Você está na página 1de 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Latar belakang keinginan saya membuat karya ilmiah tentang Perubahan Pergaulan
bebas di Kalangan Remaja adalah karena Dewasa ini, kejadian pergaulan bebas yang
terjadi di kalangan remaja banyak berasal dari eksploitasi seksual pada media yang
ada di sekeliling kita. Eksploitasi seksual dalam video klip, majalah, televisi dan filmfilm ternyata mendorong para remaja untuk melakukan aktivitas seks secara
sembarangan di usia muda. Dengan melihat tampilan atau tayangan seks di media,
para remaja itu beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang bebas dilakukan oleh
siapa saja, dimana saja.Oleh karena itu, kami memilih tema Pergaulan Bebas Remaja
untuk dikaji lebih lanjut sebagai informasi bagi kaum remaja yang sangat berkaitan
erat dengan tema di atas.

1.2. Rumusan masalah


1.2.1. Apa penyebab dan dampak pergaulan bebas?
1.2.2. Apa hubungannya dengan nilai pancasila,agama dan hukum?
1.2.3. Apa hubungan pergaulan bebas dan penyimpangan perilaku remaja?
1.2.4. Apa saja dampak pergaulan bebas bagi perilaku remaja?
1.2.5. Bagaimana hubungannya dengan UU APP?

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.

Pergaulan Bebas
Pengertian Pergaulan Bebas Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan

hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam
kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui
suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan juga adalah HAM setiap
individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi
dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar
HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma
hukum, norma agama, norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara
medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan normanorma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini.
Pergaulan bebas sering dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif seperti seks bebas,
narkoba, kehidupan malam, dan lain-lain. Memang istilah ini diadaptasi dari budaya
barat dimana orang bebas untuk melakukan hal-hal diatas tanpa takut menyalahi
norma-norma yang ada dalam masyarakat. Berbeda dengan budaya timur yang
menganggap semua itu adalah hal tabu sehingga sering kali kita mendengar ungkapan
jauhi pergaulan bebas.Pengertian Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.Batasan usia remaja berbeda-beda
2

sesuai dengan sosial budaya setempat.Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan
dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.Sedangkan dari segi program
pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah
mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.Sementara itu, menurut
BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja
adalah 10 sampai 21 tahun.Dampak Pergaulan Bebas Dampak dari pergaulan bebas
akan menimbulkan perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; negatif minuman
keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain yang dapat
menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS. Melakukan hubungan seks secara
bebas merupakan akibat pertama dari pergaulan bebas yang merupakan lingkaran
setan yang tidak ada putusnya dengan berbagai akibat di berbagai bidang antara lain
di bidang sosial, agama dan kesehatan. Yayah Khisbiyah (1994), misalnya, mengutip
pelbagai hasil penelitian yg menunjukkan intensitas angka kehamilan remaja di luar
nikah. Lembaga konseling remaja, Sahabat Remaja, menemukan dari pelbagai kasus
yg mereka tangani pada tahun 1990 dijumpai ada 80 remaja usia 14-24 tahun yg
hamil sebelum nikah. Penelitian di Manado yg dilaporkan oleh Warouw mengambil
663 sampel secara acak dari 3.106 orang meminta induksi haid ditemukan sebanyak
472 responden yg belum menikah (71,3%) mengalami kehamilan yg tidak
dikehendaki (unwanted pregnancy). Dari jumlah tersebut, 291 responden (28,8%)
berusia 14-19 tahun, 345 responden (52%) berusia 20-24 tahun. Pakar seks juga
specialis

Obstetri

dan Ginekologi

Dr. Boyke

Dian

Nugraha

di Jakarta

mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks
3

bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi dua
puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari
berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya,
Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000
lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9
persen. Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indoneerdasarkan penelitian
di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku
pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut
hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja
secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin
serius.

BAB III
PEMBAHASAN

Sekarang ini di kalangan remaja pergaulan bebas semakin meningkat terutama


di kota-kota besar. Hal ini terjadi karena kurangnya bimbingan dan perhatiandari
orang tua.Sebelumnya para peneliti ini telah menemukan hubungan antara tayangan
seks di televisi dengan perilaku seks para remaja. Dengan mengambil sampel
sebanyak 1,017 remaja berusia 12 sampai 14 tahun dari Negara bagian North
Carolina, AS yang disuguhi 264 tema seks dari film, televisi, pertunjukan, musik, dan
majalah selama 2 tahun berturut-turut, mereka mendapatkan hasil yang sangat
mengejutkan.
Secara umum, kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan
seksual dari media cenderung melakukan seks pada usia 14 hingga 16 tahun 2,2 kali
lebih tinggi ketimbang remaja lain yang lebih sedikit melihat eksploitasi seks dari
media.
Maka tidak mengherankan kalau tingkat kehamilan di luar nikah di Amerika Serikat
sepuluh kali lipat lebih tinggi dibanding negara-negara industri maju lainnya, hingga
penyakit menular seksual (PMS) kini menjadi ancaman kesehatan publik disana.
Pada saat yang sama, orang tua juga melakukan kesalahan dengan tidak memberikan
pendidikan seks yang memadai di rumah, dan membiarkan anak-anak mereka
mendapat pemahaman seks yang salah dari media. Akhirnya jangan heran kalau

persepsi yang muncul tentang seks di kalangan remaja adalah sebagai sesuatu yang
menyenangkan dan bebas dari resiko (kehamilan atau tertular penyakit kelamin).
Parahnya lagi, menurut hasil penelitian tersebut, para remaja yang terlanjur mendapat
informasi seks yang salah dari media cenderung menganggap bahwa teman-teman
sebaya mereka juga sudah terbiasa melakukan seks bebas. Mereka akhirnya
mengadopsi begitu saja norma-norma sosial "tak nyata" yang sengaja dibuat oleh
media.
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal American Academy of
Pediatrics, serta sebagian dalam Journal of Adolescent Health. Namun sayangnya,
hasil penelitian tersebut belum melihat bagaimana dampak informasi seks di internet
pada perilaku seks remaja.
Dengan mendapatkan temuan-temuan lain yang lebih konsisten, mungkin kita tak
perlu menunggu lama untuk membuktikan bahwa media memiliki peranan penting
dalam pembentukan norma seksual di kalangan remaja. (reuters/dni)

PENYEBAB DAN DAMPAK PERGAULAN BEBAS


Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune
Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja,salah
satu penyebabnya akibat pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia
termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah pernah
melakukan hubungan seksual.

Di kota dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di
kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai
penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit
hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin
memprihatinkan.Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005
tercatat 623orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri
atas usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352
orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas
satu orang.
Semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup
banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab
itu mengembangan model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi
remaja melalui pendidik (konselor) sebaya menjadi sangat penting.
Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta
individu memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami masalah
kesehatan reproduksi.
Pelatihan Managemen tersebut diikuti 24 peserta utusan dari delapan kabupaten dan
satu kota di Bali berlangsung selama empat hari.

Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar
aborsi dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi
karena tiap tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti
dengan pemberitaan dimedia massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap
kasus aborsi. Jika hal ini di legalkan sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat
akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya dan adat bangsa. Berarti telah hilang
nilai-nilai moral serta normayang telah lama mendarah daging dalam masyarakat.
Jika hal ini dilegal kan akan mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh
dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan
tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi bukan
sekedar masalah-masalah kesehatan reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah
termasuksalah satu pemaksaan gaya hidup kapitalis sekuler yang dipropagandakan
PBB melalui ICDP (International Conference on Development and Population) tahun
1994 di Kairo Mesir.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ; penderitaan
kehilangan harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali
mengenai bayi (63%), ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan
tidak bisa menikmati hubungan seksual (59%).
Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan
sengaja sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah). Abortus terbagi
dua;
8

Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja.
penyebabnya, kandungan lemah, kurangnya daya tahan tubuh akibat aktivitas yang
berlebihan, pola makan yang salah dan keracunan.
Kedua, Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja maksudnya adalah
bahwa seorang wanita hamil sengaja menggugurkan kandungan/ janinnya baik
dengan sendiri atau dengan bantuanorang lain karena tidak menginginkan kehadiran
janin tersebut.
Risiko Aborsi
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun
keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang
melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang .
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka
yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan
keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis.
Dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd; Risiko kesehatan
dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi
dan setelah melakukan aborsi adalah ;
- Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
- Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
- Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
- Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
9

- Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya.
- Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita),
- Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
- Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
- Kanker hati (Liver Cancer).
- Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
- Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy).
- Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
- Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan
dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang
sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia
psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS.
Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After Abortion
di dalam penerbitan The Post-Abortion Review.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian
khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang
baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup
berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap
menanggung segala risikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.
10

Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan


pendidikan, pengarahan sex kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja
mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal sex tersebut.
HUBUNGANNYA DENGAN NILAI PANCASILA,AGAMA & HUKUM
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas
nama DKT Indonesia melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia
14-24 tahun. Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung
dan Surabaya.
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar
melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama.
Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual
mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena
semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan
khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka
dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari
persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan
orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan
seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.
Kurang perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada
pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami
istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah
11

tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung
berbuat nekat (pendek akal) jika menghadapi hal seperti ini.
Pada zaman modren sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistemsistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain
yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion),
model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya
pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatu
kewajaran.
Bebera faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja
yaitu;
Pertama, Faktor agama dan iman.
Kedua, Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media.
Ketiga, Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.
Keempat, Perubahan Zaman.

Nilai agama
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih
belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk
menggugurkan kandungannya.
Membunuh

satu

nyawa

sama

artinya

dengan

membunuh

semua

Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.

12

orang.

Tuhan memberikan ganjaran dosa yang sangat besar terhadap pelaku aborsi.
Oleh sebab itu aborsi adalah membunuh, membunuh berarti melakukan tindakan
kriminal dan melawan terhadap perintah Allah.

Nilai Hukum
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia Bab XIV tentang kejahatan
terhadap kesusilaan pasal 229 ayat (1) dikatakan bahwa perbuatan aborsi yang
disengaja atas perbuatan sendiri atau meminta bantuan pada orang lain dianggap
sebagai tindakan pidana yang diancam dengan hukuman paling lama 4 tahun penjara
atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
Ayat (2) pasal 299 tersebut melanjutkan bahwa apabila yang bersalah dalam aborsi
tersebut adalah pihak luar ( bukan ibu yang hamil ) dan perbuatan itu dilakukan untuk
tujuan ekonomi, sebagai mata pencarian, maka hukumannya dapat ditambah sepertiga
hukuman pada ayat (1) dia atas.
Apabila selama ini perbuatan itu dilakukan sebagai mata pencarian, maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan mata pencarian tersebut. Kemudian pada pasal 346
dikatakan bahwa wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungannya atau
meyuruh orang lain untuk melakukan hal itu diancam hukuman penjara paling lama
empat tahun.
Pada pasal 347 ayat (1) disebutkan orang yang menggugurkan atau mematikan
kehamilan seorang wanita tanpa persetujuan wanita itu diancam hukuman paling
lama 12 tahun penjara, dan selanjutnya ayat (2) menyebutkan jika dalam
13

menggugurkan kandungan tersebut berakibat pada hilangnya nyawa wanita yang


mengandung itu, maka pihak pelaku dikenakan hukuman penjara paling lama 15
tahun.
Dalam pasal 348 ayat (1) disebutkan bahwa orang yang dengan sengaja
menggugurkan kandungan seorang wanita atas persetujuan wanita itu diancam
hukuman paling lama 15 tahun penjara, dan ayat (2) melanjutkan, jika dalam
perbuatan itu menyebabkan wanita itu meninggal, maka pelaku diancam hukuman
paling lama 17 tahun penjara. Dengan demikian, perbuatan aborsi di Indonesia
termasuk tindakan kejahatan yang diancam dengan hukuman yang jelas dan tegas.
HUBUNGAN PERGAULAN BEBAS DAN PENYIMPANGAN PRILAKU
REMAJA
Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para pemuda dan pemudi
yang terjerumus ke dalam lembah perzinahan (Free sex), disebabkan terlalu jauhnya
kebebasan mereka dalam bergaul, faktor utama masalahnya adalah kurangnya
pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan antara pria dan
wanita. Disamping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah mengglobal dan
lemahnya benteng keimanan kita mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa
penyeleksian yang ketat.
Kita telah mengetahui bahwa sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler,
seluruh kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini
tentunya bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama
dan pancasila. Tidak ada salahnya jika kita mengatakan pacaran adalah sebagian dari
14

pergaulan bebas. SEBAB Saat ini pacaran sudah menjadi hal yang biasa bahkan
sudah menjadi kode etik dalam memilih calon pendamping. Fakta menyatakan bahwa
sebagian besar perzinahan disebabkan oleh pacaran. Bila kita menengok kebelakang
tentang kebudayaan Indonesia sebelumnya, pacaran (berduaan dengan non muhrim)
merupakan hal yang tabu. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa pacaran memang
tidak dibenarkan dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia, demikian juga dengan
budaya islam.

REMAJA & PERGAULAN BEBAS


Munculnya istilah pergaulan bebas seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan tekhnologi dalam peradaban umat manusia, kita patut bersyukur dan bangga
terhadap hasil cipta karya manusia, karena dapat membawa perubahan yang positif
bagi perkembangan/kemajuan industri masyarakat. Tetapi perlu disadari bahwa tidak
selamanya perkembangan membawa kepada kemajuan, mungkin bisa saja kemajuan
itu dapat membawa kepada kemunduran. Dalam hal ini adalah dampak negatif yang
diakibatkan oleh perkembangan iptek, salah satunya adalah budaya pergaulan bebas
tanpa

batas.

Dilihat dari segi katanya dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksud dari istilah
pergaulan bebas. Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan bebas
artinya terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul dengan orang
lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan.

15

Islam telah mengatur bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini telah
tercantum dalam surat An-Nur ayat 30-31. Telah dijelaskan bahwa hendaknya kita
menjaga pandangan mata dalam bergaul. Lalu bagaiamana hal yang terjadi dalam
pergaulan bebas? Tentunya banyak hal yang bertolak belakang dengan aturan-aturan
yang telah Allah tetapkan dalam etika pergaulan. Karena dalam pergaulan bebas itu
tidak dapat menjamin kesucian seseorang.

Pacaran adalah Pintu Pergaulan Bebas


Pacaran merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas. Dari sumber di
atas kita telah mengetahui bahwa pergaulan bebas tidak mengenal batas-batas
pergaulan. Para remaja dengan bebas saling bercengkrama, bercampur baur (ikhtilat)
antara lawan jenis, akibatnya mudah di telusuri berkembanglah budaya pacaran.
Kecintaan terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia. Tetapi pacaran bukanlah
wadah yang tepat. Cinta bukanlah sekedar pandangan mata ataupun kerlingan. Bukan
pula lembaran surat yang berisi pujian kata yang melebihi dari ikatan pernikahan, dan
cinta tidak akan berakhir dengan pernikahan.
Banyak orang yang mengagungkan dan memproklamirkan kata cinta. Namun
mengapa gambaran dan kenyataan pahit mewarnai dunia cinta. Betapa banyak cinta
berujung pada pembunuhan bayi-bayi yang tak berdosa. Banyak orang yang memiliki
cinta melakukan hal yang keji. Cinta berubah menjadi perceraian dan mengakibatkan
suramnya masa depan generasi mendatang. Mengapa pula cinta bisa dijajakan di

16

sembarang tempat oleh wanita berbusana minim? Hal-hal yang mengenaskan


sekaligus memalukan itu menjadi daftar persoalan yng melingkupi dunia cinta.
Sebagian orang berpendapat bahwa cinta bermakna kecenderungan terus menerus
disertai dengan hati yang meluap-luap. Inilah yang membuat seseorang menjadi buta
dan tuli. Kebutaan ini dapat diartikan tidak lagi melihat tata nilai terutama nilai-nilai
syariat

islam,

sehingga

banyak

orang

menabrak

nilai-nilai

Islam

dalam

mengekspresikan cintanya. Dan yang dimaksud tuli yaitu tidak mau mendengar
nasihat-nasihat agama yang seharusnya dapat membingkai cintanya. Seperti yang
telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, Kecintaanmu kepada sesuatu bisa
membuat buta dan tuli. (HR. Ahmad).
Lain halnya dengan seseorang yang berada dalam wilayah tidak terlarang, seperti
seseorang yang berada jauh dari rumah lalu merindukan istrinya. Semua aktifitas
tubuh kita berpotensi menimbulkan zina ketika digerakkan atas nama syahwat yang
melesat lepas dari kendali fitrah. Namun nama Allah Maha Pemurah, zina yang
dilakukan selain farji tidak sampai dikenakan hukuman cambuk. Ia masih bisa
dihapus dengan taubat yang tulus dan ditebus dengan amal-amal shalih. Cara untuk
menghindari zina adalah dengan mengendalikan hawa nafsu dan menutup rapat-rapat
pintu zina.
C. Bagaimana Islam memandang Pergaulan Bebas?
Banyak hal-hal yang negatif yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas. Ini semua telah
terlukis oleh mereka di belahan bumi Barat, yang dulu mengagung-agungkan
kebebasan dalam segala hal, termasuk kebebasan seks, kini mereka menjerit. Angka
17

perceraian sangat tinggi, dan pranata pernikahan diragukan. Akibatnya keluarga


sebagai sendi masyarakat runtuh, kemudian terjadilah dekadensi moral. Wabah AIDS
menebarkan kengerian dan ketakutan karena semakin liarnya perilaku masyarakat
dalam free sex.
Apa yang terjadi di Barat dapat kita sinyalir dari tulisan George Balusyi dalam
bukunya; Ledakan Seksual, yaitu; pada tahun 1962, Kennedy menjelaskan, masa
depan Amerika diancam bahaya, sebab para pemudanya cenderung dan tenggelam di
dalam syahwat sehingga tidak mampu memikul tanggung jawab yang harus dipikul di
atas pundaknya. Setiap tujuh pemuda yang maju untuk jadi tentara, terdapat enam
pemuda yang tidak pantas dijadikan tentara. Sebab syahwat yang telah mereka
lampiaskan itu, telah merusak keseimbangan hygienis dan psikis mereka. Budaya
free sex tidak jauh berbeda dengan budaya pacaran. Dan dengan menghubungkan
fakta yang terjadi di sekitar kita, banyak para pemuda dan pemudi yang mengaku
dirinya muslim tetapi mereka melakukan perbuatan zina. Juka hal ini dibiarkan, maka
akan sangat berabhaya bagi kelanjutan dawah Islam. Betapa sedihnya jika ummat
Islam yang begitu besar tetapi akhlak para pemudanya penuh dengan kebobrokan.
Naudzubillahi min zaalik.
DAMPAK BAGI PERILAKU REMAJA
Ada dua bentuk prilaku yang bisa muncul pada remaja yang menganut paham
pergaulan bebas. Yaitu, memiliki akhlaq buruk dan perilaku fatamorgana. Keduanya
adalah prilaku tidak baik dalam kehidupan dan harus dihindari.

18

Dari memiliki akhlaq yang buruk antara lain adalah memiliki sifat takabur, hasud,
dendam, mudah marah, bohong, ingkar janji, menyia-nyiakan waktu, tidak punya rasa
malu, buruk sangka, penakut dan sebagainya. "Sedangkan indikator dari prilaku
fatamorgana antara lain suka pacaran, seks bebas, narkoba, merokok, meminum
khamar, gila mode, lupa aurat, konsumtif, percaya pada astrologi dan lain-lain," .
Semua prilaku tersebut sangat tidak baik bila terus menggelayuti kehidupan kita,
sehingga harus dihindari semampu kita. Nah, berkaitan dengan upaya menghindari
ini, Islam menawarkan aturan untuk pergaulan remaja. Pertama, menundukkan
pandangan. Islam mengharuskan baik laki-laki maupun perempuan untuk
menundukkan pandangan agar terhindar fitnah seksual melalui mata. Menjaga
pandangan mempunyai dua arti. Diantaranya, pandangan lahir, melihat dan
menikmati pada bagian-bagian tubuh yang menarik dan menggairahkan nafsu birahi.
Kemudian pandangan bathin , yaitu syahwat yang timbul di dalam hati untuk
mengadakan hubungan seksual atau perbuatan lain yang melanggar kesusilaan setelah
melihat bentuk lahir dari lawan jenis seks yang berlawanan. Berkaitan dengan
menundukkan pandangan ini, terdapat dalam Al-Qur'an Surah An-Nur ayat 30-31.
Selanjutnya larangan bersentuh kulit. Islam tidak membenarkan laki-laki dan wanita
bersentuhan kulit. Walaupun dalam hal ini masih terdapat ikhtilaf diantara para
ulama. Akan tetapi jumhur ulama memberikan keputusan untuk tetap tidak ada alasan
boleh bersentuhan antara laki-laki dan perempuan. Kecuali dalam keadaan terpaksa.
"Aturan berikutnya larangan berduaan dengan yang bukan muhrim (Ajnabiyah). QS
Al-Isra 32 telah dengan tegas mengatakan, Janganlah kami mendekati zina.
19

Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan keji dan jalan yang buruk," urainya. Terkahir,
larangan ihktilat. Ikhtilat yaitu campur baurnya antara laki-laki dan perempuan yang
bukan muhrim. Baik dalam pertemuan resmi maupun tidak resmi. "Jika terpaksa
harus bercampur baur, maka sebaiknya dibuat hijab atau penghalang.
ingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune
Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah
satu penyebabnya akibat pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia
termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah pernah
melakukan hubungan seksual.
Di kota dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di
kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.Mereka
terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita
HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya
kekebalan daya tubuh pada usia remaja.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin
memprihatinkan. Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari
tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut
terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun
352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke
atas satu orang.
Semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup
banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab
20

itu mengembangan model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi


remaja melalui pendidik (konselor) sebaya menjadi sangat penting.
Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta
individu memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami masalah
kesehatan reproduksi.
Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar
aborsi dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi
karena tiap tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti
dengan pemberitaan di media massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap
kasus aborsi. Jika hal ini di legalkan sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat
akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya dan adat bangsa. Berarti telah hilang
nilai-nilai moral serta norma yang telah lama mendarah daging dalam masyarakat.
Jika hal ini dilegal kan akan mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh
dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan
tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi bukan
sekedar masalah-masalah kesehatan reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah termasuk
salah satu pemaksaan gaya hidup kapitalis sekuler yang dipropagandakan PBB
melalui ICDP (International Conference on Development and Population) tahun 1994
di Kairo Mesir.

21

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ; penderitaan
kehilangan harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali
mengenai bayi (63%), ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan
tidak bisa menikmati hubungan seksual (59%).
Seks di Media, Biang Keladi Pergaulan Bebas Remaja
Eksploitasi seksual dalam video klip, majalah, televisi dan film-film ternyata
mendorong para remaja untuk melakukan aktivitas seks secara sembarangan di usia
muda. Dengan melihat tampilan atau tayangan seks di media, para remaja itu
beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang bebas dilakukan oleh siapa saja, dimana
saja.
Menurut Jane Brown, ilmuwan dari Universitas North Carolina yang memimpin
proyek penelitian ini, semakin banyak remaja disuguhi dengan eksploitasi seks di
media, maka mereka akan semakin berani mencoba seks di usia muda.
Sebelumnya para peneliti ini telah menemukan hubungan antara tayangan seks di
televisi dengan perilaku seks para remaja. Dengan mengambil sampel sebanyak 1,017
remaja berusia 12 sampai 14 tahun dari Negara bagian North Carolina, AS yang
disuguhi 264 tema seks dari film, televisi, pertunjukan, musik, dan majalah selama 2
tahun berturut-turut, mereka mendapatkan hasil yang sangat mengejutkan.
Secara umum, kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan seksual dari
media cenderung melakukan seks pada usia 14 hingga 16 tahun 2,2 kali lebih tinggi
ketimbang remaja lain yang lebih sedikit melihat eksploitasi seks dari media.

22

Maka tidak mengherankan kalau tingkat kehamilan di luar nikah di Amerika Serikat
sepuluh kali lipat lebih tinggi dibanding negara-negara industri maju lainnya, hingga
penyakit menular seksual (PMS) kini menjadi ancaman kesehatan publik disana.
Pada saat yang sama, orang tua juga melakukan kesalahan dengan tidak memberikan
pendidikan seks yang memadai di rumah, dan membiarkan anak-anak mereka
mendapat pemahaman seks yang salah dari media. Akhirnya jangan heran kalau
persepsi yang muncul tentang seks di kalangan remaja adalah sebagai sesuatu yang
menyenangkan dan bebas dari resiko (kehamilan atau tertular penyakit kelamin).
Parahnya lagi, menurut hasil penelitian tersebut, para remaja yang terlanjur mendapat
informasi seks yang salah dari media cenderung menganggap bahwa teman-teman
sebaya mereka juga sudah terbiasa melakukan seks bebas. Mereka akhirnya
mengadopsi begitu saja norma-norma sosial "tak nyata" yang sengaja dibuat oleh
media.
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal American Academy of
Pediatrics, serta sebagian dalam Journal of Adolescent Health. Namun sayangnya,
hasil penelitian tersebut belum melihat bagaimana dampak informasi seks di internet
pada perilaku seks remaja.
Dengan mendapatkan temuan-temuan lain yang lebih konsisten, mungkin kita tak
perlu menunggu lama untuk membuktikan bahwa media memiliki peranan penting
dalam pembentukan norma seksual di kalangan remaja. (reuters/dni)

23

HUBUNGANNYA DENGAN UU APP


Sebenarnya judul di atas ingin saya tambahkan menjadi UU APP, ATM
kondom, seks bebas, pemerkosaan, pelacuran, aborsi, perceraian, single parent,
broken home, kenakalan remaja, kriminalitas dan masih banyak lagi tetapi tentunya
terlalu panjang. Bila kita jeli melihat masalah-masalah tersebut, yang sejatinya
merupakan produk sekulerisme yang bebas nilai, akan terlihat bahwa masing-masing
memiliki keterkaitan antara satu dan lainnya. Semua ini akan berujung pada
kehancuran

tatanan

sosial

sebuah

masyarakat.

UU APP (Undang-undang Anti-Pornografi dan Pornoaksi) sampai saat ini belum juga
rampung. Beberapa pihak khususnya dari kalangan seniman menunjukkan
kekurangsetujuan terhadap RUU APP tersebut. Mereka beralasan nantinya akan
terjadi pemasungan terhadap kebebasan berekspresi.
Terlepas dari permasalahan tersebut, pornografi dan pornoaksi secara langsung
maupun tidak telah menimbulkan banyak permasalahan sosial. Contoh realnya,
banyak kasus pemerkosaan yang terjadi setelah pelakunya menonton film porno.
Bahkan sekarang pemerkosaan bukan jadi monopoli orang dewasa saja, anak-anak
sudah turut ambil bagian dan sudah bisa ditebak alasannya karena penasaran setelah
menonton film porno. Tayangan seperti itu akan menimbulkan dorongan bagi
penontonnya untuk mengulangi apa yang mereka lihat. Tinggal menunggu adanya
kesempatan lalu semuanya akan terjadi. Karena itu, tidak heran rencana kemunculan

24

majalah Playboy bulan Maret tahun lalu mengundang penolakan yang keras
khususnya dari organisasi-organisasi Islam.
Belum selesai masalah pornografi muncul masalah baru, pemerintah bermaksud
menyediakan ATM kondom di beberapa tempat. Di Bandung, rencananya akan
disediakan di Saritem. Alasannya agar kondom dapat mudah diperoleh dengan
harapan bisa menekan laju penularan HIV. Padahal keefektifannya masih perlu
dipertanyakan. Untuk KB saja kegagalannya mencapai 10% (bkkbn.go.id, 24/09/05).
Jika demikian, bila berhubungan dengan orang yang terinfeksi HIV, penggunaan
kondom masih menyisakan resiko sangat besar mengingat besarnya virus HIV jauh
lebih kecil dari pori-pori kondom sehingga masih mampu menembus dinding kondom
dan menularkan HIV ke hospes baru.
Banyak pihak yang khawatir adanya ATM kondom akan membuat remaja bahkan
anak-anak tidak kesulitan untuk mendapatkannya. Kekhawatiran seperti ini bukanlah
kekhawatiran tanpa alasan. Di tengah maraknya tayangan pornografi dan pornoaksi
yang merangsang terjadinya seks bebas bagi generasi muda, pendirian ATM kondom
setidaknya akan membuat para remaja merasa difasilitasi.
Memang ada seorang pejabat BKKBN yang beralasan menempatkan ATM kondom di
lokasi pelacuran (Saritem), justru karena mereka yang datang ke tempat pelacuran
tidak pernah memakai kondom, sehingga dikhawatirkan terjangkit dan menularkan
HIV ke keluarganya. (bkkbn.go.id, 17/01/06). Namun hal tersebut menunjukkan
pemerintah mengakui akan melegalisasi pelacuran dengan menyediakan kemudahan
bagi para pelakunya. Ini ironis sebab ternyata jumlah WTS perempuan di Jakarta
25

misalnya, remaja putri yang berusia antara 14-19 tahun menempati peringkat pertama
sebagai jumlah terbanyak (usia 16, 17, 18 tahun merupakan tingkatan umur yang
paling dominan). Kedua berusia antara 20-25 tahun, dan ketiga 26-35 tahun
(bkkbn.go.id,

19/01/06).

Artinya

yang

kena

generasi

muda

lagi.

Merebaknya seks bebas di generasi muda akan mengakibatkan suramnya masa depan
tatanan sosial masyarakat Indonesia. Betapa tidak? Orang-orang akan enggan untuk
menikah karena kebutuhan seksual mereka telah terpenuhi. Mereka enggan hamil
karena menganggap memiliki anak itu merepotkan dan kalaupun ada kehamilan akan
dilakukan aborsi. Semua itu akan mengakibatkan sedikitnya anak-anak yang
dilahirkan.
Setidaknya inilah yang terjadi di negara-negara yang sekuler. Angka pertumbuhan di
negara jepang misalnya, salah satu negara asia yang menganut gaya hidup bebas,
angka pertumbuhan penduduk terus turun bahkan diprediksikan tahun 2050
penduduknya sebesar 100,593 juta dari jumlah penduduk 127,687 juta pada tahun
2004 (stat.go.jp). Akibatnya beberapa dekade mendatang negara-negara tersebut akan
menjadi negara yang renta dan yang paling fatal negara ini bisa saja mengalami
kepunahan. Di sisi lain, masih di negara Jepang, angka perceraian terus naik
perlahan sedangkan angka pernikahan terus turun tajam dari tahun ke tahun
(stat.go.jp). Perceraian ini akan melahirkan anak-anak yang broken home. Anak-anak
yang broken home ini akan lebih mudah terseret pergaulan yang buruk bahkan
terjatuh pada tindakan kriminal. Studi yang dilakukan di Amerika Serikat
26

membuktikan ada korelasi yang erat antara single-parent dan kriminal atau minimal
kenakalan remaja. Survey terhadap 108 pemerkosa menunjukkan 60% pelakunya
berasal dari keluarga yang dipimpin hanya oleh ibu/single parent (divorcereform.org).
Dan masih banyak lagi kasus yang bisa diungkap akibat merebaknya seks bebas.
Negara-negara sekuler sedang mengalami detik-detik sakaratul maut. Mereka saat ini
masih bisa bertahan berkat dukungan dari kecanggihan teknologinya. Its only a
matter of time. Bangsa Indonesia yang dikenal religius malah sedikit demi sedikit
mulai meniru langkah mereka. Lalu dengan apa lagi kita akan menyelamatkan bangsa
ini?
Telah jelas bagi kita tidak ada dasar bagi Rancangan pembentukan Undang-undang
legalisasi aborsi karena hal itu bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, Agama dan
Hukum yang berlaku. Legalisasi aborsi akan mendorong pergaulan bebas lebih jauh
dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan
tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Sedangkan dilarang saja masih
banyak terjadi aborsi, bagaimana jika hal ini dilegalkan? Legalisasi akan berakibat
orang tidak lagi takut untuk melakukan hubungan intim pranikah, prostitusi karena
jika hamil hanya tinggal datang ke dokter atau bidan beranak untuk menggugurkan,
dengan kondisi ini dokter ataupun bidan dengan leluasa memberikan patokan harga
yang tinggi dalam sekali melakukan pengguguran.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya
sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang
27

berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam


memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan
pendidikan agama, memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab itu
permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali, agar
menjadi sebuah proritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kematian disebabkan
aborsi tersebut.
Catatan Penting : Wanita tidak mungkin melakukan Aborsi, kecuali dia pasti telah
Hamil, dan hal tersebut tidak mungkin terjadi kecuali pasti ada pelaku penyebab
kehamilan...??? siapkah dia.....???!!!.
REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH
Remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Nampaknya
hal itu berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, 10 - 12% remaja di Jakarta
pengetahuan seksnya sangat kurang.
Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara intensif terutama di
rumah dan di sekolah, makin penting.
Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu
sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para remaja tentang
pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak
berbahaya. Data yang dikumpulkan dr. Boyke Dian Nugraha, DSOG, ahli kebidanan
dan penyakit kandungan pada RS Dharmais, menunjukkan 16 - 20% dari remaja yang
berkonsultasi kepadanya telah melakukan hubungan seks pranikah. Dalam catatannya
jumlah kasus itu cenderung naik; awal tahun 1980-an angka itu berkisar 5 - 10%.
28

Sementara itu Dra. Yulia S. Singgih Gunarsa, psikolog dan konselor di sebuah
sekolah swasta di Jakarta, juga melihat fenomena banyaknya pasangan remaja yang
berhubungan dengan calon jasa pengguguran kandungan di Jakarta Pusat dan
penggunaan

obat-obat

pencegah

kehamilan.

Data tersebut mungkin tidak mewakili kenyataan sebenarnya, yang bisa menunjukkan
angka lebih tinggi atau lebih rendah. Namun setidaknya kasus hubungan seksual
pranikah itu ada hubungannya dengan hasil suatu penelitian para dokter di Jakarta.
Seperti dikutip Boyke, 10 - 12% remaja di Jakarta pengetahuan seksnya sangat
kurang.
Dalam kaitan dengan hubungan seksual, bisa diambil contoh ada remaja yang
berpendapat, kalau hanya sekali bersetubuh, tidak bakal terjadi kehamilan. Atau,
meloncat-loncat atau mandi sampai bersih segera setelah melakukan hubungan
seksual bisa mencegah kehamilan.
Pengetahuan seks yang hanya setengah-setengah tidak hanya mendorong remaja
untuk mencoba-coba, tapi juga bisa menimbulkan salah persepsi. Misalnya saja,
berciuman atau berenang di kolam renang yang tercemar sperma bisa
mengakibatkan kehamilan, mimpi basah dikira mengidap penyakit kotor, kecil hati
gara-gara ukuran penis kecil, sering melakukan onani bisa menimbulkan impotensi.
Beberapa akibat yang tentunya memprihatinkan ialah terjadinya pengguguran
kandungan dengan berbagai risikonya, perceraian pasangan keluarga muda, atau
terjangkitnya penyakit menular seksual, termasuk HIV yang kini sudah mendekam di
tubuh ratusan orang di Indonesia. Bandingkan dengan temuan Marlene M. Maheu,
29

Ph.D., psikolog yang berpraktek di Kalifornia, AS, bahwa setiap tahun terdapat 1 dari
18 gadis remaja Amerika Serikat hamil sebelum nikah dan 1 dari 5 pasien AIDS
tertular HIV pada usia remaja.
Dibentak ortu
Melihat kenyataan itu, pendidikan seks secara intensif sejak dini hingga masa remaja
tidak bisa ditawar-tawar lagi. Apalagi mengingat, Sebagian besar penularan AIDS
terjadi melalui hubungan seksual, tegas Boyke yang juga pengasuh rubrik konsultasi
seks di majalah dan radio. Kalau tidak, mereka yang kini remaja tidak bisa berbuat
banyak saat memasuki usia produktif di abad XXI mendatang.
Seperti dikutip Boyke, survai oleh WHO tentang pendidikan seks membuktikan,
pendidikan seks bisa mengurangi atau mencegah perilaku hubungan seks
sembarangan, yang berarti pula mengurangi tertularnya penyakit-penyakit akibat
hubungan seks bebas.
Disebutkan pula, pendidikan seks yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak
azasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan di dalamnya sehingga
akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga. Dengan itu diharapkan angka
perceraian yang berdampak kurang baik terhadap anak-anak pun dapat dikurangi.
Hanya yang jadi soal hingga kini, Pendidikan seks di Indonesia masih mengundang
kontroversi. Masih banyak anggota masyarakat yang belum menyetujui pendidikan
seks di rumah maupun di sekolah, tutur dr. Gerard Paat, kolsultan keluarga RS Sint
Carolus.

30

Sekalipun untuk tujuan pendidikan, anggapan tabu untuk berbicara soal seks masih
menancap dalam benak sebagian masyarakat. Akibatnya, anak-anak yang berangkat
remaja jarang yang mendapat bekal pengetahuan seks yang cukup dari ortu (orang
tua). Padahal tidak jarang para remaja sendiri yang berinisiatif bertanya, tapi justru
sering disambut dengan kemarahan ortu. Boro-boro mau ngejelasin soal seks, baru
nanya sedikit aja, nyokap (ibu) sudah mbentak, Eh itu tabu, jangan diomongin! aku
seorang remaja putri.
Bahkan anak-anak yang kedua orang tuanya bekerja rata-rata kehilangan panutan.
Orang tua yang mestinya menjadi tokoh panutan utama, justru kurang berperan
karena kesibukan mereka sendiri, kata dr. Paat, yang sejak akhir tahun 1960-an
memberikan penyuluhan seks di sekolah dan luar sekolah.
Film, buku, dan motel. Dampaknya tentu bisa ke mana-mana. Antara lain dalam
memilih konsumsi tontonan di TV yang masih berat dengan tayangan film barat
dengan budaya dan gaya hidup yang berbeda. Kehidupan dunia barat yang
digambarkan dalam film ataupun video, menurut Boyke, sering kali menunjukkan
kehidupan seks bebas di kalangan remaja. Tayangan serial macam Beverly Hills atau
Bay Watch, Boyke menyebut contoh, dengan bintang-bintang molek dan tampan itu
mudah sekali merasuk ke dalam benak remaja. Sehingga mereka bisa amat mudah
meniru gaya hidup muda-mudi dalam film itu.
Justru ketika informasi seperti itu tidak bisa kita hindari, peranan orang tua untuk
memberikan pengertian yang benar pada anak-anak menjadi penting, tutur Boyke.
Minimnya pengetahuan seks masih ditambah lagi dengan mudahnya mendapatkan
31

prasarana untuk melakukan seks bebas seperti di motel, cottage, vila; alat kontrasepsi;
lebih mudanya rata-rata gadis mendapatkan haid (9 - 11 th); serta tertundanya usia
perkawinan. Semua itu juga faktor yang ikut mempengaruhi remaja melakukan
kegiatan seks bebas dan kumpul kebo.
Celakanya, Remaja yang sudah terbiasa mengadakan hubungan seksual akan sulit
menghentikannya, jelas Paat. Itu bukan semata-mata karena faktor ketagihan, tapi
terutama akibat timbulnya persepsi bahwa melakukan hubungan seksual sudah
merupakan hal biasa.
Dr. Gerard Paat Kalau itu sampai terjadi, ortu harus ikut bertanggung jawab. Orang
tualah yang seharusnya pertama-tama memberikan pengetahuan seks bagi anakanaknya. Informasi seks dari teman, film, atau buku, yang hanya setengah-setengah
tanpa pengarahan, mudah menjerumuskan. Apalagi kalau si anak tidak tahu risiko
melakukan hubungan seksual pranikah, kata Boyke.
Menurut Paat, pendidikan seks pasif, karena tanpa komunikasi dua arah semacam itu,
sudah bisa mempengaruhi sikap serta perilaku seseorang. Dalam pendidikan seks
anak tidak cukup hanya melihat dan mendengar sekali-dua kali, tapi harus dilakukan
secara bertahap dan berkelanjutan, katanya. Sebab itu, pendidikan seks hendaknya
menjadi bagian penting dalam pendidikan di sekolah. Orang tua dan pendidik wajib
meluruskan informasi yang tidak benar disertai penjelasan risiko perilaku seks yang
salah.

32

Namun, pendidikan seks di sekolah mestinya hanya pelengkap pendidikan seks di


rumah. Bukan justru menjadi yang utama seperti terjadi selama ini, kendati
pendidikan seks di sekolah, menurut beberapa pengamat tadi, masih belum optimal.
Pacaran jangan dilarang. Pemberian pengetahuan seks mesti di rumah dilakukan sejak
dini dan dimulai dengan perilaku keseharian anak-anak. Ketika masih anak-anak
misalnya, berikan pengertian kepada mereka agar tidak ke luar dari kamar mandi
sambil telanjang, menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi, mengetuk pintu
terlebih dahulu sebelum masuk kamar ortu.
Ketika sudah menginjak bangku SD, remaja putri khususnya, mesti sudah
dipersiapkan menghadapi masa akil balik. Pada usia sekitar 14 tahun, remaja putri
maupun putra rata-rata mulai ingin tahu segala sesuatu tentang lawan jenisnya. Ini
merupakan proses pendewasaan diri, dan tak bisa dicegah, tegas Boyke. Di sinilah
ortu mesti mulai lebih sering mengadakan pendekatan dan memasukkan nilai-nilai
moral kepada anak.
Pada saat mereka mulai berpacaran di usia yang sudah cukup, kata Boyke, tak perlu
dilarang-larang. Berpacaran merupakan latihan pendewasaan dan pematangan emosi.
Dengan berpacaran mereka bisa merasakan rasa rindu atau rasa memiliki, dan berlatih
bagaimana harus ber-sharing dengan pasangan. Pada masa ini orang tua remaja putri
hendaknya berperan menjadi teman berdiskusi sambil meneliti siapa pacarnya itu.
Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi lebih terbuka antara ortu-anak. Melalui
komunikasi, yang acap kali banyak diabaikan peranannya, ortu dapat memasukkan
hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Misalnya, batas mereka boleh
33

bermesraan dan apa konsekuensinya kalau batas itu dilanggar. Kepercayaan dari ortu
akan membuat mereka lebih bertanggung jawab.
Berpacaran secara sembunyi-sembunyi akibat tidak diberi kepercayaan justru tidak
menguntungkan. Ingat, kasus-kasus kehamilan pranikah umumnya dilakukan oleh
mereka yang back street, kata Boyke. Mungkin juga akibat hubungan dengan orang
tua kurang akrab atau orang tua terlalu kaku.
Dr. Paat maupun dr. Boyke menyatakan, penjelasan mengenai risiko melakukan
hubungan seksual pranikah perlu ditekankan. Umpamanya, kehamilan, kemungkinan
terinfeksi HIV atau tertular penyakit kelamin kalau bergonta-ganti pasangan. Bila
terjadi kehamilan dan kandungan terpaksa digugurkan, mereka menghadapi
kemungkinan perdarahan, infeksi, kemandulan, bahkan kematian. Belum lagi stres
atau rasa berdosa yang bakal dihadapi si anak. Juga diingatkan, dengan anak yang
mereka lahirkan di luar nikah, mereka juga yang mesti bertanggungjawab sebagai
ayah dan ibunya. Jangan lupa pula, Jagalah agar jiwa mereka tidak banyak
terganggu, apalagi selama mereka masih belum dewasa, masih harus sekolah, dan
lain-lain, tambah Yulia.
Kapan saja, di mana saja
Penjelasan yang baik mampu membuka mata mereka betapa melakukan hubungan
seksual pranikah itu tidak ada untungnya. Ini misalnya terbukti ketika dr. Boyke
membagikan kuesioner kepada peserta seminar remaja. Jawaban mereka sebelum dan
sesudah mendengarkan ceramah bertolak belakang. Sebelum seminar, mereka ratarata menyetujui hubungan seksual sebelum nikah. Tapi sesudahnya, 90% peserta
34

menyatakan tidak setuju. Juga terungkap, mereka setuju adanya pendidikan seks,
hanya tidak tahu harus ke mana memperolehnya.
Penyampaian materi pendidikan seks di rumah sebaiknya dilakukan kedua orang tua.
Sebelum usia 10 tahun pendidikan bisa diberikan secara bergantian, tapi umumnya
ibu yang lebih berperan, kata Paat. Menjelang akil balik, saat sudah terjadi proses
diferensiasi jenis kelamin dan mulai muncul rasa malu (pada wanita mengalami haid,
pertumbuhan payudara, dan pada laki-laki mengalami mimpi basah dan perubahan
suara), sebaiknya ibu memberi penjelasan kepada anak perempuan dan ayah kepada
anak laki-laki. Sekali waktu boleh diadakan komunikasi silang. Misalnya, kepada
anak perempuannya seorang ayah dapat berdiskusi bagaimana perasaan-perasaan pria
bila jatuh cinta, atau sebaliknya kepada anak laki-lakinya, ibu bisa mengungkapkan
bagaimana perasaan seorang wanita bila didekati pria.
Menjelaskan tentang seks juga tidak perlu secara eksklusif. Itu bisa dilakukan kapan
saja dan di mana saja. Saat sedang sibuk memasak, misalnya, tiba-tiba si anak
bertanya tentang kehamilan. Sang ibu tidak perlu menangguhkan jawaban atau
menjanjikan jawaban akan diberikan panjang lebar di kamar, tapi bisa langsung saat
itu juga. Tindakan eksklusif, menurut Paat, malah membuat si anak bisa
berkesimpulan, seks merupakan sesuatu yang luar biasa dan harus dirahasiakan.
Padahal pertanyaan seperti itu lumrah dan merupakan bagian dari kehidupannya.
Kalau anak kita sama sekali tidak pernah bertanya soal seks, jangan dikira pasti
beres. Coba pancinglah dengan buku, jelas Paat. Keterangan dalam buku yang
kurang jelas bisa didiskusikan dengan orang tua, tambah Boyke.
35

Di RT pun bisa
Pendidikan seks di sekolah, demikian Yulia dan Paat, hendaknya tidak terpisah dari
pendidikan pada umumnya, dan bersifat terpadu. Ia bisa dimasukkan ke dalam
pelajaran ilmu biologi, kesehatan, moral dan etika secara bertahap dan terus menerus.
Mereka juga mensyaratkan penekanan pada pendidikan moral, meski tidak perlu
sedetail pendidikan agama, agar pendidikan seks diterima murid sebagai suatu ilmu
yang tidak untuk dipraktekkan sebelum waktunya.
Sekali waktu penyuluhan seks juga perlu diadakan. Misalnya, soal menghadapi masa
haid dan mimpi basah bisa diberikan kepada anak kelas VI SD, proses terjadinya bayi
(spermatozoa bertemu dengan sel telur) mulai diberikan kepada murid SLTP.
Selanjutnya masalah kebebasan seks, alat kontrasepsi sampai hubungan seks (bukan
tekniknya) diberikan kepada anak SLTA.
Menurut Yulia, penjelasan tentang program pendidikan seks yang hendak
disampaikan kepada murid perlu juga diketahui orang tua murid. Maksudnya, agar
mereka bisa memberi jawaban dan tidak terkejut bila tiba-tiba si anak atau remaja
bertanya soal seks kepada mereka. Karena, kadang-kadang ada anak yang dengan
begitu bangga bercerita tentang pengetahuan seks yang baru diberikan di sekolah,
tutur Yulia.
Dr. Paat dan dr. Boyke saling berbeda pendapat dalam soal penyampaian informasi
tentang alat kontrasepsi. Alat kontrasepsi macam kondom bukan rahasia lagi, karena
dapat dibeli di mana-mana. Yang penting, mereka diberi penjelasan bahwa pemakaian
sebelum menikah merupakan pelanggaran nilai-nilai moral dan agama, kata Paat.
36

Sedangkan Boyke kurang setuju memperkenalkan pemakaiannya kepada remaja,


karena khawatir disalahgunakan.
Lebih tepat, kata Paat, kalau tema penyuluhan didasarkan pada pendekatan
pemecahan masalah (problem solving approach), yakni penyuluhan disertai
kesempatan berkonsultasi dengan guru, konsultan psikologi di sekolah, atau guru
agama. Pasalnya, masalah yang dihadapi setiap murid berbeda-beda.
Dalam hal ini Dra. Yulia menganggap penting peran guru bimbingan dan penyuluhan
(BP). Guru-guru ini tak cuma sebagai guru BP, tapi juga mesti tahu soal pendidikan
seks. Kadang-kadang murid segan bertanya kepada orang tua. Atau, pernah bertanya
malah dimarahi bapak atau ibunya, jelas Yulia. Dengan adanya kesempatan
berkonsultasi, si anak bisa mengutarakan masalah pribadinya.
Selain di sekolah, Di tingkat RT pun sebetulnya bisa sekali waktu diselenggarakan
ceramah tentang seks bagi para orang tua atau remaja dengan bantuan dokter
Puskesmas untuk mengisi kekosongan itu, kata Boyke.
Usul itu boleh juga. Bagaimanapun pendidikan seks bukan semata-mata tanggung
jawab orang tua dan pendidik, tetapi juga masyarakat.

BAB IV
PENUTUP

Telah jelas bagi kita tidak ada dasar bagi Rancangan pembentukan Undangundang legalisasi aborsi karena hal itu bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila,
37

Agama dan Hukum yang berlaku. Legalisasi aborsi akan mendorong pergaulan bebas
lebih jauh dalam masyarakat.Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan
seks. Sedangkan pelepasan tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi.
Sedangkan dilarang saja masih banyak terjadi aborsi, bagaimana jika hal ini
dilegalkan? Legalisasi akan berakibat orang tidak lagi takut untuk melakukan
hubungan intim pranikah, prostitusi karena jika hamil hanya tinggal datang ke dokter
atau bidan beranak untuk menggugurkan, dengan kondisi ini dokter ataupun bidan
dengan leluasa memberikan patokan harga yang tinggi dalam sekali melakukan
pengguguran.
Jika perharinya yang melakukan aborsi 7 s/d 8 orang dan harga sekali aborsi sebesar
Rp. 4.000.000,-, berarti dalam satu harinya dokter ataupun bidan bisa meraup
keuntungan sebesar Rp. 32.000.000,-. Jika di legalkan hal tersebut lebih berdampak
negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan remaja, legalisasi tidak memberikan
manfaat bagi masyarakat dan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan Agama,
jika bertentangan tidak perlu diterima/dibentuk peraturan tersebut.
Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan
bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.

B. KRITIK DAN SARAN


Semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup
banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab

38

itu mengembangan model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi


remaja melalui pendidik (konselor) sebaya menjadi sangat penting.
Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja sebaiknya menjadi model
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta
individu memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami masalah
kesehatan reproduksi.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya
sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang
berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam
memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan
pendidikan agama, memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab itu
permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali, agar
menjadi sebuah proritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kematian disebabkan
aborsi tersebut. Sehingga Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany
Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada
kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas.
Akibat lainnya
Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune
Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah
satu penyebabnya akibat pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia
termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah pernah
melakukan

hubungan
39

seksual.

Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru
duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai
penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit
hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin
memprihatinkan.Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005
tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut
terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun
352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke
atas

satu

orang.

semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup


banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab
itu mengembangan model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi
remaja melalui pendidik (konselor) sebaya menjadi sangat penting.
Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta
individu memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami masalah
kesehatan

reproduksi.

Pelatihan Managemen tersebut diikuti 24 peserta utusan dari delapan kabupaten dan
satu kota di Bali berlangsung selama empat hari.

40

Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar
aborsi dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi
karena tiap tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti
dengan pemberitaan di media massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap
kasus aborsi. Jika hal ini di legalkan sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat
akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya dan adat bangsa. Berarti telah hilang
nilai-nilai moral serta norma yang telah lama mendarah daging dalam masyarakat.
Jika hal ini dilegal kan akan mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh
dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan
tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi bukan
sekedar masalah-masalah kesehatan reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah termasuk
salah satu pemaksaan gaya hidup kapitalis sekuler yang dipropagandakan PBB
melalui ICDP (International Conference on Development and Population) tahun 1994
di

Kairo

Mesir.

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ; penderitaan
kehilangan harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali
mengenai bayi (63%), ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan
tidak bisa menikmati hubungan seksual (59%).
Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan
sengaja sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah). Abortus terbagi
dua;
41

Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja.
penyebabnya, kandungan lemah, kurangnya daya tahan tubuh akibat aktivitas yang
berlebihan, pola makan yang salah dan keracunan.
Kedua, Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja maksudnya adalah
bahwa seorang wanita hamil sengaja menggugurkan kandungan/ janinnya baik
dengan sendiri atau dengan bantuan orang lain karena tidak menginginkan kehadiran
janin

tersebut.

Risiko AborsiAborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap


kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan
bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung
boleh

pulang

Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka
yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan
keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis.
Dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd; Risiko kesehatan
dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi
dan setelah melakukan aborsi adalah ;- Kematian mendadak karena pendarahan
hebat.- Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.- Kematian secara lambat
akibat infeksi serius disekitar kandungan.- Rahim yang sobek (Uterine Perforation).Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya.- Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
42

wanita),- Kanker indung telur (Ovarian Cancer).- Kanker leher rahim (Cervical
Cancer).- Kanker hati (Liver Cancer).- Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta
Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat
pada saat kehamilan berikutnya.- Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan
lagi ( Ectopic Pregnancy).- Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan
dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang
sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia
psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS.
Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After Abortion
di dalam penerbitan The Post-Abortion Review.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian
khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang
baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup
berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap
menanggung segala risikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan
pendidikan, pengarahan sex kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja
mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal sex tersebut.
Nilai PancasilaSebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional
Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan penelitian terhadap perilaku seksual
43

remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan,
Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar
melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama.
Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual
mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena
semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan
khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka
dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari
persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan
orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan
seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.
Kurang perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada
pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami
istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah
tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung
berbuat nekat (pendek akal) jika menghadapi hal seperti ini.
Pada zaman modren sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistemsistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain
yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion),
model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya
44

pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatu
kewajaran.
Bebera faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja
yaitu;Pertama, Faktor agama dan iman.Kedua, Faktor Lingkungan seperti orangtua,
teman, tetangga dan media.Ketiga, Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu
yang berlebihan.Keempat, Perubahan Zaman.
Nilai AgamaFirman Allah: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena
takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. ( QS 17:31 ). Banyak
calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum
stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk
menggugurkan

kandungannya.

Padahal ayat tersebut telah jelas menerangkan bahwa rezeki adalah urusan Allah
sedangkan manusia diperintahkan untuk berusaha. Membunuh satu nyawa sama
artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya
dengan

menyelamatkan

semua

orang.

Islam memberikan ganjaran dosa yang sangat besar terhadap pelaku aborsi. Firman
Allah: Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab
yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka
seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang
memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya. (QS 5:32 )
45

Oleh sebab itu aborsi adalah membunuh, membunuh berarti melakukan tindakan
kriminal dan melawan terhadap perintah Allah. Al-Quran menyatakan: Adapun
hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan RasulNya
dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib,
atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari
masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka
di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih. (QS 5:36)
Nilai Yuridis/HukumDalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia Bab XIV
tentang kejahatan terhadap kesusilaan pasal 229 ayat (1) dikatakan bahwa perbuatan
aborsi yang disengaja atas perbuatan sendiri atau meminta bantuan pada orang lain
dianggap sebagai tindakan pidana yang diancam dengan hukuman paling lama 4
tahun penjara atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
Ayat (2) pasal 299 tersebut melanjutkan bahwa apabila yang bersalah dalam aborsi
tersebut adalah pihak luar ( bukan ibu yang hamil ) dan perbuatan itu dilakukan untuk
tujuan ekonomi, sebagai mata pencarian, maka hukumannya dapat ditambah sepertiga
hukuman pada ayat (1) dia atas.
Apabila selama ini perbuatan itu dilakukan sebagai mata pencarian, maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan mata pencarian tersebut. Kemudian pada pasal 346
dikatakan bahwa wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungannya atau
meyuruh orang lain untuk melakukan hal itu diancam hukuman penjara paling lama
empat

tahun.

Pada pasal 347 ayat (1) disebutkan orang yang menggugurkan atau mematikan
46

kehamilan seorang wanita tanpa persetujuan wanita itu diancam hukuman paling
lama 12 tahun penjara, dan selanjutnya ayat (2) menyebutkan jika dalam
menggugurkan kandungan tersebut berakibat pada hilangnya nyawa wanita yang
mengandung itu, maka pihak pelaku dikenakan hukuman penjara paling lama 15
tahun.
Dalam pasal 348 ayat (1) disebutkan bahwa orang yang dengan sengaja
menggugurkan kandungan seorang wanita atas persetujuan wanita itu diancam
hukuman paling lama 15 tahun penjara, dan ayat (2) melanjutkan, jika dalam
perbuatan itu menyebabkan wanita itu meninggal, maka pelaku diancam hukuman
paling lama 17 tahun penjara. Dengan demikian, perbuatan aborsi di Indonesia
termasuk tindakan kejahatan yang diancam dengan hukuman yang jelas dan tegas.
KesimpulanTelah jelas bagi kita tidak ada dasar bagi Rancangan pembentukan
Undang-undang legalisasi aborsi karena hal itu bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila, Agama dan Hukum yang berlaku. Legalisasi aborsi akan mendorong
pergaulan bebas lebih jauh dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan
tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Sedangkan dilarang saja masih
banyak terjadi aborsi, bagaimana jika hal ini dilegalkan? Legalisasi akan berakibat
orang tidak lagi takut untuk melakukan hubungan intim pranikah, prostitusi karena
jika hamil hanya tinggal datang ke dokter atau bidan beranak untuk menggugurkan,
dengan kondisi ini dokter ataupun bidan dengan leluasa memberikan patokan harga
yang

tinggi

dalam

sekali
47

melakukan

pengguguran.

Jika perharinya yang melakukan aborsi 7 s/d 8 orang dan harga sekali aborsi sebesar
Rp. 4.000.000,-, berarti dalam satu harinya dokter ataupun bidan bisa meraup
keuntungan sebesar Rp. 32.000.000,-. Jika di legalkan hal tersebut lebih berdampak
negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan remaja, legalisasi tidak memberikan
manfaat bagi masyarakat dan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan Agama,
jika bertentangan tidak perlu diterima/dibentuk peraturan tersebut.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya
sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang
berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam
memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan
pendidikan agama, memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab itu
permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali, agar
menjadi sebuah proritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kematian disebabkan
aborsi tersebut.

Daftar Pustaka

1. Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup:
Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 2. Sapardi
48

Djoko Damono, Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan


Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas
Indonesia, Mizan 1997. 3. Fuad Hassan. Pokok-pokok Bahasan Mengenai Budaya
Nusantara

Indonesia.

Dalam

http://kongres.budpar.go.id/news/article/Pokok_pokok_bahasan.htm,

didownload

7/15/04. 4. Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.


Jakarta: Gramedia. 5. Adeney, Bernard T. 1995. Etika Sosial Lintas Budaya.
Yogyakarta: Kanisius. Al-Hadar Smith, Syariah dan Tradisi Syiah Ternate, dalam
http://alhuda.or.id/rub_budaya.htm

didown

load

7/15/04.

6.

http://www.google=pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.com/

49

Você também pode gostar

  • GHJKKK
    GHJKKK
    Documento6 páginas
    GHJKKK
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • HNJKK
    HNJKK
    Documento9 páginas
    HNJKK
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • KKN Raddae
    KKN Raddae
    Documento31 páginas
    KKN Raddae
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • KHGG
    KHGG
    Documento34 páginas
    KHGG
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • KKLLL
    KKLLL
    Documento32 páginas
    KKLLL
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • Materi Pola MK
    Materi Pola MK
    Documento9 páginas
    Materi Pola MK
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • KKN Raddae
    KKN Raddae
    Documento31 páginas
    KKN Raddae
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • NNJKJKK
    NNJKJKK
    Documento9 páginas
    NNJKJKK
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • Uuio
    Uuio
    Documento20 páginas
    Uuio
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • MAKALAH BIOLOGI Sistem Predaran Darah
    MAKALAH BIOLOGI Sistem Predaran Darah
    Documento6 páginas
    MAKALAH BIOLOGI Sistem Predaran Darah
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • Uji Kompetensi Hal 80
    Uji Kompetensi Hal 80
    Documento3 páginas
    Uji Kompetensi Hal 80
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • Materi MKLH PP
    Materi MKLH PP
    Documento4 páginas
    Materi MKLH PP
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • NURVIANA Sejarah Perkembangan Administrasi
    NURVIANA Sejarah Perkembangan Administrasi
    Documento2 páginas
    NURVIANA Sejarah Perkembangan Administrasi
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • Ulangan Harian HLM 80
    Ulangan Harian HLM 80
    Documento6 páginas
    Ulangan Harian HLM 80
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • MAKALAH BIOLOGI Sistem Predaran Darah
    MAKALAH BIOLOGI Sistem Predaran Darah
    Documento6 páginas
    MAKALAH BIOLOGI Sistem Predaran Darah
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • Apa Itu Manajemen
    Apa Itu Manajemen
    Documento1 página
    Apa Itu Manajemen
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento9 páginas
    Kata Pengantar
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • Bahasa Indonesia MKLH
    Bahasa Indonesia MKLH
    Documento3 páginas
    Bahasa Indonesia MKLH
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • Assalamu
    Assalamu
    Documento8 páginas
    Assalamu
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • Resume Permintaan Dan Penawaran 1
    Resume Permintaan Dan Penawaran 1
    Documento4 páginas
    Resume Permintaan Dan Penawaran 1
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • Pengantar Pendidikan 1
    Pengantar Pendidikan 1
    Documento17 páginas
    Pengantar Pendidikan 1
    liligustina12
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Pola Manajemen Koperasi 1
    Makalah Pola Manajemen Koperasi 1
    Documento16 páginas
    Makalah Pola Manajemen Koperasi 1
    liligustina12
    67% (3)