Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAGIAN I
LATAR BELAKANG MASALAH
Kemiskinan, akses pendidikan, kesehatan dan keberdayaan masyarakat didaerah
adalah salah satu isu krusial dalam pembangunan daerah. persoalan ini pula yang menjadi
alasan bagi beberapa daerah yang dinilai rendah dalam pelaksanaan otonomi daerahnya.
Lemahnya inovasi dari pemerintah daerah dalam menanggulangi masalah tersebut, kemudian
menjadi kendala utama dalam mencarikan alternatif yang baik.
Untuk itu, membangun pemerintahan daerah yang lebih partisipatif, akuntabel dan
membawa jiwa pembaharu di daerah sangat diperlukan saat ini. yakni dengan lebih
mengedepankan adanya kebijakan maupun program pemerintah yang lebih diorientasikan
kepada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat serta pemberdayaan masyarakat daerah.
Kemiskinan merupakan masalah yang seringkali dihadapi disetiap daerah, faktor
penyebab hal itu bisa berasal dari berbagai aspek misalnya saja keterbatasan sumberdaya,
kurangnya akses terhadap sumberdaya, hingga lemahnya penghantaran sumberdaya dari
pemerintah kepada masyarakat paling bawah. Disisi lain, disadari bahwa kelemahan utama
dari masyarakat adalah keberdayaannya dalam membangun kehidupan mereka, dan kondisi
masyarakat seperti itu terpusat di masyarakat desa.
Provinsi Sulawesi Tenggara tentunya tidak terlepas pada adanya masalah tersebut,
dari data BPS Sulawesi Tenggara tahun 2008 menunjukkan Jumlah penduduk miskin di
Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2008 berjumlah 435,9 ribu orang atau sekitar 19,53
persen. Kondisi ini lebih besar daripada persentase penduduk miskin Nasional yang pada
akhir 2008 mencapai 32,53 juta orang atau sekitar 14,15 persen. Konsentrasi penduduk
miskin tersebut berada di daerah daerah pedesaan berjumlah yakni berjumlah 408,7 ribu
orang atau sekitar 93,76 persen dari total penduduk miskin di Sulawesi Tenggara.
Persentase pengurangan jumlah masyarakat miskin di Sulawesi Tenggara pada tahuntahun sebelumnya memang menunjukkan adanya penurunan jumlah, namun jumlah
penduduk miskin yang mengalami penurunan tersebut hanya terpusat diwilayah perkotaan
saja. Sehingga penduduk miskin di pedesaan seakan tetap stagnan pada posisi jumlah
1
keseluruhan penduduk miskin di Sulawesi Tenggara. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan
dalam tabel berikut ;
BAGIAN II
DISKUSI TEORITIK
Sebelum melangkah dalam menentukan alternatif kebijakan tersebut, perlu kiranya
mengetahui dahulu khasanah dalam kebijakan publik mengenai perumusan hingga pada
evaluasi sebuah kebijakan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan frame dalam analisis
sebuah kebijakan nantinya.
Kebijakan Publik
Istilah kebijakan (policy) serigkali penggunaanya salaing dipertukarkan dengan istilah
tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, usulan-usulan, dan
rancangan-rancangan besar (Wahab, 1997). Kebijakan pada intinya adalah sebagai pedoman
untuk bertindak. Pedoman ini boleh jadi sederhana atau kompleks, kualitatif atau kuantitatif,
khusus atau umum, luas atau sempit, serta publik atau privat.
Sejalan dengan itu, Frederick (dalam Islamy, 1997) menyatakan bahwa kebijakan
publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatankesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan
tertentu.
Sebuah kebijakan tentunya berasal dari adanya sebuah masalah publik yang perlu
dicarikan jalan keluar oleh pemerintah dalam bentuk kebijakan publik. James E. Anderson
(1979) mengatakan masalah publik sebagai suatu kondisi atau situasi yang menghasilkan
kebutuhan-kebutuhan atau ketidakpuasan pada rakyat, sehingga perlu dicarikan cara-cara
penanggulangannya. Kemudian Dunn (1998; 210-213) menambahkan bahwa masalah publik
sebagai kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai, kesempatan-kesempatan yang tidak terealisir dan
hanya dapat dicapai melalui tindakan kebijakan publik.
Carl I. Friederick (Nugroho, 2012; 119) yang menyatakan kebijakan publik sebagai
serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada. Kebijakan yang diusulkan
tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Merujuk pada posisi daerah, tentu sebuah kebijakan
publik hendaknya didasarkan pada potensi yang ada serta ancaman yang dapat muncul
didaerah tersebut.
Implementasi Kebijakan
Sebagai proses lebih lanjut setelah suatu program dirumuskan dalam kepusankeputusan (decision) oleh para aktor adalah bagaimana program itu diimplementasikan.
Tentunya suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau
tujuan yang diinginkan. Ketika sebuah kebijakan publik dapat mencapai tujuannya maka
kebijakan tersebut harus diimplementasikan (Nugroho, 2012;674).
Terakhir mengenai proses Implementasi dapat kita mengutip apa yang dikemukakan
oleh Anderson (1979, dalam Nugroho, 2012), secara ringkas menyatakan bahwa dalam
mengimplementasikan suatu kebijakan ada empat aspek yang harus diperhatikan, yaitu; (1)
who is involved in policy implementation (siapa yang dilibatkan dalam implementasi); (2) the
nature of the administrative process (hakekat proses implementasi); (3) compliance with
policy (kepatuhan atas suatu kebijakan); dan (4) the effect of implementation or policy
contetnt and impact (efek atau dampak dari isi implementasi).
Sejalan dengan pemikiran Anderson bahwa untuk menunjukkan prasyarat bagi
keberhasilan implementasi kebijakan, menurut Brigman dan Davis (2004 dalam Domai 2011;
71-72) adalah ;
a. Disadari oleh postulat atau hipotesis yang baik mengenai sebab akibat, maka
kemungkinan besar kebijakan tersebut sulit diimplementasikan.
b. Memiliki langkah-langkah yang tidak terlalu banyak dan kompleks.
c. Memiliki prosedur akuntabilitas yang jelas.
d. Pihak yang bertanggungjawab memberikan pelayanan harus terlibat dalam
perumusan desain kebijakan.
e. Melibatkan monitoring dan evaluasi yang teratur.
f. Para pembuat kebijakan harus memberi perhatian yang sungguh-sungguh terhadap
implementasi seperti halnya dalam perumusan kebijakan.
Analisis Kebijakan
Sebuah kebijakan publik akan lebih baik dalam pelaksanaanya jika terus dilakukan
evaluasi, bahkan dalam prosesnya awalnya sehingga menjadi kebijakan publik. sehingga akan
terlihat prospek sebuah kebijakan publik dalam implementasinya kemudian. Analisis
kebijakan publik menurut Riant Nugroho (2012; 293) bahwa analisis kebijakan publik tidak
akan pernah menjadi sebuah teori, alasannya adalah analisis kebijakan publik menyangkut
pada ranah praktek daripada ranah teori.
Jadi, analisis kebijakan adalah teori yang berasal dari pengalaman terbaik, dan bukan
diawali dari temuan, kajian akademik, atau penelitian ilmiah. Artinya, teori tentang analisis
5
kebijakan adalah lay theory, bukan academical theory (Nugroho, 2012). Kepentingan
individu, kelompok, dan aliran membuat kebijakan publik lebih banyak memperjuangkan
publik yang terbatas, yaitu para konstituen kekuasaan politik, daripada masyarakat luas.
Sehingga dalam analisis kebijakan publik, seorang analisis tidak terlepas dari adanya konflik
nilai yang terjadi pada masyarakat diman sebuah kebijakan publik tersebut di
implementasikan.
Pada dasarnya, dikatakan bahwa evaluasi kebijakan menekankan pada estimasi atau
pengukuran dari suatu kebijakan, termasuk juga materi, implementasi, pencapaian tujuan, dan
dampak
dari
kebijakan
tersebut,
bahkan
evaluasi
juga
dapat
digunakan
untuk
BAGIAN III
BATASAN MASALAH
Merujuk pada hasil BPS Sulawesi Tenggara tahun 2008, menunjukkan besaran
penduduk miskin di Sulawesi Tenggara pada tahun 2008 berjumlah 435,9 ribu orang atau
7
sekitar 19,53 persen. Konsentrasi penduduk miskin tersebut berada di daerah daerah pedesaan
berjumlah yakni berjumlah 408,7 ribu orang atau sekitar 93,76 persen dari total penduduk
miskin di Sulawesi Tenggara.
Namun penurunan yang ditunjukkan tersebut bukanlah data yang dapat menunjukkan
tingkat keberdayaan masyarakat. Disadari bahwa persentase terbesar penduduk miskin berada
di daerah, maka perlu dicarikan jalan keluar dalam persoalan tersebut. Dengan melalui
intervensi kebijakan yang kemudian dikeluarkan oleh pemerintah provinsi Sulawesi
Tenggara, yang tentunya keterlibatan dari pemerintahan Kabupaten/Kota juga diperlukan
dalam hal ini.
Berdasarkan pada hasil evaluasi pemerintahan periode sebelumnya, dalam dokumen
monitoring dan evaluasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008. Dalam bidang
pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa ditemukan beberapa masalah, yakni :
1. Masih perlunya peningkatan layanan administrasi perkantoran dan optimalisasi
pengelolaan administrasi perkantoran;
2. Keterlibatan masyarakat miskin dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
pembangunan belum optimal;
3. Peran pemerintah desa/kelurahan dan lembaga kemasyarakatan yang belum optimal;
4. Belum optimalnya peran lembaga kemasyarakatan dalam menggerakkan partisipasi
masyarakat;
5. Menurunnya nilai-nilai semangat kegotong royongan serta peran Lembaga Adat yang
belum optimal;
6. Minimnya akses pengelolaan SDA dengan Pemanfaatan TTG;
7. Kurangnya modal usaha lembaga keuangan mikro pedesaan;
8. Belum optimalnya koordinasi dalam penanggulangan kemiskinan;
9. Terbatasnya lembaga ekonomi mikro sebagai wadah usaha masyarakat di pedesaan;
10. Terbatasnya informasi pasar bagi masyarakat desa;
11. Masih kurang berfungsinya Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD);
12. Rendahnya keberdayaan masyarakat di pedesaan.
Berdasarkan temuan tersebut diatas kemudian, melalui penjabaran visi dan misi
Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2008-2013. Membuat perencanaan pembangunan
provinsi
Sulawesi
Tenggara
yakni
Membangun
Kesejahteraan
Masyarakat
Program bantuan dana block grant kepada desa dan kelurahan, sebesar 10
Tujuan dan sasaran yang diinginkan :
Kondisi Tahun 2008
Peningkatan Kesejahteraan masyarkat pedesaan, ditunjukkan dengan penurunan tingkat penduduk miskin
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam program pemerintahan.
Kelembagaan masyarakat desa yang kuat, sebagai wadah aspirasi masyarakat desa terhadap kebutuhan m
gkat Persentase penduduk miskin Sultra lebih besar dari persentase penduduk miskin Nasional.
nduduk Miskin lebih dari 92 persen berada di wilayah pedesaan.
berdayaan masyarakat Desa cenderung lemah.
embagaan masyarakat pedesaan kurang optimal.
BAGIAN IV
ALTERNATIF KEBIJAKAN
Gambaran program sebagai upaya menjawab tuntutan dan kondisi yang ada, maka
berdasarkan pada perumusan kebijakan block grant yang ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa, akan diberikan penjelasan mengenai posisi kebijakan tersebut
dalam beberapa alternatif yang harus menjadi penekanan dalam Implementasinya, sehingga
penyaluran bantuan dana block grant tersebut dapat berjalan efektif.
10
.
1.
Alternatif Kebijakan
Intern Pemerintah
Aparat Birokrasi
1. Dibutuhkan
pendampingan
kecakapan
program
Aparat
mulai
dalam
perencanaan,
Administrasi
provinsi
dan
pemerintah
diperlukan
kolaborasi
positif
tingkat
pemerintah daerah.
2. Memberikan kejelasan alur pelaksanaan program,
3. Basis data yang relevan dengan kondisi, sehingga
hal ini diperlukan adanya kolaborasi pemerintahan
provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota.
4. Revitalisasi pemerintahan desa dalam partisipasi
program dan usahanya dalam pelibatan masyarakat
3.
Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM)
11
Fasilitator Lapangan
anggaran.
1. Pendampingan secara intensif, selain itu adalah
memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam
peruntukan bantuan dana block grant tersebut,
sehingga penggunaannya sesuai dengan kebutuhan
masyarakat desa.
1.
Ekstern Pemerintah
Lingkungan Kebijakan
1. Menyangkut
nilai-nilai
sosial
dan
budaya
yang
Kondisi Ekonomi
Masyarakat
maupun
diorientasikan
kepada
Masyarakat
dalam
bentuk
permodalan
mikro,
didasarkan
subsektor
ekonomi
yang
usaha
kecil
dan
menengah
yang
program,
maka
pengawasan
dan
akan
sangat
dibutuhkan
sebagai
kecurangan-kecurangan
dalam
13
pada pelaksanaan program yang efektif. Disamping itu, secara umum dapat ditekankan
bahwa pelaksanaan program bantuan block grant tersebut diarahkan pada upaya untuk :
1. Berdampak pada Kesejahteraan Masyarakat, variabel yang dapat berpengaruh pada
posisi ini adalah dukungan sumberdaya bagi berjalannya pembelajaran dalam
masyarakat, yang dengan itu kemampuan masyarakat terbangun (capability building)
dan dalam hal kelembagaan masyarakat terkuatkan (strengthening), sehingga program
tersebut
dapat
memberi
efek
pada
pemberdayaan
masyarakat
(community
empowerment). Hal yang perlu ditekankan bahwa yang dipentingkan adalah dukungan
sumberdaya atas prakarsa dan swadaya masyarakat, bukan bagaimana dana Rp. 100
juta tersebut harus habis di tingkat desa/kelurahan. Karena itu sangat penting
dilakukan persiapan sosial pada tingkat desa/kelurahan, dana dialokasikan berdasarkan
kebutuhan masyarakat melalui perencanaan yang mereka susun sesuai karakteristik
desa/kelurahannya (Salman, 2009).
2. Mengedepankan partisipasi masyarakat, tentunya ini berkaitan dengan variabel
perencanaan pembangunan di desa. Partisipasi masyarakat secara utuh kemudian
diharapkan dapat secara terus menerus ditingkatkan, keterliban masyarakat desa dalam
penyusunan program, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi, kemudian dapat
membangun sinergitas yang baik antara masyarakat dengan pemerintah. Hal ini,
kemudian mampu membantu dalam menilai keefektifan program yang dilaksanakan.
3. Wilayah Pedesaan yang memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan, hal ini
berkaitan dengan variabel kolaborasi/keterlibatan multipihak dalam pembangunan
daerah. Bila berbagai program/kegiatan yang selama ini menempatkan desa/kelurahan
sebagai unitnya telah berhasil menjadikan desa/kelurahan sebagai entitas yang
berdaya, yang masyarakat, dunia usaha dan pemerintahnya berkontribusi efektif bagi
keberdayaan desa/kelurahan tersebut, maka program bantuan block grant ini idealnya
dapat mengkolaborasikan berbagai potensi yang terbangun dari adanya bantuan
pendanaan tersebut. Sehingga keberlanjutan program tersebut tidak bersifat hanya
pada penggunaan anggaran tersebut, namun bagaimana membentuk jejaring
masyarakat berdasarkan pencapaian penggunaan anggaran tersebut.
4. Keterlibatan aktor, variabel ini dimaksudkan adalah aktor yang berasal dari dalam
pemerintahan (internal) maupun yang berasal dari luar (eksternal). Bahwa preferensi
politik tidak pernah bisa dilepaskan dari sebuah kebijakan publik, maka akan ada
pihak-pihak yang kemudian mencoba memanfaatkan program ini kearah yang tidak
diharapkan. Disamping itu juga, variabel aktor ini sangat berpengaruh pula pada
14
BAB V
TANTANGAN DAN HAMBATAN
Dari sekian analisa mengenai perencanaan yang dilakukan pada kebijakan bantuan
keuangan (block grant) tersebut, kemudian dirumuskannya serangkaian masukan dalam
beberapa variabel yang perlu diperharhatikan dalam pelaksanaan program block grant.
Tentunya dari itu semua akan memberikan juga serangkaian tantangan dan hambatan yang
bisa jadi muncul dalam pelaksanaannya. Adapun tantangan dan hambatan tersebut terbagi
menjadi dua, yakni yang berasal dari intern pemerintah sendiri dan yang berasal dari ektern
pemerintah. Secara garis besar tantangan dan hambatan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Intern (dalam) Pemerintah,
Yakni kemudian dalam hal ini menyangkut :
1. Komponen realisasi anggaran yang belum mencapai target 100 juta pertahun tiap
desa, hal ini kemudian akan memberikan feedback negatif atau bahkan pesimistis
dari masyarakat desa yang telah dijanjikan demikian.
2. Ketersediaan aparat birokrasi, hal ini menyangkut status program block grant yang
utamanya pendampingan dalam perencanaan hingga evaluasi sifatnya lapangan.
Maka penyediaan honorarium khusus untuk pegawai yang dibebani tugas akan
menjadi tambahan mata anggaran dalam APBD.
15
Referensi
Abdul Wahab, Solichin, 1997. Analisis Kebijaksanaan; Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara, Edisi Kedua. Bumi Aksara; Jakarta.
......................, 1999. Analisis Kebijaksanaan Negara; Teori dan Aplikasinya. PT. Danar
Wijaya, Brawijaya University Press: Malang.
......................, 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. UMM Pres: Malang
Domai, Tjahjanulin, 2011. Sound Governance, Universitas Brawijaya Press; Malang
Islamy, M. Irfan, 2002. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Edisi 2 Cet.1.
Bina Aksara; Jakarta.
Isnian, Siti Nur.,2011. Tesis, Evaluasi Perencanaan Program Bahteramas Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Di Kota Kendari, Pascasarjana Universitas Gajah Mada;
Yogyakarta.,tidak dipublikasikan.
Nugroho, Riant, 2012. Cet.ke-4, Public Policy, Elex Media Komputindo: Jakarta.
Rahman, Niyati., 2011. Block Grand dari Poor Program menuju Popular Program, dalam :
http://niyantirahman.blogspot.com/2011/11/block-grand-dari-poor-programmenuju.html (diakses pada 25 April 2013).
Salman,
Darmawan.
2009.
Peranan
BAHTERAMAS
dalam
Mendorong
Pembangunan Berbasis Komunitas di Sulawesi Tenggara, Makalah disampaikan
dalam Acara Donor Meeting Bappeda Sulawesi Tenggara, 17-12-2008. Tidak
dipublikasikan.
Tambera, Haris., 2011. Pengaruh Dana Block Grant Terhadap Pemberdayaan Masyarakat di
Kota Kendari , dalam http://haris-tambera.blogspot.com/2011/01/pengaruh-danablock-grant-terhadap.html (diakses 25 April 2013).
Winarno, Budi, 2011. Kebijakan Publik; Teori, Proses dan Studi Kasus, CAPS: Yogyakarta.
17
Dokumen
Dokumen Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara periode Tahun
2008-2013.
Profil Kemiskinan di Sulawesi Tenggara tahun 2008., Berita Resmi Statistik Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan Universitas Haluoleo, 2012. Analisis Keuangan
Publik Provinsi Sulawesi Tenggara 2012 ; Kinerja Pelayanan Publik dan Tantangan
Pembangunan di Bumi Haluoleo
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Tenggara 2008
2013
Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 25a Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksaaan
Program Desentralisasi Fiskal Kegiatan Bantuan Keungan/ Block Grant pada Desa/
Kelurahan.
Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 41 Tahun 2009 tentang Pembebasan Biaya
Pengobatan.
Peraturan Gubernur Sulawesi Tanggara Nomor 24 Tahun 2008 tentang pembebasan Biaya
Operasional Sekolah Pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah.
18