Você está na página 1de 20

Agile

requirements
engineering via
paraconsistent
reasoning
Neil A . Ernst a,n,
Alexander Borgida b, Ivan
Putu Aditya Dharmawan [9114205309]
J. Jureta c, John Mylopoulos
Adi Tiatama [9114205321]
Sindung Anggar Kusuma [9114205323]
Furqon Mauladani [9114205324]

Agile requirements engineering


via paraconsistent reasoning

Tujuan Penelitian
Mendefinisikan

sebuah framework yang


dapat digunakan untuk fleksibilitas
dalam penggalian kebutuhan.
Memudahkan proses perubahan analisa
dan desain dalam penggalian kebutuhan
Meringankan proses requirement
dengan Agile, dimana masih sistematis
untuk (dimodelkan, dianalisis dan
dirubah).

Abstract
Perusahaan

memerlukan pendekatan
Agile terhadap proses requirement
(penggalian kebutuhan) dari service
ataupun product yang ada. Pendekatan
yang dimaksud adalah terhadap kondisi
yang terus berubah.
Pendekatan Agile dalam requirement
haruslah sistematis. Terutama yang
berkaitan dengan legal(birokrasi) dan
kebutuhan non fungsional.

Abstract
Paper ini mengusulkan sebuah framework,
RE-KOMBINE, didasarkan pada bahasa
proposisional untuk pemodelan kebutuhan
yang disebut Techne.
Pada permodelan Techne memiliki operasi
yang memiliki toleransi inkonsistensi pada
requirement.
Penalaran parakonsisten sangat penting
untuk mendukung komitmen yang tertunda
untuk desain tetentu.
Evaluasi dilakukan dengan 2 tool terkenal
(formal Analysis tools).

Background
Berbagai

studi dan pengalaman laporan


(paling baru) telah menunjukkan bahwa
perubahan requirement sangat mahal
untuk dan merupakan penyebab paling
sering kegagalan proyek.
Konsep bahwa seseorang harus terlibat
dalam apa yang disebut "desain besar
di depan" sebagai bagian dari kegiatan
desain tidak lagi dipertahankan

Background (II)
Ada pergeseran untuk metode pengembangan perangkat
lunak yang menghindari komitmen awal yang prematur.
Prinsip utama dari metode ini adalah bahwa requirement
dibahas secara iteratif.
Requirement tersebut sering dinyatakan sebagai cerita
pengguna yang sangat singkat, yang berfungsi sebagai
pembuka percakapan dengan perwakilan bisnis.
Sebuah perhatian utama yang dianggap ringan adalah
bahwa kebutuhan non-fungsional, seperti keamanan,
sering diabaikan karena sistem
fungsional menjadi fokus
Paper ini memperkenalkan kerangka, RE-KOMBINE, yang
mendukung fleksibilitas dalam penggalian kebutuhan.
Dalam penalaran paraconsistent, inkonsistensi lokal tidak
disebarkan secara global,sehingga "mencemari" semua
kesimpulan.

Paraconsistency and agile


requirements evolution
Inconsistency

dan Konflik

Inkonsistensi merupakan sebuah kondisi


dimana ada kebutuhan yang tidak
konsisten, hal ini dikarenakan kebutuhan
di dapatkan dari 2 atau lebih stakeholder.
Sedangkan konflik adalah kondisi dimana
2 requirement saling berbenturan. Bukan
konflik antar stakeholder melainkan
konfliik antar kebutuhan.

Possible logic untuk


paraconsistensi
1.

Maximal consistent subsets


Terdapat aspek dari pendekatan yang
tidak diinginkan dari sudut pandang
Rekayasa Kebutuhan: Dalam setiap
situasi tertentu kita mencari satu set
konsisten tasks dan goals yang
memecahkan
masalah requirement.

2.

Minimal Repairs
Pendekatan berbeda untuk menangani
inkonsistensi adalah mempertimbangkan
potensial repairs untuk mengmbalikan
konsistensinya.
Perbaikan tersebut dapat berupa
penghapusan formula atau penambahan
formula

3.

Multi-valued logics
4. Default Rules

Zowghi dan Offen dan Ghose keduanya


menggunakan standar logika sebagai bagian
dari pendekatan untuk pemodelan requirement
dan evolusi. Zowghi dan Offen melakuka
pendekatan dari hal perspektif verifikasi.
Perhatian utama mereka adalah untuk
memastikan bahwa persyaratan spesifikasi
lengkap dan konsisten mengikuti perubahan.

5.

Labeled quasi-classical logic


Besnard and Hunter's menambahkan
label Quasi-Classical Logic (QCL), labels
tersebut bergerak melalui proof rules.

Nuseibeh et al memberikan beberapa alasan


pentingnya toleransi dalam domain RE:

1. untuk memfasilitasi didistribusikan kerja


kolaboratif;
2. untuk mencegah komitmen dini untuk
merancang keputusan;
3. untuk memastikan bahwa semua pandangan
pemangku kepentingan diperhitungkan;
4. untuk memusatkan perhatian pada masalah
daerah (spesifikasi)perhatian pada masalah
daerah (spesifikasi)

RE-KOMBINE

RE-COMBINE

untuk mengelola ketidak


konsistenan dalam
masalah requirements .

Sebuah bahasa, T1,


berbagai operator dalam (REKB) ditentukan secara logis, dan
sebuah alat yang menerapkan operator

Pemodelan bahasa T1
Disebut T1 dikarnakan sebuah sublanguage terkecil dari
Techne asli, yang masih memungkinkan kita untuk model
masalah persyaratan analog Zave dan Jackson's.
Tujuan, menggantikan Requirement Zave dan Jackson's ,
dan mengacu pada kondisi yang diinginkan.
Tugas, menggantikan Requirement Zave dan Jacksons,
merujuk pada apa yang bisa kita lakukan untuk
mewujudkan tujuan.

Operator dalam (REKB)


Operation 1. Declare-Atomic, perlu operator untuk
memperkenalkan simbol-simbol proposisional baru
Operation 2. Assert-Formula, menegaskan formula
sebagai bagian dari requirements
Operation 3. Find-Reasons-For-Inconsistency,
memecahkan requirement tidak konsisten,
pengguna mungkin ingin menemukan penyebab
inkonsistensi.
Operation 4. Paraconsist-Min-Goal-Achievement
Operation 5. Examine-Solution
Operation 6. Exist-Solution

Studi Kasus 1

Studi Kasus

Diatas adalah proses pembuatan kebutuhan bisnis


untuk koneksi transaksi melalui jaringan, dimana
Wifi dengan standar enkripsi
WEP sudah
terimplementasi sebelumnya.
PCI-DSS (Payment Card Industry - Data Security
Standard) adalah ISO untuk organisasi yang
mengakomodasi keamanan pada proses transaksi
mobile. Versi ke 2.0 yang dirilis Oktober 2010
terdapat perubahan yang melarang penggunaan
WEP dalam komunikasi dengan perangkat mobile,
dengan penekanan penggunaan standar dalam 3
bulan.

Studi Kasus 1

Ilustrasi
ini
menggambarkan
bagaimana
perubahan merubah standar yang sudah
ditentukan, seperti
PCI-DSS menimbulkan
ketidak konsistenan model kebutuhan sehinga
menimbulkan konflik kebutuhan bisnis dengan
kebutuhan sekuriti dan pembuatan model yang
sudah ada menjadi gagal untuk dipahami

Maka dari itu solusi yang didapat dari paper ini


adalah penggunaan Bluetooth sebagai pengganti
dari Wifi dengan WEP

KESIMPULAN
Paper

ini mengusulkan pendekatan yang


sistematis terhadap evolusi requirement
yang memudahkan untuk mengubah
persyaratan
dan
secara
otomatis
mengevaluasi
konsekuensi
dari
perubahan ini.

Você também pode gostar