Você está na página 1de 3

A.

Neuroplasticity
Plastisitas otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi
dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas merupakan sifat yang
menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradabtasi terhadap kebutuhan
fungsional. Mekanisme ini termasuk perubahan kimia saraf (neurochemical), penerimaan
saraf (neuroreceptive) , perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak. Plastisitas
juga terjadi pada proses perkembangan dan kematangan sistem saraf.
Sifat plastisitas ini memiliki keuntungan dan kerugian dalam hal
pemulihankemampuan gerak dan fungsi pada kasus stroke.keuntungan yang dapat di
peroleh dengan adanya sifat plastisitas yaitu dimungkinkannya untuk terus
dikembangkan, sehingga dengan metode yang tepat, akan menghasilkan pembentukkan
plastisitas yang tepat berupa pola gerak normal.akan tetapi, dapat rugikan jika metode
yang diterapkan tidak tepat karena dengan sifat plastisitasnyaakan terbentuk pola
gerakyang tidak normal sesuai dengan latihan yang diberikan.
Pemulihan fungsi setelah lesi otak sebagian besar diakibatkan oleh proses
reorganisasi (perubahan struktur dan fungsi) sebagai respon dari latihan, pembelajaran
dan pengalaman pada otak. Plastisitas dapat terjadi pada level sinaps, level kortikal dan
level system. Reorganisasi sistem saraf dapat terjadi dalam beberapa bentuk sebagai
berikut:
1. Diaschisis (Neural Shock)
Merupakan suatu keadaan hilangnya komunikasi antar neuon bersifat sementara
atau merupakan gangguan laten dari aktivitas neuronal di dekat area kerusakan . Hal
ini dimungkinkan juga oleh karena menurunnya suplai darah pada neuron
2. Unmasking
Merupakan proses yang dapat terjadi antara lain:
a. Denervation supersensitivity (sensitivitas hubungan saraf)
Pasca sinapsis menjadi sangat sensitif sehingga impuls saraf minimal mampu
diterima, perubahan dalam konduksi dendrit termasuk peningkatan pengeluaran
transmitter & disinhibisi terminal eksitatoris.
b. Silent synapsis recruitment (Pengefektifan sinapsis laten)
Pada silent synapsis recruitment meliputi:

1) Aktivasi bilateral dari sistem motorik


2) Penggunaan jalur ipsilateral
3) Perekrutan area motorik tambahan
Dalam aktivitas sehari-hari, banyak akson dari sinaps yang tidak aktif atau
belum terlibat dalam menghasilkan gerak. Apabila jaur utama mengalami
kerusakan maka fungsinya akan digantikan oleh akson dan sinaps yang tidak
aktif. Menurut Wall dan Kabat, jalur sinaps mempunyai threshold yang sangat
tinggi. Karena mempunyai mekanisme homeostatic. Dimana penurunan masukan
akan menyebabkan kenaikan eksibilitas sinapsnya.
3. Sprouting
a. Axonal regeneration
b. Collateral sprouting
Merupakan respon neuron daerah yang tidak mengalami cedera dari sel-sel yang
utuh ke daerah yang denervasi setelah cedera. Perbaikan fungsi SSp dapat
berlangsung beberapa bulan atau tahunan setelah cedera dan dapat terjadi secara luas
di otak pada daerah septal nucleus, hipokampus, dan sistem saraf tepi.

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMULIHAN


1. Ukuran lesi (luas vs sempit? umbra vs penumbra?)
2. Umur (bgmn bayi vs orang dewasa vs lanjut usia?)
3. Jenis kelamin (bgmn lelaki vs wanita?)
4. Tipe/perjalanan kerusakan (mendadak vs perlahan?)
5. Kematangan dari area yang rusak
6. Fungsi dari area tersisa
7. Pengalaman (didapat dari specific training)
8. Pemakaian/latihan motorik/ (dari therapeutic intervention)
9. Lingkungan
10. Intervensi obat-obatan (pharmacotherapy)

Você também pode gostar