Você está na página 1de 7

C. BAGAIMANA AKHLAK RASULULLAH ITU...?

Beliau adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Beliau sangat dermawan, paling
dermawan di antara manusia. Pada bulan Ramadhan, beliau lebih dermawan lagi, lebih
kencang memberi dibanding angin yang berhembus.
Jika memilih urusan, beliau pilih yang paling mudah selama tidak melanggar syariat Allah.
Beliau sangat menghindar dari dosa. Jika diri beliau dizalimi, beliau sangat sabar. Namun,
jika hak Allah yang dilanggar, beliau sangat murka.
Sangat pemalu melebihi gadis pingitan. Jika beliau tidak menyukai sesuatu, langsung terlihat
pada raut wajahnya. Beliau tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika beliau suka
maka dimakanlah makanan itu. Jika tidak suka, maka beliau tinggalkan tanpa mencelanya.
(Sumber: HR. Al-Bukhari, no. 3549, 35554, 3560, 3562, dan 3563)
Bicaranya sangat fasih dan jelas. Beliau menguasai logat-logat bangsa Arab. Mampu
berbicara pada tiap suku bangsa Arab dengan logat masing-masing suku.
Jika dimintai sesuatu, beliau tidak pernah menjawab, Tidak.
Beliau sangat pemberani. Berapa banyak para pemberani dan patriot yang jika bertemu
beliau, mereka lari. Ali bin Abi Thalib berkata, Jika kami sedang ketakutan dan dikeppung
bahaya, kami berlindung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tak satu pun
yang jaraknya lebih dekat kepada musuh selain beliau.
Beliau sangat jujur dan amanah. Sebelum diutus menjadi nabi dan rasul, beliau dijuluki AlAmin. Al-Amin artinya yang terpercaya. Bahkan, musuh pun mengakui kejujuran dan
amanahnya. Abu Jahal pernah berkata, Kami tidak mendustakan dirimu, tetapi kami
mendustakan ajaranmu.
Beliau sangat tawadhu` dan jauh dari sifat sombong. Jika beliau datang ke suatu majelis,
beliau tidak mau disambut seperti raja. Biasanya, jika seorang raja datang, orang-orang
berdiri untuk menyambutnya. Namun Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam tidak ingin
disambut seperti raja. Mari kita lihat, betapa rendah hatinya beliau.
Beliau biasa menjenguk orang sakit, duduk-duduk bersama orang miskin, memenuhi
undangan hamba sahaya, dan duduk-duduk bersama sahabatnya.
Beliau sangat suka memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling penyayang, dan
lembut terhadap orang lain, suka memaafkan, dan lapang dada. Terhadap pembantu, beliau
tidak pernah membentak atau menyalahkan pekerjaan pembantunya yang tidak beres.
Terhadap orang miskin, beliau cinta dan suka duduk-duduk bersama. Beliau menghadiri
(pemakaman, ed) jenazah orang-orang miskin, dan tidak mencela orang miskin karena
kemiskinannya.
Beliau senantiasa gembira, lebih banyak diam. Tawa beliau adalah dengan senyuman. Jika
bicara tidak terlalu pelan dan tidak terlalu keras suaranya. Bicaranya jelas, bahasanya fasih
dan mudah dimengerti.[6]

D. DASAR PEMIKIRAN AKHLAK TERHADAP RASULULLAH


Berakhlak kepada Rasulullah dapat diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia
kepada Rasulullah sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya membawa umat manusia
kejalan yang benar.

1.

2.

Berakhlak kepada Rasulullah perlu dilakukan atas dasar pemikiran sebagai berikut:
Rasulullah SAW sangat besar jasanya dalam menyelamatkan kehidupan manusia dari
kehancuran. Berkenaan dengan tugas ini, beliau telah mengalami penderetin lahir batin,
namun semua itu diterima dengan ridha.
Rasulullah SAW sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia. Pembinaan ini dilakukan
dengan memberikan contoh tauladan yang baik. Allah berfirman:

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik. (al-Ahzab
21)
3.

Rasulullah SAW berjasa dalam mejelaskan al-Quran kepada manusia, sehingga menjadi
jelas dan mudah dilaksanakan. Penjelasan itu terdapat dalam haditsnya, Firman Allah SWT:

Artinya: Dialah yang mengutus kepada kamu yang buta huruf seorang Rasul diantara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS al-Jumuah, 62; 2).
4.
5.

Rasulullah SAW telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran yang sangat mulia
dalam berbagai bidang kehidupan.
Rasulullah SAW telah memberikan contoh modek masyarakat yang sesuai dengan tuntunan
agama, yaitu masyarakat yang beliau bangun di Madinah.

E. CARA BERAKHLAK KEPADA RASULULLAH


Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan beriman kepada
rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan
sebagaimana hadist nabi saw;
Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan
rasul.
Beriman kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu
sebagai utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima
segala ajaran yang disampaikannya.
Banyak cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW

Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang
yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul,
bahkan Allah SWT akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat
yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah:

Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang
yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah
teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69).
Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul SAW Allah SWT akan
mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah manakala
kita melakukan kesalahan, Allah berfirman:

Artinya: Katakanlah: jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS 3:31)

Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah SAW diutus memang untuk ditaati, Allah
SWT berfirman:

Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin
Allah (QS 4:64).

Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan
mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah Swt.
Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang
yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah berfirman:

Artinya: Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan


barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).
Tunduk dan patuh kepada ajaran yang disampaikan Rasul. Allah berfirman:

Artinya: Katakanlah: "Ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul. (QS an-Nur 54).
2. Mencintai dan memuliakan Rasulullah
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah mencintai
beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada
Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah

Artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga,


harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan
Rasul-Nya dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS
9:24).
Mencintai ajaran yang di bawanya, Nabi Muhammad SAW, bersabda:

Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya
daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R. Bukhari
Muslim).
3. Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah
Mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tanda ucapan
terimakasih dan sukses dalam perjuangannya.Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash
shalah yang berarti doa, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu
berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, Firman Allah SWT,
Rasulullah SAW dalam sabdanya menyatakan sebagai berikut:


Artinya: Orang yang kikir ialah orang yang menyebut namaku didekatnya, tetapinia tidak
bersholawat kepadaku. (H.R Ahmad ).


Artinya: Siapa yang bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan bersholawat kepadanya
sepuluh kali sholawat. (H.R Ahmad).


Artinya: Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat, ialah orang
yang paling banyak bersholawat kepadaku. (H.R Turmudzi).

4. Mencontoh akhlak Rasulullah.


Jika Rasulullah bersikap kasih saying keras dalam memperthankan prinsip, dan seterusnya
maka manusia juga harus demikian. Allah berfirman:

Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat
mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.(QS al-Fath 29).
5. Melanjutkan Misi Rasulullah.

Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini
harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan
mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan
kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari
Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada
larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia
mempersiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu
Umar).
Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki
akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.
6.

Menghormati Pewaris Rasul


Berupaya menjaga nama baiknya dari penghinaan dan cemoohan yang orang-orang yang
tidak suka padanya.[7] Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati
para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai
Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.

Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.


Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28).

Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah Saw:


Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan
uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui kepada mereka, maka
barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian yang besar (HR.
Abu Daud dan Tirmidzi).
Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya
memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita
hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi
tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak
ada kewajiban kita untuk menghormatinya.
7. Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau
wariskan adalah Al-Quran dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik
kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Quran dan sunnah (hadits) agar tidak
sesat, beliau bersabda:
Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila berpegang
teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku (HR. Hakim).
Selain itu, Rasul Saw juga mengingatkan umatnya agar waspada terhadap bidah dengan
segala bahayanya, beliau bersabda:
Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan. Oleh karena
itu,. Kamu semua agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku.

Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu
yang baru, karena setiap yang baru itu bidah dan setiap bidah itu sesat, dan setiap kesesatan
itu di neraka (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga
begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw. [8]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akhlak adalah budi perkerti yang dilihat dengan kasyaf mata, orang yang berakhlak mulia
akan selalu manis dilihat orang-orang di sekitar.
Rasulullah adalah Uswatun Hasanah bagi kita semua umat Islam, dari beliau kita mendapat
anugerah yang begitu besar. Bukan hanya Rasulullah Saw, tetapi Rasul-Rasul yang diutus
Allah pun selain Nabi Muhammad Saw juga mempunyai akhlak yang begitu mulia pula.
Akhlak terhadap Rasulullah sendiri menjadi acuan yang sangat penting bagi kehidupan kita,
karena akhlak beliau yang begitu sempurna kita juga harus memperlakukan beliau dengan
begitu sempurna juga, dilihat dari cerita pada zaman sahabat-sahabat beliau yang begitu
mengagungkan beliau dan begitu hormatnya.
Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan beriman kepada
rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan
sebagaimana hadist nabi saw;
Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan
rasul.
Beriman kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu
sebagai utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima
segala ajaran yang disampaikannya.
Banyak cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW
2. Mencintai dan memuliakan Rasulullah
3. Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah
4. Mencontoh akhlak Rasulullah.
5. Melanjutkan Misi Rasulullah.
6. Menghormati Pewaris Rasul
7. Menghidupkan Sunnah Rasul
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Abu Jabir al-Jazairy, Pedoman dan program Hidup Muslim, CV Toha
Putra, Semarang, 1984, hlm 48. -http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/drs-hahmad-yani-ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul. tgl 15. 12. 2011.
Usamah, Abu Masykur, Aku Cinta Rosul shallallahu alaihi wa sallam, cetakan pertama
(Juni 2006/Februari 2007), , Penerbit: Darul Ilmi, Yogyakarta.
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, PT. RajaGrafindo, Jakarta, 2002.
Rusli, Nasrun, SH, dkk. Materi pokok akidah akhlak 1 , Direktorat jenderal pembianaan
kelembagaan agama islam dan universitas terbuka.1993.
Mustofa, AKHLAK TASAWUF, Pustaka Setia, Banddung, 1997.
Mansyur, Akidah Akhlak II. Penerbit Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1997, hlm 176.
Zahruddin AR, Sinaga, Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, RajaGrafindo, Jakarta, 2004.

Você também pode gostar