Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat
dan juga sebagi dinamisator masyarakat itu sendiri. Memang kita
semua mengetahui betapa sektor pendidikan selalu terbelakang
dalam berbagai sektor pembangunan lainnya, bukan saja karena
sektor itu lebih dilihat sebagi sektor konsumtif, juga karena by
definition pendidikan adalah penjaga status quo masyarakat itu
sendiri. Bayangkan betapa runyamnya kehiduipan ini apabila
tidak ada dasar pijakan dan tidak ada bintang penunjuk jalan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan yang
berarti education adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku

seseorang

atau

kelompok

orang

dalam

usaha

mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.


Sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Pendidikan adalah
aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya
dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya. Pendidikan
merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan juga
sebagai dinamisator masyarakat itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pendidikan ?
2. Apa sajakah unsur-unsur pendidikan ?
3. Apa perbedaan pergaulan dengan proses pendidikan ?
4. Bagaimana pergaulan dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami proses pendidikan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui unsur-unsur pendidikan.
3. Mahasiswa dapat membedakan pergaulan dengan proses
pendidikan.

4. Mahasiswa dapat menguraikan pergaulan dalam keluarga,


sekolah dan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Pendidikan
Proses

pendidikan

merupakan

kegiatan

memobilisasi

segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarh kepada


pencapain tujuan pendidkan. Bagi mana proses pendidikan itu
dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapai tujuan
pendidikan. Kualitas komponen pendidikan menggejala pada 2
segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas penggelolaannya.
Kedua segi tersebut satu sama lain saling bergantung. Walaupun
komponen-komponennya

cukup

baik,

seperti

tersediannya

prasarana dan sarana serta biaya yang cukup, jika tidak


ditunjang dengan penggelolaan yang andal maka pencapaian
tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Demikian pula bila
penggelolaan baik tetapi didalam kondisi yang serba kekurangan,
akan mengakibatkan hasil yang tidak optimal.
Pengelolaan

proses

pendidikan

meliputi

ruang

lingkup

makro, mesu dan mikro. Penggelolaan proses dalam ruang


lingkup makro berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang
lazimnya dituangkan dalam bentuk UU pendidikan, peraturan
pendidikan, SK mentri, SK dirjen serta dokomem-dokomen
pemerintah tentang pendidikan tingkat nasional yang lain.
Penggelolaan dalam ruang lingkup mesu merupakan implikasi
kebijakan-kebijakan

nasional

kedalam

kebijakan

operasional

dalam ruang lingkup budaya dibawah tanggung jawab kakanwil


dan depdikbud.
merupakan

Penggelolaan

amplikasi

dalam ruang lingkup

kebijakan-kebijakan

pendidikan

makro
yang

berlangsung dalam lingkungan sekolah maupun kelas , sanggarsanggar belajar dan satuan-satuan pendidikan lainya dalam
masyarakat. Dalam ruang lingkup ini kepala sekolah,guru,tutor
dan

tenaga-tenaga

pendidikan

lainnya

memegang peranan

penting didalam penggelolaan pendidikan untuk penciptakan


kualitas proses dan pencapain hasil pendidikan. Misalnya:
seorang guru ia wajib menguasai penggelolaan kegiatan belajar
mengajar, termasuk didalamnya pengalolaan kelas dan siswa .
penggelolaan proses pendidikan yaitu terjado proses belajar dan
pengalaman belajar yang optimal. Sebab perkembangannya
tidak laku peserta didik sebai tujuan balajar hanya dimungkinkan
oleh adanya pengalama belajar yang optimal. Disini jelas bahwa
pendayagunaan teknologi pendidikan memegang peran penting .
penggelolaan

proses

pendidikan

harus

memperhitungkan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu


setiap guru wajib mengikuti dengan seksama inovasi-inovasi
pendidikan

terutama

diseminasikan

secara

meluas

oleh

pemerintah.
B. Unsur-unsur pendidikan
Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan, antara lain :
a. Peserta Didik
Tingkat perkembangan pada peserta didik berbeda-beda.
Peserta didik yang relatif memiliki usia dan tingkat kelas yang
sama bisa memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.
perbedaan ini terjadi karena adanya konteks lingkuangan
yang berbeda, yaitu:
1) Lingkungan pendidikan

tempat

belajar

peserta

didik

bersifat aksidental (kebetulan) dan insidental (kadangkadang), sehingga peserta didik tidak terprogram dalam
belajarnya.
2) Lingkungan

belajar

peserta

didik

terprogram

secara

intensional, sengaja atau dikehendaki, sehingga peserta


didik lebih siap dalam belajar.
3) Lingkungan belajar peserta didik terprogram sesuai dengan
yang telah ditetapkan.

4) Lingkungan belajar peserta didik sangat optimal dan ideal,


sehingga peserta didik dapat melakukan cara-cara belajar
sebagaimana yang diharapkan.
5) Perbedaan konteks belajar yang dialami peserta didik
tersebut

menjadikan

perkembangannya

secara

mereka

berbeda

individual,

khususnya

pula
pada

perkembangan psikisnya.
b. Pendidik
Pendidik pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu
pendidik menurut kodrat (pendidik kodrati) yang dalam hal ini
adalah orang tua dan pendidik menurut jabatan (pendidik
profesi) yaitu guru. Orang tua sesuai dengan kodratnya
merupakan pendidik pertama dan utama. Orang tua menjadi
pendidik adalah bukan karena keputusan atas kemauan anak,
melainkan

semata-mata

secara

kodrati

anak

menerima

kenyataan bahwa yang bersangkutan menjadi orangtuanya.


Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima
tanggung jawab mendidik dari tiga pihak, yaitu prang tua,
masyarakat, dan pemerintah (negara). Tanggung jawab dari
orang tua yang diterima guru atas dasar kepercayaan, bahwa
guru

mampu

memberikan

pendidikan,

pengajaran,

dan

pelatihan sesuai dengan perkembangan peserta didik.


Jabatan guru juga harus memenuhi syarat-syarat antara
lain:
1) Berijasah guru (lulusan LPTK).
2) Berjiwa Pancasila, religius, dan berkebudayaan kebangsaan
Indonesia.
3) Menghormati setiap aliran agama dan keyakinan hidup.
4) Susila dan cakap, demokratis, serta bertanggung jawab.
5) Menguasai bahasa Indonesia.
6) Sehat jasmani dan rohani.
c. Tujuan
Menurut
Langeveld
dalam
bukunya
Beknopte
Theoretische Paedagogiek dibedakan adanya berbagai macam
tujuan pendidikan sebagai berikut:
1) Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang di dalam pendidikan yang


seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik. Tujuan
ini

berhubungan

dengan

pandangan

tentang

hakikat

manusia, tentang apa tugas dan arah hidup manusia, yakni


sebagai manusia dewasa, susila, mandiri dan bertanggung
jawab.
2) Tujuan Tidak Sempurna
Tujuan tidak sempurna adalah tujuan yang menyangkut
segi-segi

tertentu,

seperti

kesusilaan,

keagamaan,

kemasyarakatan, keindahan, seksual, dan lain-lain.


3) Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang menjadi tempat
pemberhentian sementara belajar untuk mencapai tujuan
sementara yang lebih tinggi dalam perkembangan anak
lebih lanjut.
4) Tujuan Perantara (Tujuan Intermediair)
Tujuan perantara ditentukan dalam rangka

mencapai

tujuan sementara. Sebagai contoh dalam mata pelajaran


aritmatika

tujuan

sementaranya

adalah

anak

dapat

menguasai perkalian bilangan satu sampai seratus.


5) Tujuan Insidental
Tujuan ini hanya berupa peristiwa-peristiwa yang terlepas
saat demi saat dalam proses menuju pada tujuan umum.
6) Tujuan Khusus
Tujuan ini adalah pengkhususan dari tujuan umum,
misalnya

sehubungan

dengan

gender,

maka

diselenggarakan sekolah SMKK (khusus puteri) dan STM


(khusus putera).
d. Isi Pendidikan
Isi pendidikan

segala

sesuatu

yang

oleh

pendidik

langsung diberikan kepada peserta didik dan diharapkan


untuk dikuasai peserta didik dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Untuk itu dalam memilih materi harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1) Materi sesuai dengan tujuan pendidikan
2) Materi sesuai dengan peserta didik

e. Metode
Metode pada dasarnya berfungsi sebagai alat untuk
mencapai
banyak

untuk

mencapai

tergantung

pada

tujuan.

Penggunaan

kemampuan

guru

metode
yang

bersangkutan. Ada beberapa metode yang cocok digunakan


oleh guru, namun ada juga yang tidak cocok digunakan oleh
guru tersebut.
f. Lingkungan
Sebagai salah satu unsur pendidikan, situasi lingkungan
secara potensial dapat menunjang atau menghambat usaha
pendidikan. Di samping itu juga dapat menjadi sumber belajar
yang direncanakan ataupun sebagai sumber belajar yang
dimanfaatkan oleh pendidik. Pada hal-hal tertentu yatu situasi
lingkungan tersebut berpengaruh negatif terhadap pendidika,
maka

situasi

lingkungan

tersebut

menjadi

pembatas

pendidikan.

C. Perbedaan pergaulan dengan proses pendidikan


Pergaulan adalah kontak langsung antara satu individu
dengan individu lain, atau antara pendidik dan peserta didik.
Kesempatan bergaul wajib diadakan dan dipergunakan dengan
sebaik-baiknya,

karena

kontak

langsung

ini

menimbulkan

hubungan yang wajar antara kekuasaan pendidik dan ketaatan


peserta didik. Kekuasaan pendidik dan ketaatan peserta didik,
sudah lama menjadi persoalan dalam ilmu pendidikan.
Pada beberapa abad lalu, pendidikan sangat berkuasa,
pendidik bersikap otoriter atau despotis, peserta didik harus
menurut dan mentaati segala perintah dan atau larangan dari
pendidik. Hukuman atau perintah digunakan oleh pendidik agar
peserta didik melaksanakan atau patuh dan taat terhadap
peraturan dan perintah pendidik. Hal ini akan menimbulkan rasa
takut yang disertai rasa benci dan dendam.

Dengan pelaksanaan pendidikan seperti itu, akan terjadi


pergaulan yang tidak wajar, peserta didik akan tertekan, tidak
berani mengeluarkan isi hatinya, merasa dirinya kecil, sehingga
menimbulkan rasa minder.
Pada akhir abad ke-19, keadaan berubah. Peserta didiklah
yang seakan-akan memegang dan menentukan arah. Hal ini
disebut pendidikan anak, dimana pendidik hanya membiarkan
peserta didik berkembang sendiri, anak dimanjakan, dan segala
kesulitan yang dihadapi peserta didik diatasi pendidik. Sikap
pendidik yang demikian dinamakan Laissez faire. Pendidikan ini
secara tidak langsung dapat menimbulkan rasa haega diri yang
kurang

pada

anak,

karena

dalam

pergaulan

anak

yang

dimanjakan dapat merasa canggung, sehingga selalu kalah


dalam ketangkasan dibanding anak lain. Aliran pendidikan ini
dianut oleh M. Montessori dengan semborannya Alles von Kunde
aus yang artinya semua keluar dari diri anak.
Dari kedua pendidikan tersebut, pendidik harus dapat
memadukan atau mengadakan konvergensi dari keduanya.
Pendidikan wajib mempunyai kekuasaan pendidik, yang dalam
istilah lain kita kenal dengan sebutan kewibawaan.
a. Macam-macam pergaulan
1) Menurut siapa yang terlibat dalam pergaulan itu, maka
dibedakan menjadi:
a) Pergaulan anak dengan anak;
b) Pergaulan anak dengan orang dewasa;
c) Pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa;
2) Dipandang dari bidangnya, pergaulan dibedakan menjadi:
a) Pergaulan yang bersifat ekonomis;
b) Pergaulan yang bersifat seni;
c) Pergaulan yang bersifat paedagogis;
3) Ditinjau dari pergaulan itu, dapat digunakan rentangrentang untuk membedakannya menjadi:
a) Pergaulan ekonomis dan tidak ekonomis;
b) Pergaulan seni dan bukan seni;
c) Pergaulan paedagogis dan bukan paedagogis;

Di

dalam

pergaulan yang

tidak

paedagogis,

dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu pergaulan biasa dan pergaulan


paedagogis. Pergaulan biasa dapat diubah menjadi pergaulan
paedagogis, walaupun secara perlahan-lahan. Situasi yang
tepat untuk mengubah pergaulan biasa menjadi pergaulan
paedagogis adalah bilaman dalam situasi itu berlangsung
suatu pengaruh positif yang berasal dari orang tua yang
ditujukan kepada peserta didik. Tetapi ketika pengaruh
perpindahan

pengaruh

itu

berhenti,

maka

pergaulan

paedagogis itu berubah kembali menjadi pergaulan biasa, dan


begitu seterusnya.
b. Pentingnya pergaulan dalam pendidikan
Menurut pendapat Dr. M.J. Langeveld,
merupakan

lapangan

yang

memungkinkan

pergaulan
terjadinya

pendidikan. Pendidikan itu akan muncul di dalam pergaulan


antara orang dewasa dengan yang belum dewasa. Pergaulan
antara orang dewasa dengan orang dewasa lainnya mungkin
akan menimbulkan pendidikan, namun dalam konteks yang
berbeda. Pendidikan yang timbul dipergaulan antar orang
dewasa ini, letak tanggung jawab tidak di tangan orang yang
memberi nasehat atau saran, tetapi tanggung jawab itu
berada di tangan orang dewasa yang menerima nasehat atau
saran tersebut.
Perbedaan pergaulan antara anak dengan sesama anak
adalah bahwa pergaulan antara anak dengan anak tidak
dapat berubah menjadi pergaulan pendidikan karena anak
yang satu masih belum bertanggung jawab kepada anak yang
lain. pada pergaulan ini anak-anak masih saling tergantung
antara satu dengan yang lain, dan anak yang satu tidak
mempunyai wibawa terhadap anak yang lain.
Kadang kala kita temukan adanya kewibawaan pada
seorang anak yang lebih kuat atau lebih besar, hingga anak
yang

lemah

atau

lebih

kecil

selalu

menurut

kepada

kehendaknya. Kepatuhan ini didapatkan karena kepatuhan


antara anak yang lebih kuat terhadap anak yang lebih lemah.
Kewibawaan dan ketakutan kadang kala tampak bergejala
sama, yaitu keduanya menghasilkan kepatuhan. Namun
kepatuhan yang dihasilkan oleh rasa takut itu berbeda dengan
kepatuhan yang dihasilkan oleh kewibawaan. Kepatuhan yang
ditimbulkan oleh rasa takut adalah dengan sukarela, tanpa
rasa terpaksa.
c. Faedah pergaulan
1) Pergaulan memungkinkan terjadinya pendidikan
Lewat pergaulan ini, anak dapat untuk mengenal tentang
bermacam-macam hal, baik itu secara sengaja atau tidak
sengaja yang diberikan oleh orang dewasa di sekitar
peserta didik, yang kemudian ditirunya.
2) Pergaulan merupakan saran untuk mawas diri
Di dalam pergaulan setiap anak mendapatkan pengalaman
yang bermacam-macam. Anak akan mulai melepaskan diri
dari

lingkungannya.

Setelah

terlepas,

anak

akan

mengadakan perbandingan antara dirinya sendiri dengan


orang lain yang terdapat di sekitar lingkungannya. Setiap
kali

menemukan

adanya

perbedaan,

maka

ia

akan

bertanya apakah itu ada pada dirinya atau tidak. Di sinilah


terjadi mawas diri pada anak, yaitu dengan bercermin pada
lingkungan pergaulannya.
3) Pergaulan dapat menimbulkan cita-cita
Dalam ajaran Freud pada ilmu jiwa dalam, dikatakan bahwa
pada tiap-tiap individu terdapat apa yag disebut Ego-Ideal,
yaitu adanya keinginan untuk menjadi dokter, polisi, pilot,
dan lain-lain. hal ini terjadi karena adanya kekaguman
terhadap orang dewasa yang ada disekitarnya, yang
dijumpai dalam pergaulannya.
4) Pergaulan dapat memberikan pengaruh secara diam-diam

10

Anak mempunyai sifat suka dan mudah meniru. Apa yang


ia lihat, ia dengar, ia temukan di dalam pergaulanentah
baik atau buruk, akan secara spontan ditirukan oleh anak.
Pengaruh dari pendidik akan diterima oleh peserta didik
atas pilihannya sendiri, tidak dengan cara paksaan.
D. Perbedaan pergaulan dengan proses pendidikan
Proses

memberikan

ilustrasi

tentang

hal-hal

yang

menyangkut langkah-langkah / sistematika / urutan / jalannya


suatu kegiatan. Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar orang
dewasa

dan

disengaja

serta

bertanggung

jawab

untuk

mendewasakan anak yang belum dewasa dan berlangsung


secara terus-menerus.
Dari definisi tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Usaha sadar
Ini berarti situasi pendidikan dilaksanakan atas kesadaran si
pendidik.
2) Orang dewasa
Pelaksana pendidikan harus orang dewasa. Pergaulan dengan
sesama anak bukan situasi pendidikan, meskipun ada unsur
pendidikan di dalamnya.
3) Disengaja
Ini

berarti

bahwa

proses

pendidikan

memang

sengaja

direncanakan secara sistematis dan matang.


4) Bertanggung jawab
Semua

tindakan

pendidikan

harus

dapat

dipertanggungjawabkan secara moral berdasarkan normanorma yang berlaku.


5) Dewasa sebagai tujuan
Baik phisik maupun psikis peserta didik harus berlandaskan
pancasila dan UUD 1945, agar peserta didik nantinya mampu
menjadi WNI yang bik.
6) Terus-menerus (kontinyu)
a) Pendidikan dilaksanakan secara berkesinambungan

11

b) Pendidikan tidak berhenti (pendidikan seumur hidup)


Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
proses pendidikan ada unsur-unsur yang saling mempengaruhi
yaitu guru, murid, tujuan, metode, pembelajaran, dan penilaian
yang

diatur

dengan

baik.

Dalam

pendidikan,

baik

orang

tua/pendidik maupun peserta didik memegang peranan penting


di dalam proses pendidikan. Di sini ditekankan kepada orang
tua/pendidik agar merencanakan proses pendidikan dengan
sebaik-baiknya, sedangkan peserta didik harus aktif mengikuti
pembelajaran. Pendidik harus mempu menarik minat peserta
didik untuk mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Pendidik
juga harus rela melayani peserta didik, dengan kesadaran
bahwa:
1) Peserta didik adalah mahluk yang berpribadi, karena itu harus
diperlakuka sesuai dengan kepribadiannya.
2) Peserta didik tidak dapat berkembang dengan sendirinya.
3) Peserta didik adalah mahluk manusia yang selalu ingin
berkembang.
4) Atas dasar keterbatasan tersebut, peserta didik membutuhkan
pertolongan dan bantuan dari pendidik/orang tua.
E. Pergaulan Dalam Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat
1) Pergaulan Dalam Keluarga
Selama anak belum dewasa, maka orang tua mempunyai
peranan pertama dan utama bagi anak-anaknya untuk
membawa

anak

kepada

kedewasaan.

Orang

tua

harus

memberi contoh yang baik kepada anak karena anak lebih


sering mengimitasi segala tingkah laku orang tuanya. Dalam
memberikan sugesti kepada anak, orang tua hendaknya tidak
dengan cara otoriter, melainkan dengan sistem pergaulan
sehingga anak dengan senang hati melaksanakannya. Setiap
anak dalam keluarga secara tidak langsung berguru kepada
saudaranya, saling belajar tukar-menukar pengalamannya

12

sehingga makin banyak hal-hal yang diketahui oleh anak baik


itu baik maupun yang buruk, tentang hak dan kewajibannya,
dan sebagainya.
2) Pergaulan Dalam Sekolah
Di
sekolah,
guru

sebagai

pendidik,

dapat

mempergunakan wibawanya untuk membawa peserta didik


kearah

kedewasaan.

Menggunakan

pergaulan

sehari-hari

dalam pendidikan adalah cara yang peling efektif dalam


pembentukan kepribadian, dan dengan ini hilanglah jurang
pemisah antara guru dengan siswa. Kepramukaan yang
diadakan di sekolah adalah salah satu organisasi yang
mengembangkan
kepribadian.

cara

Suasana

pergaulan

pergaulan

untuk

dalam

membentuk

pramuka

adalah

suasana paedagogis. Semua perintah dan larangan diberikan


dalam suasana yang edukatif. Kegiatan-kegiatan lain di
sekolah yang mengandung gejala-gejala pendidikan antara
lain OSIS, pelajaran berolahraga, kerja bakti, baris-berbaris,
senam,

keterampilan,

dan

sebagainya.

Kesemuanya

mengharuskan murid berdisiplin dan meningkatkan keahlian.


3) Pergaulan Dalam Masyarakat
Masyarakat merupakan tempat pergaulan sesama
manusia dan merupakan lapangan pendidikan yang luas dan
meluas, yaitu adanya hubungan dua orang atau lebih yang
tak terbatas. Ajaran Tonnis membedakan pergaulan dalam
Gemeinschaft (persekutuan) dan Gesselschaft (perbuatan).
Hubungan yang dibentuk oleh kodrat disebut Gemeinschaf,
seperti hubungan antara anak dengan orang tuanya, dengan
tokoh masyarakat, dengan tokoh agama, dengan pejabat. Dan
hubungan yang dibentuk oleh ikatan organisasi disebut
Gesselschaft, seperti hubungan dengan pemimpin, organisasi
massa,

organisasi

kelembagaan,

organisasi

politik,

dan

sebagainya. Pergaulan hidup dalam Gemeinschaf cenderung


mendewasakan,

13

sehingga

dalam

pergaulan

tersebut

mengandung

gejala-gejala

pendidikan,

karena

dalam

pergaulan tersebut mengarah kepada pengaruh yang positif,


menuju kepada tujuan yang mencakup nilai yang tinggi /
luhur.

14

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang
secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul
interaksi

dari

keduanya

agar

anak

tersebut

mencapai

kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus.


Bidang yang ditelaah oleh teori pendidikan sebagai ilmu ialah
sekitar manusia dan sesamanya yang memiliki kesamaan dan
keragaman

di

dalam

fenomena

pendidikan.

Pendidikan

diperlukan oleh semua orang dari anak-anak hingga orang


dewasa dan lanjut usia. Karena itu selain cabang pedagogik
teoritis

sistematis

juga

terdapat

cabang-cabang

pedagogik

praktis, diantaranya pendidikan formal di sekolah, pendidikan


informal

dalam

keluarga,

pendidikan

orang

dewasa,

serta

pendidikan non-formal sebagai pelengkap pendidikan jenjang


sekolah dan pendidikan orang dewasa maupun lansia.
Pergaulan

merupakan

lapangan

yang

memungkinkan

terjadinya pendidikan. Pendidikan itu akan muncul di dalam


pergaulan antara orang dewasa dengan yang belum dewasa.
Kesempatan bergaul wajib diadakan dan dipergunakan dengan
sebaik-baiknya,

karena

kontak

langsung

ini

menimbulkan

hubungan yang wajar antara kekuasaan pendidik dan ketaatan


peserta didik.
B. Saran
Pendidikan memerlukan adanya interaksi timbal balik antara
pendidik dengan peserta didik. Jika pendidiknya baik maka
materi yang disampaikan akan tersampaikan dengan baik pula
ke peserta didik. Untuk itu, perlu adanya memperbaiki kualitas

15

guru dan kesejahteraannya. Sebagai pendidik dan calon pendidik


hendaknya

dapat

memahami

dengan

baik

makna

dari

pendidikan, selalu terbuka dengan ilmu pengetahuan, serta terus


menerus meningkatkan pengetahuan dan kompetensinya dalam
mendidik. Sehingga kedepannya dapat menumbuhkan manusiamanusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri,
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.

16

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs. 2003. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta
Munib, Achmad. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang :
Unnes Press.
http://cahayak4.wordpress.com/2010/10/22/pentingnyapendidikan-dan-ilmu-pendidikan/.
september 2013

17

Diakses

tanggal

14

Você também pode gostar