Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
setelah
bayi
lahir.Atrofi
jantung
yang
patologik
disebabkan oleh(Robbins,2010) :
-
Epidemiologi
Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia
masih tinggi. Berdasarkan laporan provinsi selama tahun 2005
terdapat 76.178 balita mengalami gizi buruk dan data Susenas
tahun 2005 memperlihatkan prevalensi balita gizi buruk sebesar
8.8%. Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatan jumlah kasus gizi
buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di dua provinsi
yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Pada tanggal
31 Mei 2005, Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah
menetapkan masalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai
KLB(Hassan,2010).
Di
Indonesia
prevalensi
obesitas
pada
balita
menurut
dari protein saat proses sintesis protein pada ribosom. Saat terjadi kekurangan nutrisi
maka akan mengakibatkan terganggunya proses sintesis protein yang terjadi di
ribosom dalam sel tubuh. Terganggunya proses sintesis protein mengakibatkan
ribosom tidak berfungsi pula, saat dirobosom tidak berfungsi maka lama-kelamaan
ribosom akan semakin sedikit dan jumlah volume sel semakin sedikit atau bahkan
hilang(Robbins,2010).
Ketika seseorang mengalami kekurangan nutrisi dalam tubuhnya maka
berisiko mengalami komplikasi dari penyakit seperti campak, pneumonia, dan diare
lebih tinggi. Lalu dapat terjadi depresi, berisiko hipotermia, imunitas menurun
sehingga meningkatkan risiko terjadi infeksi, penyembuhan penyakit dan luka lebih
lama serta masalah terhadap kesuburan. Untuk mengetahui seseorang kekurangan gizi
dapat diperiksa dengan menghitung indeks massa tubuh, yaitu dengan menghitung
berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam meter persegi)
(Nilai normal pada wanita adalah 19-24, dan pria adalah 20-25. Di bawah nilai
tersebut dikatakan kekurangan gizi dan diatas nilai tersebut dikatakan kelebihan
gizi(Robbins,2010).
Komplikasi Atrofi Jantung
1.
2.
3.
4.
Gagal Jantung
Infark Miokard Akut
Demam Reumatik
Penyakit infeksi
Diagnosis
1.
pengukuran
antropometri.
Anak
didiagnosis
gizi
buruk
apabila(Hassan,2010):
- BB/TB < -3 SD atau , 70 % dari median (marasmus)
- Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor:
BB/TB > - 3 SD atau marasmic kwashiorkor: BB/TB < -3SD).
Jika BB/TB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak
tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai
jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantat,
paha, tulang iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya edema.
Anak anak dengan BB/U <60% belum tentu gizi buruk, karena
mungkin anak tersebut pendek, sehingga tidak terlihat sangat kurus. Anak
seperti itu tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, kecuali jiak
ditemukan penyakit lain yang berat.
2. Obesitas
a. Anamnesis(Hassan,2010)
2) Saat mulainya timbul obesitas : prenatal, early adiposity rebound,
remaja
3) Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitas endogenous)
4) Adanya keluhan: ngorok (snoring), restless sleep, nyeri pinggul
5) Riwayat gaya hidup :
a) Pola makan/kebiasaan makan
b) Pola aktifitas fisik
Kumar, V., Abbas, AK., Fausto, N., & Aster, JC. 2010. Robbins and
Cotran Phatologic Basis of Disease, Eigth Edition. Philadelphia:
Saunders, an imprint of Elsevier, Inc.
Rusepno,Hasan.2010.Buju Ajar Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:Badan
Penerbit FKUI.