Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh:
AKHMAD RIZAL BUSTHOMI (K2312002)
AWALIA RIFDAH N.K. (K2312014)
AYA SOFIA (K2312015)
BAGASWARA DEAS ARISTA (K2312017)
NURI ISTIFAH KHASANAH (K2312055)
RIZAL MUSTOFA (K2312060)
SUNARTI (K2312069)
PENDIDIKAN FISIKA 2012
ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 57/PUUX/2012 TENTANG PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22
TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945
A. OBJEK DAN SUBJEK PERKARA
1. Objek Perkara
Objek perkara yang dimaksud di sini adalah terkait perkara apa yang dimohonkan
oleh pihak Pemohon ke Mahkamah Konstitusi. Objek perkara konstitusi yang menjadi
kewenangan Mahkamah Konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 24C ayat (1) dan
ayat (2) UUD 1945 juncto Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) UU Mahkamah Konstitusi,
diantaranya adalah:
a. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c. Memutus pembubaran partai politik;dan
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Pada contoh Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 57/PUU-X/2012 tersebut terlihat
jelas bahwasanya objek dari perkara yang dimohonkan ke Mahkamah Konstitusi tersebut
adalah terkait pengujian Undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, khususnya rumusan Pasal 310 undang-undang tersebut,
yaitu berbunyi:
1) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya
mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan kendaraan dan/atau barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp.1.000.000,00- (Satu Juta
Rupiah)
2) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya
mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan
kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
2.000.000,00- (Dua Juta Rupiah)
tercantumkan
di
dalam
suatu
surat
permohonan,
kemudian
Pada contoh
Putusan
Mahkamah
Konstitusi
pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pihak yang
berperkara adalah :
a. Pemohon
Nama
Kewarganegaraan
Alamat
:
:
:
Saipul Jamil
Indonesia
Jalan Gading Indah Utara VI Nomor 05 Blok NH 10
RT/RW
Pekerjaan
025/012,
Kelurahan
Pegangsaan
Dua,
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 28 Mei 2012 dan 19 Juni 2012
memberi kuasa kepada 1) R.M Tito Hananta Kusuma,SH,.MH., 2) Andi Faisal,
SH,.MH.,
3)
Teguh
Prasetyo,SH.,
4)
Roland
Hutabarat,SH,
5)
Arvid
berkenaan
dengan
permohonan
yang
sedang
diperiksa
kepada
Majelis
sehingga
beralasanlah
kalau Mahkamah
Konstitusi
meminta
Dengan demikian, kalaulah ada aturan yang lebih khusus (lex specialis) in
casu Pasal 310 Undang-Undang a quo. Menurut hemat Pemohon haruslah ada
kondisi yang lebih khusus lagi dalam hal yang bagaimana frasa kelalaiannya
tersebut didefenisikan dalam Pasal 310 Undang-Undang a quo. Oleh karenanya
Pemohon dalam permohonannya memohon agar frasa kelalaiannya didefenisikan
lebih khusus lagi,misalnya :
Yang dimaksud dengan kelalaiannya adalah dalam hal seseorang keadaan
seseorang yang menkonsumsi zat-zat adiktif, minuman beralkohol, Narkotika (baik
berupa tanaman maupun bukan tanaman) yang mengakibatkan hilang atau
berkurangnya kesadaran dan melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak wajar dalam
berkendara.
c. Bahwa sebagai akibat tidak adanya penafsiran dalam Pasal 310 Undang-Undang a
quo, sepanjang frasa kelalaiannya dan orang lain maka pasal tersebut dapat
menimbulkan
kerugian
ketidakpastian
hukum
dan
dapat
melanggar
hak
konstitusional Pemohon.
2. Petitum
Berdasarkan dalil-dalil yang tercantum dalam pokok permohonan di atas,
Pemohon memohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk :
a. Memberikan penafsiran yang lebih khusus atas Pasal 310 Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sepanjang frasa
kelalaiannya dan orang lain.
b. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan seadil-adilnya (ex
aequo et bono).
C. PANDANGAN AHLI
Berdasarkan Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Mahkamah Konstitusi menyebutkan
bahwa dapat dilakukannya Pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ialah jika Pemohon menganggap hak dan/atau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, dimana lebih
lanjut diatur dalam beberapa Putusan Mahkamah Konstitusi bahwa kerugian konstitusional
tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidak-tidaknya potensial yang
menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi serta harus adanya hubungan
sebab-akibat antara kerugian dimaksud dan berlakunya Undang-undang yang dimohonkan
pengujiannya.
Hal demikian sejalan dengan yang dipaparkan oleh Dr. Moh.Mahfud MD, di dalam
bukunya Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia yang menyebutkan diantara syaratsyarat (ciri-ciri) pemerintahan yang demokratis di bawah Rule Of Law adalah adanya
perlindungan konstitusional, dan Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
Perlindungan konstitusional yang dipaparkan tersebut mengandung arti bahwasanya
suatu negara yang dalam hal ini dijalankan oleh pemerintah selain menjamin hak-hak
individu konstitusi juga harus menentukan cara prosedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin tersebut.
Gustav Rabruch dalam Fery Amsary, Terdapat tiga nilai yang harus selalu
diperhatikan dalam menegakkan hukum, yaitu; Kepastian hukum, kemanfaatan, dan
keadilan. Pendapat Gustav Rabruch tentu akan dapat dijadikan salah satu pedoman bagi
Majelis Hakim dalam memutuskan suatu perkara disamping adanya pedoman-pedoman
lainnya.
D.
ANALISIS
Berdasarkan ketentuan Pasal 24 UUD 1945 setelah perubahan, Mahkamah
Konstitusi adalah salah satu kekuasaan kehakiman yang ada di Indonesia, merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan, yang memutus perkara berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final, artinya tidak ada lagi upaya hukum yang dapat dilakukan dan karenanya
Putusan tersebut akan mengikat para pihak secara umum dimana para pihak tersebut harus
tunduk dan taat melaksanakan putusan tersebut.
Oleh karena putusan bersifat final tersebut, maka jelaslah bahwasanya Majelis
Hakim Mahkamah Konstitusi harus mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya segala hal
menyangkut perkara yang diajukan oleh Pemohon sebagai salah satu bentuk usaha untuk
tegaknya konstitusi dalam rangka mewujudkan cita-cita negara hukum dan demokrasi.
Secara keseluruhan jika kita sudah berada pada penganalisaan suatu Putusan
Mahkamah Konstitusi maka secara tidak langsung hal tersebut telah menunjukkan bahwa
prosedur sebelum perkara dapat diadili di Mahkamah Konstitusi sudah terpenuhi dan telah
melalui tahap-tahap atau proses pemeriksaan di persidangan Mahkamah Konstitusi, seperti
syarat-syarat dari pengajuan suatu permohonan perkara yang didaftarkan , baik itu syarat-
syarat yang melekat pada diri para pihak maupun pada objek yang dimohonkan ,
sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya.
Maka untuk selanjutnya Penulis akan mencoba menjelaskan dan menguraikan satu
per satu dari hal-hal yang perlu untuk disoroti lebih jauh lagi terkait penganalisaan
terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut
1. Isi/Bagian Putusan
Secara umum yang menjadi Isi atau Bagian dari suatu Putusan Mahkamah
Konstitusi adalah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang
Mahkamah Konstitusi:
a. Kepala Putusan berbunyi : DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
b.
c.
d.
e.
f.
g.
DAFTAR PUSTAKA
Anneka Saldian Mardhiah. 2013. Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi.
http://annekasaldianmardhiah.blogspot.com/2013/03/analisis-putusan-mahkamahkonstitusi.html (diakses pada 18 Mei 2015 pukul 14.28 WIB)
Mahkamah Konstitusi. http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?
page=web.Putusan&id=1&kat=1&cari=57%2FPUU-X%2F2012 (diakses pada 18
Mei 2015 pukul 14.28 WIB)