Você está na página 1de 35

1

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

PARTAI RAKYAT DEMOKRATIK


PEMBUKAAN
Bahwa Revolusi Agustus 1945 yang menghantar Bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Indonesia sesungguhnya bertujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur tanpa penindasan
manusia atas manusia dan tanpa penindasan bangsa atas bangsa.
Upaya mewujudkan cita-cita mulia dari pendirian Republik Indonesia tersebut telah terinterupsi oleh
berkuasanya orde baru yang membuka pintu bagi kepentingan modal sembari mengekang hak rakyat
dengan cara-cara represif, dan selanjutnya oleh orde reformasi yang melakukan liberalisasi secara masif
di segala bidang.
Liberalisasi masif yang berlangsung sejak tahun 1998 ini merupakan kelanjutan langkah politik yang
tidak mencerminkan kedaulatan negara dan telah berakibat pada berbagai persoalan sosial serta
kebangsaan, seperti bebasnya eksploitasi modal atas sumber daya alam, pudarnya kepribadian nasional,
dan bertambahnya kesenjangan sosial antara yang kaya dan miskin.
Menjawab persoalan cengkraman imperialisme yang masuk melalui instrumen-instrumen kapitalisme
global, privatisasi, pencabutan subsidi, dan perdagangan bebas, maka Bangsa Indonesia harus kembali
pada PANCASILA sebagai filosofi, pandangan, nilai dan kumpulan pengetahuan yang maju untuk
menyusun kembali tatanan sosial yang berkeadilan. Bangsa Indonesia juga dapat mensaripatikan
pemikiran TRISAKTI, yakni berdaulat dalam menentukan sikap politik, berdikari dalam membangun
perekonomian, dan berkepribadian dalam bidang budaya.
Pancasila adalah dasar tempat kita memijakkan pemikiran, Trisakti adalah jalan yang harus kita tempuh,
dan sebuah Republik Indonesia yang adil dan makmur tanpa penindasan manusia atas manusia serta tanpa
penindasan bangsa atas bangsa adalah tujuan kita bersama.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka Partai Rakyat Demokratik menilai penting untuk membangun dan
mengembangkan suatu kekuatan politik yang konsisten memperjuangkan Trisakti hingga
kemenangannya. Untuk itu Partai Rakyat Demokratik telah menyusun suatu Anggaran Dasar dan

2
Anggaran Rumah tangga yang menjadi panduan dasar dalam pelaksanaan kerja kepartaian dengan
prinsip-prinsip yang mengabdi pada perjuangan Rakyat Indonesia, sebagai berikut:

ANGGARAN DASAR
BAB I
NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT KEDUDUKAN PUSAT
Pasal 1
Nama
Nama Organisasi ini adalah Partai Rakyat Demokratik, disingkat PRD, yang selanjutnya dalam Anggaran
Dasar ini disebut PRD atau Partai.
Pasal 2
Waktu
PRD didirikan pada tanggal 15 April 1996 di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, dan dideklarasikan
tanggal 22 Juli 1996 di Jakarta.
Pasal 3
Kedudukan Pusat
Kedudukan Pusat PRD berada di Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB II
ASAS, SIFAT DAN WATAK
Pasal 4
Asas
PRD berasaskan Pancasila.
PASAL 5
Sifat dan Watak
(1) PRD adalah partai kader yang berbasis massa dan bersifat terbuka.
(2) PRD adalah partai yang berwatak maju dan berpihak pada perubahan sosial yang berkeadilan.
BAB III
KEDAULATAN
Pasal 6

3
Kedaulatan
Kedaulatan tertinggi Partai berada di tangan Anggota dan dilaksanakan sepenuhnya melalui Kongres dan
Musyawarah-Musyawarah Partai.

BAB IV
VISI DAN CITA-CITA SERTA MISI DAN POKOK-POKOK PERJUANGAN
Pasal 7
Visi dan Cita-Cita Perjuangan
Visi dan cita-cita perjuangan PRD adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur tanpa penindasan
manusia atas manusia dan tanpa penindasan bangsa atas bangsa.
Pasal 8

Misi dan Pokok-Pokok Perjuangan


Misi dan pokok-pokok perjuangan PRD yaitu:
(1) Membangun kekuasaan politik secara konstitusional untuk mewujudkan Indonesia yang
berdaulat, berdikari, dan berkepribadian.
(2) Memimpin dan atau terlibat aktif dalam menuntaskan perjuangan demokrasi nasional.
(3) Memimpin dan atau terlibat aktif dalam menggalang persatuan nasional melawan imperialisme.
BAB V
TUJUAN DAN FUNGSI PENDIRIAN
Pasal 9
Tujuan Umum
Tujuan umum pendirian PRD adalah:
(1) Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia yang dicetuskan melalui revolusi Agustus 1945
sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
(2) Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan mengedepankan
persatuan nasional dalam menghadapi imperialisme serta menyelesaikan setiap konflik dalam
negeri melalui cara-cara damai dan demokratis;
(3) Mengembangkan kehidupan demokrasi politik dan demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila
dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
(4) Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pasal 10
Tujuan Khusus
Tujuan khusus PRD pendirian adalah:
(1) Meningkatkan kesadaran politik anggota dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan;
(2) Memperjuangkan cita-cita PRD dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan
(3) Membangun etika dan budaya politik yang berkepribadian nasional dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pasal 11
Fungsi
PRD berfungsi sebagai sarana:
(1) Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang
sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
(2) Penciptaan iklim yang dinamis dan kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam
kerangka menghadapi penjajahan gaya baru untuk kesejahteraan masyarakat;
(3) Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan
menetapkan kebijakan negara;
(4) Partisipasi politik warga negara Indonesia;
(5) Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan publik yang berperspektif keadilan gender
melalui mekanisme demokrasi dengan meningkatkan kesadaran tentang kesetaraan antara
perempuan dan laki-laki; dan
(6) Membangun kepribadian nasional yang bermartabat dalam hubungan dan kerjasama yang damai
dengan bangsa-bangsa lain.

BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 12
Keanggotaan
(1) Tiap-tiap Warga Negara Indonesia yang berusia tujuh belas tahun atau telah menikah, tanpa
membedakan asal-usul suku, ras, agama, golongan yang setuju kepada asas, visi, misi, cita-cita,
pokok-pokok perjuangan, dan tujuan pendirian PRD dapat menjadi Anggota PRD.
(2) Keanggotaan dalam PRD terdiri menjadi tiga jenis, yaitu:
a) Anggota Biasa;
b) Kader;
c) Anggota Kehormatan.

5
(3) Ketentuan tentang hak, kewajiban, dan hal lain terkait keanggotaan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.

BAB VII
KONGRES, RAPAT PIMPINAN NASIONAL DAN PERMUSYAWARATAN PARTAI
Pasal 13
Jenjang Permusyawaratan
Jenjang permusyawaratan pengambil keputusan dalam PRD adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Kongres;
Kongres Luar Biasa, disingkat KLB;
Rapat Pimpinan Nasional, disingkat Rapimnas;
Musyawarah Wilayah, disingkat Muswil;
Musyawarah Wilayah Luar Biasa, disingkat Muswilub;
Musyawarah Kabupaten/Musyawarah Kota, disingkat Muskab/Muskot;
Musyawarah Kabupaten Luar Biasa/Musyawarah Kota Luar Biasa, disingkat
Muskablub/Muskotlub;
8) Musyawarah Kecamatan, disingkat Muscam;
9) Musyawarah Kecamatan Luar Biasa, disingkat Muscamlub;
10) Musyawarah Desa/Musyawarah Kelurahan, disingkat Musdes/Muskel;
11) Musyawarah Desa Luar Biasa/Musyawarah Kelurahan Luar Biasa, disingkat
Musdeslub/Muskelub;
12) Musyawarah Basis, disingkat Musbas.
Pasal 14
Kongres
(1) Kongres merupakan wujud pelaksanaan kedaulatan Anggota dan pemegang kekuasaan tertinggi
Partai.
(2) Kongres dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Kongres memiliki wewenang:
a) Menilai pertanggungjawaban dan mendemisionerkan KPP PRD yang dipilih pada
periode sebelumnya;
b) Melakukan evaluasi atas perjalanan Partai;
c) Membahas, menganalisa, dan menyimpulkan situasi nasional dan internasional;
d) Menetapkan program dan strategi-taktik perjuangan;
e) Mengubah dan/atau menetapkan kembali Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga;
f) Mengangkat Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan Tim Formatur;
g) Menetapkan keputusan lain yang dinilai penting.
(4) Kongres diikuti oleh:
a) Peserta, yang terdiri dari:
- Pimpinan Harian Komite Pimpinan Pusat;
- Pengurus Bidang, Departemen, dan Komisaris Nasional;

6
-

Tiga orang perwakilan dari masing-masing organisasi sayap/onderbouw Partai tingkat


Pusat;
Satu orang perwakilan dari masing-masing Lembaga Partai tingkat pusat;
Tiga orang pengurus Komite Pimpinan Wilayah (KPW) atau yang dimandatkan oleh
KPW;
Tiga orang pengurus Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota (KPK) atau
yang dimandatkan oleh KPK;
Satu orang perwakilan dari masing-masing Komite Perwakilan luar negeri;
Kader yang terpilih sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
(DPR RI);
Kader yang terpilih sebagai Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah;
Perwakilan fraksi di DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota;
Tambahan perwakilan dari masing-masing KPK dihitung berbasiskan jumlah kader dan
anggota yang penentuan kuota delegasi per KPK diputuskan oleh KPP.

b) Peninjau, yang terdiri dari:


-

Anggota Majelis Pertimbangan Partai;


Perwakilan organisasi yang memiliki kesamaan-kesamaan prinsip dari dalam dan luar
negeri;
Individu yang direkomendasikan oleh Komite Pimpinan Pusat.

(5) Setiap Peserta Kongres memiliki:


a. Hak bicara;
b. Hak suara;
c. Hak memilih dan dipilih.
(6) Setiap Peninjau Kongres hanya memiliki hak bicara.
(7) Kongres diselenggarakan oleh Komite Pimpinan Pusat.
Pasal 15
Kongres Luar Biasa
(1) Kongres Luar Biasa adalah pengambil keputusan tertinggi setara Kongres yang diselenggarakan
dalam keadaan luar biasa;
(2) Kongres Luar Biasa dapat diselenggarakan dengan persetujuan minimal dua per tiga (2/3) jumlah
KPW dan dua per tiga (2/3) jumlah KPK di masing-masing KPW;
(3) Kongres Luar Biasa diselenggarakan oleh Komite Pimpinan Pusat.
Pasal 16
Rapat Pimpinan Nasional
(1) Rapat Pimpinan Nasional adalah pembuat keputusan tertinggi setelah Kongres.
(2) Rapat Pimpinan Nasional dilaksanakan sekurang-kurangnya satu (1) kali dalam 1 (satu) tahun.
(3) Rapat Pimpinan Nasional dihadiri oleh:
a)
Pimpinan Harian Komite Pimpinan Pusat;
b)
Tiga orang pengurus KPW atau yang dimandatkan oleh KPW;

7
c)
Satu orang perwakilan dari masing-masing organisasi sayap;
d)
Satu orang dari masing-masing lembaga;
e)
Satu orang dari Komite Perwakilan luar negeri yang ditunjuk oleh KPP;
f)
Peninjau yang direkomendasikan oleh KPP.
(4) Rapat Pimpinan Nasional memiliki wewenang:
a) Melakukan evaluasi terhadap aktifitas dan perkembangan Partai;
b) Menilai perkembangan situasi nasional dan internasional;
c) Mempertajam program dan kebijakan kerja Partai yang sejalan strategi dan taktik yang
ditetapkan oleh Kongres;
d) Membentuk dan menetapkan Badan Kehormatan Partai;
e) Menetapkan dan mengajukan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Republik Indonesia;
f) Menunjuk Pejabat Sementara Ketua Umum dan/atau Pejabat Sementara Sekretaris Jenderal
bilamana yang bersangkutan berhalangan tetap;
g) Membuat ketetapan dan resolusi yang dianggap perlu.
(5) Rapat Pimpinan Nasional diselenggarakan oleh Komite Pimpinan Pusat.
Pasal 17
Musyawarah Wilayah
(1) Musyawarah Wilayah merupakan wujud pelaksanaan kedaulatan Anggota dan pemegang
kekuasaan tertinggi Partai di tingkat Provinsi.
(2) Musyawarah Wilayah dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Musyawarah Wilayah memiliki wewenang:
a) Menilai laporan pertanggungjawaban dan mendemisionerkan Komite Pimpinan Wilayah
yang dipilih pada periode sebelumnya;
b) Melakukan evaluasi atas perjalanan Partai di tingkat Provinsi;
c) Membahas, menganalisa, dan menyimpulkan situasi daerah;
d) Menjabarkan program dan strategi-taktik perjuangan di tingkat provinsi sesuai Ketetapan
dan Keputusan Kongres, Rapat Pimpinan Nasional, dan Komite Pimpinan Pusat;
e) Memilih Ketua KPW, Sekretaris KPW, dan Anggota Tim Formatur;
f) Menetapkan keputusan lain dalam lingkup wilayah kerjanya yang dinilai penting.
(4) Musyawarah Wilayah diikuti oleh:
a) Peserta, yang terdiri dari:
- Pimpinan Harian Komite Pimpinan Wilayah;
- Pengurus Bidang, Departemen, dan Komisaris Regional;
- Tiga orang pengurus Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota (KPK) atau
yang dimandatkan oleh KPK;
- Satu orang pengurus Komite Pimpinan Kecamatan (KPKc) atau yang dimandatkan oleh
KPKc;
- Dua orang perwakilan dari masing-masing organisasi sayap Partai di tingkat Wilayah;
- Satu orang perwakilan dari masing-masing Lembaga Partai di tingkat Wilayah;
- Kader yang terpilih sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di
Provinsi setempat;
- Kader yang terpilih sebagai Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah;
- Tambahan perwakilan dari masing-masing KPK dihitung berbasiskan jumlah kader dan
anggota yang penentuan kuota delegasi per KPK diputuskan oleh KPW.
b) Petugas yang ditunjuk oleh Komite Pimpinan Pusat;

8
c) Peninjau, yang terdiri dari:
- Anggota Majelis Pertimbangan Partai di tingkat Wilayah;
- Perwakilan organisasi yang memiliki kesamaan-kesamaan prinsip di tingkat Wilayah;
- Individu yang direkomendasikan oleh KPW.
(5) Setiap Peserta Musyawarah Wilayah memiliki:
a. Hak bicara;
b. Hak suara;
c. Hak memilih dan dipilih.
(6) Peninjau Musyawarah Wilayah hanya memiliki hak bicara.
(7) Petugas yang ditunjuk oleh Komite Pimpinan Pusat memiliki hak bicara.
(8) Musyawarah Wilayah diselenggarakan oleh Komite Pimpinan Wilayah.
Pasal 18
Musyawarah Wilayah Luar Biasa
(1) Musyawarah Wilayah Luar Biasa adalah pengambil keputusan setara Musyawarah Wilayah yang
diselenggarakan dalam keadaan luar biasa;
(2) Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat diselenggarakan dengan persetujuan minimal dua per tiga
(2/3) jumlah KPK;
(3) Musyawarah Wilayah Luar Biasa diselenggarakan oleh Komite Pimpinan Wilayah.
Pasal 19
Musyawarah Kabupaten dan Musyawarah Kota
(1) Musyawarah Kabupaten atau Musyawarah Kota merupakan wujud pelaksanaan kedaulatan
Anggota dan pemegang kekuasaan tertinggi Partai di tingkat Kabupaten atau Kota.
(2) Musyawarah Kabupaten atau Musyawarah Kota dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Musyawarah Kabupaten atau Musyawarah Kota memiliki wewenang:
a) Menilai laporan pertanggungjawaban dan mendemisionerkan Komite Pimpinan
Kabupaten atau Komite Pimpinan Kota yang dipilih pada periode sebelumnya;
b) Melakukan evaluasi atas perjalanan Partai di tingkat Kabupaten atau Kota;
c) Membahas, menganalisa, dan menyimpulkan situasi daerah;
d) Menjabarkan program dan strategi-taktik perjuangan di tingkat kabupaten atau kota
sesuai Ketetapan dan Keputusan badan-badan Partai di atasnya;
e) Memilih Ketua KPK, Sekretaris KPK, dan Anggota Tim Formatur;
f) Menetapkan keputusan lain dalam lingkup wilayah kerjanya yang dinilai penting.
(4) Musyawarah Kabupaten atau Musyawarah Kota diikuti oleh:
a) Peserta, yang terdiri dari:
- Pimpinan Harian Komite Pimpinan Kabupaten atau Komite Pimpinan Kota;
- Pengurus Bidang dan Departemen;
- Tiga orang pengurus Komite Pimpinan Kecamatan (KPKc) atau yang
dimandatkan oleh KPKc;
- Satu orang pengurus Komite Pimpinan Desa (KPD)/Komite Pimpinan Kelurahan
(KPL) atau yang dimandatkan oleh KPD/KPL;

9
-

(5)

(6)
(7)
(8)

Dua orang perwakilan dari masing-masing organisasi sayap Partai di tingkat


Kabupaten atau Kota;
- Satu orang perwakilan dari masing-masing Lembaga Partai di tingkat Kabupaten
atau Kota;
- Kader yang terpilih sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
di Kabupaten atau Kota setempat;
- Kader yang terpilih sebagai Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah;
- Tambahan perwakilan dari masing-masing KPKc dihitung berbasiskan jumlah
kader dan anggota yang penentuan kuota delegasi per KPKc diputuskan oleh
KPK.
b) Petugas yang ditunjuk oleh Komite Pimpinan Wilayah;
c) Peninjau, yang terdiri dari:
- Anggota Majelis Pertimbangan Partai di tingkat Kabupaten atau Kota;
- Perwakilan organisasi yang memiliki kesamaan-kesamaan prinsip di tingkat
Kabupaten atau Kota;
- Individu yang direkomendasikan oleh KPK.
Setiap Peserta Musyawarah Kabupaten atau Musyawarah Kota memiliki:
a. Hak bicara;
b. Hak suara;
c. Hak memilih dan dipilih.
Peninjau Musyawarah Kabupaten atau Musyawarah Kota hanya memiliki hak bicara.
Petugas yang ditunjuk oleh oleh Komite Pimpinan Wilayah memiliki hak bicara.
Musyawarah Kabupaten atau Musyawarah Kota diselenggarakan oleh Komite Pimpinan
Kabupaten atau Komite Pimpinan Kota.
Pasal 20
Musyawarah Kabupaten Luar Biasa dan Musyawarah Kota Luar Biasa

(1) Musyawarah Kabupaten Luar Biasa atau Musyawarah Kota Luar Biasa adalah pengambil
keputusan setara Musyawarah Kabupaten atau Musyawarah Kota yang diselenggarakan dalam
keadaan luar biasa;
(2) Musyawarah Kabupaten Luar Biasa atau Musyawarah Kota Luar Biasa dapat diselenggarakan
dengan persetujuan minimal dua per tiga (2/3) jumlah KPKc;
(3) Musyawarah Kabupaten Luar Biasa atau Musyawarah Kota Luar Biasa diselenggarakan oleh
Komite Pimpinan Kabupaten atau Komite Pimpinan Kota.
Pasal 21
Musyawarah Kecamatan
(1) Musyawarah Kecamatan merupakan wujud pelaksanaan kedaulatan Anggota dan pemegang
kekuasaan tertinggi Partai di tingkat Kecamatan.
(2) Musyawarah Kecamatan dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Musyawarah Kecamatan memiliki wewenang:
a) Menilai laporan pertanggungjawaban dan mendemisionerkan Komite Pimpinan
Kecamatan yang dipilih pada periode sebelumnya;

10

(4)

(5)

(6)
(7)
(8)

b) Melakukan evaluasi atas perjalanan Partai di tingkat Kecamatan;


c) Membahas, menganalisa, dan menyimpulkan situasi Kecamatan;
d) Menjabarkan program dan strategi-taktik perjuangan di tingkat Kecamatan sesuai
Ketetapan dan Keputusan badan-badan Partai di atasnya;
e) Memilih Ketua KPKc, Sekretaris KPKc, dan Anggota Tim Formatur;
f) Menetapkan keputusan lain dalam lingkup wilayah kerjanya yang dinilai penting.
Musyawarah Kecamatan diikuti oleh:
a) Peserta, yang terdiri dari:
- Pimpinan Harian Komite Pimpinan Kecamatan;
- Pengurus Biro;
- Tiga orang pengurus Komite Pimpinan Desa (KPD)/Komite Pimpinan Kelurahan
(KPL) atau yang dimandatkan oleh KPD/KPL;
- Satu orang pengurus Komite Basis (Kombas) atau yang dimandatkan oleh
Kombas;
- Tiga orang perwakilan dari masing-masing organisasi sayap Partai di tingkat
Kecamatan;
- Satu orang perwakilan dari masing-masing Lembaga Partai di tingkat
Kecamatan;
- Kader yang terpilih sebagai Anggota Badan Perwakilan Desa;
- Kader yang terpilih sebagai Kepala Desa;
- Tambahan perwakilan dari masing-masing Kombas dihitung berbasiskan jumlah
kader dan anggota yang penentuan kuota delegasi per Kombas diputuskan oleh
KPKc.
d) Petugas yang ditunjuk oleh Komite Pimpinan Kabupaten atau Komite Pimpinan Kota;
e) Peninjau, yang terdiri dari:
- Perwakilan organisasi yang memiliki kesamaan-kesamaan prinsip di tingkat
Kecamatan;
- Individu yang direkomendasikan oleh KPKc.
Setiap Peserta Musyawarah Kecamatan memiliki:
a) Hak bicara;
b) Hak suara;
c) Hak memilih dan dipilih.
Peninjau Musyawarah Kecamatan hanya memiliki hak bicara.
Petugas yang ditunjuk oleh oleh Komite Pimpinan Kabupaten atau Komite Pimpinan Kota
memiliki hak bicara.
Musyawarah Kecamatan diselenggarakan oleh Komite Pimpinan Kecamatan.
Pasal 22
Musyawarah Kecamatan Luar Biasa

(1) Musyawarah Kecamatan Luar Biasa adalah pengambil keputusan setara Musyawarah Kecamatan
yang diselenggarakan dalam keadaan luar biasa;
(2) Musyawarah Kecamatan Luar Biasa dapat diselenggarakan dengan persetujuan minimal dua per
tiga (2/3) jumlah KPD/KPL;
(3) Musyawarah Kecamatan Luar Biasa diselenggarakan oleh Komite Pimpinan Kecamatan.

11
Pasal 23
Musyawarah Desa dan Musyawarah Kelurahan
(1) Musyawarah Desa atau Musyawarah Kelurahan merupakan wujud pelaksanaan kedaulatan
Anggota dan pemegang kekuasaan tertinggi Partai di tingkat Desa atau Kelurahan.
(2) Musyawarah Desa atau Musyawarah Kelurahan dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Musyawarah Desa atau Musyawarah Kelurahan memiliki wewenang:
a) Menilai laporan pertanggungjawaban dan mendemisionerkan Komite Pimpinan Desa atau
Komite Pimpinan Kelurahan yang dipilih pada periode sebelumnya;
b) Melakukan evaluasi atas perjalanan Partai di tingkat Desa atau Kelurahan;
c) Membahas, menganalisa, dan menyimpulkan situasi Desa atau Kelurahan;
d) Menjabarkan program dan strategi-taktik perjuangan di tingkat Desa atau Kelurahan
sesuai Ketetapan dan Keputusan badan-badan Partai di atasnya;
e) Memilih Ketua KPD/KPL, Sekretaris KPD/KPL, dan Anggota Tim Formatur;
f) Menetapkan keputusan lain dalam lingkup wilayah kerjanya yang dinilai penting.
(4) Musyawarah Desa atau Kelurahan diikuti oleh:
a) Peserta, yang terdiri dari:
- Komite Pimpinan Desa atau Komite Pimpinan Kelurahan;
- Tiga orang pengurus Komite Basis (Kombas) atau yang dimandatkan oleh
Kombas;
- Satu orang perwakilan dari masing-masing organisasi sayap Partai di tingkat
Desa/Kelurahan;
- Satu orang perwakilan dari masing-masing Lembaga Partai di tingkat Desa atau
Kelurahan;
- Kader yang terpilih sebagai Anggota Badan Perwakilan Desa;
- Kader yang terpilih sebagai Kepala Desa;
- Kader yang terpilih sebagai Ketua RT dan Ketua RW;
- Seluruh Anggota dengan mempertimbangkan aspek teknis.
b) Petugas yang ditunjuk oleh Komite Pimpinan Kecamatan;
c) Peninjau, yang terdiri dari:
- Perwakilan organisasi yang memiliki kesamaan-kesamaan prinsipil di tingkat
Desa/Kelurahan;
- Individu yang direkomendasikan oleh KPD/KPL.
(5) Setiap Peserta Musyawarah Desa atau Musyawarah Kelurahan memiliki:
a) Hak bicara;
b) Hak suara;
c) Hak memilih dan dipilih.
(6) Peninjau Musyawarah Desa atau Musyawarah Kelurahan hanya memiliki hak bicara.
(7) Petugas yang ditunjuk oleh oleh Komite Pimpinan Kecamatan memiliki hak bicara.
(8) Musyawarah Desa atau Musyawarah Kelurahan diselenggarakan oleh Komite Pimpinan Desa
atau Komite Pimpinan Kelurahan.
Pasal 24
Musyawarah Desa Luar Biasa dan Musyawarah Kelurahan Luar Biasa

12
(1) Musyawarah Desa Luar Biasa atau Musyawarah Kelurahan Luar Biasa adalah pengambil
keputusan setara Musyawarah Desa atau Musayawarah Kelurahan yang diselenggarakan dalam
keadaan luar biasa;
(2) Musyawarah Desa Luar Biasa atau Musyawarah Kelurahan Luar Biasa dapat diselenggarakan
dengan persetujuan minimal dua per tiga (2/3) jumlah Komite Basis;
(3) Musyawarah Desa Luar Biasa atau Musyawarah Kelurahan Luar Biasa diselenggarakan oleh
Komite Pimpinan Desa atau Komite Pimpinan Kelurahan.
Pasal 25
Musyawarah Basis
(1) Musyawarah Basis merupakan wujud pelaksanaan kedaulatan Anggota dan pemegang kekuasaan
tertinggi Partai di tingkat RT, RW, atau Dusun.
(2) Musyawarah Basis diselenggarakan sesuai kebutuhan.
(3) Musyawarah Basis memiliki wewenang:
a) Menilai laporan pertanggungjawaban dan mendemisionerkan Komite Basis;
b) Melakukan evaluasi atas perjalanan Partai di tingkat RT, RW, atau Dusun;
c) Membahas, menganalisa, dan menyimpulkan situasi RT, RW, atau Dusun;
d) Menjabarkan program dan strategi-taktik perjuangan di tingkat RT, RW, atau Dusun
sesuai Ketetapan dan Keputusan badan-badan Partai di atasnya;
e) Memilih Ketua Komite Basis, Sekretaris Komite Basis, dan Bendahara Komite Basis;
f) Menetapkan keputusan lain dalam lingkup wilayah kerjanya yang dinilai penting.
(4) Musyawarah Basis diikuti oleh seluruh Anggota PRD di tingkat RT, RW, atau Dusun setempat.
BAB VIII
STRUKTUR ORGANISASI, KELENGKAPAN DAN PERANGKAT PARTAI
Pasal 26
Struktur Organisasi
(1) Struktur organisasi PRD tersusun sebagai berikut:
a) Organisasi PRD tingkat Pusat, disebut Komite Pimpinan Pusat, disingkat KPP;
b) Organisasi PRD tingkat Provinsi, disebut Komite Pimpinan Wilayah, disingkat KPW;
c) Organisasi PRD tingkat Kabupaten atau Kota, disebut Komite Pimpinan
Kabupaten/Komite Pimpinan Kota, disingkat KPK;
d) Organisasi PRD tingkat Kecamatan, disebut Komite Pimpinan Kecamatan, disingkat
KPKc;
e) Organisasi PRD tingkat Desa atau Kelurahan, disebut Komite Pimpinan Desa, disingkat
KPD, atau Komite Pimpinan Kelurahan, disingkat KPL;
f) Organisasi PRD tingkat RT atau RW atau dusun, disebut Komite Basis, disingkat
Kombas.
(2) Perwakilan PRD di luar negeri disebut Komite Perwakilan yang dikoordinasikan langsung oleh
Komite Pimpinan Pusat (KPP);
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang Komite Perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

13

Pasal 27
Kelengkapan Partai
(1) Kelengkapan Partai dapat dibentuk sesuai kebutuhan di masing-masing tingkatan;
(2) Kelengkapan Partai di tingkat Pusat terdiri dari:
a) Bidang;
b) Departemen;
c) Komisaris Nasional.
(3) Kelengkapan Partai di tingkat Wilayah terdiri dari:
a) Bidang;
b) Departemen;
c) Komisaris Regional.
(4) Kelengkapan Partai di tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari:
b) Bidang
c) Departemen
(5) Kelengkapan Partai di tingkat Kecamatan disebut Biro;
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang Kelengkapan Partai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai
ayat (5) di atas diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 28
Perangkat Partai
(1) Perangkat Partai terdiri dari Lembaga Partai, Organisasi Sayap atau onderbouw Partai, dan
Fraksi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Partai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 29
Kuota Perempuan
Struktur kepengurusan Partai di setiap tingkatan wajib diisi oleh sekurang-kurangnya tiga puluh persen
perempuan dari seluruh jumlah pengurus.
BAB IX
MAJELIS PERTIMBANGAN PARTAI
Pasal 30
Majelis Pertimbangan Partai
(1) Majelis Pertimbangan Partai, disingkat MPP, adalah lembaga pertimbangan Partai yang bersifat
konsultatif dengan fungsi memberikan usulan, saran, dan nasehat kepada Komite Pimpinan Partai
sesuai dengan tingkatannya;

14
(2) MPP dapat dibentuk sesuai kebutuhan dari tingkat pusat sampai ke tingkat kabupaten/kota;
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai MPP diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB X
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG
Pasal 31
Komite Pimpinan Pusat
(1) Komite Pimpinan Pusat adalah badan pelaksana tertinggi Ketetapan Kongres dan Rapat Pimpinan
Nasional;
(2) Komite Pimpinan Pusat adalah badan pembuat keputusan harian tertinggi untuk menjabarkan aspekaspek praktis dari Ketetapan Kongres dan Rapat Pimpinan Nasional;
(3) Komite Pimpinan Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;
(4) Komite Pimpinan Pusat dipimpin oleh Pimpinan Harian yang terdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua
Umum-Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Wakil Sekretaris Jenderal-Wakil Sekretaris
Jenderal, Bendahara Umum, dan Wakil Bendahara Umum-Wakil Bendahara Umum;
(5) Ketentuan lebih lanjut tentang fungsi dan tugas Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Sekretaris
Jenderal, Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, dan Wakil Bendahara Umum diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga;
(6) Komite Pimpinan Pusat memiliki wewenang:
a) Bertindak keluar untuk dan atas nama PRD;
b) Menyusun dan menetapkan Peraturan Partai;
c) Membentuk atau mengesahkan lembaga, organisasi sayap/onderbouw, dan fraksi Partai;
d) Mengangkat dan/atau memberhentikan pengurus Bidang, Departemen, Komisaris Nasional,
lembaga, organisasi sayap/onderbouw, dan fraksi Partai;
e) Mengangkat dan/atau memberhentikan Anggota Majelis Pertimbangan Partai;
f) Mengesahkan dan/atau membekukan kepengurusan Komite Pimpinan Wilayah dan Komite
Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota;
g) Membentuk dan/atau membekukan kepengurusan Komite Perwakilan;
h) Ketentuan lebih lanjut tentang pembekuan kepengurusan KPW dan KPK sebagaimana
dimaksud pada poin (f) di atas diatur dalam Anggaran Rumah Tangga;
i) Menetapkan calon Anggota Legislatif (DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota),
serta calon Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah yang diajukan oleh Komite
Pimpinan Partai di bawahnya;
j) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme pengajuan calon sebagaimana dimaksud pada poin
(i) di atas diatur dalam Anggaran Rumah Tangga;
k) Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Komite Pimpinan Wilayah dan Komite Pimpinan
Kabupaten/Komite Pimpinan Kota;
l) Menunjuk pengganti Anggota Pimpinan Harian yang berhalangan tetap.
(7) Komite Pimpinan Pusat memiliki tugas:
a) Membuat program dan rencana kerja tahunan;
b) Menyusun laporan mengenai perkembangan Partai kepada Rapat Pimpinan Nasional;
c) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Kongres;
d) Meluaskan pengaruh Partai melalui media publikasi dalam berbagai jenis;
e) Membangun kerjasama dengan kekuatan politik lain dalam kerangka visi dan misi Partai;
f) Menyelenggarakan Kongres atau Kongres Luar Biasa dan Rapat Pimpinan Nasional;
g) Memperkuat sistem kepartaian, yang meliputi sistem rekrutmen dan database keanggotaan,

15
sistem pendidikan dan kaderisasi, sistem iuran dan keuangan, sistem administrasi dan
pengarsipan, serta sistem propaganda Partai.
Pasal 32
Komite Pimpinan Wilayah
(1) Komite Pimpinan Wilayah adalah badan pelaksana Partai tertinggi di tingkat provinsi;
(2) Komite Pimpinan Wilayah berkedudukan di ibukota provinsi;
(3) Komite Pimpinan Wilayah dipimpin oleh Pimpinan Harian yang terdiri dari Ketua, Wakil KetuaWakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris-Wakil Sekretaris, Bendahara, dan Wakil BendaharaWakil Bendahara;
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang fungsi dan tugas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara, dan Wakil Bendahara diatur dalam Anggaran Rumah Tangga;
(5) Komite Pimpinan Wilayah memiliki wewenang:
a) Bertindak keluar untuk dan atas nama PRD di tingkat provinsi;
b) Mengangkat dan/atau memberhentikan Pengurus Bidang, Departemen, Komisaris Regional,
lembaga, dan fraksi Partai di tingkat provinsi;
c) Merekomendasikan kader atau anggota untuk menjadi pengurus organisasi sayap/onderbouw
tingkat provinsi;
d) Mengangkat dan/atau memberhentikan Anggota Majelis Pertimbangan Partai di tingkat
provinsi;
e) Mengusulkan pembekuan atau perubahan kepengurusan Komite Pimpinan Kabupaten/Komite
Pimpinan Kota kepada Komite Pimpinan Pusat;
f) Merekomendasikan calon Anggota Legislatif (DPR RI dan DPRD Provinsi), serta calon
Gubernur dan/atau Wakil Gubernur kepada Komite Pimpinan Pusat.
(6) Komite Pimpinan Wilayah memiliki tugas:
a) Membuat program dan rencana kerja tahunan;
b) Menyusun laporan reguler kepada Komite Pimpinan Pusat;
c) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Wilayah atau
Musyawarah Wilayah Luar Biasa;
d) Meluaskan pengaruh Partai melalui media publikasi dalam berbagai jenis;
e) Membahas dan merumuskan taktik harian dalam rangka pembesaran Partai;
f) Menyelenggarakan Musyawarah Wilayah atau Musyawarah Wilayah Luar Biasa;
g) Memberikan rekomendasi kepada Komite Pimpinan Pusat terkait perselisihan kepengurusan
Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota;
h) Memperkuat sistem kepartaian, yang meliputi sistem rekrutmen dan database keanggotaan,
sistem pendidikan dan kaderisasi, sistem iuran dan keuangan, sistem administrasi dan
pengarsipan, serta sistem propaganda Partai di wilayahnya.
Pasal 33
Komite Pimpinan Kabupaten dan Komite Pimpinan Kota
(1) Komite Pimpinan Kabupaten atau Komite Pimpinan Kota adalah badan pelaksana Partai tertinggi
di tingkat Kabupaten atau Kota;
(2) Komite Pimpinan Kabupaten atau Komite Pimpinan Kota berkedudukan di ibukota kabupaten
atau di kota setempat;

16
(3) Komite Pimpinan Kabupaten atau Komite Pimpinan Kota dipimpin oleh Pimpinan Harian yang
terdiri dari Ketua, Wakil Ketua-Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris-Wakil Sekretaris,
Bendahara, dan Wakil Bendahara-Wakil Bendahara;
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang fungsi dan tugas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara, dan Wakil Bendahara diatur dalam Anggaran Rumah Tangga;
(5) Komite Pimpinan Kabupaten atau Komite Pimpinan Kota memiliki wewenang:
a) Bertindak keluar untuk dan atas nama PRD di tingkat kabupaten/kota;
b) Mengangkat dan/atau memberhentikan Pengurus Bidang, Departemen, lembaga, dan fraksi
Partai di tingkat kabupaten/kota;
c) Merekomendasikan kader atau anggota untuk menjadi pengurus organisasi sayap/onderbouw
tingkat kabupaten/kota;
d) Mengangkat dan/atau memberhentikan Anggota Majelis Pertimbangan Partai di tingkat
kabupaten/kota;
e) Mengesahkan dan/atau membekukan kepengurusan Komite Pimpinan Kecamatan;
f) Merekomendasikan calon Anggota DPRD Kabupaten, serta calon Bupati dan/atau Wakil
Bupati atau Walikota dan/atau Wakil Walikota kepada Komite Pimpinan Pusat;
(6) Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota memiliki tugas:
a) Membuat program dan rencana kerja tahunan;
b) Menyusun laporan reguler kepada Komite Pimpinan Wilayah dan Komite Pimpinan
Pusat;
c) Menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban
kepada
Musyawarah
Kabupaten/Musyawarah Kota atau Musyawarah Kabupaten Luar Biasa/Musyawarah
Kota Luar Biasa;
d) Meluaskan pengaruh Partai melalui media publikasi dalam berbagai jenis;
e) Membahas dan merumuskan taktik harian dalam rangka pembesaran Partai;
f) Menyelenggarakan Musyawarah Kabupaten/Musyawarah Kota atau Musyawarah
Kabupaten Luar Biasa/Musyawarah Kota Luar Biasa;
g) Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Komite Pimpinan Kecamatan;
h) Memperkuat sistem kepartaian, yang meliputi sistem rekrutmen dan database
keanggotaan, sistem pendidikan dan kaderisasi, sistem iuran dan keuangan, sistem
administrasi dan pengarsipan, serta sistem propaganda Partai di wilayahnya.
Pasal 34
Komite Pimpinan Kecamatan
(1) Komite Pimpinan Kecamatan adalah badan pelaksana Partai tertinggi di tingkat Kecamatan;
(2) Komite Pimpinan Kecamatan berkedudukan di ibukota kecamatan;
(3) Komite Pimpinan Kecamatan dipimpin oleh Pimpinan Harian yang terdiri dari Ketua, Sekretaris,
dan Bendahara;
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang fungsi dan tugas Ketua, Sekretaris, dan Bendahara, diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga;
(5) Komite Pimpinan Kecamatan memiliki wewenang:
a) Bertindak keluar untuk dan atas nama PRD di tingkat kecamatan;
b) Mengangkat dan/atau memberhentikan Pengurus Biro di tingkat kecamatan;
c) Merekomendasikan kader atau anggota untuk menjadi pengurus organisasi sayap/onderbouw
tingkat kecamatan;
d) Mengesahkan dan/atau membekukan kepengurusan Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan
Kelurahan;

17
e) Merekomendasikan calon Anggota DPRD Kabupaten, serta calon Bupati dan/atau Wakil
Bupati atau Walikota dan/atau Wakil Walikota kepada Komite Pimpinan Kabupaten/Komite
Pimpinan Kota;
(6) Komite Pimpinan Kecamatan memiliki tugas:
a) Membuat program dan rencana kerja tahunan;
b) Menyusun laporan reguler kepada Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota;
c) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Kecamatan atau
Musyawarah Kecamatan Luar Biasa;
d) Meluaskan pengaruh Partai melalui media publikasi dalam berbagai jenis;
e) Membahas dan merumuskan taktik harian dalam rangka pembesaran Partai;
f) Menyelenggarakan Musyawarah Kecamatan atau Musyawarah Kecamatan Luar Biasa;
g) Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan
Kelurahan;
h) Memperkuat sistem kepartaian, yang meliputi sistem rekrutmen dan database keanggotaan,
sistem pendidikan dan kaderisasi, sistem iuran dan keuangan, sistem administrasi dan
pengarsipan, serta sistem propaganda Partai di wilayahnya.
Pasal 35
Komite Pimpinan Desa dan Komite Pimpinan Kelurahan
(1) Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan adalah badan pelaksana Partai tertinggi di
tingkat Desa/Kelurahan;
(2) Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan berkedudukan di desa/kelurahan setempat;
(3) Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan dipimpin oleh Pimpinan Harian yang terdiri
dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara;
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang fungsi dan tugas Ketua, Sekretaris, dan Bendahara, diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga;
(5) Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan memiliki wewenang:
a) Bertindak keluar untuk dan atas nama PRD di tingkat desa/kelurahan;
b) Merekomendasikan kader atau anggota untuk menjadi pengurus organisasi sayap/onderbouw
tingkat desa/kelurahan;
c) Mengesahkan dan/atau membekukan kepengurusan Komite Basis;
d) Menetapkan calon Anggota Badan Perwakilan Desa, calon Anggota Dewan Kelurahan, dan
calon Kepala Desa.
(7) Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan memiliki tugas:
a) Membuat program dan rencana kerja;
b) Menyusun laporan reguler kepada Komite Pimpinan Kecamatan;
c) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Desa/Musyawarah
Kelurahan atau Musyawarah Desa Luar Biasa/Musyawarah Kelurahan Luar Biasa;
d) Meluaskan pengaruh Partai melalui media publikasi dalam berbagai jenis;
e) Membahas dan merumuskan taktik harian dalam rangka pembesaran Partai;
f) Menyelenggarakan Musyawarah Desa/Musyawarah Kelurahan atau Musyawarah Desa
Luar Biasa/Musyawarah Kelurahan Luar Biasa;
g) Memperkuat sistem kepartaian, yang meliputi sistem rekrutmen dan database
keanggotaan, sistem pendidikan dan kaderisasi, sistem iuran dan keuangan, sistem
administrasi dan pengarsipan, serta sistem propaganda Partai di wilayahnya.

18
Pasal 36
Komite Basis
(1) Komite Basis adalah badan pelaksana Partai di tingkat basis;
(2) Komite Basis berkedudukan di RT/RW/Dusun setempat;
(3) Komite Basis memiliki wewenang:
a) Bertindak keluar untuk dan atas nama PRD di tingkat RT/RW/Dusun;
b) Menetapkan calon Ketua RT, calon Ketua RW, dan/atau calon Kepala Dusun.
(4) Komite Basis memiliki tugas:
a) Membuat program kerja;
b) Menyusun laporan reguler kepada Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan;
c) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Basis;
d) Meluaskan pengaruh Partai melalui media publikasi dalam berbagai jenis;
e) Membahas dan merumuskan taktik harian dalam rangka pembesaran Partai;
f) Mengajak dan mendorong warga di RT/RW/Dusun setempat untuk mempraktekkan
demokrasi Pancasila yang partisipatoris;
g) Menyelenggarakan Musyawarah Basis;
h) Memperkuat sistem kepartaian, yang meliputi sistem rekrutmen dan database keanggotaan,
sistem pendidikan dan kaderisasi, sistem iuran dan keuangan, sistem administrasi dan
pengarsipan, serta sistem propaganda Partai di wilayahnya.
BAB XI
RAPAT-RAPAT PARTAI
Pasal 37
Rapat Partai di Tingkat Pusat
(1) Rapat-Rapat Partai di tingkat Pusat, yaitu:
a) Rapat Pimpinan Harian Komite Pimpinan Pusat;
b) Rapat Pleno Komite Pimpinan Pusat;
c) Rapat Konsultasi;
d) Rapat Koordinasi;
e) Rapat-Rapat Kelengkapan Partai;
f) Rapat-Rapat Perangkat Partai;
g) Rapat Majelis Pertimbangan Partai;
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang Rapat-Rapat Partai di tingkat Pusat sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) di atas diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 38
Rapat Partai di Tingkat Wilayah
(1) Rapat-Rapat Partai di tingkat Wilayah, yaitu:
a) Rapat Pimpinan Harian Komite Pimpinan Wilayah;
b) Rapat Pleno Komite Pimpinan Wilayah;

19
c) Rapat Konsultasi;
d) Rapat-Rapat Kelengkapan Partai;
e) Rapat-Rapat Perangkat Partai;
f) Rapat Majelis Pertimbangan Partai;
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang Rapat-Rapat Partai di tingkat Wilayah sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) di atas diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 39
Rapat Partai di Tingkat Kabupaten atau Kota
(1) Rapat-Rapat Partai di tingkat Kabupaten atau Kota, yaitu;
a) Rapat Pimpinan Harian Komite Pimpinan Kabupaten atau Pimpinan Harian Komite
Pimpinan Kota;
b) Rapat Pleno Komite Pimpinan Kabupaten atau Komite Pimpinan Kota;
c) Rapat Konsultasi;
d) Rapat-Rapat Kelengkapan Partai;
e) Rapat-Rapat Perangkat Partai;
f) Rapat Majelis Pertimbangan Partai;
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang Rapat-Rapat Partai di tingkat Kabupaten atau tingkat Kota
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) di atas diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 40
Rapat Partai di Tingkat Kecamatan
(1) Rapat-Rapat Partai di tingkat Kecamatan, yaitu;
a) Rapat Pimpinan Harian Komite Pimpinan Kecamatan;
b) Rapat Pleno Komite Pimpinan Kecamatan;
c) Rapat-Rapat Kelengkapan Partai;
d) Rapat-Rapat Perangkat Partai;
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang Rapat-Rapat Partai di tingkat Kecamatan sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) di atas diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 41
Rapat Partai di Tingkat Desa atau Kelurahan
(1) Rapat Partai di tingkat Desa atau Kelurahan, yaitu;
a) Rapat Pimpinan Harian Komite Pimpinan Desa atau Pimpinan Harian Komite Pimpinan
Kelurahan;
b) Rapat Pleno Komite Pimpinan Desa atau Komite Pimpinan Kelurahan;
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang Rapat-Rapat Partai di tingkat Desa atau Kelurahan sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) di atas diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 42
Rapat Partai di Tingkat Basis

20
(1) Rapat-Rapat Partai di tingkat Basis, yaitu:
a) Rapat Komite Basis;
b) Rapat Umum Anggota;
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang Rapat-Rapat Partai di tingkat Basis sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) di atas diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XII
KONFERENSI-KONFERENSI PARTAI
PASAL 43
KONFERENSI PARTAI
(1) Partai dapat menyelenggarakan Konferensi untuk membahas, mendalami, dan membangun
kohesifitas pandangan dan gerak Partai atas suatu pokok persoalan tertentu;
(2) Konferensi diselenggarakan oleh Komite Pimpinan Partai sesuai tingkatannya;
(3) Hasil konferensi bersifat usulan atau rekomendasi yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan Partai;
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kepesertaan Konferensi diatur oleh Komite Pimpinan Partai
penyelenggara Konferensi.
BAB XIII
PRINSIP KERJA ORGANISASI
Pasal 44

Prinsip Kerja Organisasi


Organisasi Partai bekerja dengan prinsip Kepemimpinan Demokratik, yaitu demokratis dalam proses
pengambilan keputusan dan terpimpin dalam pelaksanaannya, dengan penjabaran sebagai berikut:
(1) Badan dan Struktur yang lebih rendah serta tiap-tiap Anggota mematuhi, tunduk dan mengikuti
kepemimpinan badan dan struktur yang lebih tinggi;
(2) Badan dan Struktur yang lebih tinggi memperhatikan dan mempelajari setiap laporan, data,
informasi, usulan dan kritik dari Badan dan Struktur yang lebih rendah dan atau dari Anggota
sebagai panduan pengambilan keputusan;
(3) Keputusan dibuat berdasarkan diskusi yang teliti, mendalam, dan penuh perhitungan;
(4) Setiap tingkat Struktur PRD dibimbing oleh mekanisme evaluasi yang harus dilaksanakan secara
rutin dan berkala sebagai syarat membangun dan memperkuat kolektivisme;
(5) Perdebatan Anggota dilangsungkan secara demokratis sebelum pengambilan keputusan, dan
setelah pengambilan keputusan seluruh Anggota wajib menjalankan keputusan tersebut secara
bulat.
BAB XIV
TATA URUTAN ATURAN PARTAI

21
Pasal 45
Tata Urutan Aturan Partai
Tata urutan aturan Partai tersusun sebagai berikut:
(1) Ketetapan Kongres
(2) Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
(3) Ketetapan Rapat Pimpinan Nasional
(4) Peraturan Partai
(5) Surat Keputusan Komite Pimpinan Pusat
(6) Ketetapan Musyawarah Wilayah
(7) Surat Keputusan Komite Pimpinan Wilayah
(8) Ketetapan Musyawarah Kabupaten/Musyawarah Kota
(9) Surat Keputusan Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota
(10)
Ketetapan Musyawarah Kecamatan
(11)
Surat Keputusan Komite Pimpinan Kecamatan
(12)
Ketetapan Musyawarah Desa/Musyawarah Kelurahan
(13)
Surat Keputusan Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan
(14)
Ketetapan Musyawarah Basis
(15)
Surat Keputusan Komite Basis

BAB XV
PERSELISIHAN INTERNAL
Pasal 46
Penyelesaian Perselisihan Internal
(1) Penyelesaian perselisihan terkait kepengurusan di tingkat Komite Pimpinan Pusat diputuskan
oleh Badan Kehormatan Partai;
(2) Penyelesaian perselisihan terkait kepengurusan di tingkat Komite Pimpinan Wilayah diputuskan
oleh Komite Pimpinan Pusat;
(3) Penyelesaian perselisihan terkait kepengurusan di tingkat Komite Pimpinan Kabupaten/Komite
Pimpinan Kota diputuskan diputuskan oleh Komite Pimpinan Pusat berdasarkan saran dan
masukan dari Komite Pimpinan Wilayah;
(4) Penyelesaian perselisihan terkait kepengurusan di tingkat Komite Pimpinan Kecamatan, Komite
Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan, dan Komite Basis diputuskan oleh struktur
Komite Pimpinan Partai satu tingkat di atasnya.
Pasal 47
Badan Kehormatan
(1) Badan Kehormatan Partai dibentuk berdasarkan ketetapan Rapat Pimpinan Nasional;

22
(2) Komposisi Badan Kehormatan Partai terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan tiga orang Anggota;
(3) Badan Kehormatan Partai bekerja paling lambat enam puluh hari dalam menyelesaikan setiap
kasus perselisihan;
(4) Keputusan Badan Kehormatan Partai bersifat final dan mengikat.

BAB XVI
KEUANGAN PARTAI
Pasal 48
Keuangan Partai
Keuangan Partai adalah semua hak dan kewajiban Partai yang dapat dinilai dengan uang, berupa uang,
atau barang serta segala bentuk kekayaan yang dimiliki dan menjadi tanggungjawab Partai.
Pasal 49
Sumber Keuangan
Sumber keuangan Partai berasal dari:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Iuran Anggota;
Sumbangan yang sah dan tidak mengikat;
Hibah;
Sumbangan wajib Anggota Partai yang terpilih sebagai pejabat publik;
Usaha-usaha lain yang sah sesuai Undang-Undang.
Pasal 50
Pengelolaan Keuangan

Semua pemasukan dan pengeluaran keuangan Partai dipertanggungjawabkan oleh Komite Pimpinan
Partai kepada Kongres dan Musyawarah Partai sesuai tingkatannya.

BAB XVII
LAMBANG, BENDERA, DAN LAGU
Pasal 51
Lambang Partai
Lambang Partai berbentuk empat persegi panjang dengan perbandingan lebar terhadap panjang adalah 3:2
berwarna dasar putih dengan garis bingkai berwarna merah, yang di dalam bingkai tersebut, pada bagian
atas, terdapat bujur sangkar berwarna merah dan di dalam bujur sangkar tersebut tertera gambar bintang
kuning yang dilingkari setengah lingkaran roda gerigi berjumlah sembilan berwarna hitam di sisi kiri, dan
di bawah bujur sangkar tersebut tertera tulisan PRD berwarna merah dan PARTAI RAKYAT

23
DEMOKRATIK berwarna hitam di bagian paling bawah.
Pasal 52
Bendera Partai
Bendera Partai berwarna dasar putih berbentuk empat persegi panjang dengan perbandingan lebar
terhadap panjang adalah 2:3 yang di tengah-tengahnya tercantum Lambang Partai.
Pasal 53
Makna Lambang dan Bendera Partai
(1) Warna dasar putih bermakna perjuangan yang tulus dan suci.
(2) Warna merah bermakna menyala-nyalanya semangat perjuangan dan keberanian Rakyat
Indonesia.
(3) Bintang berwarna kuning bermakna tujuan mulia dari perjuangan Rakyat Indonesia.
(4) Roda gerigi berwarna hitam berjumlah sembilan bermakna rakyat yang menjadi tenaga penggerak
perubahan menuju tujuan dan cita-cita perjuangan.
Pasal 54
Lagu Partai
(1) Lagu Partai terdiri dari Mars dan Hymne;
(2) Mars Partai adalah Mars Partai Rakyat Demokratik;
(3) Hymne Partai adalah Darah Juang.

BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 55
Ketentuan Peralihan
Selama struktur Partai berdasarkan Anggaran Dasar ini dan Anggaran Rumah Tangga belum terbentuk,
maka struktur dan komposisi kepengurusan yang telah ditetapkan sebelumnya masih tetap berlaku.

BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 56
Ketentuan Penutup

24
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah Tangga atau
Peraturan Partai.
(2) Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

DITETAPKAN DI

: Jakarta

TANGGAL

: 26 Maret 2015

ANGGARAN RUMAH TANGGA


BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Pengertian Anggota Biasa, Kader, dan Anggota Kehormatan
(1) Anggota Biasa adalah tiap-tiap orang yang telah berikrar sebagai Anggota Partai melalui
mekanisme yang ditentukan Partai, bersedia menjalankan program serta kebijakan-kebijakan
Partai, dan memegang kartu tanda anggota.
(2) Kader adalah anggota yang telah teruji militansi, dedikasi dan loyalitasnya terhadap Partai dan
perjuangan Rakyat serta telah melalui jenjang pendidikan kader.
(3) Anggota Kehormatan adalah individu yang berjasa terhadap Partai dan perjuangan Rakyat yang
ditetapkan sebagai Anggota Kehormatan oleh Rapat Pimpinan Nasional atau Kongres
berdasarkan usulan Komite Pimpinan Pusat atau Komite Pimpinan Wilayah.
Pasal 2
Hak dan Kewajiban Anggota
(1) Setiap Anggota memiliki hak:
a) Memilih dan dipilih untuk kepengurusan Partai;
b) Dipilih untuk bertugas dalam jabatan-jabatan publik;
c) Mendapatkan pendidikan Partai secara terorganisir dan sistematis;
d) Mendapatkan informasi tentang perkembangan Partai;
e) Melakukan pembelaan diri jika dikenakan sanksi;
f) Memberikan penilaian, usulan, saran, dan kritik untuk kemajuan Partai.
(2) Setiap Anggota memiliki kewajiban:
a) Menjaga nama baik dan menjunjung tinggi kehormatan Partai;
b) Menjalankan garis-garis kebijakan Partai yang telah ditetapkan;

25
c) Mematuhi aturan dan keputusan Partai;
d) Menjalankan tugas yang diberikan oleh Partai;
e) Membayar iuran anggota.
Pasal 3
Hak dan Kewajiban Kader
(1) Hak Kader:
a) Setiap kader memiliki hak yang sama sebagaimana Hak Anggota yang diatur pada Pasal 2
Ayat (1) tercantum di atas;
b) Mendapatkan prioritas dalam pengisian kepengurusan Partai dan jabatan-jabatan publik;
c) Ketentuan lebih lanjut tentang prioritas sebagaimana disebutkan pada poin (a) di atas diatur
dalam Peraturan Partai atau Surat Keputusan Komite Pimpinan Partai.
(2) Kewajiban Kader:
a) Setiap kader memiliki kewajiban yang sama sebagaimana Kewajiban Anggota yang diatur
pada Pasal 2 Ayat (2) tercantum di atas;
b) Menjadi tulang punggung dan tenaga inti penggerak Partai;
Pasal 4
Hak dan Kewajiban Anggota Kehormatan
(1) Hak Anggota Kehormatan:
a) Memberikan saran, usulan, dan kritikan yang dianggap penting dalam rangka memajukan
Partai;
b) Mendapatkan informasi tentang perkembangan Partai;
c) Diajukan oleh Partai untuk menduduki jabatan publik.
(2) Kewajiban Anggota Kehormatan adalah menjaga nama baik dan menjunjung tinggi kehormatan
Partai.
Pasal 5
Ikrar Anggota
Setiap orang yang telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai Anggota wajib mengucapkan ikrar
sebagai berikut:
Demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur tanpa penindasan manusia atas manusia dan tanpa
penindasan bangsa atas bangsa, dengan bersungguh-sungguh aku bertekad akan selalu membaktikan diri
dalam perjuangan Rakyat serta setia pada cita-cita Partai.
Semoga Yang Maha Kuasa merestui perjuangan ini.
Pasal 6
Hilangnya Keanggotaan
Keanggotaan dinyatakan hilang apabila:

26
(1)
(2)
(3)
(4)

Meninggal dunia;
Mengundurkan diri secara tertulis;
Menjadi anggota partai politik lain;
Diberhentikan.

BAB II
PENGHARGAAN DAN SANKSI
Pasal 7
Penghargaan
(1) Partai dapat memberikan penghargaan atas prestasi kerja kepartaian yang dilakukan oleh anggota.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
atas diatur dalam Peraturan Partai atau Surat Keputusan Komite Pimpinan Pusat.
Pasal 8
Sanksi
(1) Partai menjatuhkan sanksi kepada anggota yang melakukan tindakan indisipliner.
(2) Jenis dan tingkatan sanksi yang dijatuhkan berupa:
a)
b)
c)
d)
e)

Teguran lisan;
Teguran tertulis;
Pembebanan kerja kepartaian dan/atau materi;
Skorsing;
Pemberhentian.
Pasal 9
Prinsip Penjatuhan Sanksi

(1) Jenis dan tingkatan sanksi yang dijatuhkan harus sesuai dengan bobot kesalahan;
(2) Penjatuhan sanksi bermakna re-edukasi, kecuali sanksi pemberhentian;
(3) Penjatuhan sanksi diputuskan atas dasar diskusi yang teliti, cermat, mendalam, dan penuh
perhitungan;
(4) Sebelum sanksi dijatuhkan, anggota yang akan dikenai sanksi diberi kesempatan untuk
melakukan pembelaan diri;
(5) Anggota yang dijatuhkan sanksi mendapatkan rehabilitasi apabila kemudian terbukti tidak
bersalah.
Pasal 10
Mekanisme Penjatuhan Sanksi
(1) Sanksi diberikan oleh Komite Pimpinan Partai di setiap tingkatan;
(2) Sanksi berupa teguran lisan diberikan maksimal tiga (3) kali;
(3) Sanksi teguran lisan dan teguran tertulis dapat diberikan di setiap Komite Pimpinan Partai dengan
kewajiban untuk melaporkannya kepada struktur yang lebih tinggi;

27
(4) Pemberian sanksi skorsing dan pemecatan kepada anggota Pimpinan Harian Komite Pimpinan
Kabupaten atau Komite Pimpinan Kota dilakukan oleh Komite Pimpinan Wilayah dan harus
mendapat persetujuan dari Komite Pimpinan Pusat;
(5) Pemberian sanksi skorsing dan pemecatan kepada anggota Pimpinan Harian Komite Pimpinan
Wilayah dilakukan oleh Komite Pimpinan Pusat;
(6) Pemberian sanksi skorsing dan pemecatan kepada anggota Pimpinan Harian Komite Pimpinan
Pusat dilakukan oleh Rapat Pimpinan Nasional;
(7) Peninjauan sanksi dilakukan oleh struktur yang lebih tinggi dari struktur yang memberi sanksi.
BAB III
FUNGSI KERJA STRUKTUR
Pasal 11
Fungsi Kerja Struktur Tingkat Pusat
(1) Ketua Umum Komite Pimpinan Pusat bertugas:
a) Memimpin perjuangan Partai di lapangan politik;
b) Memimpin kerja-kerja Partai dalam berhubungan dan membangun kerjasama dengan
pihak lain;
(2) Wakil Ketua Umum bertugas membantu Ketua Umum dalam kerja-kerja politik sesuai
bidangnya.
(3) Sekretaris Jenderal bertugas:
a) Memimpin dan memaksimalkan kerja-kerja di bidang ideologi dan organisasi yang
ditangani oleh Wakil Sekretaris Jenderal;
b) Menyelaraskan aspek-aspek kerja ideologi, politik, dan organisasi;
c) Berkoordinasi dengan Bendahara Umum untuk memaksimalkan sistem tata keuangan
Partai.
(4) Wakil Sekretaris Jenderal bertugas membantu Sekretaris Jenderal dalam kerja-kerja sesuai
bidangnya.
(5) Bendahara Umum
a) Memimpin kerja-kerja pencarian dan penggalangan dana Partai;
b) Mengelola serta mengatur penggunaan dana partai.
(6) Wakil Bendahara Umum bertugas membantu Bendahara Umum dalam kerja-kerja
kebendaharaan.
Pasal 12
Fungsi Kerja Struktur Tingkat Wilayah
(1) Ketua Komite Pimpinan Wilayah (KPW) bertugas:
a) Memimpin perjuangan Partai di lapangan politik tingkat Provinsi;
b) Memimpin kerja-kerja Partai dalam berhubungan dan membangun kerjasama dengan
pihak lain di tingkat provinsi;
(2) Wakil Ketua KPW bertugas membantu Ketua KPW dalam kerja-kerja politik sesuai bidangnya.
(3) Sekretaris KPW bertugas:

28
a) Memimpin dan memaksimalkan kerja-kerja di bidang ideologi dan organisasi yang
ditangani oleh Wakil Sekretaris KPW di tingkat provinsi;
b) Menyelaraskan aspek-aspek kerja ideologi, politik, dan organisasi di wilayah kerjanya;
c) Berkoordinasi dengan Bendahara KPW untuk memaksimalkan sistem tata keuangan
Partai.
(4) Wakil Sekretaris KPW bertugas membantu Sekretaris KPW dalam kerja-kerja sesuai bidangnya.
(5) Bendahara KPW bertugas:
a) Memimpin kerja-kerja pencarian dan penggalangan dana Partai di wilayah kerjanya;
b) Mengelola serta mengatur penggunaan dana partai di tingkat KPW.
(6) Wakil Bendahara KPW bertugas membantu Bendahara KPW dalam kerja-kerja kebendaharaan.
Pasal 13
Fungsi Kerja Struktur Tingkat Kabupaten dan Kota
(1) Ketua Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota (KPK) bertugas:
a) Memimpin perjuangan Partai di lapangan politik tingkat Kabupaten/Kota;
b) Memimpin kerja-kerja Partai dalam berhubungan dan membangun kerjasama dengan
pihak lain di tingkat kabupaten/kota;
(2) Wakil Ketua KPK bertugas membantu Ketua KPK dalam kerja-kerja politik sesuai bidangnya.
(3) Sekretaris KPK bertugas:
a) Memimpin dan memaksimalkan kerja-kerja di bidang ideologi dan organisasi yang
ditangani oleh Wakil Sekretaris KPK di tingkat kabupaten/kota;
b) Menyelaraskan aspek-aspek kerja ideologi, politik, dan organisasi di wilayah kerjanya;
c) Berkoordinasi dengan Bendahara KPK untuk memaksimalkan sistem tata keuangan
Partai.
(4) Wakil Sekretaris KPK bertugas membantu Sekretaris KPK dalam kerja-kerja sesuai bidangnya.
(5) Bendahara KPK bertugas:
a) Memimpin kerja-kerja pencarian dan penggalangan dana Partai di wilayah kerjanya;
b) Mengelola serta mengatur penggunaan dana partai di tingkat KPK.
(6) Wakil Bendahara KPK bertugas membantu Bendahara KPK dalam kerja-kerja kebendaharaan.
Pasal 14
Fungsi Kerja Struktur Tingkat Kecamatan
(1) Ketua Komite Pimpinan Kecamatan (KPKc) bertugas:
a) Memimpin perjuangan Partai di lapangan politik tingkat Kecamatan;
b) Memimpin kerja-kerja Partai dalam berhubungan dan membangun kerjasama dengan
pihak lain di tingkat kecamatan;
(2) Sekretaris KPKc bertugas:
d) Memimpin dan memaksimalkan kerja-kerja di bidang ideologi dan organisasi;
e) Menyelaraskan aspek-aspek kerja ideologi, politik, dan organisasi di wilayah kerjanya;
f) Berkoordinasi dengan Bendahara KPKc untuk memaksimalkan sistem tata keuangan
Partai.
(3) Bendahara KPKc bertugas:

29
c) Memimpin kerja-kerja pencarian dan penggalangan dana Partai di wilayah kerjanya;
d) Mengelola serta mengatur penggunaan dana partai di tingkat KPKc.
Pasal 15
Fungsi Kerja Struktur Tingkat Desa dan Kelurahan
(1) Ketua Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan (KPD/KPL) bertugas:
a) Memimpin perjuangan Partai di lapangan politik tingkat desa/kelurahan;
b) Memimpin kerja-kerja Partai dalam berhubungan dan membangun kerjasama dengan
pihak lain di tingkat desa/kelurahan;
(2) Sekretaris KPD/KPL bertugas:
a) Memimpin dan memaksimalkan kerja-kerja di bidang ideologi dan organisasi di tingkat
desa/kelurahan;
b) Menyelaraskan aspek-aspek kerja ideologi, politik, dan organisasi di wilayah kerjanya;
c) Berkoordinasi dengan Bendahara KPD/KPL untuk memaksimalkan sistem tata keuangan
Partai.
(3) Bendahara KPD/KPL bertugas:
a) Memimpin kerja-kerja pencarian dan penggalangan dana Partai di wilayah kerjanya;
b) Mengelola serta mengatur penggunaan dana partai di tingkat KPD/KPL.
Pasal 16
Fungsi Kerja Struktur Tingkat Basis
(1) Ketua Komite Basis bertugas:
a) Memimpin perjuangan Partai di lapangan politik tingkat RT/RW/Dusun;
b) Memimpin kerja-kerja Partai dalam berhubungan dan membangun kerjasama dengan pihak
lain di tingkat RT/RW/Dusun;
(2) Sekretaris Basis bertugas:
a) Memimpin dan memaksimalkan kerja-kerja di bidang ideologi dan organisasi di tingkat
RT/RW/Dusun;
b) Menyelaraskan aspek-aspek kerja ideologi, politik, dan organisasi di wilayah kerjanya;
c) Berkoordinasi dengan Bendahara Komite Basis untuk memaksimalkan sistem tata keuangan
Partai.
(3) Bendahara Komite Basis bertugas:
a) Memimpin kerja-kerja pencarian dan penggalangan dana Partai di wilayah kerjanya;
b) Mengelola serta mengatur penggunaan dana partai di tingkat Basis.
BAB IV
KELENGKAPAN DAN PERANGKAT PARTAI
Pasal 17
Kelengkapan Partai

30
(1) Kelengkapan Partai yang menjalankan fungsi kerja politik disebut Bidang dan dikoordinasikan
oleh Wakil Ketua Umum pada struktur Komite Pimpinan Pusat, atau oleh Wakil Ketua pada
struktur Komite Pimpinan Partai di tingkat daerah.
(2) Kelengkapan Partai yang menjalankan fungsi kerja ideologi dan organisasi disebut Departemen
dan Komisaris yang dikoordinasikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal pada struktur Komite
Pimpinan Pusat atau oleh Wakil Sekretaris pada struktur Komite Pimpinan Partai di tingkat
daerah.
(3) Biro dikoordinasikan oleh Sekretaris Komite Pimpinan Kecamatan.
(4) Ketentuan lainnya tentang Kelengkapan Partai diatur oleh Komite Pimpinan Pusat.
Pasal 18
Perangkat Partai
(1) Perangkat Partai dalam bentuk lembaga dapat berupa Badan Pemenangan Pemilu (BPP), satuan
tugas (satgas), lembaga bantuan hukum, lembaga riset, lembaga bantuan kemanusiaan, lembaga
pendidikan, lembaga sosial-budaya, atau lembaga lainnya sesuai dengan Undang-Undang;
(2) Perangkat Partai dalam bentuk organisasi sayap atau onderbouw adalah organisasi massa bersifat
nasional yang dibentuk oleh Partai atau telah terbentuk sebelumnya dan disahkkan oleh Komite
Pimpinan Pusat sebagai organisasi sayap atau onderbouw Partai;
(3) Perangkat Partai dalam bentuk fraksi adalah Fraksi Rakyat Demokratik (FRD);
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang Perangkat Partai diatur oleh Komite Pimpinan Pusat.
BAB V
KOMITE PERWAKILAN
Pasal 19
Komite Perwakilan
(1) Komite Perwakilan adalah struktur Partai yang dibentuk di suatu teritori tertentu di luar teritori
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
(2) Komite Perwakilan dipimpin oleh satu orang ketua dan satu orang sekretaris yang diangkat dan
diberhentikan oleh Komite Pimpinan Pusat;
(3) Komite Perwakilan bertugas meluaskan pengaruh Partai di kalangan Warga Negara Indonesia di
teritori tertentu serta menjalin hubungan dengan organisasi atau lembaga lain atas mandat
dan/atau persetujuan dari Komite Pimpinan Pusat.
BAB VI
MAJELIS PERTIMBANGAN PARTAI
Pasal 20
Majelis Pertimbangan Partai

31
(1) Majelis Pertimbangan Partai dikoordinasikan oleh satu orang ketua dan satu orang sekretaris yang
ditentukan berdasarkan musyawarah-mufakat;
(2) Jumlah Anggota Majelis Pertimbangan Partai sebanyak-banyaknya 15 (lima belas) orang.

BAB VII
PEMBEKUAN KEPENGURUSAN
Pasal 21
Sebab Pembekuan
Pembekuan kepengurusan dapat dilakukan dalam situasi force majeure atau keadaan luar biasa, seperti:
(1) Mayoritas pengurus Komite Pimpinan Wilayah dan/atau Komite Pimpinan Kabupaten/Komite
Pimpinan Kota tidak dapat menjalankan tugas sesuai dengan AD/ART Partai;
(2) Mayoritas pengurus Komite Pimpinan Wilayah dan/atau Komite Pimpinan Kabupaten/Komite
Pimpinan Kota berhalangan tetap.

Pasal 22
Kepengurusan Sementara
Dalam hal terjadi pembekuan kepengurusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Anggaran Rumah
Tangga di atas maka Komite Pimpinan Pusat wajib menunjuk dan menetapkan struktur sementara atau
caretaker hingga terbentuknya struktur defenitif hasil Musyawarah Partai.
BAB VIII
REKRUTMEN CALON PEJABAT PUBLIK
Pasal 23
Prinsip Penjaringan
(1) Rekrutmen untuk penjaringan calon pejabat publik oleh Partai bersifat terbuka dan demokratis;
(2) Proses penjaringan calon pejabat publik harus memperhatikan aspek dedikasi, loyalitas, kapasitas,
prestasi, dan peluang kemenangan.
Pasal 24
Mekanisme Penjaringan
(1) Proses penjaringan calon anggota legislatif untuk tingkat pusat dilakukan oleh Komite Pimpinan
Pusat;

32
(2) Proses penjaringan calon anggota legislatif dan calon kepala daerah dan/atau calon wakil kepala
daerah untuk tingkat provinsi dilakukan oleh Komite Pimpinan Wilayah dan hasilnya
direkomendasikan kepada Komite Pimpinan Pusat untuk dapat ditetapkan;
(3) Proses penjaringan calon anggota legislatif dan calon kepala daerah dan/atau calon wakil kepala
daerah untuk tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh Komite Pimpinan Kabupaten/Komite
Pimpinan Kota dan hasilnya dilaporkan kepada Komite Pimpinan Wilayah serta
direkomendasikan kepada Komite Pimpinan Pusat untuk dapat ditetapkan;
(4) Bakal calon anggota legislatif tingkat provinsi harus mendapatkan rekomendasi dari sekurangkurangnya satu Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota.
(5) Bakal calon anggota legislatif tingkat kabupaten/kota harus mendapatkan rekomendasi dari
sekurang-kurangnya satu Komite Pimpinan Kecamatan.
(6) Ketentuan lebih lanjut terkait tata cara rekrutmen pejabat publik diatur dalam Surat Keputusan
Komite Pimpinan Pusat.
BAB IX
RAPAT-RAPAT
Pasal 25
Tata Cara Rapat
Tata cara rapat Partai adalah sebagai berikut:
(1) Setiap rapat Partai dipimpin oleh pimpinan rapat yang terdiri dari seorang ketua dan seorang
sekretaris;
(2) Setiap rapat Partai didokumentasikan secara tertulis, dibuatkan berita acaranya dan
ditandatangani oleh pimpinan rapat.
Pasal 26
Rapat Partai di Tingkat Pusat
(1) Rapat Pimpinan Harian Komite Pimpinan Pusat diikuti oleh Ketua Umum, Wakil-Wakil Ketua
Umum, Sekretaris Jenderal, Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, dan WakilWakil Bendahara Umum;
(2) Rapat Pimpinan Harian Komite Pimpinan Pusat diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu bulan;
(3) Rapat Pleno Komite Pimpinan Pusat diikuti oleh Pimpinan Harian Komite Pimpinan Pusat,
Bidang, Departemen, Komisaris Nasional, serta perwakilan dari organisasi sayap/onderbouw dan
lembaga Partai;
(4) Rapat Pleno Komite Pimpinan Pusat diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga
bulan;
(5) Rapat Konsultasi dapat diselenggarakan sewaktu-waktu oleh Komite Pimpinan Pusat untuk
mendapatkan masukan dari Majelis Pertimbangan Partai tingkat Pusat;

33
(6) Rapat Koordinasi dapat diselenggarakan sewaktu-waktu antar Bidang, Departemen, Komisaris
Nasional, atau Lembaga dan Sayap Organisasi Partai yang dikoordinasikan oleh Pimpinan
Harian;
(7) Rapat Bidang, Rapat Departemen, dan Komisaris Nasional diselenggarakan sesuai dengan
kebutuhan.
Pasal 27
Rapat Partai di Tingkat Wilayah
(1) Rapat Pimpinan Harian Komite Pimpinan Wilayah diikuti oleh Ketua KPW, Wakil-Wakil Ketua
KPW, Sekretaris KPW, Wakil-Wakil Sekretaris KPW, Bendahara KPW, dan Wakil-Wakil
Bendahara KPW;
(2) Rapat Pimpinan Harian Komite Pimpinan Wilayah diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu bulan;
(3) Rapat Pleno Komite Pimpinan Wilayah diikuti oleh Pimpinan Harian Komite Pimpinan Wilayah,
Bidang, Departemen, Komisaris Regional, serta perwakilan dari organisasi sayap/onderbouw dan
lembaga Partai di tingkat wilayah;
(4) Rapat Pleno Komite Pimpinan Wilayah diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga
bulan;
(5) Rapat Konsultasi dapat diselenggarakan sewaktu-waktu oleh Komite Pimpinan Wilayah untuk
mendapatkan masukan dari Majelis Pertimbangan Partai tingkat Wilayah;
(6) Rapat Koordinasi dapat diselenggarakan sewaktu-waktu antar Bidang, Departemen, Komisaris
Regional, atau Lembaga dan Sayap Organisasi/Onderbouw Partai yang dikoordinasikan oleh
Pimpinan Harian Partai tingkat Wilayah;
(7) Rapat Bidang, Rapat Departemen, dan Komisaris Regional diselenggarakan sesuai dengan
kebutuhan.
Pasal 28
Rapat Partai di Tingkat Kabupaten/Kota
(1) Rapat Pimpinan Harian Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota diikuti oleh Ketua
KPK, Wakil-Wakil Ketua KPK, Sekretaris KPK, Wakil-Wakil Sekretaris KPK, Bendahara KPK,
dan Wakil-Wakil Bendahara KPK;
(2) Rapat Pimpinan Harian Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota diselenggarakan
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan;
(3) Rapat Pleno Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota diikuti oleh Pimpinan Harian
Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota, Bidang, Departemen, serta perwakilan dari
organisasi sayap/onderbouw dan lembaga Partai di tingkat Kabupaten/Kota;
(4) Rapat Pleno Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota diselenggarakan sekurangkurangnya satu kali dalam tiga bulan;
(5) Rapat Konsultasi dapat diselenggarakan sewaktu-waktu oleh Komite Pimpinan
Kabupaten/Komite Pimpinan Kota untuk mendapatkan masukan dari Majelis Pertimbangan Partai
tingkat Kabupaten/Kota;

34
(6) Rapat Koordinasi dapat diselenggarakan sewaktu-waktu antar Bidang, Departemen, atau
Lembaga dan Sayap Organisasi/Onderbouw Partai yang dikoordinasikan oleh Pimpinan Harian
Partai tingkat Kabupaten/Kota;
(7) Rapat Bidang, Rapat Departemen, diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 29
Rapat Partai di Tingkat Kecamatan
(1) Rapat Pimpinan Harian Komite Pimpinan Kecamatan diselenggarakan sekurang-kurangnya satu
kali dalam satu bulan;
(2) Rapat Pleno Komite Pimpinan Kecamatan diikuti oleh Pimpinan Harian Komite Pimpinan
Kecamatan dan jajaran Komite Pimpinan Kecamatan lainnya;
(3) Rapat Pleno Komite Pimpinan Kecamatan diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali dalam
tiga bulan;
(4) Rapat Koordinasi dapat diselenggarakan sewaktu-waktu antar Biro atau Lembaga dan Sayap
Organisasi/Onderbouw Partai yang dikoordinasikan oleh Pimpinan Harian Partai tingkat
Kecamatan;
(5) Rapat Biro diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 30
Rapat Partai di Tingkat Desa/Kelurahan
(1) Rapat Pimpinan Harian Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan diselenggarakan
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan;
(2) Rapat Pleno Komite Pimpinan Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan diikuti oleh
Pimpinan Harian Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan dan jajaran Komite
Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan lainnya;
(3) Rapat Pleno Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan diselenggarakan sekurangkurangnya satu kali dalam tiga bulan.
Pasal 31
Rapat Partai di Tingkat Basis
(1) Rapat Komite Basis diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan;
(2) Rapat Umum Anggota adalah Musyawarah Basis dan diselenggarakan sesuai kebutuhan.
Pasal 32
Rapat Majelis Pertimbangan Partai
(1) Rapat Majelis Pertimbangan Partai diselenggarakan di masing-masing tingkatan;
(2) Rapat Majelis Pertimbangan Partai diselenggarakan sesuai kebutuhan.
BAB X
KEUANGAN PARTAI

35
Pasal 33
Iuran Anggota
(1)
(2)
(3)
(4)

Setiap anggota PRD wajib membayar iuran anggota;


Iuran anggota dihimpun secara periodik;
Besar iuran anggota ditentukan oleh Komite Pimpinan Pusat;
Besar iuran anggota Partai yang terpilih sebagai pejabat publik sebesar dua puluh lima persen dari
penghasilan yang diterima;
(5) Persentase alokasi pengelolaan iuran anggota adalah sebagai berikut:
a) Lima puluh persen dikelola oleh Komite Basis;
b) Sepuluh persen dikelola oleh Komite Pimpinan Desa/Komite Pimpinan Kelurahan;
c) Sepuluh persen dikelola oleh Komite Pimpinan Kecamatan;
d) Sepuluh persen dikelola oleh Komite Pimpinan Kabupaten/Komite Pimpinan Kota;
e) Sepuluh persen dikelola oleh Komite Pimpinan Wilayah;
f) Sepuluh persen dikelola oleh Komite Pimpinan Pusat.

BAB XI
PENGGUNAAN LAMBANG, BENDERA, DAN LAGU PARTAI
Pasal 34
Tata Cara Penggunaan
Tata cara penggunaan lambang, bendera, dan lagu Partai diatur dalam Peraturan Partai dan Surat
Keputusan Komite Pimpinan Pusat.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
Ketentuan Penutup
(1) Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan ditentukan melalui
Peraturan Partai dan/atau Surat Keputusan Komite Pimpinan Pusat;
(2) Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan;
(3) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dan hanya dapat diubah melalui Kongres.
(4) Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
maka yang digunakan adalah penafsiran Komite Pimpinan Pusat.

DITETAPKAN DI

: Jakarta

TANGGAL

: 26 Maret 2015

Você também pode gostar