Você está na página 1de 15

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSU ANUTAPURA PALU
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. S

Umur

: 40 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Mamboro

Pekerjaan

:-

Agama

: Islam

Status

: Sudah Menikah

Tanggal pemeriksaan : 3 Maret 2014


Ruangan

: Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Anutapura

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Gatal
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poliklinik RSU Anutapura dengan keluhan utama gatal di
daerah leher, lipatan kedua lengan dan kedua kaki sejak kurang lebih 11 tahun
yang lalu. Gatal muncul tiba-tiba, hilang timbul dan sering kambuhkambuhan. Awalnya muncul bintik-bintik merah yang gatal, kemudian pasien
menggaruknya. Setelah itu timbul bentolan berisi cairan disertai luka.
Keluhan disertai dengan rasa panas dan nyeri di daerah yang terasa gatal,
kulit kering dan mata merah. Pasien sering ke Puskesmas uttuk berobat
namun keluhan kembali muncul bila obat habis.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien sering mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat Hipertensi
(+), DM (-), alergi makanan (+) seperti telur, ikan dan mie, asma (+) dan
gastritis (+). Riwayat kontak dengan orang yang memiliki keluhan yang sama
(+) yaitu ibu pasien.

Riwayat Keluarga:
Terdapat anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien
yaitu ibu dari pasien.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran
: Kompos mentis
Status gizi
: Gizi cukup
b. Vital Sign:
Tidak dilakukan
c. Pemeriksaan kepala:
Mata: konjungtiva anemis (-) konjungtivitis (+), sklera ikterik (-)
Bibir: sianosis (-)
d. Pemeriksaan leher: Status dermatologis
e. Pemeriksaan paru-paru: Tidak dilakukan
f. Pemeriksaan jantung: Tidak dilakukan
g. Pemeriksaan abdomen: Tidak dilakukan
h. Pemeriksaan ekstremitas
- Atas: Status dermatologis
- Bawah: Status dermatologis

IV.

STATUS DERMATOLOGIS
1. Kepala: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
2. Leher: makula hipopigmentasi ukuran miliar bentuk tidak teratur,
3.
4.
5.
6.
7.
8.

penyebaran dan lokalisasi diskret disertai skuama


Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
Ekstremitas Atas :
Makula hiperpigmentasi ukuran miliar bentuk tidak teratur, penyebaran

dan lokalisasi diskret disertai eritema di regio cubiti dextra sinistra.


9. Ekstremitas Bawah:
Makula hiperpigmentasi ukuran lentikular, penyebaran dan lokalisasi
diskret di regio cruris

Gambar
1

Gambar 1 Makula hipopigmentasi ukuran miliar bentuk tidak teratur, penyebaran


dan lokalisasi diskret disertai skuama dan likenifikasi.

Gambar
Gambar
Gambar
2A dan 2B Makula hiperpigmentasi
ukuran miliar bentuk tidak
2A

2B

teratur, penyebaran dan lokalisasi diskret disertai eritema

Gambar
3

Gambar 3 Makula hiperpigmentasi ukuran lentikular, penyebaran dan lokalisasi


diskret
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan lampu Wood: Tidak dilakukan
2. Pemeriksaan KOH: Tidak dilakukan
VI.

RESUME
40 tahun dengan keluhan pruritus (+) di leher, regio cubiti dextra sinistra
dan cruris dextra sinistra sejak 11 tahun yang lalu. keluhan muncul tiba-tiba,
hilang timbul dan sering kambuh-kambuhan. Keluhan disertai dengan rasa
panas dan nyeri di daerah pruritus, xerosis dan konjungtivitis. Riwayat Alergi
(+), Asma (+), Riwayat keluarga (+).
Status dermatologis:
1. Leher: makula hipopigmentasi ukuran miliar bentuk tidak teratur,
penyebaran dan lokalisasi diskret disertai skuama dan likenifikasi
2. Ekstremitas Atas : Makula hiperpigmentasi ukuran miliar bentuk tidak
teratur, penyebaran dan lokalisasi diskret disertai eritema di regio cubiti
dextra sinistra.
3. Ekstremitas Bawah:

Makula

hiperpigmentasi

ukuran

penyebaran dan lokalisasi diskret di regio cruris dextra sinistra

lentikular,

VII.

DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis kontak alergi
2. Dermatitis kontak iritan
3. Skabies
4. Dermatitis seborroik
5. Psoriasis Vulgaris

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan apusan darah tepi
3. Pemeriksaan histopatologi
4. Skin prick test
5. Patch test
IX.

DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Atopik

X. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa:
- Menghindari pemakaian bahan iritan seperti deterjen, alkohol,
-

pemutih dan lain-lain)


Menghindarkan suhu yang terlalu panas dan dingin
Menghindari makanan yang dicurigai dapat mencetuskan dermatitis

atopik
- Menghindari stres emosi
2. Medikamentosa:
- Terapi topikal
Kortikosteroid topikal kelas 4 (Mid strengh) yaitu Desoxymetason
0,05%
Emollients yaitu Petrolatum cream
Asam salisilat 3%
- Terapi sistemik
Loratadin 10 mg 1x1
XI.

PROGNOSIS
Qua ad Vitam

: ad bonam

Qua ad Fungtionam

: dubia ad bonam

Qua ad Sanationam

: dubia

Qua ad cosmetikam

: dubia ad bonam

PEMBAHASAN

Pasien datang ke poliklinik RSU Anutapura dengan keluhan gatal-gatal di


daerah leher, lipatan kedua lengan dan lipatan kedua kaki sejak kurang lebih 11
tahun yang lalu. Gatal muncul tiba-tiba, hilang timbul dan sering kambuhkambuhan. Keluhan disertai dengan rasa panas dan nyeri di daerah yang terasa
gatal, kulit kering dan mata merah. Pasien sering ke Puskesmas uttuk berobat
namun keluhan kembali muncul bila obat habis. Riwayat Hipertensi (+), DM (-),
alergi makanan (+) seperti telur, ikan dan mie, asma (+) dan gastritis (+). Riwayat
kontak dengan orang yang memiliki keluhan yang sama (+) yaitu ibu pasien.
Terdapat anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien yaitu
ibu dari pasien.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan ujud kelainan kulit berupa makula
hipopigmentasi ukuran miliar bentuk tidak teratur, penyebaran dan lokalisasi
diskret disertai skuama di leher, makula hiperpigmentasi ukuran miliar bentuk
tidak teratur, penyebaran dan lokalisasi diskret disertai eritema di regio cubiti
dextra sinistra dan makula hiperpigmentasi ukuran lentikular, penyebaran dan
lokalisasi diskret di regio cruris. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
didiagnosis dengan dermatitis atopik.
Dermatitis atopik merupakan peradangan kulit kronik yang hilang timbul
(residif), ditandai oleh rasa gatal, kulit kering, peradangan dan eksudasi. Keadaan
ini terutama terjadi pada bayi dan anak paling sering berhubungan dengan fungsi
sawar kulit yang terganggu, sensitisasi alergen, peningkatan kadar serum IgE, dan
riwayat atopi (rinitis alergik, asma bronkial, dematitis atopik) pada diri sendiri
atau keluarga.
Kriteria diagnosis dari dermatitis atopik menurut Hanifin dan Rajka adalah
sebagai berikut:
a. Kriteria mayor
1. Pruritus
2. Dermatitis di wajah atau ekstensor (pada bayi dan anak) atau dermatitis di
flexura (pada dewasa)

3. Dermatitis kronis atau residif


4. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
b. Kriteria minor
1. Xerosis
2. Infeksi kulit (khususnya oleh S. Aureus, herpes simplex, human papiloma
virus, molluscum kontagiosum virus)
3. Dermatitis non spesifik pada tangan dan kaki
4. Iktiosis vulgaris/hiperliniar palmaris/keratosis pilaris
5. Pitiriasis alba
6. Dermatitis dipapila mamae
7. White dermatographism
8. Keilitis
9. Lipatan infraorbita Dennie-Morgan
10. Konjungtivitis berulang
11. Keratokonus
12. Katarak subkapsular anterior
13. Orbita menjadi gelap
14. Muka pucat atau eritema
15. Gatal bila berkeringat
16. Intoleransi terhadap wol atau pelarut lemak
17. Aksentuasi perifolikular
18. Alergi makanan
19. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau emosi
20. Tes kulit alergi tipe 1 positif
21. Kadar IgE dalam serum meningkat
22. Awitan pada usia dini
Diagnosis DA ditegakkan bila mempunyai minimal 3 kriteria mayor dan 3
kriteria minor. Pada pasien ini telah memenuhi 4 kriteria mayor dan 3 kriteria
minor yaitu pruritus, dermatitis pada fleksura, dermatitis kronis/residif, dan
riwayat atopi (kriteria mayor) dan xerosis, konjungtivitis berulang, dan alergi
makanan.
Berikut adalah perbedaan masing-masing diagnosis banding dermatitis
atopik:
Dermatitis

Gejala klinis
Ujud kelainan kulit
Gatal
saat Infantil:
eritema,

atopik

berkeringat
disertai
kering

Predileksi
Epidemiologi
papulo- Dapat terjadi di Dapat menyerang

vesikel yang halus bila digaruk seluruh bagian semua umur.


kulit timbul krusta

tubuh.

Sering Prevalensi puncak

Anak: papul, lienifikasi, sedikit ditemukan


skuama, erosi, hingga infeksi leher,
sekunder

di pada anak-anak

lipatan

tangan, telapak

Remaja

dan

dewasa:

papular-eritematosa,
Dermatitis

Gatal dan nyeri

kontak alergi

likenifikasi
Akut: bercak

plak tangan

dan

skuama, lipatan kaki

eritematosa, Kulit

kepala Dapat

mengenai

edema, papul, vesikel, bulla, wajah, kelopak semua

umur.

erosi, eksudasi
Kronik:

papul,

mata, dan bibir Sering

skuama, aksila, tangan, anak-anak

likenifikasi
dan kaki
sensasi Akut: eritema, edema, bulla, Wajah, leher, 80%

Dermatitis

Nyeri,

kontak iritan

seperti terbakar, dan nekrosis


dan tertusuk

dorsal

hiperkeratosis

kasus

tangan, berkaitan

Kronik: kulit kering, eritema, dan skrotum


skuama,

mengenai

DKI

dengan

pekerjaan

dan

likenifikasi difus
Dermatitis

Gatal

seborric

Eritema, skuama berminyak, Kulit


berwarna kekuningan, difus

kepala, Sering

wajah, telinga, bayi

mengenai
berusia

dada dan area bulan dan orang


intertriginosa
Skabies

Pruritus

Papul,

pustul,

nokturnal

ekskoriasi

erosi

dewasa berusia 40-

(area lipatan)
70 tahun
dan Sela jari tangan, Dapat
mengenai
pergelangan
tangan,
ketiak

semua umur dan

siku, semua

tingkat

areola sosioekonomi.

mamae, genital, Sering terjadi pada


sekitar
Psoriasis
Vulgaris

Gatal

pusar, pemukiman padat

paha dalam
Bercak eritema disertai dengan Kulit
kepala, Dapat
skuama yang tebal berlapis dan perbatasan
berwarna putih mengkilap

mengenai

semua umur, lebih

wajah dan kulit banyak ditemukan


kepala,

pada

ekstremitaas

dibandingkan

bagian

wanita.

pria

ekstensor, siku,
lutut,

dan

lumbosakral

Menurut teori pendekatan penatalaksanaan pasien dengan dermatitis atopik


adalah sebagai berikut

Penatalaksanaan
nonmedikamentosa

pada
dan

pasien

ini

medikamentosa.

terdiri
Yang

dari

penatalaksanaan

termasuk

dalam

nonmedikamentosa adalah menghindari pemakaian bahan iritan seperti deterjen,


alkohol, pemutih dll) untuk menjaga sawar kulit agar tetap impermeabel terhadap
mikroorganisme dan bahan iritan/alergen lain. Menghindari suhu yang terlalu
panas karena dapat meningkatkan kehilangan air melalui kulit lewat evaporasi.
Menghindari makanan yang dicurigai dapat mencetuskan dermatitis atopik untuk
mencegah terjadinya respon imun (reaksi hipersensitivitas tipe cepat).
Menghindari stres emosi karena stres dapat merangsang pengeluaran substitusi
tertentu melalui jalur imunoendokrinologi yang menimbulkan rasa gatal.

Yang termasuk penatalaksanaan medikamentosa adalah terapi topikal berupa


desoxymetason 0,05%, petrolatum cream, dan asam salisilat 3% serta terapi
sistemik berupa Loratadin 10 mg 1x1. Desoxymetason 0,05% merupakan
golongan kortikosteroid topikal kelas 4 (potensi menengah) yang memiliki efek
antiinflamasi, immunosupresif, antiproliferatif, dan vasokonstriksi. Obat golongan
ini cocok pada kasus ini dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Letak lesi di daerah leher, lipatan siku dan lutut dimana area ini memiliki
penetrasi obat sedang.
2. Dermatitis atopik pada orang dewasa memiliki respon menengah pada obat
kortikosteroid topikal
3. Obat kortikosteroid topikal potensi menengah dapat digunakan untuk
mengobat dermatitis atopik kronik dengan periode yang lebih lama
4. Pasien dengan usia 40 tahun telah terjadi penipisan lapisan kulit yang dapat
menyebabkan peningkatan penetrasi obat glukortikoid topikal sehingga obat
potensi menengah dirasa lebih tepat.
Kortikosteroid sistemik hanya dipakai untuk mengendalikan dermatitis
atopik dengan eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu yang singkat dan dosis
rendah. Dosis harus diturunkan perlahan secara tappering.
Petrolatum merupakan jenis occlusive emollient yang bekerja dengan cara
dengan cara membentuk lapisan lipid tipis di permukaan kulit sehingga mencegah
evaporasi air dari kulit dan meningkatkan hidrasi kulit/melembabkan kulit.
Dengan melembabkan kulit diharapkan sawar kulit menjadi lebih baik dan pasien
tidak

menggaruk

sehingga

kulit

lebih

impermeabel

terhadap

mikroorganisme/bahan iritan.. Obat ini merupakan terapi lini pertama pada


kondisi kulit kering karena dermatitis atopik.
Loratadin merupakan golongan antihistamin H1 generasi kedua yang
bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor H1 sehingga menurunkan produksi
sitokin proinflamasi dan mediator yang dilepaskan oleh basofil dan sel mast serta
menghambat kemotaksis eosinofil. Akibatnya adalah tidak terjadi proses inflamasi
dan gejala pruritus berkurang. Dalam memilih antihistamin harus diperhatikan
berbagai hal seperti gangguan hati dan ginjal, aktivitas pasien dan lain-lain.
Penanganan menggunakan antihistamin topikal tidak diperbolehkan karena dapat
menyebabkan potensi sensitisasi kulit.

Asam salisilat 3% merupakan bahan keratolitik yang bekerja dengan cara


menghilangkan ikatan kovalen lipid intraseluler yang berikatan dengan cornified
envelope di sekitar keratinosit sehingga dapat meningkatkan efektivitas kerja
kortikosteroid topikal. Asam salisilat juga memiliki efek anti pruritus ringan, anti
inflamasi, bakteriostatik dan desinfektan lemah, serta efek fungistatik ringan.
Selain obat kortikosteroid, terapi lini pertama dari dermatitis atopik adalah
kalsineurin inhibitor topikal. Obat ini merupakan imunomodulator nonsteroid.
Keuntungan dari terapi menggunakan obat ini adalah tidak berkaitan dengan atrofi
kulit, sehingga berguna dalam mengobati daerah wajah dan area lipatan kulit.
Untuk dermatitis atopik pada anak usia >2 tahun digunakan Tacrolimus 0,03%,
sedangkan pada dewasa digunakan tacrolimus 0,1%.
Prognosis dari dermatitis atopik sulit untuk diprediksi karena melibatkan
banyak faktor. Faktor yang berhubungan dengan prognosis kurang baik, adalah :
1. DA yang luas pada anak
2. Menderita rinitis alergika dan asma bronkiale.
3. Riwayat DA pada orang tua atau saudaranya.
4. Awitan (onset) DA pada usia muda.
5. Anak tunggal.
6. Kadar IgE serum sangat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Sri, K., Hanny, N., Evita, H., 2012. Penggunaaan Asam Salisilat dalam
Dermatologi. Journal Indonesia Medical Association. Volume: 62, Nomor 7.
Steven, E., Susan, M., Noreen, N., Rebecca, P., Jill, P., 2012. Best Practice In
Emollient Therapy: A Statement For Healthcare Professionals. International
Skin Care Nursing Group. London.
Wolff, K., Lowell, A., Stephen, I., Barbara, A., Amy, S., David, J., 2008.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine Seventh Edition. The
McGraw-Hill: New York.
Wolff, K., Richard, A., 2009. Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology Sixth Edition. The McGraw-Hill: New York.

REFLEKSI KASUS

DERMATITIS ATOPIK

Oleh :
RANGGA DUO RAMADAN, S. Ked
(G 501 09 008)

Pembimbing Klinik :
dr. NUR RAHMAH, M. Kes, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN


KULIT DAN KELAMIN
RSU ANUTAPURA PALU
UNIVERSITAS TADULAKO
2014

Você também pode gostar