Antibioti
c

Appendiceal
torsion

Subacut
e

Prepubert
al

to upper
pole

Epididymitis

Insidiou
s

Adolesce
nce

Epididym
al

+/

Torsio testis
Torsio appendix testis
Epididimitis

VIII. PENATALAKSANAAN /management


1. Non operatif
Pada beberapa kasus torsio testis, detorsi manual dari funikulus spermatikus dapat
mengembalikan aliran darah.

(5)

Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan jalan memutar
testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial, maka

dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral terlebih dahulu, kemudian jika tidak ada
perubahan, dicoba detorsi ke arah medial.
Metode tersebut dikenal dengan metode open book (untuk testis kanan), Karena gerakannya
seperti membuka buku. Bila berhasil, nyeri yang dirasakan dapat menghilang pada kebanyakan
pasien. Detorsi manual merupakan cara terbaik untuk memperpanjang waktu menunggu
tindakan pembedahan, tetapi tidak dapat menghindarkan dari prosedur pembedahan. (2,5)
Dalam pelaksanaannya, detorsi manual sulit dan jarang dilakukan. Di unit gawat darurat, pada
anak dengan scrotum yang bengkak dan nyeri, tindakan ini sulit dilakukan tanpa anestesi.
Selain itu, testis mungkin tidak sepenuhnya terdetorsi atau dapat kembali menjadi torsio tak
lama setelah pasien pulang dari RS. Sebagai tambahan, mengetahui ke arah mana testis
mengalami torsio adalah hampir tidak mungkin, yang menyebabkan tindakan detorsi manual
akan memperburuk derajat torsio.(5)
2. Operatif

Torsio testis merupakan kasus emergensi, harus dilakukan segala upaya untuk mempercepat
proses pembedahan. Hasil pembedahan tergantung dari lamanya iskemia, oleh karena itu,
waktu sangat penting. Biasanya waktu terbuang untuk pemeriksaan pencitraan, laboratorium,
atau prosedur diagnostik lain yang mengakibatkan testis tak dapat dipertahankan.

Tujuan dilakukannya eksplorasi yaitu :


1.
2.
3.
4.
5.

Untuk memastikan diagnosis torsio testis


Melakukan detorsi testis yang torsio
Memeriksa apakah testis masih viable
Membuang (jika testis sudah nonviable) atau memfiksasi jika testis masih viable
Memfiksasi testis kontralateral

Perbedaan pendapat mengenai tindakan eksplorasi antara lain disebabkan oleh kecilnya
kemungkinan testis masih viable jika torsio sudah berlangsung lama (>24-48 jam). Sebagian
ahli masih mempertahankan pendapatnya untuk tetap melakukan eksplorasi dengan alasan
medikolegal, yaitu eksplorasi dibutuhkan untuk membuktikan diagnosis, untuk menyelamatkan
testis (jika masih mungkin), dan untuk melakukan orkidopeksi pada testis kontralateral. (5)
Saat pembedahan, dilakukan juga tindakan preventif pada testis kontralateral. Hal ini
dilakukan karena testis kontralaeral memiliki kemungkinan torsio di lain waktu. (3,5,7)

Jika testis masih viable, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian
disusul pada testis kontralateral. Orkidopeksi dilakukan dengan menggunakan benang yang
tidak diserap pada tiga tempat untuk mencegah agar testis tidak terpuntir kembali. Sedangkan
pada testis yang sudah mengalami nekrosis, dilakukan pengangkatan testis (orkidektomi) dan
kemudian disusul orkidopeksi kontralateral. Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap
berada di scrotum dapat merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi
kemampuan fertilitas di kemudian hari. (2)

IX. KOMPLIKASI (5)


1.
Atropi testis
2.
Torsio rekuren
3.
Wound infection

4. Subfertility
DAFTAR PUSTAKA
(1)

Blandy, John. Lecture Notes on Urology. Third edition. Oxford : Blackwell Scietific

Publication. 1982. 277.


(2) Purnomo, Basuki P. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. 2003. 8,145-148.
(3) Scott, Roy, Deane, R.Fletcher. Urology Ilustrated. London and New York : Churchill
Livingstone. 1975. 324-325.
(4) Sjamsuhidajat R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2004. 799.
(5) http://emedicine.medscape.com/article/1017689-overview
(6) http://www.urologyhealth.org/about/
(7) http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1113.htm
(8) http://www.aafp.org/afp/2006/1115/p1746.html
(9) http://www.gfmer.ch/selected_images_v2/detail_list.php?
cat1=15&cat2=123&cat3=280&cat4=2&stype=n
(10) http://www.catscanman.net/blog/2008/12/scan-mans-casebook-case-6/
(11) http://www.catscanman.net/blog/wp-content/uploads/casebook/orchitis5.jpg
(12) http://urologistchennai.com/services
(13) http://www.medicineonline.com/articles/s/2/Scrotal-Orchiopexy/Testicular-TorsionRepair.html
(14) http://www.surgeryencyclopedia.com/La-Pa/Orchiopexy.html

Você também pode gostar